Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wulan Ardiani
"Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami persepsi konsumen terhadap kualitas merek obat anti nyamuk bakar, dengan membandingkan antara merek Baygon dengan merek Tiga Roda, sehingga dapat menjadi masukan bagi para produsen obat anti nyamuk untuk menyusun strategi komunikasi pemasaran yang efektif
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan wawancara tatap muka langsung dan menggunakan kuesioner terstruktur.
Sampel penelitian ini adalah 86 orang pria dan wanita yang tinggal di wilayah Jabotabek, berusia 18 sampai 55 tahun, berasal dari kelas sosial ekonomi A+ hingga C+, dan menggunakan obat anti nyamuk jenis bakar merek apa saja secara teratur. Sample ini dipilih berdasarkan teknik pengambilan sample multilevel stratified random sampling.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa persepsi konsumen bakar terhadap obat anti nyamuk jenis bakar merek Baygon berbeda secara signifikan dibandingkan dengan merek Tiga Roda- Merek Baygon memiliki persepsi kualitas yang cenderung lebih baik dan lebih mendekati ke arah produk yang ideal jika dibandingkan dengan merek Tiga Roda. Hal ini disebabkan oleh kekuatan merek yang telah dimiliki oleh Baygon selama bertahun-tahun.
Merek Baygon memiliki kekuatan pada atribut-atribut yaitu: Baygon dipercaya sebagai produk untuk kelas menengah, sangat bagus untuk mengusir serangga lain selain nyamuk, dan sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan kekuatan merek Tiga Roda terletak pada atribut-atribut sebagai berikut: merek Tiga Roda dipercaya tidak mengandung terlalu banyak hahun kimia yang berbahaya dan harganya sama sekali tidak mahal, Hal mi
membuktikan bahwa merek Tiga Roda mempunyai peluang untuk bisa merebut pasar Baygon sedikit demi sedikit.
Bagi para produsen dan marketer yang bergerak di industri obat and nyamuk bakar, terutama bagi produsen merek Baygon dan merek Tiga Roda, disarankan untuk melakukan pendekatan atau komunikasi pemasaran yang menonjolkan atribut-atribut yang lebih unggul yang dimiliki oleh masing-masing merek dibandingkan pesaingnya
"
2001
T341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rany Avianti
"Era reformasi telah membawa banyak perubahan bagi dunia bisnis di Indonesia. Salah satu dampak adalah dilakukannya perubahan besar-besaran terhadap BUMN di Indonesia. Perubahan ini dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme perusahaan, antara lain dengan cara menempatkan eksekutif professional yang telah melewati fit and proper test pada posisi penting dalam perusahaan. Hal ini juga terjadi di Garuda Indonesia. Manajemen baru Garuda Indonesia telah melakukan perubahan besar-besaran dalam perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Perubahan manajemen yang dilakukan di Garuda Indonesia ternyata membawa beberapa perubahan yang positif. Di antaranya pada bulan September 1998, Garuda Indonesia mengumumkan untuk pertama kalinya memperoleh laba, setelah selama bertahun-tahun sebelumnya BUMN ini terkenal selalu merugi. Untuk perbaikan kinerja selanjutnya, manajemen baru mencanangkan tahun 1999 sebagai tahun rehabilitasi, tahun 2000 sebagai tahun pelayanan dan komunikasi, dan tahun 2001 sebagai tahun efisiensi. Sebagai hasilnya, pada akhir tahun 2000 Garuda Indonesia berhasil meningkatkan on time performance-nya menjadi 89,93%, berada di atas standar internasional sebesar 85%, dan berhasil mengalahkan 80 perusahaan penerbangan tainnya.
Prestasi manajemen bam ini cukup signifikan dan setidaknya memunculkan optimisme kepada seluruh jajaran Oaruda Indonesia untuk tetap A'wrvrve dan memberikan kepastian pelayanan terbaik dalam upaya meningkatkan daya saing perusahaan, terutama dalam menghadapi era pasar bebas nanti.
Peningkatan kinerja perusahaan tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dari konsumen. Garuda Indonesia tidak akan dapat maju tanpa adanya kepercayaan dari konsumen untuk menggunakan pelayanan yang ditawarkan, dan kepercayaan ini hanya dapat timbul bila Garuda Indonesia memiliki image yang baik di mata konsumennya maupun masyarakat umum.
Di sinilah masalah pelik yang dihadapi oleh Garuda Indonesia. Berdasarkan riset pendahuluan yang telah dilakukan oleh penufis, image Garuda Indonesia di mata konsumen dan masyarakat pada umumnya masih kurang baik. Konsumen Garuda Indonesia masih merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, dan perasaan tidak puas ini terbentuk tidak saja dari pengalaman pribadi, namun juga diperoleh dari pandangan umum yang telah melekat kuat di masyarakat selama ini mengenai Garuda Indonesia. Kenyataan tersebut menyebabkan manajemen harus bekerja ektra keras untuk memperbaiki image~ny&.
Image merupakan refleksi dari persepsi pasar. Memperbaiki image berarti merubah persepsi yang ada di masyarakat. Berbeda dengan strategi komunikasi untuk produk baru, strategi komunikasi dengan tujuan merubah persepsi konsumen sedikit berbeda karena tujuan dari proses komunikasinya bukan untuk membentuk melainkan untuk merubah image produk di mata konsumen.
Strategi komunikasi yang diluncurkan memiliki tujuan untuk pertama, menyampaikan informasi bahwa manajemen Garuda Indonesia telah berhasil melakukan peningkatan kinerja yang berarti. Kedua, untuk merubah persepsi tentang pelayanan yang diberikan oleh Garuda Indonesia. Berdasarkan dari perubahan persepsi tersebut, untuk jangka panjang diharapkan konsumen akan bersedia untuk melakukan perubahan pada perilaku pembelian mereka.
Pada trimester terakhir di tahun 2000, Garuda Indonesia telah melancarkan campaign baru yang dttujukan untuk merubah image negatif tersebut. Riset ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi iklan media cetak PT Garuda Indonesia, yaitu untuk mengetahui efek dari campaign yang dilakukan oleh perusahaan, apakah campaign tersebut telah berhasil merubah persepsi dan sikap masyarakat terhadap Garuda Indonesia.
Secara lebih spesifik hal-hal yang ingin diketahui dari riset ini adalah: 1. Evaluasi terhadap 3 materi campaign Garuda Indonesia yang dimuat di media cetak
pada awal masa campaign. 1. Image masyarakat terhadap Garuda Indonesia. 3. Mengukur adanya indikasi perubahan sikap konsumen terhadap Garuda Indonesia
diakibatkan oleh campaign baru
B. Tujuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bag! pihak perusahaan mengenai keberhasilan dari campaign yang dilakukan dan selanjutnya hasil ini dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan campaign berikutnya.
C. Metode Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sikap dan persepsi masyarakat terhadap masalah yang diteiiti. Pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian dilakukan melalui:
- Data primer: interview, kuesioner
- Data sekunder: studi literatur, kajian hasil riset, data-data perusahaan.
D. Sistematika Penulisan
Bab I berisi latar belakang dan dilakukannya riset, tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan riset, permasalahan utama yang ingin diatasi, penjelasan secara singkat mengenai metode penelitian yang akan diterapkan dalam riset ini, serta sistematika penulisan.
Pada Bab II, pertama-tama akan disinggung mengenai latar belakang perusahaan, kemudian akan membahas secara mendalam teori-teori yang akan digunakan dalam riset ini yaitu teori-teori komunikasi pemasaran dan perilaku konsumen.
Bab III berisi hipotesis yang akan diuji dalam penelitian dan metode riset yang akan digunakan, yaitu metode pengumpulan data dan metode pengolahan data.
Bab IV akan menjelaskan hasil yang diperoleh dari proses pengumpulan data yang dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai hasil yang diperoleh dikaitkan dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang telah disinggung pada Bab II.
Bab V merupakan bagian akhir dari thesis yang berisi kesimpulan hasil penelitian, disertai dengan saran-saran bagi perusahaan maupun saran bagi penelitian berikutnya.
"
2001
T794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Vianti Fibriani
"ABSTRAK
Krìsis moneter yang melanda Indonesia sejak Juli 1997, membawa dampak
yang buruk bagi perekonomian bangsa Indonesia. Baik dan buruknya perekonomian
nasional membawa dampak yang luas pada permintaan produk properti.
Meningkatnya depresiasi rupiah terhadap dolar, menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Pukulan diterima para pengembang ketika bunga KPR dan kredit
kontruksi melambung bahkan KPR menghilang dari kalangan bank swasta. Hal ini
merupakan pukulan bagi pengembang karena sekitar 95 % pembelian melalui KPR,
hanya 5% pembelian saja yang tunai, dan itulah pasar yang harus diperebutkan pada
masa property crash. Keadaan ini dimulai ketika krisis moneter mulai menimpa
Indonesia dan puncaknya adalah setelah bulan Mei 1998 dimana kerusuhan yang
terjadi dan ketidak pastian politik di Indonesia menyebabkan keadaan perekonomian
semakin buruk.OIeh karena ¡tu pemasaran merupakan salah satu ujung tombak dalam
mempertahankan perusahaan dengan memperebutkan pasar yang semakin kecil.
Penelitian mi dilakukan dengan dugaan bahwa masyarakat yang menjadi
target dari perumahan menengah keatas yang tidak sensitif terhadap harga,
menga!ami perubahan perilaku terhadap pembelian rumah pada masa property crash.
Penelitian menggunakan metode wawancara baik terhadap 60 responden yang dipilih
secara acak. Kuesioner yang diajukan kepada responden berupa pertanyaan terbuka
dan pertanyaan tertutup. Penelitian ini diinaksudkan untuk melihat seberapa besar
perubahan perilaku yang terjadi terhadap konsumen rumah menengah keatas. Analisa
menggunakan tehnik distribusi frekuensi, Chi Square dan t-test untuk mengetahui
perubahan dan perbedaan yang terjadi pada masa krisis.
Studi ini menemukan telah terjadi beberapa perubahan dalam pembelian
rumah, seperti (1)tujuan pembelian rumah pada masa sebelum property crash dan
dalam masa property crash, (2)preferensi investasi yang dilakukan oleh konsumen,
dan (3)perubahan sumber informasi yang diandalkan dalam pembelian rumah.
Penelitian ini juga didapat atribut-atribut yang diperhatikan oleh konsumen kelas
menengah keatas dalam memutuskan pembelian rumah. Strategi penurunan harga
bukanlah strategi yang tepat karena konsumen tidak sensitif terhadap harga.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Cahyadi
"ABSTRAK
Money Illusion adalah ?a tendency to think in terms of nominal rather than real monetary values? (Shafir dkk 1997). Penelitian tentang konsep ini pernah dilakukan oleh Susianto (1998) dan Ariani, Anna Surti (1999). Ketiga penelitian tersebut memberikan hasil yang berbeda. Menurut Shafir dick (1997), proporsi partisipan yang mengalami Money Illusion pada kasus dan kerangka permasalahan nominal akan lebih besar dari proporsi partisipan yang mengalami Money illusion pada kasus dengan permasalahan riil. Shafir dIck (1997) meneliti Money illusion pada aspek penghasilan, transaksi, kontrak, investasi, akuntansi mental, dan keadilan. Sebaliknya menurut Susianto (1998) proporsi partisipan yang mengalami Money illusion pada kedua tipe kasus tersebut tidak akan berbeda secara signifikan. Penelitian Susianto (1998) hanya pada aspek Money Illusion Penghasilan. Penelitian Ariani (1999) ternyata partisipan ibu rumah tangga tidak mengalami Money illusion. Ariani (1999) meneliti Money Illusion pada aspek penghasilan, transaksi, Akuntansi Mental, Persepsi tehadap mata uang asing. Peneltian Shafir dkk (1997 ) dan Susianto (1998) dilakukan pada masa inflasi rendah. Sedangkan Ariani (1999) pada inflasi tinggi. Ketiga peneliti tersebut tidak dilakukan pada partisipan dengan pendapatan rendah. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan. Dengan dugaan bahwa partisipan berpendapatan rendah sensitif terhadap kenaikan harga terutama pada masa krisis ini.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara balk untuk produsen maupun konsumen. Satu pertanyaan pada konsumen berupa gambar kartun. Penelitian pada konsumen dimaksudkan untuk melihat seberapa besar partisipan mengalami Money illusion baik pria maupun wanita. Juga dianalisis dengan menggunakan teknik statistik Chi Square. Sedangakan penelitian pada produsen untuk mengetahui strategi yang diambil produsen pada masa krisis ini.
Hasilnya temyata sebesar 78 % konsumen mengalami Money illusion. Sedangkan produsen temyata tidak mengerti fenomena Money Illusion tapi seolah-olah melakukan antisipasi terhadap Money Illusion. Juga ada produsen yang melakuican strategi yang tidak berkaitan dengan fenomena Money Illusion.
Saran- saran perbaikan merupakan masukan kepada produsen agar dapat melakukan perbaikan strategi pemasaran pada masa krisis."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wasis Gunarto
"ABSTRAK
Dalam bisnis media cetak, selain adanya pendapatan dari jumlah pelanggan dan pembeli eceran juga ada pendapatan yang lebih signifikan kepada media tersebut yaitu pendapatan iklan (Oetama, 1987). Dalam hal ini pengaruh besar kecilnya pendapatan iklan tidak lepas dari para perencana media, yaitu orang yang memberikan saran kepada pengiklan untuk memasang iklannya di media cetak tertentu.
Oleh karena itu, untuk melihat atribut-atribut apa saja yang dipilih oleh perencana media sehingga mereka menyarankan kepada pengiklan agar memasang iklan di majalah tertentu maka peneliti mengambil sampel kepada enam (6) majalah berita mingguan, yaitu; Forum. Garda, Gatra. Gamma, Panji, dart Tempo.
Dengan alat analisa correspondence ditemukan hasil berupa posisi relatif majalah berita mingguan yang menggerombol pada suatu posisi tertentu sedangkan tiga (3) majalah variabel kontrol posisinya relatif
berjauhan dari majalah berita mingguan. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang cukup tajam di antara majalah-majalah berita mingguan tersebut. Dengan analisa m1 pula diternukan hasil bahwa majalah yang mendapat pemasukan iklan cukup baik harus memihki atribut-atribut tertentu, antara lain; adanya daya beli dari sasaran pembaca, memiliki kualitas cetak iklan yang bagus, sampul menarik, dan media kit memuat data-data yang lengkap dan dapat dipercaya.
"
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofwan Farisyi
"Hoist crane secara kategori termasuk barang industri kategori capital item kelompok alat berat. Sedang secara teknis termasuk ke dalam kategori peralatan pengangkat. Peralatan pengangkat adalah alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau barang berat dan titik awal ke titik tujuan dalam jarak yang relatif pendek dan terbatas.
Seiring dengan berkembangnya berbagai industri dl Indonesia maka kebutuhan akan hoist crane juga mengalami peningkatan. Walaupun karena krisis ekonomi permintaan hoist crane juga mengalami penurunan tetapi masih ada segmen pasar yang cukup potensial, yaitu segmen-segmen yang tidak begitu terpengaruh oleh krisis ekonomi ini.
PT Bangun Panca Sarana Abadi melihat peluang ini dan tertarik untuk masuk pasar hoist crane, Permasalahannya, PT Bangun Panca Sarana Abadi selama ini bergerak sebagal kontraktor bidang listrik dan mekanik pembangunan Pusat Listrik Tenaga Disel (yang mengalami penurunan penjualan karena krisis ekonomi) sehingga walaupun kompetensi keahlian yang dimiliki (secara teknis) masih berhubungan, PT Bangun Panca Sarana Abadi masih belum mengetahui tentang kondisi pasar hoist crane di Indonesia.
Untuk melakukan targeting terhadap pasar yang paling potensiai maka perlu dilakukan analisa segmentasi pasar hoist crane secara makro dan mikro. Karena tìngkat Persaingan dalam industri ini sangat tinggi perlu dilakukan strategi positioning terhadap Produk hoist crane agar sesual dengan image yang ingin kita tanamkan di benak konsumen. Selanjutnya untuk membidik pasar tersebut perlu dilakukan strategi komunikasi dengan menetapkan positioning statement terhadap produk hoist crane.
Penelitian ini membutuhkan data primer yang diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada para responden dan segmen industri yang dipilïh. Sedangkan data sekunder didapat penulis dari PT Bangun Panca Sarana Abadi, PT Sucofindo, majalah infocommercial, dan informasi dari media cetak yang erat kaitannya dengan topik yang penulis bahas.
Pada saat melakukan segmentasi mikro, penelitian dibatasi hanya pada dua sektor industri yaitu industri besi baja dan industri perkebunan gula. Pertimbangan untuk memilih dua sektor industri ini (1) inclustri besi baja merupakan industni yang paling banyak menggunakan hoist crane dibandingkan industni lainnya; (2) industri perkebunan memiliki prospek yang cerah pada masa krisis ini. Khusus untuk industri perkebunan penulis memilih industri gula karena dibandmgkan industri perkebunan lain, hanya industri gula yang banyak menggunakan hoist crane dalam proses produksinya.
Berapa temuan penting yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya perbedaan karakteristik dari industri besi baja dan industri perkebunan gula. Hal ini terlihat pada cara memperoleh informasi hoist crane, cara menentukan keputusan pembelian, pendapat dan keluhan terhadap agen hoist crane yang ada di indonesia.
Perbedaan itu penting untuk melakukan targeting dan positioning. Saat targeting faktor-faktor yang dilihat adalah pertumbuhan pasar, besar pasar, daya tarik pasar, dan kemampuan dari perusahaan (misalnya: jumlah sumber daya manusia, tingkat keahliannya., dan modal yang dimiliki). Berdasalkan data tersebut maka PT Bangun Panca Sarana Abadi disarankan membidik pasar industri perkebunan gula.
Strategi positioning yang dilakukan oleh PT Bangun Panca Sarana Abadi dibuat berdasarkan karakteristik yang ada pada industri perkebunan gula. Karakteristik yang penulis peroleh pada saat melakukan segmentasi mikro di perkebunan gula yaitu faktor yang menentukan pada saat memutuskan pembelian adalah kualitas dan keandalan dari produk. Selain itu produk tersebut harus didukung oleh kemampuan teknis dan agen di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka ada dua strategi positioning yang dapat dilakukan. Pada level produk, hoist crane ini disarankan untuk diposisikan di benak konsumen sebagai produk yang berkualitas dan andal, Sedangkan pada level korporat, PT Bangun Panca Sarana Abadi (sebagai agen) disarankan untuk diposisikan sebagai perusahaan yang memiliki kemampuan teknis engineering.
Langkah selanjutnya adalah membentuk value melalui pengembangan produk (menjadi agen hoisi crane merek Kuli Hebezuege dari Jerman), pengembangan pelayanan (meningkatkan kemampuan teknis untuk pelayanan purna jual), penetapan harga (yang sedikit di bawah harga produk dengan kuaiitas yang sama), dan terakhir mempersiapkan jalur distribusi untuk mendukung penjualan dan pelayanan purna jual.
Berdasarkan strategi positioning maka dibuat strategi komunikasi dengan menetapkan positioning statement. Untuk level produk yang menunjukan kualitas tinggi maka positioning statement yang disarankan untuk dipakai adaiah ?Quality and Reliability.? Sedangkan untuk level agen penjualan hoist crane yang menunjukkan kemampuan tekriis engineering maka positioning statement yang disarankan untuk dipakai adalah ?The Real Engineering Company"."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinora Refiasari
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Riani Kurnia
"ABSTRAK
Keadaan bisnis ritel di Indonesia semakin berubah dengan adanya krisis mata uang dan
kasus kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Peristiwa terakhir mengakibatkan sebanyak 12 supermarket
dan perkulakan terbakar, dan 33 buah dijarah dan dirusak massa. Sekitar 14.482 karyawan
kehilangan pekerjaan, dan total kerugian sekitar 661,52 milyar rupiah. Deparwrnen store juga
mengalami penurunan penjualan sebesar 30 % untuk tahun 1999, sedangkan nilai penjuIannva
naik sekitar 10 % akibat kenaikan harga barang.
Keadaan industri ritel ini menyebabkan hanya empat pemain asing masuk ke pasar ritel
Indonesia, yang makin terbuka sesuai instruksi IMF. Mereka adalah Carrefour, Continent,
Delhaize Le Lion dan Dairy Farm. Hal ini menjadi sinyal positif ritel selama krisis selain
keuntungan yang diperoleh Ramayana dan Hero sebagai pemain lokal.
Topik ritel tersebut diangkat sehubungan perubahan kondisi ekonomi dan sosial budaya
masyarakat Jakarta saat masa krisis ini. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan
bagaimana strategi pemasaran Carrefour, Kuningan dan perilaku konsumen dan manajemen ritel.
Hasil studi menunjukkan bahwa pembelian konsumen masih bersifat selektif
pengeluaran responden konsumen di hipermarket masih di bawah pengeluaran di supermarket.
dan adanya beberapa keluhan mengenai pelayanan kualitas dan harga serta belum efektifnya
iklan Carrefour, Kuningan di media cetak sebagai salait satu stimulus proses pengambilan
keputusan konsumen.
Beberapa saran yang dapat diajukan baik untuk pihak perusahaan Carrefour (Contimas
khususnya) dan pemerintah adalah sebagai berikut:
. Saran untuk pihak perusahaan adalah perubahan strategi misal dengan aliansi
. Sedangkan saran untuk pemerintah adalah penyelesaian masalah birokrasi dan
pembuatan aturan yang lebih jelas.
Adanya kekurangan pada pelayanan, harga dan kualitas barang tertentu seperti yang dikeluhkan
konsumen dapat diperbaiki melalui pelatihan kepada karyawan, penjelasan dari pihak manajemen
dan penelitian pasar secara untuk memantau perilaku konsumen terutama persepsi sebagai faktor
kunci dalam menjaga kepuasan pelanggan.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library