Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nidia Robertina
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kualitas attachment ayah-anak dan ibu-anak dengan kualitas persahabatan pada remaja madya. Partisipan pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 15 hingga 17 tahun, sebanyak 97 partisipan. Kualitas Attachment pada ayah-anak dan ibu-anak diukur dengan alat ukur Inventory of Parent and Peer Attachment yang disusun oleh Armsden dan Greenberg (1987). Kualitas persahabatan diukur dengan alat ukur Friendship Quality Questionnaire dari Parker dan Asher (1989) yang dibagi menjadi dua dimensi, yakni dimensi kualitas persahabatan positif yang terdiri aspek validation and caring, companionship and recreation, help and guidance, intimate exchange, dan conflict resolution, serta dimensi kualitas persahabatan negatif yang memiliki aspek conflict and betrayal. Hasil utama pada penelitian ini menemukan bahwa kualitas attachment ibu-anak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas persahabatan positif dan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas persahabatan negatif. Kemudian pada kualitas attachment ayah-anak, ditemukan hasil yang signifikan terhadap dimensi kualitas persahabatan positif, namun tidak signifikan terhadap dimensi kualitas persahabatan negatif.

ABSTRACT
This research aimed to see the relationship between the attachment quality of father-child and mother-child with friendship quality among middle adolescence. The participants of this research were 97 adolescents aged 15 to 17 years old. Attachment quality of father-child and mother-child were measured using Inventory of Parent and Peer Attachment which developed by Armsden and Greenberg (1987). The friendship quality was measured using Friendship Quality Questionnaire developed by Parker and Asher (1989) which consists of two dimensions: positive friendship quality that consisting of aspects validation and caring, companionship and recreation, help and guidance, intimate exchange, conflict resolution; and negative friendship quality that having an aspect conflict and betrayal. The main result of this research found that the attachment quality on mother-child significantly correlated with positive friendship quality and also significantly correlated with negative friendship quality Attachment quality on father-child significantly correlated with positive dimension of friendship quality, but it there is no correlation with negative dimension of friendship quality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debbi Ratnaning Utami
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara keterlibatan orang tua dan
keterlibatan peserta didik di sekolah pada peserta didik SMA. Partisipan
penelitian ini berjumlah 180 peserta didik SMA. Penelitian ini merupakan
penelitian korelasional. Definisi keterlibatan orang tua adalah sikap dan tingkah
laku yang ditunjukkan oleh orang tua untuk memajukan dan mendukung
perkembangan akademik, sosial dan kognisi anak yang dilakukan di dalam
lingkungan rumah maupun sekolah. Definisi keterlibatan peserta didik di
sekolah adalah usaha yang dikeluarkan oleh peserta didik baik berupa tingkah
laku, emosi maupun kognisi, ketika mengikuti aktivitas di sekolah. Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat ukur School Engagement-
McArthur (Lippman, 2008) dan High School and Family Partnership (Epstein,
et al., 1993). Hasil penelitian menunjukan adanya korelasi yang positif dan
signifikan antara keterlibatan orang tua dan keterlibatan peserta didik di sekolah
pada peserta didik SMA.

ABSTRACT
The pupose of this study is to investigate the relationship between parent
involvement and school engagement of high school students. Participants of this
study were 180 high school students. The data were collected using
convenience sampling method. This is a correlational study with quantitative
methods. Parent involvement define as parent attitudes and behavior to promote
and support child‟s academic, social and cognitive development in at home and
at school. Meanwhile, school engagement is the student‟s effort to engage
thoroughly in behavior, emotional and cognitive, while taking part in school
activities. The instruments that used in this study is School Engagement-
McArthur (Lippman, 2008) and High School and Family Partnership (Epstein,
Connor-Tadros & Salinas, 1993). Results showed a positive and significant
relationship, between parent involvement and school engagement of high
school students."
2015
S58740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Ranny Wafiroh
"ABSTRAK
Penelitian korelasional ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara computer self-efficacy (CSE) dan penggunaan komputer oleh guru sekolah dasar. CSE didefinisikan sebagai keyakinan seseorang mengenai kapabilitasnya untuk menggunakan komputer (Compeau & Higgins, 1995), sedangkan penggunaan komputer didefinisikan sebagai frekuensi guru menggunakan komputer dalam bentuk preparation, professional e-mail, delivering instruction, accommodation, dan grading (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). CSE diukur menggunakan alat ukur Computer Self-Efficacy milik Compeau & Higgins (1995) dan penggunaan komputer menggunakan alat ukur Teachers? Technology Use milik Babell, Russell, & O?Dwyer (2004). Data didapat dari 164 orang partisipan guru sekolah dasar di Jakarta, Bogor, dan Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara CSE dan penggunaan komputer pada guru sekolah dasar (r = 0,486, p = 0,000, L.o.S. 0,01). Berdasar pada hasil penelitian, peneliti menyarankan pihak guru dan sekolah untuk mengupayakan peningkatan CSE guna meningkatkan penggunaan komputernya.

ABSTRACT
This correlational study was conducted to demonstrate the relationship between computer self-efficacy (CSE) and elementary school teachers? use of computer. CSE is defined as a judgement of one?s capability to use a computer (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer is defined as the frequency of teachers? using computer in the form of preparation, professional e-mail, delivering instruction, accommodation, and grading (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). CSE was measured by Computer Self-Efficacy Scale (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer was measured by Teachers? Technology Use Scale (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). Data was collected from 164 elementary school teachers in Jakarta, Bogor, and Bekasi. The main result shows that there is a significant positive correlation between computer self-efficacy and teachers? use of computer on elementary school teachers (r = 0,486, p = 0,000, L.o.S. 0,01). Based on the study result, it is suggested for teachers and schools to work on improving the CSE in order to increase the use of computers.
This correlational study was conducted to demonstrate the relationship between computer self-efficacy (CSE) and elementary school teachers? use of computer. CSE is defined as a judgement of one?s capability to use a computer (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer is defined as the frequency of teachers? using computer in the form of preparation, professional e-mail, delivering instruction, accommodation, and grading (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). CSE was measured by Computer Self-Efficacy Scale (Compeau & Higgins, 1995) and teachers? use of computer was measured by Teachers? Technology Use Scale (Babell, Russell, & O?Dwyer, 2004). Data was collected from 164 elementary school teachers in Jakarta, Bogor, and Bekasi. The main result shows that there is a significant positive correlation between computer self-efficacy and teachers? use of computer on elementary school teachers (r = 0,486, p = 0,000, L.o.S. 0,01). Based on the study result, it is suggested for teachers and schools to work on improving the CSE in order to increase the use of computers.
"
2015
S60107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelya Dwi Astuti
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan pola interaksi antara pemelajaran tatap muka dan forum diskusi asinkronus dalam blended learning di Universitas Indonesia. Vrasidas and McIsaac (1999) mendefinisikan interaksi sebagai proses yang terdiri dari tindakan timbal balik dari dua atau lebih pelaku dalam konteks yang tersedia. Pola interaksi yang dilihat adalah pelaku interaksi yang paling banyak melakukan interaksi, kategori interaksi yang paling banyak dilakukan dosen, dan kategori interaksi yang paling banyak dilakukan mahasiswa baik pada forum diskusi asinkronus maupun pemelajaran tatap muka. Konten interaksi dari sampel Matakuliah Pengembangan Terintegrasi B (MPKT B) tersebut dianalisis menggunakan Analisis Interaksi Pembelajaran Campuran. Hasil analisis konten kualitatif dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola interaksi pada pelaku interaksi dan kategori interaksi yang paling banyak dilakukan dosen. Sementara itu, tidak ditemukan perbedaan kategori interaksi yang paling banyak dilakukan mahasiswa.

ABSTRACT
This research was conducted to find the differences of patterns of interaction in face-to-face learning and asynchronous discussion forums in blended learning at the University of Indonesia. Vrasidas and McIsaac (1999) defines the interaction as a process that consists of reciprocal action of two or more actors in the given context. Patterns of interaction which is seen are which actors who do more interactions, which category of interaction that most teachers do, and which category of interaction that most students do both on the asynchronous discussion forums and face-to-face learning. Content of interactions of the sample from Matakuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B (MPKT B) were analyzed using the Analisis Interaksi Pembelajaran Campuran. Results of the qualitative content analysis of this research shows that there are differences in patterns of interaction of interaction actors and category of interaction that most teachers do. Meanwhile, there is no differences in the category of interaction that most students do.
"
2015
S59026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Mustika
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah pemberian program intervensidengan pendekatan reciprocal teaching dan buddy reading dapat meningkatkanstrategi metakognitif yang digunakan siswa ketika membaca. Penelitian inimerupakan penelitian dengan desain subyek tunggal pada siswa kelas X SMAdengan kesulitan pemahaman bacaan. Program berlangsung selama 6 hari, danterdiri dari fase baseline dan fase treatment. S
elama fase baseline, dilakukan persiapan terhadap subyek, persiapan buddy, serta pengukuran strategi metakognitif subyek sebelum diberikan intervensi. Dalam fase treatment, subyek diberikan intervensi berupa program belajar dengan pendekatan reciprocal teaching dan buddy reading, kemudian diukur strategi metakognitifnya.
Hasilpenelitian menunjukkan peningkatan penggunaan strategi metakognitif padasubyek, baik dari segi jumlah, keberagama, dan tingkat efektivitas strategi metakognitif yang digunakan ketika membaca.

The objective of this research is to examine whether intervention program with reciprocal teaching and buddy reading can improve metacognitive strategies usedby student. This research is conducted using single subject design on high school student with reading comprehension difficulties. The program was administrated in 6 meetings and consisted of two phases baseline and treatment.
During the baseline phase, researcher prepared subject and buddy for intervention, and measured metacognitive strategies used by subject before intervention. During the treatment phase, subject received learning program with reciprocal teaching and buddy reading, then his metacognitive strategies was measured.
The result showed that there is improvement in the variety, and effectiveness ofmetacognitive strategies used by subject while reading.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khair Asikin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PsyCap dan OCB. Penelitian ini merupakan tipe penelitian kuantitatif korelational. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah Psychological Capital Questionnaire PCQ-24 milik Luthans, Youssef, Avolio 2007 dan OCB scale milik Lee Allen 2002. Responden pada penelitian ini adalah karyawan bank. Dari 144 responden, didapatkan hasil bahwa r = .461, n = 144, p< .01, one tailed. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat PsyCap, maka semakin tinggi tingkat OCB karyawan bank. Tingginya nilai PsyCap dan OCB pada karyawan, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan, karyawan dapat bekerja secara efektif dan efisien, serta dapat bersaing dengan perusahaan lain.

This research aims to know the relationship between PsyCap and OCB. The research is a quantitative research type and correlational design. The questionnaire which used to measure this variable is Psychological Capital Questionnaire PCQ 24 by Luthans, Youssef, Avolio 2007 and OCB scale by Lee Allen 2002. Respondents in this research are bank employees. From 144 respondents, the obtained results is r .461, n 144, p .01, one tailed. It means on the bank employees, as the level of PsyCap increased, the level of OCB will also increased. The high score of PsyCap and OCB on employees in expected to increase productivity of company, employees can work effectively and efficiently, and can compete with other companies."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efika Fiona
"Disabilitas intelektual merupakan kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan pada fungsi kognitif, adaptif, dan adanya keterlambatan pada perkembangan yang terjadi sebelum usia 18 tahun. Salah satu hal yang menyangkut fungsi-fungsi tersebut dan biasanya bermasalah pada penyandang disabilitas intelektual ringan adalah regulasi emosi.
Regulasi emosi merupakan kemampuan seseorang untuk menahan diri terhadap perilaku yang tidak sesuai terkait dengan emosi negatif ataupun positif yang dirasakan, mengatur diri supaya tidak tergantung dengan suasana hati, menenangkan diri ketika muncul emosi yang kuat, dan memfokuskan atensi ketika muncul emosi yang kuat.
Regulasi emosi sangat dibutuhkan untuk beradaptasi hingga menjaga hubungan dengan orang lain. Intervensi yang dapat digunakan untuk menangani masalah regulasi emosi adalah pemberian pelatihan sistem keterampilan regulasi emosi. Penelitian ini menggunakan desain single subject.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan sistem keterampilan regulasi emosi memberikan dampak positif pada aspek kognitif dan perilaku subjek. Penggunaan sistem keterampilan dalam keseharian juga berkaitan dengan peranan orang-orang di sekitar subjek yang memahami cara penggunaan keterampilan dan mengingatkannya pada subjek.

Intellectual disability is a condition where someone experiences deficits in intellectual functions, adaptive functions, and onset of these deficits during the developmental period before the age of eighteen . One of the things that are related to the functions and become problems for children with mild intellectual disability is the emotion regulation.
Emotion regulation is someone rsquo s ability to refrain himself from improper behavior concerning negative and positive emotions that he feels, to manage himself so that he does not depend on his mood condition, to calm down himself when strong emotion arises, and to focus his attention when strong emotion appears.
Emotion regulation is extremely needed for adaptation in order to maintain relations with other people. Intervention that can be used to handle emotion regulation problem for children with intellectual disability is by giving emotion regulation skills system training. This research uses single subject design.
The result of this research shows that emotion regulation skills system training gives positive impacts on cognitive and behavior aspects of the subject. The application of these skills in daily life is also related to the roles of people around the subject who can understand how to apply the skills and remind the subject.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranti Andhika Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara psychological capital dengan work happiness pada karyawan bank syariah X. Penelitian ini dilakukan pada 135 karyawan yang bekerja di bank syariah X. Pengukuran work happiness mengacu pada alat ukur work happiness measurement (2013), dengan reliabilitas (a .90) sedangkan pada pengukuran psychological capital memakai alat ukur Psychological Capital Questionnaire (2007) dengan reliabilitas (a .95).
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara psychological capital dengan work happiness (r = 0.36, p < 0.01). Dengan demikian, semakin tinggi psychological capital yang dimiliki oleh karyawan maka semakin tinggi juga work happiness yang dirasakannya. Selain itu, dimensi hope dari psychological capital merupakan dimensi yang paling besar hubungannya dengan work happiness (r = 0.35, p < 0.01).

This study aimed to examined the correlation between psychological capital and work happiness among employees of Bank Syariah X. The study was conducted on 135 employees who work at Bank Syariah X. Measurement of work happiness refers to work happiness measurement (2013), with alpha cronbach (a .90). While measurement of psychological capital refers to Psychological Capital Questionnaire (2007), with alpha cronbach (a .95).
The results of this study showed that there is a positively significant relationship between psychological capital and work happiness(r = 0.36, p < 0.01). Thus, the higher psychological capital, employee?s work happiness will be higher too. In addition, hope the dimension of psychological capital with the most related dimension to the work happiness (r = 0.35, p < 0.01).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasnima Ranti Weningtyas
"Terapis wicara, profesi yang berperan penting dalam memberikan penanganan pada anak-anak dengan gangguan berkomunikasi dan menghindari dampak negatif dalam jangka panjangnya, tetapi masih minim diteliti di Indonesia. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran yang mendalam mengenai pengalaman terapis wicara di Indonesia dan bagaimana mereka menghayati pekerjaan yang dilakukan, juga dengan harapan bahwa apa yang ditemukan dalam penelitian ini dapat menjadi permulaan dari lebih banyak penelitian terkait terapi wicara dan terapis wicara di Indonesia. Melalui wawancara semiterstruktur bersama lima terapis wicara dan dengan menggunakan metode analisis practical thematic analysis oleh Saunders et al. (2023), penelitian ini menemukan 6 tema dan 15 subtema yang mewakili penghayatan pengalaman terapis wicara di Indonesia, baik sebelum memulai pekerjaannya maupun hingga saat ini. Penelitian ini mengungkapkan latar belakang dari para terapis wicara dalam memilih bidang keterapian, tantangan dalam bekerja yang banyak berasal dari orang tua atau keluarga pasien, bagaimana terapis wicara menavigasi peran mereka di ranah pekerjaan dan keluarga, aspek menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dialami, pemaknaan terapis wicara terhadap profesi mereka, serta refleksi lebih dalam terkait pekerjaan yang memberi kesempatan para terapis wicara mengungkapkan keluhan, harapan, dan kekhawatiran selama bekerja. 

Speech therapist, a profession with a crucial role in giving treatment for children with communication disorder and preventing long-term negative impacts, but remains under-researched in Indonesia. Using a qualitative approach, this study aims to explore in depth the experience of speech therapist in Indonesia and how they internalize the work they do, and with hopes that the findings in this study can act as the start of more studies about speech therapy and speech therapist in Indonesia. Through semi-structured interviews with five speech therapists and utilizing the practical thematic analysis method by Saunders et al. (2023), this study found 6 themes and 15 subthemes that represents the experience of speech therapist in Indonesia, both before they begin working and up to this day. This study reveals speech therapists’ background in choosing the field of therapy, challenges in work that comes from parents and families of patients, how speech therapists navigate their role in work and family, the fun and not-so-fun aspects that they experience, how they put meaning to their profession, and a deeper reflection of their work that gives them a chance to disclose complaints, hopes, and concerns throughout their job."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Hardiyanti Warmanda
"Orang tua dari anak dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) memiliki tingkat stres pengasuhan yang lebih tinggi daripada orang tua dari anak tipikal atau anak dengan gangguan perkembangan lain. Menurut Transactional Theory of Stress and Coping, hal ini disebabkan oleh kesenjangan antara tuntutan pengasuhan yang dirasakan dengan sumber daya yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan tersebut. Salah satu sumber daya yang dimiliki orang tua dari anak dengan GSA adalah persepsi dukungan sosial. Penelitian terdahulu menemukan hubungan negatif signifikan antara persepsi dukungan sosial dengan stres pengasuhan. Hanya saja, penelitian mengenai hubungan dari kedua variabel tersebut serta hubungan dari tiap sumber persepsi dukungan sosial (teman, keluarga, dan significant other) dengan tiap sumber stres pengasuhan (parental distress, parent-child dysfunctional interaction, dan difficult child) masih jarang diteliti di Indonesia. Penelitian korelasional yang melibatkan 101 orang tua dari anak dengan GSA di Indonesia dilakukan untuk meneliti hubungan-hubungan tersebut. Hasil analisis regresi linear sederhana mengindikasikan bahwa persepsi dukungan sosial dapat memprediksi stres pengasuhan secara signifikan (β=-.354, p<.001). Selain itu, hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial dari teman dapat memprediksi stres pengasuhan yang disebabkan oleh parental distress (β=-.294, p<.001) dan difficult child (β=-.331, p<.01) secara signifikan. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya bagi orang tua dari anak dengan GSA di Indonesia untuk tidak hanya menerima dukungan sosial, tetapi juga mempersepsikan bahwa dukungan sosial tersebut ada dan cukup dalam menghadapi stres pengasuhan. Selain itu, penelitian ini menekankan bahwa stres pengasuhan yang datang dari sumber yang berbeda membutuhkan penanganan yang berbeda pula.

Parents of children with Autism Spectrum Disorder (ASD) have higher parental stress than parents of typically-developed children or children with other developmental disorders. According to Transactional Theory of Stress and Coping, this stems from the gap between perceived parenting demands and resources needed to handle it. One of the resources that parents of children with ASD have is perceived social support. Past findings found negative significant relationship between perceived social support and parental stress. Despite that, study on the relationship between the two variable, as well as sources of perceived social support (friend, family, and significant other) and sources of parental stress (parental distress, parent-child dysfunctional interaction, and difficult child), remain scarce in Indonesia. Correlational study consisting of 101 parents of children with ASD in Indonesia is done to uncover those relationships. Simple linear regression analysis found that perceived social support significantly predicts parental stress (β=-.354. p<.001). Moreover, multiple linear regression analysis indicated that perceived social support from friend is able to significantly predict parental stress stemming from parental distress (β=-.294, p<.01) and difficult child (β=-.331, p<.01). This research underlines the importance for parents of children with ASD in Indonesia to not only receive social support, but also to perceive that social support exists and sufficient to handle parental stress. Another findings also highlights that parental stress stemming from different sources requires different treatment as well."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>