Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Mustika
Abstrak :
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah pemberian program intervensidengan pendekatan reciprocal teaching dan buddy reading dapat meningkatkanstrategi metakognitif yang digunakan siswa ketika membaca. Penelitian inimerupakan penelitian dengan desain subyek tunggal pada siswa kelas X SMAdengan kesulitan pemahaman bacaan. Program berlangsung selama 6 hari, danterdiri dari fase baseline dan fase treatment. S elama fase baseline, dilakukan persiapan terhadap subyek, persiapan buddy, serta pengukuran strategi metakognitif subyek sebelum diberikan intervensi. Dalam fase treatment, subyek diberikan intervensi berupa program belajar dengan pendekatan reciprocal teaching dan buddy reading, kemudian diukur strategi metakognitifnya. Hasilpenelitian menunjukkan peningkatan penggunaan strategi metakognitif padasubyek, baik dari segi jumlah, keberagama, dan tingkat efektivitas strategi metakognitif yang digunakan ketika membaca. ......The objective of this research is to examine whether intervention program with reciprocal teaching and buddy reading can improve metacognitive strategies usedby student. This research is conducted using single subject design on high school student with reading comprehension difficulties. The program was administrated in 6 meetings and consisted of two phases baseline and treatment. During the baseline phase, researcher prepared subject and buddy for intervention, and measured metacognitive strategies used by subject before intervention. During the treatment phase, subject received learning program with reciprocal teaching and buddy reading, then his metacognitive strategies was measured. The result showed that there is improvement in the variety, and effectiveness ofmetacognitive strategies used by subject while reading.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efika Fiona
Abstrak :
Disabilitas intelektual merupakan kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan pada fungsi kognitif, adaptif, dan adanya keterlambatan pada perkembangan yang terjadi sebelum usia 18 tahun. Salah satu hal yang menyangkut fungsi-fungsi tersebut dan biasanya bermasalah pada penyandang disabilitas intelektual ringan adalah regulasi emosi. Regulasi emosi merupakan kemampuan seseorang untuk menahan diri terhadap perilaku yang tidak sesuai terkait dengan emosi negatif ataupun positif yang dirasakan, mengatur diri supaya tidak tergantung dengan suasana hati, menenangkan diri ketika muncul emosi yang kuat, dan memfokuskan atensi ketika muncul emosi yang kuat. Regulasi emosi sangat dibutuhkan untuk beradaptasi hingga menjaga hubungan dengan orang lain. Intervensi yang dapat digunakan untuk menangani masalah regulasi emosi adalah pemberian pelatihan sistem keterampilan regulasi emosi. Penelitian ini menggunakan desain single subject. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan sistem keterampilan regulasi emosi memberikan dampak positif pada aspek kognitif dan perilaku subjek. Penggunaan sistem keterampilan dalam keseharian juga berkaitan dengan peranan orang-orang di sekitar subjek yang memahami cara penggunaan keterampilan dan mengingatkannya pada subjek. ......Intellectual disability is a condition where someone experiences deficits in intellectual functions, adaptive functions, and onset of these deficits during the developmental period before the age of eighteen . One of the things that are related to the functions and become problems for children with mild intellectual disability is the emotion regulation. Emotion regulation is someone rsquo s ability to refrain himself from improper behavior concerning negative and positive emotions that he feels, to manage himself so that he does not depend on his mood condition, to calm down himself when strong emotion arises, and to focus his attention when strong emotion appears. Emotion regulation is extremely needed for adaptation in order to maintain relations with other people. Intervention that can be used to handle emotion regulation problem for children with intellectual disability is by giving emotion regulation skills system training. This research uses single subject design. The result of this research shows that emotion regulation skills system training gives positive impacts on cognitive and behavior aspects of the subject. The application of these skills in daily life is also related to the roles of people around the subject who can understand how to apply the skills and remind the subject.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Utami Sulistianingtyas
Abstrak :
ABSTRAK

Sekolah merupakan sebuah lingkungan sekunder bagi seorang remaja setelah lingkungan keluarga. Siswa memiliki anggapan bahwa dunianya adalah sekolah, tugas sekolah. Gambaran dan penilaian seorang siswa tentang diri sendiri pada saat sekarang akan berpengaruh pada apa yang terjadi di masa mendatang saat pengerjaan tugas sekolah. Konsep diri yang dimiliki oleh siswa dapat memengaruhi tingkah laku siswa untuk menentukan cara untuk menyelesaikan tugas sekolah dan mendapatkan prestasi yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan menyontek pada siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Partisipan penelitian ini terdiri dari 93 orang pada siswa yang berada di Sekolah Menengah 1 Palopo. Penelitian ini menggunakan alat ukur TSCS (William H.Fitts), untuk mengukur konsep diri, dan Pattern of Adaptive Learning Scales (PALS, dari Midgley 2000), untuk mengukur tingkah laku menyontek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan skor yang signifikan antara konsep diri dan tingkah laku menyontek.


ABSTRACT

School is adolescent’s secondary environment, after family. Students think that school was their world. Students judgment and perception about themselves will affect how they do shoolwork, and their future. Students self-concept could affect their behavior in doing schoolwork and getting academic achievements. This study aims to discover the relationship between self-concept behavior on high school students. Participants of this study consists of 93 high school students from Palopo high school. Measurments used in this study was TSCS for measuring self-concept and PALS to measure cheating behavior. Results showed that there’s a significant score relationship between self-concept and cheating behavior.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kualitas attachment ayah-anak dan ibu-anak dengan kualitas persahabatan pada remaja madya. Partisipan pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 15 hingga 17 tahun, sebanyak 97 partisipan. Kualitas Attachment pada ayah-anak dan ibu-anak diukur dengan alat ukur Inventory of Parent and Peer Attachment yang disusun oleh Armsden dan Greenberg (1987). Kualitas persahabatan diukur dengan alat ukur Friendship Quality Questionnaire dari Parker dan Asher (1989) yang dibagi menjadi dua dimensi, yakni dimensi kualitas persahabatan positif yang terdiri aspek validation and caring, companionship and recreation, help and guidance, intimate exchange, dan conflict resolution, serta dimensi kualitas persahabatan negatif yang memiliki aspek conflict and betrayal. Hasil utama pada penelitian ini menemukan bahwa kualitas attachment ibu-anak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas persahabatan positif dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas persahabatan negatif. Kemudian pada kualitas attachment ayah-anak, ditemukan hasil yang signifikan terhadap dimensi kualitas persahabatan positif, namun tidak signifikan terhadap dimensi kualitas persahabatan negatif.
This research aimed to see the relationship between the attachment quality of father-child and mother-child with friendship quality among middle adolescence. The participants of this research were 97 adolescents aged 15 to 17 years old. Attachment quality of father-child and mother-child were measured using Inventory of Parent and Peer Attachment which developed by Armsden and Greenberg (1987). The friendship quality was measured using Friendship Quality Questionnaire developed by Parker and Asher (1989) which consists of two dimensions: positive friendship quality that consisting of aspects validation and caring, companionship and recreation, help and guidance, intimate exchange, conflict resolution; and negative friendship quality that having an aspect conflict and betrayal. The main result of this research found that the attachment quality on mother-child significantly correlated with positive friendship quality and also significantly correlated with negative friendship quality Attachment quality on father-child significantly correlated with positive dimension of friendship quality, but it there is no correlation with negative dimension of friendship quality.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debbi Ratnaning Utami
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara keterlibatan orang tua dan keterlibatan peserta didik di sekolah pada peserta didik SMA. Partisipan penelitian ini berjumlah 180 peserta didik SMA. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Definisi keterlibatan orang tua adalah sikap dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua untuk memajukan dan mendukung perkembangan akademik, sosial dan kognisi anak yang dilakukan di dalam lingkungan rumah maupun sekolah. Definisi keterlibatan peserta didik di sekolah adalah usaha yang dikeluarkan oleh peserta didik baik berupa tingkah laku, emosi maupun kognisi, ketika mengikuti aktivitas di sekolah. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat ukur School Engagement- McArthur (Lippman, 2008) dan High School and Family Partnership (Epstein, et al., 1993). Hasil penelitian menunjukan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara keterlibatan orang tua dan keterlibatan peserta didik di sekolah pada peserta didik SMA.
ABSTRACT
The pupose of this study is to investigate the relationship between parent involvement and school engagement of high school students. Participants of this study were 180 high school students. The data were collected using convenience sampling method. This is a correlational study with quantitative methods. Parent involvement define as parent attitudes and behavior to promote and support child‟s academic, social and cognitive development in at home and at school. Meanwhile, school engagement is the student‟s effort to engage thoroughly in behavior, emotional and cognitive, while taking part in school activities. The instruments that used in this study is School Engagement- McArthur (Lippman, 2008) and High School and Family Partnership (Epstein, Connor-Tadros & Salinas, 1993). Results showed a positive and significant relationship, between parent involvement and school engagement of high school students.
2015
S58740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Ranny Wafiroh
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian korelasional ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara computer self-efficacy (CSE) dan penggunaan komputer oleh guru sekolah dasar. CSE didefinisikan sebagai keyakinan seseorang mengenai kapabilitasnya untuk menggunakan komputer (Compeau & Higgins, 1995), sedangkan penggunaan komputer didefinisikan sebagai frekuensi guru menggunakan komputer dalam bentuk preparation, professional e-mail, delivering instruction, accommodation, dan grading (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). CSE diukur menggunakan alat ukur Computer Self-Efficacy milik Compeau & Higgins (1995) dan penggunaan komputer menggunakan alat ukur Teachers? Technology Use milik Babell, Russell, & O?Dwyer (2004). Data didapat dari 164 orang partisipan guru sekolah dasar di Jakarta, Bogor, dan Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara CSE dan penggunaan komputer pada guru sekolah dasar (r = 0,486, p = 0,000, L.o.S. 0,01). Berdasar pada hasil penelitian, peneliti menyarankan pihak guru dan sekolah untuk mengupayakan peningkatan CSE guna meningkatkan penggunaan komputernya.
ABSTRACT
This correlational study was conducted to demonstrate the relationship between computer self-efficacy (CSE) and elementary school teachers? use of computer. CSE is defined as a judgement of one?s capability to use a computer (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer is defined as the frequency of teachers? using computer in the form of preparation, professional e-mail, delivering instruction, accommodation, and grading (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). CSE was measured by Computer Self-Efficacy Scale (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer was measured by Teachers? Technology Use Scale (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). Data was collected from 164 elementary school teachers in Jakarta, Bogor, and Bekasi. The main result shows that there is a significant positive correlation between computer self-efficacy and teachers? use of computer on elementary school teachers (r = 0,486, p = 0,000, L.o.S. 0,01). Based on the study result, it is suggested for teachers and schools to work on improving the CSE in order to increase the use of computers. This correlational study was conducted to demonstrate the relationship between computer self-efficacy (CSE) and elementary school teachers? use of computer. CSE is defined as a judgement of one?s capability to use a computer (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer is defined as the frequency of teachers? using computer in the form of preparation, professional e-mail, delivering instruction, accommodation, and grading (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). CSE was measured by Computer Self-Efficacy Scale (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer was measured by Teachers? Technology Use Scale (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). Data was collected from 164 elementary school teachers in Jakarta, Bogor, and Bekasi. The main result shows that there is a significant positive correlation between computer self-efficacy and teachers? use of computer on elementary school teachers (r = 0,486, p = 0,000, L.o.S. 0,01). Based on the study result, it is suggested for teachers and schools to work on improving the CSE in order to increase the use of computers.
2015
S60107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelya Dwi Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan pola interaksi antara pemelajaran tatap muka dan forum diskusi asinkronus dalam blended learning di Universitas Indonesia. Vrasidas and McIsaac (1999) mendefinisikan interaksi sebagai proses yang terdiri dari tindakan timbal balik dari dua atau lebih pelaku dalam konteks yang tersedia. Pola interaksi yang dilihat adalah pelaku interaksi yang paling banyak melakukan interaksi, kategori interaksi yang paling banyak dilakukan dosen, dan kategori interaksi yang paling banyak dilakukan mahasiswa baik pada forum diskusi asinkronus maupun pemelajaran tatap muka. Konten interaksi dari sampel Matakuliah Pengembangan Terintegrasi B (MPKT B) tersebut dianalisis menggunakan Analisis Interaksi Pembelajaran Campuran. Hasil analisis konten kualitatif dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola interaksi pada pelaku interaksi dan kategori interaksi yang paling banyak dilakukan dosen. Sementara itu, tidak ditemukan perbedaan kategori interaksi yang paling banyak dilakukan mahasiswa.
ABSTRACT
This research was conducted to find the differences of patterns of interaction in face-to-face learning and asynchronous discussion forums in blended learning at the University of Indonesia. Vrasidas and McIsaac (1999) defines the interaction as a process that consists of reciprocal action of two or more actors in the given context. Patterns of interaction which is seen are which actors who do more interactions, which category of interaction that most teachers do, and which category of interaction that most students do both on the asynchronous discussion forums and face-to-face learning. Content of interactions of the sample from Matakuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B (MPKT B) were analyzed using the Analisis Interaksi Pembelajaran Campuran. Results of the qualitative content analysis of this research shows that there are differences in patterns of interaction of interaction actors and category of interaction that most teachers do. Meanwhile, there is no differences in the category of interaction that most students do.
2015
S59026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranti Andhika Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara psychological capital dengan work happiness pada karyawan bank syariah X. Penelitian ini dilakukan pada 135 karyawan yang bekerja di bank syariah X. Pengukuran work happiness mengacu pada alat ukur work happiness measurement (2013), dengan reliabilitas (a .90) sedangkan pada pengukuran psychological capital memakai alat ukur Psychological Capital Questionnaire (2007) dengan reliabilitas (a .95). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara psychological capital dengan work happiness (r = 0.36, p < 0.01). Dengan demikian, semakin tinggi psychological capital yang dimiliki oleh karyawan maka semakin tinggi juga work happiness yang dirasakannya. Selain itu, dimensi hope dari psychological capital merupakan dimensi yang paling besar hubungannya dengan work happiness (r = 0.35, p < 0.01).
ABSTRACT
This study aimed to examined the correlation between psychological capital and work happiness among employees of Bank Syariah X. The study was conducted on 135 employees who work at Bank Syariah X. Measurement of work happiness refers to work happiness measurement (2013), with alpha cronbach (a .90). While measurement of psychological capital refers to Psychological Capital Questionnaire (2007), with alpha cronbach (a .95). The results of this study showed that there is a positively significant relationship between psychological capital and work happiness(r = 0.36, p < 0.01). Thus, the higher psychological capital, employee?s work happiness will be higher too. In addition, hope the dimension of psychological capital with the most related dimension to the work happiness (r = 0.35, p < 0.01).
2016
S63400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khair Asikin
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PsyCap dan OCB. Penelitian ini merupakan tipe penelitian kuantitatif korelational. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah Psychological Capital Questionnaire PCQ-24 milik Luthans, Youssef, Avolio 2007 dan OCB scale milik Lee Allen 2002. Responden pada penelitian ini adalah karyawan bank. Dari 144 responden, didapatkan hasil bahwa r = .461, n = 144, p< .01, one tailed. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat PsyCap, maka semakin tinggi tingkat OCB karyawan bank. Tingginya nilai PsyCap dan OCB pada karyawan, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan, karyawan dapat bekerja secara efektif dan efisien, serta dapat bersaing dengan perusahaan lain. ......This research aims to know the relationship between PsyCap and OCB. The research is a quantitative research type and correlational design. The questionnaire which used to measure this variable is Psychological Capital Questionnaire PCQ 24 by Luthans, Youssef, Avolio 2007 and OCB scale by Lee Allen 2002. Respondents in this research are bank employees. From 144 respondents, the obtained results is r .461, n 144, p .01, one tailed. It means on the bank employees, as the level of PsyCap increased, the level of OCB will also increased. The high score of PsyCap and OCB on employees in expected to increase productivity of company, employees can work effectively and efficiently, and can compete with other companies.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Chairuni
Abstrak :
Konflik interpersonal pada remaja merupakan hal yang tidak terlepas dalam kehidupan sosialnya. Dalam interaksi akan muncul pertentangan dan terkadang individu akan berselisih pendapat. Walaupun konflik dapat mengancam hubungan sosial namun konflik tidak selalu merusak hubungan sosial. Cara mengatasi konflik merupakan hal yang menentukan apakah konflik menjadi sesuatu yang fungsional ataupun disfungsional. Program intervensi resolusi konflik menggunakan metode skillstreaming merupakan salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan resolusi konflik pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program intervensi skillstreaming dalam mengembangkan keterampilan resolusi konflik pada seorang remaja. Setelah dilakukan analisis perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan alat ukur Conflict Resolution Style Inventory (CRSI), diketahui bahwa program ini belum mampu mengembangkan resolusi konflik pada remaja. ...... Interpersonal conflict in adolescence is inevitable feature in their social relationship. When they interact, disagreement may arise. They sometimes disagree. Eventhough conflict may jeopardize social relationship, conflict is not necessarily detrimental. The way conflicts are handled is important in determining whether conflicts are functional or dysfunctional. Intervention program for conflict resolution using skillstreaming methods is a way to develop conflict resolution skill in adolescent. In the current research, the main focus is to see effectiveness of skillstreaming intervention program to develop conflict resolution skill in adolescent. After analyzing the result of pre-test and post test with Conflict Resolution Style Inventory (CRSI) on adolescent, the result shows this program has not been able to develop conflict resolution in adolescents.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T38927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>