Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monica Andalusia
"ABSTRAK
Pendahuluan: Gejala dan gangguan depresi merupakan salah satu penyebab terjadinya hendaya dan kecacatan pada remaja, terutama remaja yang menjalani perawatan di rumah sakit. Untuk itu, diperlukan alat ukur uji tapis yang digunakan pada populasi remaja yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Metode: Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada kuesioner CESD-R versi bahasa Indonesia. Instrumen ini sudah terbukti sahih dan andal untuk digunakan pada populasi remaja di komunitas. Sebanyak 100 pasien remaja yang menjalani perawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo berpartisipasi dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner secara mandiri. Selain itu, mereka juga diwawancara dengan MINI Kid untuk menentukan diagnosis gangguan depresi. Uji validitas kriteria dan uji reliabilitas dengan menilai konsistensi internal dan test-retest dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 20.00. Uji reliabilitas test-retest dilakukan dengan melibatkan 20 remaja setelah 2-4 minggu setelah pengisian kuesioner pertama.
Hasil: Subjek penelitian memiliki nilai tengah usia 13,50 tahun dengan usia tertinggi 18 tahun. Mereka memiliki latar belakang pendidikan, SD (30%), SMP (39%), dan SMA/SMK (31%). Sebanyak 68% memiliki kondisi medis umum dengan komorbiditas tertinggi adalah systemic lupus erithematosus (12%). CESD-R dalam studi ini memiliki nilai tengah 13,5 tahun. Nilai Cut-off optimal yang diperoleh adalah ≥9 dengan nilai Youden's index 0,671. Berdasarkan kurva AUC 0,92 (95%CI: 0.86-0.97), instrumen ini memberikan sensitivitas 93,9%, spesifisitas 73,1%, positive likelihood ratio 3,5, dan negative likelihood ratio 0,08. CESD-R memiliki Cronbach's Alpha 0,88 (95%CI: 0,84-0,91) dan hasil test-retest adalah 0,91.
Kesimpulan: CESD-R versi bahasa Indonesia memiliki validitas dan reliabilitas yang baik untuk populasi remaja yang dirawat di RSCM dalam mendeteksi depresi. CESD-R pada populasi remaja di rumah sakit memiliki nilai cut-off yang lebih rendah daripada populasi umum.

ABSTRACT
Background: Symptoms and diagnosis depression is one of the causes of many impairment and disability among adolescents. Adolescents in inpatient care may be consulted for psychiatric problems, including depression. A screening instrument should be used upon a specific population to detect expected disorders. Currently, there is no screening instruments to early detect depression among adolescence that could be used by other departments in a hospital.
Method: Validity and reliability test were done to CESD-R, Indonesian version. This instrument has been tested upon the general population, resulting in good validity and reliability. A hundred adolescent patients in RSUPNCM were recruited in the study to self-rate the questionnaire. Interview using MINI Kid was done to test criterion validity. Internal consistency and test-retest reliability were assessed to determine the instrument's reliability with using SPSS 20.00 version. Twenty people were re-tested in the next 2-4 weeks to assess reliability.
Result: The median age of this study's subject was 13.5 years old, the oldest age was 18 years old. The sample had a varied education, elementary school (30%), junior high school (39%), and senior high school (31%). 68% of the sample had general medical comorbidity, with systemic lupus erythematosus as the most prevalent comorbidity. CESD-R in this study had a median score of 11.71. The optimal cut-off was ≥9 with the Youden's indexes of 0.671. With the AUC curve of 0.92 (95%CI: 0.86-0.97), this instrument had a sensitivity of 93.9%, specificity 73.1%, positive likelihood ratio 3.5, and negative likelihood ratio 0.08. CESD-R had a Cronbach's Alpha of 0.88 (95%CI: 0,84-0,91) and test-retest result of 0.91.
Conclusion: The Indonesian version of CESD-R showed satisfactory validity and reliability to detect depression among adolescence that was treated in RSCM. CESD-R in adolescence had a lower cut-off than a general population."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T55544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Cahyo Baskoro
"Psikosis adalah salah satu gangguan jiwa berat yang dapat memperburuk memori kerja. Teori mengatakan bahwa lama pencarian pengobatan psikosis duration of untreated psychosis, DUP yang panjang menyebabkan memori kerja yang lebih buruk. Namun, hasil penelitian pada pasien dewasa tidak konsisten sementara penelitian pada pasien anak belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara lama waktu pencarian pengobatan psikosis dengan memori kerja pada anak. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan 45 subjek yang dibagi ke dalam dua kelompok pasien dengan DUP pendek.

Psychosis is a morbid mental disorder which impairs working memory. Theory suggests that longer duration of untreated psychosis DUP results in worse working memory. However, results of previous studies remain inconsistent whereas no study has been conducted in children. This study aims to find out the association between duration of untreated psychosis and working memory in children. This is a cross sectional study with 45 subjects who were divided to two groups of patients with short DUP "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Ariella Nita Hadi
"Psikosis merupakan gangguan jiwa berat yang mengakibatkan gangguan fungsi pengendalian perilaku pada anak. Penelitian sebelumnya menyatakan lama waktu pencarian pengobatan duration of untreated psychosis, DUP yang panjang berhubungan dengan fungsi eksekutif yang lebih buruk. Namun belum ada penelitian mengenai hubungannya dengan fungsi pengendalian perilaku sebagai salah satu komponen fungsi eksekutif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lama waktu pencarian pengobatan pasien psikosis terhadap fungsi pengendalian perilaku. Desain studi ini adalah potong lintang dengan 48 subjek yang memenuhi kriteria penelitian dengan metode consecutive sampling. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu DUP pendek 6 bulan. Orang tua / wali dari subjek diwawancara dengan menggunakan kuesioner Behavior Rating Inventory of executive function- Bahasa Indonesia BRIEF-BI. Dengan uji T-test, didapat fungsi pengendalian perilaku dengan lama waktu pencarian pengobatan dengan beda rerata= 10,12 IK95 = 1,09-19,15; nilai p= 0,029 . Komponen dari fungsi pengendalian perilaku, inhibisi, shift, dan kontrol emosional bernilai p= 0,146; p= 0,007; p= 0,120 secara berurutan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara lama waktu pencarian pengobatan dengan fungsi pengendalian perilaku. Namun, hanya komponen shift yang menunjukkan hasil signifikan. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidia Ekaputri
"Psikotik merupakan gangguan jiwa berat yang menyebabkan beban ekonomi besar karena menyebabkan berkurangnya produktivitas pada pasien. Luaran skizofrenia dipengaruhi oleh banyak faktor prognostik, diantaranya gejala negatif, lama waktu mencari pengobatan/ duration of untreated psychosis DUP dan fungsi kognitif. Namun demikian, interaksi DUP dengan faktor prognostik lainnya belum dipahami dengan jelas. DUP diduga berhubungan dengan metakognisi karena DUP berhubungan dengan gejala negatif. Metakognisi merupakan mediator antara fungsi kognitif dan luaran fungsional psikotik. Studi ini adalah studi potong lintang untuk meneliti hubungan DUP dengan fungsi metakognisi setelah pengobatan. Sampel merupakan 50 pasien berumur 5-18 tahun penderita gangguan psikotik yang didapatkan melalui consecutive sampling. Fungsi metakognisi diukur dengan indeks metakognisi pada kuisioner Behaviour Rating Inventory of Executive Function versi Bahasa Indonesia BRIEF-BI oleh orangtua dan DUP didapatkan melalui rekam medis atau wawancara. Subjek penelitian memiliki median DUP 2.0 0; 84.0 bulan dan lama pengobatan 12.0 0; 72.0 bulan. Analisis bivariat memperlihatkan hubungan bermakna antara DUP ge;6 bulan dan fungsi metakognisi, inisiasi, perencanaan, dan monitor lebih buruk p.

Psychosis is a serious mental disorder causing big economic burden due to decreased productivity of the patients. Outcome of schizophrenia is influenced by many prognostic factors, including negative symptoms, duration of untreated psychosis DUP , and neurocognition. Yet, interaction between DUP and other prognostic factors is not fully understood. DUP is thought to have a relationship with metacognition since DUP is associated with negative symptoms. This is a cross sectional study which aims to study the relationship between DUP and metacognition after antipsychotic treatment. Sample consists of 50 patients aged 5 18 years old with psychotic disorder which was selected by consecutive sampling. Metacognition was measured as metacognition index of Behaviour Rating Inventory of Executive Function Indonesian Version questionnaire by parents and DUP is obtained from medical records or interview. The median DUP is 2.0 0 84.0 months and duration of treatment is 12.0 0 72.0 months. Bivariate analysis showed significant relationships between DUP ge 6 months and worse metacognition, initiation, planning, dan monitor p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Mubarak
"ABSTRAK
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas GPPH adalah gangguan perilaku yang dapat diterapi dengan angka prevalensi yang cukup tinggi dan dapat merugikan pasien hingga usia dewasa. Namun, kepatuhan pasien untuk mengikuti terapi GPPH cukup rendah dan menjadi masalah yang cukup besar, karena pasien GPPH yang tidak mengikuti rencana terapi dengan baik dapat mengalami gangguan dalam perbaikan klinis. Selain itu, belum ada penelitian mengenai hubungan kepatuhan pengobatan terhadap lama perbaikan klinis GPPH. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan kepatuhan pengobatan terhadap lama perbaikan klinis GPPH. Penelitian ini adalah penelitian metode cross-sectional dengan menggunakan rekam medis penderita GPPH yang mengikuti kontrol di Poliklinik Psikiatri Anak-Remaja RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam periode 1 Januari 2014 - 31 Desember 2016, dengan 59 sampel. Angka kepatuhan pemberian metilfenidat pada pasien GPPH di RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah 27,1 n=59 . Kepatuhan pengobatan memiliki hubungan terhadap perbaikan GPPH dengan nilai P= 0,04, odds ratio sebesar 3,71, dan rasio prevalensi sebesar 1,84. Dalam penelitian ini, teramati bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh prioritas pasien dalam pengobatan, adanya komorbiditas, masalah pada lingkungan sosial pasien, dan efektivitas kerja obat yang dirasakan pasien. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan meningkatkan perbaikan GPPH dalam waktu 4-6 minggu sebanyak dua kali dibandingkan jika tidak patuh meminum obat.

ABSTRACT
Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD is a behavioral disorder that is treatable with a high prevalence number and could be a burden until adulthood. Adherence to ADHD therapy is considerably low and become a burden as ADHD patients with poor compliance could have an impaired clinical outcome. There has been no research about association between ADHD treatment adherence and clinical outcome of ADHD. This research implies to give knowledge about the association between ADHD treatment adherence and the clinical improvement. The method used is cross sectional method by using medical records of ADHD patients who have done the control within the range of January 1st, 2014 December 31st, 2016, with 59 medical records obtained. The adherence of ADHD medication in RSUPN Cipto Mangunkusumo is 27,1 n 59 . There is an association between ADHD treatment adherence and ADHD improvement with P value 0,04, odds ratio 3,71, and prevalence ratio 1,84. Within this research, it is observed that patient rsquo s behavior to prioritize other diseases, presence of comorbidities, patient rsquo s social issues, and methylphenidate rsquo s effectiveness are the factors to affect treatment adherence. In conclusion, medication adherence increases ADHD symptoms improvement in 4 6 weeks two times than those without treatment adherence.Keywords ADHD, treatment adherence"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyaz Syauki Ikhsan
"ABSTRAK
Bunuh diri merupakan kasus gawat darurat dalam psikiatri. Kasus bunuh diri sebetulnya bisa dicegah. Pencegahan bunuh diri membutuhkan pengumpulan data dan pengukuran obyektif risiko bunuh diri. Beberapa instrumen dapat dipakai untuk mengukur risiko bunuh diri, salah satunya adalah Columbia Suicide Severity Rating Scale CSSRS . Saat ini belum ada instrumen pengukuran risiko bunuh diri yang telah divalidasi versi Bahasa Indonesianya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh instrumen yang sahih dan andal untuk mendeteksi risiko bunuh diri. Penelitian dilakukan di Poliklinik Jiwa Dewasa dan Bangsal Perawatan Inap Psikiatri Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dari bulan Januari 2018 sampai dengan Maret 2018. Populasi yang digunakan adalah semua pasien gangguan jiwa usia 18 tahun ke atas. Instrumen lain yang dipakai adalah Hamilton Depression Rating Scale HDRS butir ke tiga sebagai pembanding dalam uji validitas kriteria. Sebanyak 100 orang sampel didapatkan. Korelasi Pearson menunjukkan nilai 0,778 dan 0,703 untuk butir gagasan bunuh diri dan intensitas gagasan. Nilai Cronbach rsquo;s Alpha untuk konsistensi internal didapatkan sebesar 0,818. Disimpulkan instrumen CSSRS versi Bahasa Indonesia sahih dan andal untuk digunakan dalam pengukuran risiko bunuh diri pada populasi pasien gangguan jiwa dewasa.

ABSTRACT
Suicide is a case of emergency in psychiatry and is preventable. Preventing it requires the collection and objective measuring of the data on the its risk. From a number of instrument, the Columbia Suicide Severity Rating Scale CSSRS is among the most commonly used. So far, there is no known instrument for assessing the suicide risk has been validated in Bahasa. The purpose of the study is to have a suicide risk measuring instrument that has been validated in Bahasa. The study was conducted at the Psychiatric Outpatient Clinic and Inpatient Ward, from January 2018 to March 2018. All adult patients with psychiatric disorder was inducted to the study. The third item of the Hamilton Depression Rating Scale HDRS was used as comparation for criterion validity. There was 100 samples inducted. Pearson rsquo s correlation was shown at 0.778 and 0.703 for the items on Suicidal Ideation and Intensity Of Ideation. The Cronbach rsquo s Alpha for internal consistency was shown at 0.818. It was then concluded that the Bahasa version of the CSSRS is valid and reliable for usage in measuring the suicide risk among the adult psychiatric patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T55546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Anindita
"Anak jalanan di Jakarta merupakan golongan yang rentan terlibat perilaku seksual berisiko yang menimbulkan masalah kesehatan reproduksi. Perilaku ini dipengaruhi oleh pengetahuan, persepsi, dan sikap anak jalanan mengenai kesehatan reproduksi dan hal-hal terkait seksualitas. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif untuk mendapatkan gambaran pengetahuan, persepsi, dan sikap anak jalanan terhadap berbagai isu terkait seksualitas. Dari penelitian ini didapatkan bahwa sebagian subyek dapat menggambarkan pubertas dengan adanya perubahan fisik dan psikososial dari pubertas, pengetahuan subyek yang berusia lebih tua atau berpendidikan lebih tinggi cenderung dapat menyebutkan informasi yang lebih banyak, sebagian besar subyek tidak mengetahui proses fisiologis dari menstruasi, mimpi basah, dan kehamilan. Sumber informasi utama mereka adalah peer group. Subyek memiliki berbagai persepsi terhadap seksualitas seperti hubungan seksual yang dinilai tidak aman karena dimaknai secara konkrit sehingga dikaitkan dengan risiko adanya kekerasan. Sebagian subyek menilai usia remaja adalah usia yang wajar untuk melakukan hubungan seksual, sebagian subyek lain mengaitkannya dengan pernikahan dan dosa. Halhal ini dipengaruhi oleh pengetahuan, norma deskriptif, norma agama/sosial, proses kognitif. Sepertiga sampel terlibat dalam hubungan seksual dan dua pertiga lainnya belum. Pilihan perilaku ini dipengaruhi pengetahuan, persepsi kognitif, afeksi, norma, dan lingkungan.

Jakarta street children are prone to be exposed to risky sexual behaviors lead to reproductive health problem. These behaviors are influenced by street children's knowledge, perception, and attitude toward reproductive health and issues related to sexuality. This is a qualitative research aimed to attain the description of street children's knowledge, perception, and attitude toward issues related to sexuality. From this research we conclude that some subjects are able to describe puberty in both physical and psychosocial aspects, older or higher educated children tend to be able to mention more information than the other, most subjects do not know the physiologic process of menstruation, wet dream, and pregnancy. Their main information sources are their friends. Subjects have various perceptions on sexuality, as sexual intercourse is perceived unsafe for its relation to violence concretely processed by younger subjects, some subjects perceive sexual intercourse is a common practice among teenager, and some relate it to marriage and sin. These are affected by knowledge, descriptive norm, religion/social norm, and cognitive process. One third of the subjects are involved in sexual intercourse and two third other are not. These behaviors are affected by knowledge, cognitive process, affection, norm, and environment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library