Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 259 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Farhan Noor
"ABSTRAK
Mohammad Farhan Noor. 1006744793. 2012. Model, Pola dan Strategi Komunikasi Pemasaran dan Transaksi Bisnis Komunitas Peer-to-Peer. Pembimbing Dr. Irwansyah, MA. Pasca Sarjana Manajemen Komunikasi. Fakultasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model komunikasi, pola komunikasi dan strategi komunikasi pemasaran dan transaksi bisnis yang dilakukan oleh P2P Courier Service. Penelitian ini menggunakan fenomenologi untuk menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala yang terlibat di dalam komunitas P2P Courier Service. Penelitian ini diuraikan dengan teknik naratif dan analytic comparison pada hasil data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan partisipatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model komunikasi yang terjadi di dalam P2P Courier Service diawali dengan catatan aktivitas titip-menitip yang dikumpulkan oleh penyedia P2P Courier Service untuk kemudian dimanfaatkan oleh komunitas yang berbagi peran antara Penitip dan Traveler dengan pola komunikasi yang merupakan kombinasi antara Registration, Allocution, Conversation dan Consultation. Sementara strategi komunikasi pemasaran maupun transaksi bisnis dilakukan dengan menekankan pengalaman partisipatif komunitas. Penelitian ini menyimpulkan P2P Courier Service sebagai sebuah konsep layanan baru berbasis Peers berjalan dan berkembang karena komunikasi dan interaksi terus terjadi di dalamnya, yang kemudian mendatangkan partisipasi aktif dari para penggunanya

ABSTRACT
Mohammad Farhan Noor. 1006744793. 2012. Models, Patterns and Marketing and Business Transactions Communications Strategies of Peer-to-Peer Community. Dr. Irwansyah, MA as a Counselor. Post Graduate Communication Management. Faculty of Social and Political Sciences. University of Indonesia. This study aims to determine the model of communication, patterns of communication and marketing and business transactions communication strategy conducted by P2P Courier Service. This study uses phenomenology to explain the meaning of a number of people about the life experiences of a concept or phenomenon involved in the community of P2P Courier Service. This study described with techniques of narrative and analytic comparison to the results of the data obtained through in-depth interviews and participatory observation. The results of this study indicate that the model of communication that occur in P2P Courier Service starts with entrusted couriers activity recorded by the P2P Courier Service for later use by the community to share the role between Traveler and Depositor managed with the patterns of communication that combines Registration, Allocution, Conversation and Consultation. While the marketing communication strategy and business transactions carried out by emphasizing community participatory experience. The study concluded P2P Courier Service as a new service concept based Peers run well and flourished because of the communication and interaction continues to occur in it, which then brings the active participation from its users."
2013
T32951
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Secilea
"Pariwisata sudah menjadi bagian dari budaya postmodern terkait gaya hidup dan kelas sosial. Pariwisata mendorong pergerakan ekonomi dengan pemenuhan gaya hidup masyarakat konsumtif. Pariwisata di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari upaya promosi dan peningkatan pembentukan citra positif. Pariwisata tidak lagi menjadi pengalaman yang otentik melainkan sebuah konstruksi situasi yang diharapkan oleh penciptanya dirasakan sebagai pengalaman menarik bagi wisatawan.
Salah satu peningkatan upaya promosi pariwisata melalui pembuatan strategi pencitraan. Mengadopsi konsep simulasi sebagai salah satu bentuk perwujudan Pariwisata Indonesia yang oleh creator pencitraan ingin ditanamkan kedalam benak calon wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pencitraan yang dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dengan kerangka berpikir Jean Baudrillard mengenai pencitraan. Proses pencitraan disandingkan dengan kenyataan dilapangan sehingga dapat memaparkan jurang antara pencitraan dengan kenyataan di lapangan.
Melalui metode penelitian kualitatif yang mengambil lokasi di Jakarta, data-data dikumpulkan melalui teknik depth interview, observation dan didukung analisa semiotika pada iklan pariwisata. Dengan teori postmodern dari Jean Baudrillard mengenai pencitraan dan simulasi mewarnai penelitian yang dilakukan pada kesempatan kali ini.

Tourism has become part of the postmodern culture related with lifestyle and social class. Tourism encourage economic movement with fulfillment of consumer society life style. Indonesia tourism can not be separated from promotion efforts to increase positive image. Tourism then no longer be an authentic experience but a result of new reality construction that is expected by the creator can be perceived as an interesting experience for tourists.
One way among a lot more ways to increase tourism promotion is through the branding strategies. Simulation concept then adopted as a form of manifestation of Indonesia Tourism. This study aims to determine how is tourism branding strategy concept created by the Ministry of Tourism and Creative Economy Republic of Indonesia. Jean Baudrillard framework of thinking are used with regards on how the image is form that could be implement. The image then parallel with the reality so it can describe the gap between image and reality.
Through qualitative research methods which took place in Jakarta, the data collected through depth interview techniques, observation and supported with semiotics analysis of Indonesia tourism advertising. Jean Baudrillard's postmodern theory and the simulation then could enhance the research of branding strategy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Rahma Haninda
"ABSTRAK
Kredibilitas aplikasi mobile menjadi semakin penting seiring dengan banyaknya proses komunikasi, layanan, perdagangan, dan kepentingan personal dilakukan secara online. Akses yang luas dan banyaknya sumber yang memastikan ketersediaan informasi secara luas juga membuat penilaian kredibilitas menjadi sangat kompleks. Ketika pengguna tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menilai informasi yang diberikan mereka dapat bergantung pada bintang / rating sebagai isyarat. Pengguna juga mungkin cenderung lebih suka menilai aplikasi berdasarkan ulasan daripada langsung mengevaluasi kualitasnya. Menggunakan LINE Webtoon sebagai objek penelitian, aplikasi mobile ini menawarkan lebih dari 200 judul komik online yang diterbitkan gratis setiap harinya. LINE Webtoon telah diunduh lebih dari 10 juta pengguna, memiliki lencana bintang 4.5 dan direview oleh 931.354 pengguna di Google Play Store. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana pengguna tahu apa yang mereka ketahui dengan memeriksa peran penilaian kredibilitas dalam perilaku informasi online pengguna. Penelitian ini menganalisis penilaian kredibilitas pengguna pada aplikasi seluler berdasarkan teori Prominence Interpretation Theory PIT oleh B.J. Fogg dan Information Foraging Theory oleh Pirolli and Card. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran berurutan, metode kuantitatif berdasarkan eksperimen kuasi yang diikuti dengan metode kualitatif menggunakan wawancara mendalam. Hasilnya menunjukkan bahwa bintang star/rating menjadi variabel independen bagi variabel kualitas informasi, sedangkan variabel interpretasi menjadi perantara terhadap korelasi antara bintang dengan kualitas informasi. Penilaian kredibilitas tetap memiliki peran namun tidak terlalu banyak porsinya untuk membangun perilaku informasi online pada pengguna aplikasi LINE Webtoon.

ABSTRACT
The credibility of mobile applications apps has become increasingly important because communication processes, services, commerce, and personal data are all online. Wide scale access and the multiplicity of sources that ensure widespread information availability also make assessing credibility extremely complex. When users do not have sufficient knowledge to judge the given information they may rely on the star rating as a cue. They also may prefer to rate the app based on the review rather than directly evaluate its quality. Using LINE Webtoon as the research rsquo s object, this mobile app offers over 200 online comics updated daily for free. LINE Webtoon has been downloaded by more than 10 million users, get 4.5 stars for rating, and has been reviewed by 931,354 users in the Google Play Store. This research aims to understand how users know what they know by examining the role of credibility assessment in users rsquo online information behavior. This research analyzes the user rsquo s credibility assessment of mobile apps based on Fogg rsquo s prominence interpretation theory PIT and users rsquo information behavior based on Pirolli and Card rsquo s information foraging theory. This research using a sequential mixed methods approach, quantitative based on quasi experiment following by qualitative in depth interview. The results show that star rating being the independent variable for information quality, meanwhile interpretation being the moderating variable for the quality information. The credibility assessment still has a role but not too much for online information behavior construct in LINE Webtoon app user context."
2018
T50216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Retno Ekayanti
"Pemahaman mengenai penerimaan siswa terhadap Learning Management System merupakan hal penting untuk meningkatkan penggunaan dan pengaruh LMS itu sendiri. Sebagai model penerimaan teknologi yang terkini, Unified Theory of Acceptance and Use of Technology UTAUT perluasan telah digunakan untuk mengukur penerimaan sebuah teknologi. Gandhi Memorial Intercontinental School GMIS Jakarta telah menggunakan ManageBac sebagai LMS sejak tahun 2012. Sebagai LMS, ManageBac didesain untuk mengatur perencanaan kurikulum, evaluasi, pelaporan hasil dan kehadiran serta komunikasi antara pengajar dan siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa model UTAUT perluasan teraplikasi pada model penerimaan ManageBac di GMIS Jakarta meskipun dengan adanya penambahan kesukarelaan sebagai moderator. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuesioner survey Likert skala 7 dan analisis SEM-PLS. Total 245 siswa yang duduk di kelas XI dan XII diambil sebagai peserta survey. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa model UTAUT perluasan tidak teraplikasi pada model penerimaan ManageBac di GMIS Jakarta. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa gender, umur dan kesukarelaan tidak berperan dalam memperkuat pengaruh seluruh konstruk terhadap niat penggunaan. Pengalaman merupakan satu-satunya moderator yang berpengaruh pada kondisi penunjang dan kebiasaan. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa dari tujuh konstruk penelitian, hanya terdapat empat konstruk yang mempengaruhi niat penggunaan secara signifikan, yakni kondisi penunjang, motivasi hedonis, nilai harga dan kebiasaan.Kata kunci: UTAUT perluasan, sistem manajemen pembelajaran.

Understanding students rsquo acceptance towards a Learning Management System is a crucial issue for improving its usage and effects. As recent model of technology acceptance, extended Unified Theory of Acceptance and Use of Technology extended UTAUT , has been used to measure user rsquo s acceptance on technology. Gandhi Memorial Intercontinental School GMIS , Jakarta has used ManageBac as LMS since 2012. As LMS, ManageBac has been designed to manage curriculum planning, evaluation, outcome reporting, attendance and communication between teachers and students. The purpose of this research was to prove that the model of extended UTAUT was applied into ManageBac rsquo s acceptance model at GMIS Jakarta even though with the addition of voluntariness as moderator. This research employed quantitative approach with survey method using 7 scale Likert questionnaire and SEM PLS analysis. A total of 245 students of grade XI and XII were taken as survey rsquo s participants. The result of finding revealed that the model of extended UTAUT was not applied into ManageBac rsquo s acceptance model at GMIS Jakarta. This study depicted that gender, age and voluntariness did not play significant role to enhance the effect of all constructs towards behaviour intention. Experience became the only moderator which strengthened the effect of facilitating condition and habit. This study also revealed that from all seven constructs, there were only four constructs which affected behaviour intention significantly facilitating condition, hedonic motivation, price value and habit. Key words Extended UTAUT , Learning Management System"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirun Nisa
"ABSTRAK
Tesis ini membahas peran sinkronisitas media pada hubungan antara nilai
utilitarian, nilai hedonik, nilai sosial dan kepuasan terhadap loyalitas dalam
konteks media sosial dan hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Peran sinkronisitas media ini menjadi variabel perantara dalam hubungan kausal dari kognisi, afeksi dan konasi berdasarkan Theory of Reasoned Action. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh nilai utilitarian, nilai hedonik dan nilai sosial terhadap kepuasan, menjelaskan pengaruh nilai utilitarian, nilai hedonik dan nilai sosial terhadap kepuasan melalui sinkronisitas media dan menjelaskan pengaruh kepuasan terhadap intensi loyalitas. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan survei kepada 195 pengikut akun media sosial IndonesiaBaik.id yang menjadi peserta pelatihan grafis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai utilitarian dan nilai hedonik memiliki pengaruh terhadap kepuasan, sinkronisitas media menjadi variabel perantara yang mendorong pengaruh nilai utilitarian, nilai hedonik dan nilai sosial terhadap kepuasan, dan kepuasan memiliki pengaruh terhadap intensi loyalitas. Secara keseluruhan, sinkronisitas media memiliki peran penting dalam keberhasilan komunikasi yang diindikasi dari intensi loyalitas. Selain itu, nilai hedonik menjadi prediktor tertinggi dari intensi loyalitas. Hasil penelitian menyarankan bahwa nilai hedonik perlu diperhatikan untuk menjaga loyalitas pengikut akun media sosial pemerintah dalam hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Selain itu, nilai sosial menjadi isu penting yang diperhatikan dalam pengembangan strategi kehumasan pemerintah. Pemanfaatan sinkronisitas media perlu ditingkatkan untuk keberlangsungan hubungan antara pemerintah dan masyarakat dengan pelibatan pengikut akun media sosial IndonesiaBaik.id secara aktif.

ABSTRACT
This thesis discusses the role of media synchronicity in the relationship between
utilitarian value, hedonic value, social value and satisfaction to loyalty in the
context of social media and the relationship between government and society. The role of media synchronicity becomes an intervening variable in the causal
relationships of cognition, affection and conation based on the Theory of
Reasoned Action. This study aims to explain the effect of utilitarian value,
hedonic value and social value on satisfaction, to explain the influence of
utilitarian value, hedonic value and social value to satisfaction through media
synchronicity and to explain the influence of satisfaction on loyalty intention. This research is a quantitative study by using survey to 195 followers of
IndonesiaBaik.id social media account who become participants of graphic
training. The results showed that utilitarian value and hedonic value have
influence to satisfaction, media synchronicity becomes intermediate variable that encourage influence of utilitarian value, hedonic value and social value to
satisfaction, and satisfaction has influence to loyalty intention. Overall, media
synchronicity has an important role in communication successfulness indicated by loyalty intentions. In addition, the hedonic value becomes the highest predictor of loyalty intention. The results suggest that hedonic value should be considered to maintain loyalty of government social media follower in the relationship between government and citizen. In addition, social values become an important issue in the development of public relations strategy. Media synchronicity utilization needs to be improved for sustainability of relationship between government and citizen with active involvement of social media followers of IndonesiaBaik.id."
2018
T50075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggiat
"Selama Orde Baru, dominasi pemerintah sangat besar, termasuk dalam dunia pers. Sebagai medium TV pemerintah juga tidak bisa mengelak dari kenyataan tersebut. Akibatnya TVRI cenderung dijuluki sebagai corong pemerintah, mengingat gencarnya berita-berita yang berasal dari pemerintah. Padahal tujuan suatu siaran televisi yang ideal adalah menyampaikan fakta yang ada di tengah-tengah masyarakat secara jujur dan obyektif. Dengan peran ini maka TV seperti media lainnya diharapkan mampu menjadi alat kontrol bagi pemerintah. Peranan dan fungsi media selain melakukan pemberitaan yang obyektif kepada masyarakat, juga berperan dalam pembentukan pendapat umum. Bahkan dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat dan dalam menegakkan disiplin nasional. Peranan TV dan media massa lainnya yang paling pokok dalam pembangunan adalah sebagai "agen perubahan" (agent of change). Namur kenyataannya berita TVRI selama Orde Baru (Masa Pemerintahan Soeharto) lebih dominan menyurakan suara pemerintah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi, yang kemudian di dukung dengan wawancara yang mendalam untuk mengetahui perubahan pemberitaan tersebut. Periode yang diamati mencakup kunm waktu 9 bulan, dan 1 Januari sampai dengan 31 Desember 1998. Khususnya periode Pemerintahan Presiden Habibie. Dari anatisis yang dilakukan diperoleh suatu kesimpulan bahwa pada awal-awal Reformasi, pemberitaan masih terfokus pada sumber berita yang berasal dari Pemerintah, namun secara gradual bobot pemberitaan itu berubah, walaupun trendnya masih berat ke Pemerintah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T511
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Mutmainah
"Studi ini memfokuskan diri pada remaja. Dalam era ekonomi kapitalistik, remaja dengan status sosial ekonomi tinggi adalah segmen pasar penting. Di satu sisi, mereka akan menempati posisi strategis di masyarakat. Di sisi lain, remaja elite kota besar merupakan pasar potensial bagi banyak barang konsumen, sehingga cenderung dirangsang untuk konsumtif. Dalam hal ini, hendak dilihat bagaimana remaja mengalami sosialisasi nilai melalui media yang dekat dengan mereka, yakni majalah remaja. Peneliti mengambil majalah remaja terbesar, Gadis, sebagai objek penelitian. Gadis diperkirakan membangun gagasan konsumerisme karena sejumlah hal. Sebagai majalah yang tumbuh pesat secara bisnis, Gadis berhubungan erat dengan kapitalisme global yang membutuhkan konsumen untuk menyerap barang konsumen produksi mereka. Media ini akan turut memfasilitasi proses penerimaan terhadap produk produk tersebut serta gaya hidup yang mendukungnya melalui pembentukan gagasan "menjadi konsumen yang seharusnya" di mata kaum muda. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan: (1) bagaimana Gadis membangun gagasan tentang konsumerisme bagi khalayaknya? dan (2) landasan ideologis bagaimana yang melatarbelakangi Gadis dalam memproduksi gagasan tersebut? Penemuan tentang kandungan nilai-nilai konsumerisme serta konteks ideologis yang menyertainya dilakukan melalui analisis wacana kritis Fairdough. Untuk analisis teks digunakan analisis framing dengan konsep Gamson dan Modigliani. Penelitian dilakukan terhadap 16 nomor Gadis edisi 2000, tahun yang mewakili periode 1990-an, saat gagasan perdagangan bebas sudah lebih diterima. Diduga, pada era tersebut, promosi konsumerisme lebih meningkat dibanding waktu sebelumnya. Dari analisis teks terlihat bahwa Gadis mempromosikan gagasan konsumerisme. Majalah ini membangun bingkai-bingkai seperti "belanja", "idola", "materi sebagai ukuran", "instant", dan "koleksi barang", yang semuanya menggambarkan karakterislik budaya konsumer. Majalah Gadis lahir dari perusahaan media besar dan sejak kelahirannya selalu menjadi majalah remaja terbesar (dan segi brand, readership, dan serapan ikian). Gaya penyajiannya khas remaja masa kini, menampilkan keceriaan, banyak menggunakan bahasa Inggris serta menampilkan budaya populer Barat kesukaan remaja (khususnya film dan musik). Karena ditujukan bagi remaja putri, muatannya juga banyak mengulas masalah mode, kecantikan, dan perawatan tubuh. Watak Gadis yang telah menjadi industri bertemu dengan lingkungan tempat majalah ini dan pembacanya tumbuh. Gadis dan pembacanya hidup dalam konteks sosial-ekonomi yang makin kapitalistik dan liberal. Ideologi ini menjadikan tumbuhnya budaya konsumtif dalam masyarakat, budaya yang justru dikembangkan dan dipelihara oleb pemerintah, karena gaya hidup ini menyuburkan watak bisnis dalam sistem ekonomi yang makin liberal dan pragmatis sejak akhir tahun 1980-an. Dengan mempromosikan konsumerisme, Gadis menjadikan remaja pembacanya masuk dalam kondisi yang digambarkan Alan Wells sebagai `konsumerisme parasibk'. Kaum remaja ini "dididik" untuk berpartisipasi dalam `budaya konsumsi' ala negara maju. Dalam hal ini, Gadis mempromosikan gaya hidup elite yang hanya meniru gaya konsumsi negara maju, tanpa mengadopsi sistem nilai yang mendasari konsumerisme itu yang sebenarya mengagungkan nilai-nilai kewiraswastaan. Gadis menjalankan peran sebagai bridgehead (jembatan) yang menjalin semacam "kerja-sama" antara elite negara maju dan elite negara berkembang (yakni remaja pembacanya). Gadis menyajikan apa yang menjadi simbol budaya di Barat. "Kedekatan terhadap Barat" yang diciptakan Gadis, meminjam analisis Galtung, membuat elite Pinggiran (pembaca, remaja kelas menengah ke atas) merasa sejajar dengan kaum elite di negara maju dalam komunitas elite dunia.

This study focuses on teenagers. In the era of capitalist economy, teenagers with high socioeconomic status are an important market segment. On the one hand, they will occupy a strategic position in society. On the other hand, elite teenagers in big cities are a potential market for many consumer goods, so they tend to be stimulated to be consumptive. In this case, we want to see how teenagers experience value socialization through media that is close to them, namely teen magazines. The researcher took the largest teen magazine, Gadis, as the object of research. Gadis is estimated to build the idea of ​​consumerism for a number of reasons. As a magazine that is growing rapidly in business, Gadis is closely related to global capitalism that requires consumers to absorb the consumer goods they produce. This media will also facilitate the process of accepting these products and the lifestyle that supports them through the formation of the idea of ​​"being a proper consumer" in the eyes of young people. This study wants to answer the questions: (1) how does Gadis build the idea of ​​consumerism for its audience? and (2) what ideological basis underlies Gadis in producing this idea? The discovery of the content of consumerist values ​​and the accompanying ideological context was carried out through Fairdough's critical discourse analysis. For text analysis, framing analysis was used with the concept of Gamson and Modigliani. The study was conducted on 16 issues of Gadis, edition 2000, a year representing the 1990s, when the idea of ​​free trade was more accepted. It is suspected that in that era, the promotion of consumerism increased more than before. From the text analysis, it can be seen that Gadis promotes the idea of ​​consumerism. This magazine builds frames such as "shopping", "idols", "material as a measure", "instant", and "collection of goods", all of which describe the characteristics of consumer culture. Gadis magazine was born from a large media company and since its birth has always been the largest teen magazine (and in terms of brand, readership, and absorption of information). The presentation style is typical of today's teenagers, showing cheerfulness, using a lot of English and displaying popular Western culture that teenagers like (especially films and music). Because it is aimed at teenage girls, its content also discusses many issues of fashion, beauty, and body care. The character of Gadis, which has become an industry, meets the environment in which this magazine and its readers grow. Gadis and its readers live in a socio-economic context that is increasingly capitalistic and liberal. This ideology has led to the growth of a consumer culture in society, a culture that is actually developed and maintained by the government, because this lifestyle fosters a business character in an increasingly liberal and pragmatic economic system since the late 1980s. By promoting consumerism, Gadis makes its teenage readers enter a condition that Alan Wells describes as `parasibk consumerism'. These teenagers are "educated" to participate in the `consumption culture' of developed countries. In this case, Gadis promotes an elite lifestyle that only imitates the consumption style of developed countries, without adopting the value system underlying consumerism which actually glorifies entrepreneurial values. Gadis plays the role of a bridgehead who establishes a kind of "cooperation" between the elite of developed countries and the elite of developing countries (namely its teenage readers). Gadis presents what has become a symbol of culture in the West. The "closeness to the West" created by Gadis, borrowing Galtung's analysis, makes the elite of the Pinggiran (readers, upper middle class teenagers) feel on par with the elite in developed countries in the world's elite community.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najmiah Octavia Aziz
"Sering dikatakan bahwa perusahaan keluarga tidak terlalu memperdulikan manajemen kantor dan hubungan antara atasan bawahan. Para pimpinan yang notabene adalah pemilik usaha lebih mendahulukan kepentingan para anggota keluarga. Akibatnya, terbentuk satu budaya dan iklim komunikasi yang khusus.
Penelitian dilakukan di kantor konsultan yang dimiliki oleh orang-orang yang terkenal di bidang akademisi, dan sekarang ini, usaha tersebut dijalankan oleh generasi ketiga keluarga tersebut. Untuk selanjutnya kantor konsultan ini disebut BR.
Iklim komunikasi di BR antara atasan-bawahan dan bawahan-atasan menimbulkan ketidakpuasan kerja pada para pegawai. Namun demikian, daya tahan para pegawai bekerja di BR cukup tinggi. Karenanya hendak dianalisis faktor-faktor apa yang menimbulkan ketidakpuasan diantara para pegawai. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk menerangkan fenomena sosial yaitu kepuasan kerja yang dipengaruhi oleh iklim komunikasi.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian partisipatoris dengan melakukan pengamatan dan wawancara mendalam, sedangkan untuk penulisannya adalah dengan kualitatif deskriptif-eksplanatif.
Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan bersifat beragam. Hal ini dikarenakan peneliti berusaha melihat permasalahan dari apa yang dimaksud dengan organisasi, kepemimpinan dalam organisasi, budaya dan perilaku organisasi, komunikasi dalam organisasi, komunikasi interpersonal, iklim komunikasi dalam organisasi dan kepuasan kerja. Karenanya, peneliti tidak berpedoman pada satu teori tertentu.
Penelitian menemukan bahwa di perusahaan keluarga, sulit bagi para pegawai untuk berkomunikasi dengan para atasan. Kepentingan keluarga sangat dinomorsatukan dan kesejahteraan pegawai tidak mendapat perhatian penuh. Akibatnya timbul ketidakpuasan kerja pada para pegawai.
Kesimpulannya, perkembangan dan kemajuan perusahaan keluarga sangat tergantung pada keinginan pemilik. Tanpa keinginan untuk melakukan perubahan, maka hubungan antara atasan/pemilik dan pegawai akan selalu bersifat hubungan majikan-pelayan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambarita, Wesly Parmonangan Conrad
"Masalah yang dihadapi oleh Manajemen dalam mengelola perusahaan dan untuk dapat menghasilkan produk komponen otomotif adalah masalah "Mutu" yaitu meliputi mutu material bahan, mutu metode kerja, mutu manusianya, mutu alat, mutu keselamatan dan kenyamanan lingkungan kerja (ergonomi).
Agar masalah "Mute" ini dapat diatasi, maka penulis mengadakan penelitian secara kualitatif yaitu melihat dari dekat ke lapangan ten tang sikap dan perilaku Kelompok kerja dalam menyikapi "pesan komunikasi" dari menejemen. Isi dari "pesan komunikasi" ini antara lain menyangkut visi dan misi perusahaan, pendidikan summer daya manusia dibidang teknik, manajemen, mutu, kepemimpinan melibatkan lembaga Gugus Kendali Mutu (GKM) di lingkungan perusahaan, program "rewards system" meliputi kesejahteraan, penghargaan, pensiun, perlombaan, hiburan dan hal lain yang menyangkut "rewards system".
Untuk sosialisasi "pesan komunikasi" ini, maka penulis mengetengahkan "peranan komunikator" yaitu Top Management, Menejer, Penyelia, Foreman dengan sasaran "koniunikan" Kelompok kerja atau seluruh karyawan dengan imbalan "system rewards". Disini penulis mengacu pada teori-teori komunikasi, komunikasi organisasi, komunikasi small groups, gaya menejemen jepang, psikologi komunikasi, KAIZEN dan inovasi, menejemen sumber daya manusia, artikel dan tulisan yang menyangkut mute dan KAIZEN dari perusahaan sejenis khusus industri dengan teknologi jepang di Indonesia.
Istilah KAIZEN adalah dari bahasa Jepang yaitu semangat menuju "perbaikan berkesinambungan" atau "improvement with no ending". Prosesnya adalah mencari sebab akibat dari masalah serta penanggulangan masalah berupa "ide-ide perbaikan" dari mutu, unto k sosialisasi budaya semangat "KAIZEN" ini pihak manejemen membuat paket "pesan" melalui "kornunikator" dengan media komunikasi.
Dari hasil penelitian diperoleh temuan komunikasi bahwa pihak menejemen harus mampu sebagai "sumber pesan" dan "komunikator" yang baik agar mampu merangkul Kelompok kerja atau seluruh karyawan yaitu dengan mensosialisasikan budaya semangat "KAIZEN" yaitu sadar akan mute dan semangat perbaikan berkesinambungan.
Manfaat akademis dari penelitian kualitatif ini dapat menjadi referensi atau "pembuka layar" bagi peneliti lain dengan pendekatan kuantitatif dimana dapat dicari signifikansi hubungan limier, korelasi dan regresi diantara variabel babas dan terikat.
Kesirnpulannya adalah bahwa sasaran "Mute" dengan budaya semangat "KAIZEN" ini akan tercapai dengan tujuan :
- Sasaran bagi peningkatan (Objective for Breakthrough).
- Sasaran bagi pengendalian (Objective for Control).
- Sasaran bagi kepuasan pelanggail (Objective for Customer Satisfaction). "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T763
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzanah Fauzan El Muhammady
"Penelitian ini dilakukan di wilayah Pasar Mayestik Jakarta Selatan dan dipilih sebagai lokasi penelitian karena terdiri dari para kaum pedagang yang berasal dari berbagai multietnik yang mana sehari-harinya mereka sering melakukan kontak budaya dan telah lama berjualan secara turun-temurun serta dapat hidup berdampingan secara damai dengan pedagang lain yang berbeda budaya.
Penelitian ini berangkat dari permasalahan bagaimana tingkat kompetensi komunikasi antarbudaya kaum pedagang di Pasar Mayestik, yakni kaum pedagang yang berasal dari etnis Padang dan pedagang etnis Sunda dalam menjalani proses interaksi, dan bagaimana pengaruh budaya asli mampu mempengaruhi pengaktualisasian kompetensinya dalam menjalani aktifitas sehari-hari di Pasar Mayestik tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi gambaran secara mendalam bagaimana tingkat kemampuan atau kompetensi kaum pedagang Pasar Mayestik khususnya etnis Padang dan etnis Sunda dalam mengaktualisasikan perilaku komunikasi antarbudayanya dalam berinteraksi, dan bagaimana peran budaya asli sangat mampengaruhi perilaku komunikasinya.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan komunikasi antarbudaya dalam lingkup penelitian berupa ideographic yang mencari "a truth"(kebenaran) dari objek penelitian dan menggunakan metode kualitatf yang berupa studi kasus. Sedangkan teknik pengumpulan datanya adalah dengan mengumpulkan bahan-bahan tertulis yang relevan dengan judul penelitian, menggunakan teknik wawancara, dan pengamatan dalam versi aliran interaksonisme. Adapun populasi penelitian ini adalah para informan pedagang yang berasal dari etnis yang mendominasi wilayah Pasar Mayestik yakni etnis Padang dan Sunda yang dipilih berdasarkan kriteria penilaian kualitas penelitian dan paradigma konstruktivistis, di mana tingkat kualitas kebenaran (validity) dan kepercayaan (reliability) penelitian ini menggunakan dasar kriteria "trustworthiness" (tingkat nilai kepercayaan) dan "authenticity' (keaslian).
Pada proses interaksi kaum pedagang etnis Padang dan pedagang etnis Sunda di Pasar Mayestik, terlihat suatu proses komunikasi antarbudaya yang cukup potensial. Meskipun dengan latar-belakang kultur yang berbeda dan dipengaruhi oleh faktor internal (motivasi, pengetahuan, dan keterampilan) dan faktor eksternal (Situasi lingkungan, posisi tempat berdagang, dan jenis barang dagangan), namun mereka mampu mengaktualisasikan kompetensi komunikasi antarbudayanya secara efektif (effectiveness) dan layak (appropriateness) sehingga mampu secara berdampingan hidup rukun dan damai dalam menciptakan hubungan sosial antar sesama pedagang lainnya hingga dalam kurun waktu yang cukup lama.
Dengan mengaktualisasikan kompetensi komunikasi antarbudaya yang mereka miliki baik itu dari segi tie affective process, the cognitive process, dan the behavioral process, maka secara tidak langsung mereka telah mampu mereduksi hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau konflik dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perbedaan yang timbul dari hasil hubungan interaksi yang terjadi antar sesama pedangang dengan secara baik pula.
Dan dengan kompetensi komunikasi antarbudaya tersebut mereka mampu memahami perbedaan-perbedaan yang muncul dan pertemuan berbagai kebiasaan dan perilaku yang mereka bawa dari kultur mereka masing-masing pada saat berinteraksi, dan kemudian menciptakan nuansa-nuansa baru dalam pola-pola komunikasi tertentu antar sesama mereka sehingga pola-pola tersebut dapat mereka pahami, akui, dan disepakati secara bersama-sama sehingga membentuk suatu keselarasan dalam berkomunikasi dalam menjalani aktifitas kehidupan interaksinya.

The research is performed in Pasar Mayestik area, a traditional market in South Jakarta. The merchants of Pasar Mayestik consist of multiethnic traders who have made daily cultural contact in merchandising activities for years. Although they come from different cultural background, the merchants have stayed side by side in the community.
Beside to measure the competency level of intercultural of intercultural communication between the Padangnesse and Sundanesse merchants, this research is aimed to find out the impact of original culture in competency actualization.
This is a descriptive research using intercultural communication approach in ideographic scope. Data gathering techniques case study chosen for the research are: interview and observation. The population of the research are the Pasar Mayestik merchants coming from dominant ethnics; Padangnesse and Sundanesse. These ethnics is selected based on validity and reability level using criterion "trustworthiness" and "authenticity".
Intercultural communication between Padangnesse and Sundanesse merchants in Pasar Mayestik have been running effectively. The differences between these ethnics such as internal factors (motivation, knowledge, and skills) and external factors (environment, position, and merchandising goods) can be reduced significantly so that they can form an effective communication.
By actualizing the competency of intercultural communication through the effective process, the cognitive process and the behavioral process, these merchants can prevent the potential conflict. Furthermore, they can create a unity in difersity among the merchants come from various culture in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>