Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adlina Briliani
"Prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR) dan panjang lahir pendek di Indonesia masih cukup tinggi. BBLR dan panjang lahir pendek dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi serta dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif saat dewasa, oleh sebab itu pemahaman hubungan antara antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi menjadi sangat penting.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan antara antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi di Jakarta, sehingga dapat diperkirakan tindakan preventif dalam rangka menurunkan angka morbiditas penyakit degeneratif dan angka mortalitas pada neonatus dan bayi di masa yang akan datang.
Metode potong lintang digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengukuran antropometri ibu sebelum hamil, usia ibu saat melahirkan, dan usia kehamilan dengan berat dan panjang lahir bayi di Jakarta berdasarkan data sekunder dari penelitian berjudul Longitudinal Study on the Effect of Multiple Micronutrients Supplementation on Haemoglobin Level of 8 to 22 Month-old Indonesian Children. Populasi terjangkau ibu dan bayi baru lahir dengan jumlah sampel sebesar 179. Pengolahan data meliputi analisis univariat Kolmogorov Smirnov dan bivariat dengan uji Chi Square dan uji korelasi Pearson dengan menggunakan perangkat lunak Stastistical Program for Social Science (SPSS) 20.
Hasil utama penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan bermakna dengan kekuatan korelasi sangat rendah antara berat lahir bayi dengan usia kehamilan (r=0,199; p=0,008), berat badan ibu sebelum hamil (r=0,165; p=0,028), dan indeks massa tubuh (IMT) ibu sebelum hamil (r=0,172; p=0,022). Selain itu, terdapat hubungan bermakna dengan kekuatan korelasi rendah antara panjang lahir bayi dengan usia kehamilan (r=0,257; p=0,001).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia kehamilan, berat badan dan IMT ibu sebelum hamil dengan berat dan panjang lahir bayi. Sedangkan, tinggi badan dan usia ibu tidak memiliki hubungan bermakna dengan berat dan panjang lahir bayi.

The prevalences of low birth weight (LBW) and short birth length in Indonesia are still quite high. LBW and short birth length can affect the growth and development of infants and increase the risks of degenerative diseases as adult, therefore an understanding of the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age, and gestational age with birth weight and length is very important.
The purpose of this study was to determine the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age at delivery, and gestational age with birth weight and length in Jakarta, so that preventive measures can be estimated in order to reduce the morbidity of degenerative diseases and mortality rates in neonates and infants in the future.
The cross-sectional method was used to determine the relationship between maternal anthropometry before pregnancy, maternal age, and gestational age and length of birth in Jakarta based on secondary data from a study entitled Longitudinal Study on the Effect of Multiple Micronutrients Supplementation on Hemoglobin Level of 8 to 22-Month-old Indonesian Children. Covered population of mothers and newborns with samples of 179. Data processing included univariate analysis of Kolmogorov Smirnov and bivariate with Chi Square test and Pearson correlation test using the Statistical Program for Social Science (SPSS) 20 software.
The main results of this study show that there are significant relationships with very low correlation between birth weight and gestational age (r=0,199; p=0,008), maternal body weight before pregnancy (r=0,165; p=0,028), and maternal body mass index (BMI) before pregnancy (r=0,172; p=0,022). In addition, there is also a significant relationship with a low correlation between birth length and gestational age (r=0,257; p=0,001).
Based on the results of this study, it can be concluded that there are significant relationships between gestational age, maternal body weight and BMI before pregnancy with birth weight and length. Meanwhile, maternal height and age do not have a significant relationship with birth weight and length.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Calvin
"Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan perkembangan saraf yang dapat diidentifikasikan dengan tingkat hiperaktif, impulsivitas dan gangguan permusatan perhatian yang abnormal. Hal tersebut dapat berdampak buruk pada perilaku, emosi, kognitif, akademik, fungsi okupasi, dan fungsi sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara GPPH dengan prestasi akademik, absen, dan faktor-faktor risiko terhadap GPPH.
Subjek penelitian anak sekolah dasar negeri yang berada di SDN Menteng 01. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional yang menggunakan kuesioner Conners’ 10 Item Scale yang di bagikan kepada orang tua anak. Terdapat 215 anak (99 laki-laki dan 116 perempuan) yang memenuhi kriteria inklusi. Terdapat 35 subjek yang dicurigai terdapat GPPH. ADHD memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi akademik (p = 0.020), namun tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap absen (p = 0.801). Pendapatan keluarga (p = 0.005) dan pendidikan orang tua (0.000) juga mempunyai hubungan signifikan terhadap GPPH pada anak. Umur anak memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi akademik dan absen anak. Terakhir, prestasi akademik memiliki hubungan positif berbanding lurus yang signifikan terhadap absen. GPPH memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi akademik dan juga memiliki rasio jenis kelamin 2:1 (laki-laki:perempuan).

Attention deficit/hyperactive disorder (ADHD) is a neurodevelopmental disorder that can be identified with abnormal levels of hyperactivity, impulsiveness and inattentivity, that can negatively affect behavior, emotions, cognitive ability, academic achievement, and occupational and social function. Studies have been done where risk factors such as socioeconomic and parent educational background has an effect on the occurence of ADHD in children. There has also been studies that have found correlation between ADHD and its adverse effects on academic achievement and absenteeism. Studies regarding this matter in Indonesia is still considered limited. Therefore, the aim of this study to explore the correlation between ADHD and its correlation with children’s academic achievement and absenteeism, and how its risk factors correlate with ADHD.
Subjects include primary public school students in SDN Menteng 01 Jakarta. This study is a cross-sectional study which utilises a questionnaires (Conners’ 10-item scale for ADHD screening) that was distributed to parents. There were 215 (99 males and 116 females) subjects which fulfilled the inclusion criteria. Thirty five subjects were suspected for ADHD. ADHD had significant negative correlation to academic score (p = 0.020) but is not significant when correlated to absenteeism (p = 0.801). Family income (p = 0.005) and parent education background (p = 0.000) are also significant to ADHD. Age is significantly correlated to academic achievement and absenteeism. Conclusions. There is significant positive correlation between absence and academic achievement. To conclude, ADHD is significantly correlated with academic achievement, with a gender ratio of approxiamtely 2:1.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Hasan
"Pendahuluan. Imunisasi adalah upaya kesehatan dalam mencegah penyakit infeksi secara primer yang terbukti berhasil menekan insiden penyakitnya secara signifikan sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan kelengkapannya.
Tujuan Penelitian. Mengetahui kelengkapan imunisasi dasar di Bogor dan Kampung Melayu dan faktor-faktor yang berhubungan.
Metode Penelitian. Penelitian potong lintang dilakukan pada 11 Agustus 2009 di Kampung Melayu dan 5 September 2009 di Bogor. Kuesioner dibagikan pada 119 responden di Bogor dan 53 responden di Kampung Melayu.
Hasil. Kelengkapan imunisasi di Bogor adalah 47,9% dan di Kampung Melayu 22,6%. Uji statistik pada data di Bogor dan Kampung Melayu menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara jumlah anak (chi-square p=0,977;Fischer p=0,144) dan urutan anak (chi-square p=0,716 ; p=0,235) dengan kelengkapan imunisasi.
Kesimpulan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kelengkapan imunisasi di Bogor dan Kampung Melayu adalah 47,9% dan 22,6% serta tidak didapatkan hubungan antara kelengkapan imunisasi dasar anak usia 1-5 tahun dengan jumlah dan urutan anak di Bogor dan Kampung Melayu.

Introduction. Immunization is a health effort in reducing the number of infectious disseases and has been proven to be successful in reducing the number of incidence significantly, thus a research regarding factors that are correlated with its coverage is needed.
Aim. To know the coverage of basic immunization in Puskesmas Bondongan Bogor and Puskesmas Kampung Melayu Jakarta.
Method. A crossectional study was conducted in August 11th in 2009 Kampung Melayu and September 5th 2009 in Bogor. Questionaire was given to 119 respondents in Bogor and 53 respondents in Kampung Melayu.
Result. The rate of coverage in Bogor was 47,9% and in Kampung Melayu was 22,6%. No statistically significant correlation was found in Bogor and Kampung Melayu between the number of children (chi-square p=0,977;Fischer p=0,144) and the order of children (chi-square p=0,716 ; p=0,235) with complete basic immunization.
Discussion. From this research it can be concluded that the rate of immunization coverage in Bogor and Kampung Melayu was 47,9% and 22,6% and no statistically significant correlation was found between the number of children and the order of children with complete basic immunization in Bogor and Kampung Melayu.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariseno
"Masalah gizi di Indonesia masih menjadi masalah utama yang menghambat laju pembangunan nasional dan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). Masalah gizi adalah masalah yang kompleks dan memiliki dimensi yang luas karena penyebabnya multifaktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi dengan status gizi pada anak usia lima sampai tujuh tahun. Penelitian ini adalah penelitian observasional-analitik menggunakan data sekunder dari penelitian utama mengenai pengaruh susu pertumbuhan terhadap efisiensi, onset dan kualitas tidur, serta konsolidasi memori dan kewaspadaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang adalah 15,6% sedangkan prevalensi pendek adalah 11,5%.
Karakteristik anak berdasarkan faktor sosiodemografi adalah sebagai berikut: 56,6% berusia 5-6 tahun; 51,6% adalah perempuan; 50,8% memiliki ayah dengan pekerjaan formal; 95,9% memiliki ibu dengan pekerjaan informal; 65,6% memiliki ayah dengan pendidikan menengah-tinggi; 50,8% memiliki ibu dengan pendidikan rendah; 58,2% berada di bawah garis kemiskinan; 58,2% tergolong keluarga kecil; dan 61,5% adalah bukan anak pertama. Dari uji hipotesis Fisher, diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna antara status ekonomi dengan indeks TB/U (p=0,041). Sementara itu, tidak terdapat hubungan bermakna antara usia, jenis kelamin, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, besar keluarga, dan urutan anak dengan status gizi (p>0,05).

Nutritional problem in Indonesia remained a major problem which inhibited the pace of national development and the achievement of the Millennium Development Goals (MDGs). Nutritional problem was a complex issue and had a broad dimension due to its multifactorial causes. This study was determined to confirm the association between sociodemographic factors and nutritional status in children aged five to seven. This study was an analytical-observational using secondary data from a primary research which studied the effect of growing up milk on sleep efficiency, onset, and quality, as well as on memory consolidation and alertness. Prevalence of underweight was 15,6% and stunted was 11,5%.
Characteristics of subjects by sociodemographic factors were as follows: 56,6% aged 5-6 years old; 51,6% were female; 50,8% had father with formal job; 95.9% had mother with informal jobs; 65.6% had father with intermediate-high education; 50.8% had mother with low education; 58.2% were below the poverty line; 58, 2% classified as small family, and 61.5% were not the first child. By performing Fisher test: there was significant association between economic status and H/A index (p=0,041). There were no significant association between age, gender, parent?s occupation, parent?s educational level, family size, and birth order and nutritional status (p>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Regar
"Status gizi merupakan parameter yang dapat mengetahui masalah kesehatan di suatu daerah atau negara. Hingga saat ini prevalensi masalah gizi di Indonesia masih cukup tinggi, yang dapat ditentukan dengan indeks berat badan menurut usia (BB/U) dan tinggi badan menurut usia (TB/U). Masalah gizi kronik akan menimbulkan komplikasi jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecukupan asupan energi dan makronutrien dengan status gizi pada anak usia lima sampai tujuh tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik potong lintang dengan menggunakan data sekunder. Data yang dianalisis adalah data yang memenuhi kelengkapan tanggal lahir, pengukuran antropometri, serta analisis food recall 24 jam. Besar sampel penelitian ini adalah 122 anak. Analisis statistik yang digunakan adalah metode Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan protein dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,024; indeks TB/U: p=0,037). Tidak terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan energi dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,358; indeks TB/U: p=0,733), kecukupan asupan lemak dengan status gizi (indeks BB/U: p=1,000; indeks TB/U: p=1,000), dan kecukupan asupan karbohidrat status gizi (indeks BB/U: p=0,462; indeks TB/U: p=1,000).

Nutritional status is a parameter that could determine health problems in a region or a country. So far prevalence of nutritional problem in Indonesia is still quite high. Nutritional problem can be determined by measuring weight-for-age (W/A) and height-for-age (H/A) index. Persistent nutritional problem correlates with long-term sequelae. This study was intended to evaluate the association between energy-macronutrient adequacy and nutritional status in children age five to seven year old.
This study was an observational-analytic, cross-sectional using secondary data. In order to be analayzed datas must have complete birth date, anthropometric measurement, and analysis of 24-hour food recall. The study population was 122 children. Statistical analysis was performed using Fisher test.
We found that there was a significant association between protein adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.024; H/A index: p=0.037). There was no significant association between energy adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.358; H/A index: p=0.733), fat adequacy and nutritional status (W/A index: p=1,000; H/A index: p=1.000), carbohydrate adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.462 and H/A index: p=1.000).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Cheng
"Tidur adalah hal yang penting bagi anak karena terjadi peningkatan aktivitas susunan saraf pusat tertentu untuk memberikan efek fisiologis bagi tubuh. Banyak faktor yang menyebabkan gangguan tidur, salah satu yang dapat dimodifikasi adalah faktor nutrisi. Aspek nutrisi yang diperkirakan berkaitan adalah status gizi, asupan besi, dan asupan magnesium. Status gizi merupakan parameter secara umum keseimbangan antara derajat kebutuhan fisik anak terhadap nutrien. Besi dan magnesium berhubungan karena mempengaruhi substansi yang berperan dalam pengaturan fisiologi tidur.
Penelitian ini merupakan studi observasi-analitik untuk melihat hubungan antara status gizi, asupan besi, dan asupan magnesium dengan gangguan tidur pada anak usia 5-7 tahun dengan metode cross-sectional dari data sekunder pada anak-anak di Posyandu Kampung Melayu, berupa status antopometri, asupan besi, asupan magnesium, dan skor gangguan tidur dengan kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC). Gangguan tidur dinyatakan bila skor SDSC melewati angka 39. Prevalensi anak yang mengalami gangguan tidur pada penelitian ini adalah 23,1 %.
Pada uji chi-square untuk hubungan indeks Berat Badan/Umur dan Tinggi Badan/Umur dengan gangguan tidur didapatkan p>0,05 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan berbeda bermakna secara statistik. Pada uji chi-square untuk hubungan asupan besi dan magnesium dengan gangguan tidur, didapatkan p>0,05 yang menandakan tidak terdapat hubungan berbeda bermakna secara statistik.

Sleep is esential for children because there is enhancement of neural system activities that give physiologic effects for the body. There are several factors that relate with sleep disturbances, which one of the modifiable factor is nutrition. Nutritional status, iron intake, and magnesium intake are examples of nutrition that are believed to have relation. Nutritional status represents the balance between nutritional intake and expenditure. Iron and magnesium are micronutrients that have relation to the substance that regulate ssleep mechanism.
This study is an observational-analysis study to examine the contribution of nutritional status, iron intake, and magnesium intake to the sleep disturbance in age five to seven children, was conducted with the cross-sectional method to the secondary data of children in Posyandu Kampung Melayu. Data include nutritional status, iron intake, magnesium intake, and sleep disturbance diagnosed with the Sleep Disturbance Scale for Children. The cut-off point to identify the disturbance is 39. Prevalence of children that have sleep disturbance is 23,1 %.
In the chi-square analysis to determine the relation between Body Weight on Age, Height on Age and the sleep disturbance, the p value is more than 0,05 that explains statistically no relation. In the chi-square analysis to determine the relation between iron intake and magnesium intake to sleep disturbance, the p value is more than 0,05 that also defines statistically there is no relation between those variables.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhdes Indra Objektivitas Wau
"Gangguan tidur pada anak dapat menyebabkan gangguan perilaku, emosional, kognitif dan sosial. Gangguan tidur dipengaruhi berbagai faktor terkait anak dan lingkungannya. Namun sampai saat ini tidak banyak penelitian tentang gangguan tidur pada anak di Indonesia. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui hubungan gangguan tidur pada anak usia lima sampai tujuh tahun dengan faktor sosiodemografi termasuk jenis kelamin, urutan lahir anak, jumlah anak, tingkat pendidikan orangtua, dan status ekonomi keluarga. Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari penelitian pada 120 orang anak usia lima sampai tujuh tahun di Posyandu Kelurahan Kampung Melayu tahun 2012. Penilaian gangguan tidur pada anak dilakukan dengan menggunakan kuesioner Sleep Disorder Scale for Children dengan cut off point 39. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anak dengan gangguan tidur yakni 24,2%. Melalui uji statistik non parametrik chi square pada SPSS 16.00 tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara gangguan tidur dengan faktor sosiodemografi anak (p>0,05). Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor sosiodemografi dengan gangguan tidur pada anak usia lima sampai tujuh tahun.

Sleep disturbance in children is can cause behavior, emotional, cognitive and social problem. Sleep disturbance influenced by factors associated with child and the environment. However, the study about child sleep disturbance in Indonesia is limited until now. This research aims to find the relation between sleep disturbance in children aged five to seven with sociodemographic factors included gender, born-ordered child, number of child in family, parents education level, and economic status. This study uses cross sectional design to analyze secondary data from primary research in 120 children aged five to seven in Posyandu Kelurahan Kampung Melayu on 2012. Sleep Disordes Scale for Children with total score 39 as cut off point used to classify sleep disturbance. Prevalence of sleep disturbance is 24,2%. Using the non parametric chi square analysis in SPSS16.00, the result shows no statistically significant relation between sleep disturbance and sociodemographic in children (p>0,05). In conclusion, sociodemographic factors unrelated with sleep disturbance in children aged five to seven."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Partogi, Rynaldo
"Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia dan berperan sangat penting dalam perkembangan anak salah satunya memfasilitasi konversi memori yang tidak stabil menjadi memori yang stabil. Hingga saat ini, jumlah anak yang memiliki total jam tidur kurang dari normal masih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tidur pada anak usia lima sampai tujuh tahun dan hubungannya dengan konsolidasi memori. Desain yang digunakan adalah observasional-analitik dengan analisis data sekunder menggunakan metode cross-sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 110 anak yang berasal dari Posyandu Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Metode analisis yang digunakan adalah uji Chi -square, dengan uji alternatif Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anak dengan total jam tidur, efisiensi tidur, onset latensi, dan total waktu di tempat tidur yang termasuk kurang dari normal, secara berturut-turut, sebagai berikut 90%, 55,4%, 94,5%, dan 84,5%. Berdasarkan uji Fisher diperoleh hasil tidak ada hubungan bermakna antara total jam tidur dan onset latensi dengan konsolidasi memori. Demikian juga berdasarkan uji Chi-square ditemukan tidak ada hubungan bermakna antara efisiensi tidur dan total waktu di tempat tidur dengan konsolidasi memori. Sebagai kesimpulan, tidak terdapat hubungan antara total jam tidur, efisiensi tidur, onset latensi, dan total waktu jam tidur dengan konsolidasi memori.

Sleep is one of the basic needs in human being and has an important role in children development, it is facilitating memory conversion from unstabilized memory to stabilized memory. Nowadays, there are still many children who have total sleep time below normal. The aim of this research is to know the sleep pattern of children age five to seven years old, and its association with memory consolidation. The design of this research is observational-analitic, using secondary data which and cross-sectional method. The amount of sample which collected is 110 children from Posyandu Kelurahan Kampung Melayu, East Jakarta. Statistical analysis is performed using Chi-square and Fisher as an alternative.
The result is, the prevalence of children with total sleep time, sleep efficiency, onset latency, and time in bed below below normal: 90%, 55,4%, 94,5%, and 84,5%, respectively. Fisher test result shows that there is no significant association between total sleep time and onset latency with memory consolidation. Chi-square test shows that there is no significant association between sleep efficiency and total time in bed with memory consolidation. In conclusion, there is no association between total sleep time, sleep efficiency, onset latency, and time in bed with memory consolidation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Markus Nugraha
"Saat ini anak yang pintar merupakan harapan semua orang tua. Semua hal dilakukan demi meningkatnya kepintaran sang anak. Hal ini mendasari banyak penelitian dilakukan terkait faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan status kognitif anak. Penelitian ini memiliki desain analisis data sekunder dengan menggunakan metode cross-sectional. Jumlah sampel penelitian yang berhasil dijaring adalah sebanyak 167 anak usia lima sampai tujuh tahun yang berasal dari Posyandu Kelurahan Kampung Melayu. Data yang diambil merupakan status gizi dengan indeks BB/U dan TB/U serta data status kognitif yang terdiri dari Verbal, Performance, dan Full Scale IQ melalui Wechsler Intelligence Scale.
Metode analisis menggunakan uji hipotesis Chi-square, dengan uji alternatif Fisher. Dari 167 subyek, 10,8% termasuk dalam kategori severely underweightunderweight untuk BB/U dan 16,2% termasuk dalam kategori stunted untuk BB/U. Dari 167 subyek, 45,5% termasuk dalam kategori High IQ untuk Verbal IQ, 44,3% termasuk dalam kategori High IQ untuk Performance IQ dan 44,9% termasuk dalam kategori High IQ untuk Full Scale IQ. Didapatkan hubungan bermakna antara indeks antropometri tinggi badan sesuai usia dengan Full Scale IQ anak (p=0,03).

These days, smart kid is the hope of all parents. All things done for the sake of increasing the child's intelligence. Therefore there?s a lot of research on the underlying factors that affect the intelligence of children. This study aimed to find out whether there is relationship between the nutritional status of children with cognitive status. This study using a secondary data and cross-sectional methods. Total sample is 167 children aged five to seven years from Posyandu Kampung Melayu. Data are on the form of index W/A and H/A and also cognitive status data consisting of Verbal, Performance, and Full Scale IQ from Wechsler Intelligence Scale method.
The analytical method using Chi-square test of the hypiothesis, with the Fisher as alternative test. Of 167 study subjects, 10,8% eith category Severe Underweight ? Underweight of W/A index and 16,2% in the category of Stunted of H/A index. Of 167 study subjects, 45,5% are in category High IQ for Verbal IQ, 44,3% are in category High IQ for Performance IQ, and 44,9% are in category High IQ for Full Scale IQ. Trough Chi-Square test there is a significant correlation between the H/A index with Full Scale IQ (p = 0,03).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurleka Yulastri
"[Perkembangan anak pada periode emas sangatlah penting karena menentukan kualitas individu terutama pada 1 tahun pertama. Berdasarkan data WHO lebih dari 200 juta anak di negara berkembang berisiko perkembangan terhambat.Di Beiji diketahui prevalensi perkembangan terhambat sebesar 9,7 %. ASI eksklusif merupakan faktor yang berkaitan dengan perkembangan anak. Di Musi Banyuasin
prevalensi ASI eksklusif baru mencapai 56,83%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan suspek terhambat pada anak usia 12 bulan. Di samping itu dilakukan metode kualitatif kepada 11 informan yang bertujuan menggali pemahaman ibu secara mendalam mengenai hubungan ASI eksklusif dan perkembangan anak. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional. Responden terdiri dari 320 anak usia 12 bulan yang berasal dari 19 Puskesmas di Kabupaten Musi Banyuasin. Diperoleh hasil hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dan
perkembangan dengan PR adjusted 1,932 (95% CI: 0,719-5,186). Selain itu diketahui mayoritas ibu telah paham bahwa ASI eksklusif berhubungan dengan perkembangan anak, namun tradisi pemberian makan dari nenek sebagai faktor utama dalam pencapaian ASI eksklusif.;The children development in golden period is very important because determine quality of individu especially in the first year. Based on WHO data, more than 200 millions children in developing countries had developmental delay risk. In Beiji, the prevalence of developmental delay 9,7%. Exclusive breastfeeding as a factor of developmental delay. In Musi Banyuasin regency, the prevalence of exclusive breastfeeding is 56,3%. This study purposes is to analyze the relationship between
history of exclusive breastfeeding and suspected delayed development among 12 months infants. Besides, we had done qualitative methode among 11 informans to mining the deeply knowing of mom about relationship of exclusive breasfeeding to infant development. This study used cross sectional design involved 320 sample (infants) at 19 Puskesmas in Musi Banyuasin Regency. The result showed
that the relationship between exclusive breastfeeding and developmental delay among infants was PR adjusted 1,932 (95% CI: 0,719-5,186). Furthermore, study found that mostly moms had known that exclusive breastfeeding related to infant development, but feeding tradition from grand mothers were play as a role factor in practicing exclusive breastfeeding among mothers;The children development in golden period is very important because determine quality of individu especially in the first year. Based on WHO data, more than 200
millions children in developing countries had developmental delay risk. In Beiji, the prevalence of developmental delay 9,7%. Exclusive breastfeeding as a factor of developmental delay. In Musi Banyuasin regency, the prevalence of exclusive breastfeeding is 56,3%. This study purposes is to analyze the relationship between history of exclusive breastfeeding and suspected delayed development among 12 months infants. Besides, we had done qualitative methode among 11 informans to mining the deeply knowing of mom about relationship of exclusive breasfeeding to infant development. This study used cross sectional design involved 320 sample (infants) at 19 Puskesmas in Musi Banyuasin Regency. The result showed that the relationship between exclusive breastfeeding and developmental delay among infants was PR adjusted 1,932 (95% CI: 0,719-5,186). Furthermore, study found that mostly moms had known that exclusive breastfeeding related to infant
development, but feeding tradition from grand mothers were play as a role factor in practicing exclusive breastfeeding among mothers., The children development in golden period is very important because determine
quality of individu especially in the first year. Based on WHO data, more than 200
millions children in developing countries had developmental delay risk. In Beiji,
the prevalence of developmental delay 9,7%. Exclusive breastfeeding as a factor
of developmental delay. In Musi Banyuasin regency, the prevalence of exclusive
breastfeeding is 56,3%. This study purposes is to analyze the relationship between
history of exclusive breastfeeding and suspected delayed development among 12
months infants. Besides, we had done qualitative methode among 11 informans to
mining the deeply knowing of mom about relationship of exclusive breasfeeding
to infant development. This study used cross sectional design involved 320
sample (infants) at 19 Puskesmas in Musi Banyuasin Regency. The result showed
that the relationship between exclusive breastfeeding and developmental delay
among infants was PR adjusted 1,932 (95% CI: 0,719-5,186). Furthermore, study
found that mostly moms had known that exclusive breastfeeding related to infant
development, but feeding tradition from grand mothers were play as a role factor
in practicing exclusive breastfeeding among mothers]"
Universitas Indonesia, 2015
T44577
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>