Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daniel Rolis Cuajaya
Abstrak :
Penelitian ini merupakan kajian analisis kesalahan kolokasi partikel-predikat bahasa Korea pada penutur bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kesalahan penggunaan kolokasi partikel-predikat bahasa Korea yang dilakukan oleh penutur bahasa Indonesia. Penelitian ini disusun untuk menjawab dua pertanyaan penelitian, yakni berapa jumlah kesalahan kolokasi partikel-predikat bahasa Korea yang dilakukan oleh penutur bahasa Indonesia dan bagaimana bentuk kesalahan kolokasi partikel-predikat bahasa Korea yang dilakukan oleh penutur bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif serta menggunakan hasil angket yang disebarkan secara daring sebagai data analisis. Data yang telah diperoleh dihitung jumlah kesalahannya dan diklasifikasikan berdasarkan jenis kesalahannya dengan menggunakan teori analisis kesalahan berbahasa dan jenis kesalahan berbahasa. Hasil penelitian ini menunjukkan jenis kesalahan tertinggi yang dilakukan oleh penutur bahasa Indonesia dalam penggunaan kolokasi partikel-predikat bahasa Korea adalah kesalahan substitusi (48.47%) yang diikuti dengan kesalahan pengurangan (33.05%) dan penambahan (18.48%). Kemudian, jumlah kesalahan penggunaan kolokasi partikel kasus nominatif-predikat sebanyak 504 (39.47%) kesalahan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kesalahan penggunaan kolokasi partikel kasus objek-predikat sebanyak 387 (30.30%) kesalahan dan kolokasi partikel kasus keterangan-predikat sebanyak 386 (30.23%) kesalahan. ......This study discusses an analysis of Korean language particle-predicate collocation error made by Indonesian speakers. This study aims to analyze the error of using Korean particle-predicate collocations done by Indonesian speakers. This study is written to answer two questions; how many Korean particle-predicate collocation errors are made by Indonesian speakers and what are the forms of Korean particle-predicate collocation errors made by Indonesian speakers. This study uses both qualitative and quantitative methods and uses the results of questionnaires that had been distributed online as material of analysis. The data obtained was calculated and classified based on the type of error using language error analysis and types of language error theory. The result of this study shows that the highest type of error made by Indonesian speakers in the use of particle-predicate collocation is substitution error (48.47%), followed by omission error (33.05%) and addition error (18.48%). Furthermore, the number of errors in the use of nominative case particle-predicate collocations is 504 (39.47%), which is higher than the number of errors in the use of object case particle-predicate collocations that made up of 387 (30.30%) errors and adverbial case particle-predicate collocations up to 386 (30.23%) errors.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mellyana Murtanu
Abstrak :
Dalam bahasa Korea, kata geurae berposisi sebagai kata seru dalam sebuah kalimat, namun penggunaannya dalam komunikasi lisan memiliki berbagai makna dan fungsi. Berdasarkan beberapa penelitian, dapat diketahui bahwa terlepas dari makna dasarnya, kata geurae juga sering digunakan sebagai pemarkah wacana (Discourse Marker/DM), khususnya dalam sebuah percakapan. Pemarkah wacana merupakan kata yang digunakan oleh penutur untuk mengekspresikan perasaan dan pandangan penutur terhadap suatu konteks pembicaraan ke mitra tutur. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk menganalisis bentuk, makna, dan fungsi kata geurae sebagai pemarkah wacana dalam percakapan Bahasa Korea. Penelitian ini merupakan penelitian linguistik deskriptif yang bersifat studi literatur. Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa kata geurae memiliki tujuh fungsi wacana yang dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu kata reaktif dan kata progresif. Geurae sebagai kata reaktif memiliki fungsi wacana afirmasi, jawaban, rasa kaget, konfirmasi, dan tanggapan, sedangkan kata geurae sebagai kata progresif berfungsi untuk menarik perhatian dan penekanan. ......In Korean, the word geurae is positioned as an exclamation point in a sentence but its use in oral communication has diverse meanings and functions. Based on various references from previous researches, it is shown that apart from its basic meaning, the word geurae is also often used as a Discourse Marker (DM), especially in a conversation. Discourse markers are words use by speakers to express their feelings and view of a conversation context to a speech partner. The purpose of this study was to analyze the form, meaning, and function of the word geurae as a discourse marker in Korean conversation. This study is a descriptive linguistics study of literature. From the results of data analysis, it can be concluded that the word geurae has seven discourse functions that can be categorized into two categories, namely reactive words and progressive words. Geurae as a reactive word has a discourse function of affirmation, answer, surprise, confirmation, and response, whereas the word geurae as a progressive word serves to attract attention and emphasis.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Azarine Zhafirah Zahra
Abstrak :
Pada dasarnya manusia tidak lepas dari sistem simbol karena simbol digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan sebuah makna atau pesan sehari-hari. Sistem simbol sangat penting bagi manusia, hal ini tercermin dalam karya sastra drama yang menunjukkan betapa pentingnya sistem simbol. Extraordinary Attorney Woo adalah salah satu drama yang menghadirkan simbol ikan jeda di beberapa adegannya. Drama ini mengisahkan Woo Young Woo, seorang pengacara masalah yang bekerja di sebuah firma hukum terkemuka di Korea Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan makna simbol ikan jeda dalam drama Extraordinary Attorney Wooserta menganalisis pesan yang disampaikan oleh tokoh utama melalui simbol jeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol ikan jeda dalam drama ini dimaknai sebagai 'kekeluargaan', 'ketidakbebasan', dan 'kesepian'. Dari ketiga makna tersebut, pesan yang disampaikan tokoh utama adalah ikan jeda dan manusia memiliki beberapa kesamaan sebagai makhluk hidup. Seperti halnya manusia, ikan paus memiliki sifat kekeluargaan yang selalu hidup bersama keluarganya. Ikan jeda memiliki hak sebagai makhluk hidup, yakni hak kebebasan untuk hidup di habitat aslinya. Manusia tidak bisa lepas dari rasa kesepian, begitu pun dengan ikan jeda yang memiliki rasa kesepian karena terpaksa berpisah dari kelompoknya. ......Manusia dan sistem simbol pada dasarnya saling terkait karena simbol digunakan sebagai media untuk menyampaikan makna dan pesan sehari-hari. Sastra drama yang menunjukkan pentingnya sistem simbol bagi manusia, menunjukkan betapa pentingnya sistem simbol itu. Salah satu drama yang menggunakan simbol ikan paus dalam beberapa sekuennya adalah Extraordinary Attorney Woo. Protagonis dari drama ini adalah Woo Young Woo, seorang pengacara disabilitas yang bekerja di sebuah firma hukum ternama di Korea Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi signifikansi simbol paus yang digunakan dalam drama Extraordinary Attorney Woo dan untuk mengkaji pesan yang direpresentasikan oleh simbol paus untuk tokoh utama. Sebagai acuan dalam penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna paus dalam drama ini adalah "kekeluargaan", "kurangnya kebebasan", dan "kesepian". Pesan tokoh utama dapat ditemukan dari ketiga interpretasi tersebut. Paus dan manusia memiliki banyak kesamaan sebagai makhluk hidup. Seperti halnya manusia, paus memiliki kekerabatan yang selalu hidup berkelompok. Paus memiliki hak sebagai makhluk hidup, yaitu hak kebebasan untuk hidup di habitat aslinya. Manusia tidak bisa lepas dari rasa kesepian, begitu juga paus yang memiliki rasa kesepian karena terpaksa harus berpisah dari kelompoknya padahal paus sudah terbiasa hidup bersama kelompoknya. yaitu hak kebebasan untuk hidup di habitat aslinya. Manusia tidak bisa lepas dari rasa kesepian, begitu juga paus yang memiliki rasa kesepian karena terpaksa harus berpisah dari kelompoknya padahal paus sudah terbiasa hidup bersama kelompoknya. yaitu hak kebebasan untuk hidup di habitat aslinya. Manusia tidak bisa lepas dari rasa kesepian, begitu juga paus yang memiliki rasa kesepian karena terpaksa harus berpisah dari kelompoknya padahal paus sudah terbiasa hidup bersama kelompoknya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irza Andita Dientri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan webtoon sebagai media pembelajaran utama kosakata bahasa Korea mahasiswa jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia tingkat dasar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian quasi-experimental pre-test and post-test yang terdiri dari kelompok Kontrol dan dua kelompok Eksperimen, dengan jumlah populasi sebanyak 20 mahasiswa. Kelompok Kontrol diberikan perlakuan dengan pengajaran kosakata secara konvensional, sedangkan kelompok Eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan webtoon. Hasil penelitian menggunakan rumus uji tes “t” tidak berpasangan menunjukkan tcount lebih besar daripada ttable (2,42 > 2,26), sehingga dapat dikatakan perbedaan kemampuan kelompok Eksperimen dengan kelompok Kontrol dianggap signifikan (nyata), namun, hasil tcount negatif menunjukan bahwa perbedaan kemampuan kelompok Eksperimen dianggap negatif, atau tidak lebih besar dari kelompok Kontrol. Hal tersebut menunjukkan webtoon belum efektif dijadikan sebagai media utama dalam pembelajaran kosakata bahasa Korea. ......This research aims to determine the effectiveness of using webtoons as the main learning media for Korean vocabulary for students majoring in Korean Language and Culture at the University of Indonesia at the elementary level. This research was conducted using a quantitative method with a quasi-experimental pre-test and post-test research design consisting of a control group and two experimental groups, with a total population of 20 students. The control group was given treatment using conventional vocabulary teaching, while the experimental group was given treatment using webtoon. The results of the study using the independent "t" test formula showed that tcount was greater than ttable (2.42 > 2.26), it could be said that the differences in the abilities of the Experimental group and the Control group were considered significant (real), however, negative tcount results indicated that the difference in the ability of the Experimental group is considered negative or are not greater than the Control group. This shows that webtoon are ineffective as the main media for learning Korean vocabulary.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Erlandika
Abstrak :
Metafora yang digunakan dalam penulisan lirik lagu memainkan peran penting dalam menyampaikan emosi dan pesan mendalam dengan cara menghubungkan konsep abstrak dengan gambaran konkret. Dalam lirik lagu grup TOMORROW X TOGETHER terdapat banyak penggunaan simbol melalui metafora. Grup tersebut konsisten mengekspresikan kisah masa muda dan bercerita tentang perjalanan anak muda menjadi dewasa. Metafora digunakan untuk menghubungkan pendengar dengan makna lagu yang diceritakan secara lebih kreatif, dan juga untuk menambah kompleksitas cerita yang disampaikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna perjalanan masa muda yang direpresentasikan melalui metafora dalam The Name Chapter oleh TOMORROW X TOGETHER. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan merujuk pada teori metafora konseptual Lakoff dan Johnson (2003). Dari data, ditemukan total 60 bentuk metafora konseptual yang terbagi menjadi tiga kategori. 37 data termasuk ke dalam metafora struktural, 14 data metafora orientasional, serta 9 data metafora ontologis. Selain itu, makna ungkapan metaforis yang umum ditemukan merujuk pada penyebutan diri protagonis dalam lagu dan emosinya. Melalui lirik, pendengar dapat turut ikut dalam perjalanan dari masa muda menuju kedewasaan berdasarkan sudut pandang protagonis. ......Metaphors used in song lyrics play an important role in conveying emotions and messages by connecting abstract concepts with concrete images. In TOMORROW X TOGETHER’s songs, there are numerous uses of symbols through metaphor. The group consistently tells stories of youth and about young people's journey into adulthood. Metaphors are used to connect listeners with the meaning of their songs more creatively and also to add complexity to the stories they tell. This research aims to analyze the meaning of the journey of youth as represented through metaphor in The Name Chapter by TOMORROW X TOGETHER. This research uses a qualitative descriptive method and refers to Lakoff and Johnson's (2003) conceptual metaphor theory. From this data, a total of 60 forms of conceptual metaphor were found, which were divided into three categories. 37 data points are included in structural metaphors, 14 data points are orientational metaphors, and 9 data points are ontological metaphors. In addition, the meaning of metaphorical expressions that are commonly found refers to the self- description of the protagonists in the song and their emotions. Through the lyrics, listeners can take part in a journey from youth to adulthood based on the protagonists’ point of view.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aileen Trifena
Abstrak :
Dalam bahasa Korea, onomatope dan mimesis memiliki ciri-ciri yang unik dan digunakan luas baik dalam komunikasi sehari-hari maupun media. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan perbandingan antara onomatope dan mimesis bahasa Korea dari segi bentuk. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan empat kesamaan ciri dari onomatope dan mimesis. Onomatope dan mimesis bisa mengalami alternasi vokal dan konsonan, memiliki bentuk reduplikasi, membentuk kata kompleks, dan berfungsi sebagai adverbia. Kemudian, terdapat lima perbedaan antara onomatope dan mimesis. Pertama, mimesis memiliki ketergantungan terhadap bentuk reduplikasi, berbeda dengan onomatope yang hanya memakai bentuk reduplikasi jika bunyi terjadi berulang. Kedua, mimesis memiliki kecenderungan kuat untuk membentuk kombinasi rima. Ketiga, kombinasi sufiks -hada dengan onomatope hanya membentuk verba, sedangkan kombinasi dengan mimesis membentuk verba atau adjektiva, serta sufiks -i/-hi hanya berkombinasi dengan mimesis. Keempat, sejumlah onomatope memiliki kelas kata interjeksi. Terakhir, bentuk onomatope lebih bebas dikreasikan dibandingkan dengan mimesis. Disimpulkan bahwa mimesis memiliki bentuk yang lebih beraturan daripada onomatope. ......Korean onomatopoeia and mimetic word possess unique characteristics and are widely used in everyday communication and media. This study aims to describe a comparison between Korean onomatopoeia and mimetic word based on their forms. This study is a qualitative research that uses library research method. The result shows four similar characteristics of onomatopoeia and mimetic word. Onomatopoeia and mimetic word can have change in vowel or consonant, have reduplicative form, form complex word, and function as adverb. There are five differences between onomatopoeia and mimetic word. First, mimetic word have dependency on reduplicative form, unlike onomatopoeia which use reduplicative form only when the sound occurs repeatedly. Second, mimetic word has a strong tendency to make rhyme combinations. Third, suffix -hada combined with onomatopeia only form verb, while combined with mimetic word can form verb or adjective, and suffix -i/-hi can only be combined with mimetic word. Fourth, some onomatopoeias can function as interjection. Lastly, onomatopoeia are freer to be modified as opposed to mimetic word. To conclude, mimetic word’s form have more consistent patterns compared to onomatopoeia’s.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Judith Scolastika
Abstrak :
Humor merupakan suatu hal yang dapat dengan mudah kita temukan di sekitar kita, bisa dalam bentuk verbal, visual, ataupun fisik. Humor verbal merupakan humor yang disampaikan melalui ucapan, humor visual melalui objek yang dilihat dengan mata, dan humor fisik melalui gerakan atau gestur tubuh. Salah satu contoh dari bentuk humor verbal adalah ejekan. Penelitian ini membahas humor ejekan yang digunakan pada serial ragam Korea Selatan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah delapan episode acara ragam Korea Selatan University War yang tayang pada tahun 2023. Data penelitian dibatasi pada sesi wawancara dengan total 43 data. Penelitian dilaksanakan dengan metode kualitatif deskriptif dan merujuk pada General Theory of Verbal Humor (Teori Umum Humor Verbal) dari Attardo (1994). Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab adalah bagaimana penggunaan humor ejekan dalam sesi wawancara acara ragam Korea Selatan University War. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta banyak menggunakan humor ejekan sebagai strategi untuk menegaskan dominasi sebagai tim dan merusak kepercayaan diri peserta lain. ......Humor is something that we can easily find around us, in it could be verbal, visual, or physical form. Verbal humor is humor conveyed through speech, visual humor through objects seen with the eyes, and physical humor through body movements or gestures. One example of verbal humor is insult. This research discusses the insult humor used in South Korean variety series. The data source used in this research is eight episodes of the South Korean variety show University War, which aired in 2023. The research data is limited to interview sessions with 43 datas in total. The research was conducted using descriptive qualitative methods and the General Theory of Verbal Humor by Attardo (1994). The research question to be answered is how is insult humor used in the interview sessions of the South Korean variety show University War. This study shows that participants often use insult humor as a strategy to assert team dominance and undermine other participants.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Aulia Rachma
Abstrak :
Rap dan hip-hop merupakan sebuah budaya yang berkembang pesat dari kaum kulit hitam di New York sebagai media kritikan terhadap keadaan sosial. Hip-hop juga telah berkembang pesat ke seluruh dunia, termasuk Korea Selatan. Penelitian ini membahas gaya bahasa sindiran bahasa Korea pada lagu rap karya Agust D. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gaya bahasa sindiran yang ditemukan dalam lagu rap Agust D. Korpus data yang digunakan adalah tiga lirik lagu dari album D-2 dan dua lagu dari album D-Day. Pertanyaan penelitian yang diangkat adalah apa saja jenis gaya bahasa sindiran yanng ditemukan dalam lagu rap Agust D. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan teknik simak-catat. Hasil penelitian menunjukkan dari lima lagu terdapat 23 baris lirik yang mengandung gaya bahasa sindiran. Gaya bahasa sindiran yang paling sering muncul adalah sarkasme. ......Rap and hip-hop are a culture that is growing rapidly among black people in New York as a medium for criticizing social conditions. Hip-hop has also spread rapidly throughout the world, including South Korea. This research discusses the Korean style of satirical language in Agust D's rap songs. This research aims to explain the figure of speeches found in Agust D's rap songs in depth. The data corpus used are song lyrics from three songs from the D-2 album and two songs from the D-Day album. The research question raised is what kinds of figure of speech are found in Agust D's rap songs. The method used in this research is a descriptive analysis method using note-taking techniques. The results of the research show that from the five songs there are 23 song lines that contain figure of speeches. The figure of speech that appears most frequently is sarcasm.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Daniella
Abstrak :
Sufiks merupakan salah satu jenis afiks yang berperan dalam pembentukan kata. Pada bahasa berciri aglutinatif seperti bahasa Korea dan bahasa Indonesia, pemahaman terkait sufiks dan penggunaannya dapat memberikan wawasan terhadap struktur dan fungsi morfologis bahasanya. Khususnya bagi pembelajar bahasa Korea, pemahaman akan sufiks dapat lebih diperdalam dengan dilakukannya perbandingan antara sufiks bahasa Korea dan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode analisis kontrastif dan pendekatan kualitatif, penelitian ini membandingkan sufiks dalam bahasa Indonesia dan bahasa Korea. Pertanyaan penelitian dirumuskan menjadi bagaimana persamaan dan perbedaan sufiks bahasa Korea dan bahasa Indonesia? Sumber data diambil dari berbagai literatur ilmiah terkait dengan morfologi dan afiks dalam bahasa Korea dan bahasa Indonesia. Melalui penelitian ini dapat dipahami bahwa sufiks bahasa Korea dan bahasa Indonesia memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan sufiks bahasa Korea dan bahasa Indonesia mencakup karakteristik dan fungsi dasarnya. Di sisi lain, perbedaannya terletak pada makna dan jumlah sufiks pada masing-masing bahasa. ......Suffixes are a type of affix that plays a role in word formation. In agglutinative languages such as Korean and Indonesian, an understanding of suffixes and their use can provide insight into the morphological structure and function of the language. Especially for Korean learners, the understanding of suffixes can be deepened by comparing Korean and Indonesian suffixes. Therefore, by using contrastive analysis method and qualitative approach, this research compares suffixes in Indonesian and Korean. The research question is formulated into how are the similarities and differences between Korean and Indonesian suffixes? The data sources are taken from various scientific literatures related to morphology and affixes in Korean and Indonesian. Through this research, it can be understood that Korean and Indonesian suffixes have some similarities and differences. The similarities between Korean and Indonesian suffixes include their characteristics and basic functions. On the other hand, the difference lies in the meaning and number of suffixes in each language.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Faradilla Rara Subianto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan jenis pujian dan fungsi tindak tutur memuji yang terdapat dalam serial drama Our Beloved Summer. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan analisis-deskritif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah simak bebas libat cakap (SBLC). Korpus data tuturan yang digunakan penelitian ini diambil dari serial drama Our Beloved Sumner. Hasil dari penelitian ini, jenis pujian kemampuan adalah jenis yang paling banyak digunakan oleh penutur lalu diikuti dengan jenis pujian lainnya seperti sifat, penampilan dan hak milik. Kemudian, fungsi tindak tutur memuji yang paling banyak muncul adalah kekaguman lalu diikuti dengan pengurangan tindakan mengancam muka, solidaritas, hasrat, salam dan membuka pembicaraan. ......This study aims to describe the types of compliment and the functions of speech act of compliments in the Our Beloved Summer drama series. This study is a qualitative research with descriptive analysis. The data collection technique used SBLC. The speech data corpus used in this study was obtained from the Our Beloved Summer drama series. The study’s results showed that the function of speech acts of compliment that mostly appeared was admiration followed by soften face threatening, solidarity, reinforcee desired behavior, greetings, and opening and sustain conversations. Then, the speakers mostly applied the topic of ability in the speech act of compliment, followed by other topics such as personality, appearance, and possession.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>