Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisa Muthi`ah
"Latar Belakang: Kader kesehatan dan ibu hamil Indonesia belum cukup menerima pelatihan khusus sehingga kurang pengetahuan tentang penyakit periodontal yang berisiko terhadap kehamilan dan kelahiran bayi.Model pelatihan berbasis teori 9 langkah mencakup tahapan identifikasi masalah hingga evaluasi yang dapat diterapkan pada program pendidikan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas.
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan kader kesehatan tentang penyakit periodontal yang berisiko terhadap kehamilan dan kelahiran bayi. Metode: Kuantitatif pra-eksperimental dengan one group comparison pre test-post test design.Pelatihan 9 langkah diberikan pada 53 kader kesehatan Puskesmas Pulo Gadung Jakarta Timur oleh dokter gigi. 50 ibu hamil diberi pendidikan setelahnya oleh kader kesehatan.
Hasil: Terdapat peningkatan pengetahuan kader kesehatan dan ibu hamil(α=0,05;p-value=0,000 dengan uji Wilcoxon). Tidak ada perbedaan bermakna antara flip chart dan kartu puzzle dalam meningkatkan pengetahuan kader(p-value = 0,969 dengan uji t-independent)dan ibu hamil (p=0,359 dengan uji Mann Whitney).
Kesimpulan: Model pelatihan berbasis teori 9 langkah efektif meningkatkan pengetahuan kader kesehatan. Flip chart dan kartu puzzle sama efektif meningkatkan pengetahuan kader kesehatan dan ibu hamil.

Background: Indonesian health cadres and pregnant women have not received enough specific training so there is a lack of knowledge about periodontal disease that are risk for pregnancy and childbirth.The 9 step theory based training model covers the stage of problem identification to evaluation that can be applied to dental and oral health education programs. Purpose: Increasing knowledge of health cadres about periodontal disease that are at risk for pregnancy and childbirth.
Methods: Quantitative pre-experimental with one group comparison pre test-post test design.9 step training was given to 53 health cadres by dentist in Puskesmas Pulo Gadung,East Jakarta.50 pregnant women were given education afterwards by health cadres.
Results: There is an increase of health cadres and pregnant women knowledge (α=0,05;p-value = 0,000).There is no significant difference between flip chart and puzzle card (health cadres p-value = 0,969 ; pregnant women p-value = 0,359). Conclusion: The 9 step theory based training model effectively increases knowledge of health cadres.Flip chart and puzzle card are equally effective.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lieando Chandra
"Karies merupakan penyakit infeksius yang paling sering terjadi pada anak di Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang dapat mengatasi karies, salah satunya dengan aplikasi Silver Diamine Fluoride (SDF).
Tujuan: membahas evaluasi aplikasi SDF dalam mengatasi karies anak dan faktor-faktor yang berhubungan dengan persentase karies terhenti setelah aplikasi SDF.
Metode: Studi kohort untuk evaluasi dan cross sectional dengan subjek penelitian 115 anak usia 3-5 tahun yang memiliki karies dentin aktif. Kuesioner diisi oleh orangtua untuk mengetahui faktor risiko karies.
Hasil: Evaluasi pada 3 dan 10 bulan memperlihatkan permukaan karies aktif berpeluang terhenti 9.9 dan 6.8 kali setelah diaplikasi SDF, dibandingkan dengan yang tidak diaplikasi.
Kesimpulan: SDF efektif menghentikan karies aktif anak serta meringankan rasa sakit yang diderita anak akibat karies sehingga berpotensi meningkatkan quality of life anak.

Dental caries is one of the most prevalent infectious disease in children in Indonesia. Therefore, solution to overcome caries is needed.
Objective: evaluate Silver Diamine Fluoride (SDF) applications to overcome caries in children and factors related to the percentage of arrested caries after SDF application.
Method: Cohort study to evaluation and cross sectional with 115 children aged 3-5 years old who had active dentin caries were the subjects. Caries risk factors questionnaires filled by parents subject.
Results: Active caries which were applied SDF had odd ratios 9.9 and 6.8 times being arrested after 3 and 10 months, respectively, compared with those not applied.
Conclusion: SDF is effective to arrest caries and decrease toothache suffered by children, thus potentially increase the quality of life of children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina Ayu Rahmawati
"ABSTRAK
Tujuan: mengetahui pengaruh aplikasi SDF (Silver Diamine Fluoride) dan pendidikan kesehatan gigi dan mulut terhadap peningkatan kualitas hidup murid PAUD Banjar tahun 2014. Metode: Studi longitudinal dengan mengevaluasi karies gigi anak sebelum dan sesudah aplikasi SDF pada murid usia 5-6 tahun yang memiliki karies dentin aktif. Memberikan kuesioner perilaku kesehatan gigi dan mulut kepada orang tua dan guru. Hasil:evaluasi 6 bulan menunjukkan karies terhenti 85,9%, 96,1% orang tua berperilaku kesehatan gigi dan mulut baik, dan 100% guruberperilaku kesehatan gigi dan mulut baik. Kesimpulan: SDF efektif meningkatkan kualitas hidup anak melalui penghentian karies aktif dalam waktu 6 bulan.

ABSTRACT
Objective: know the effect of SDF (Silver Diamine Fluoride) application and oral health education towards quality of life enhancement of kindergarten students.Method: Longitudinal study by evaluate childhood caries before and after SDF application on 5-6 years old students who had active dentin caries. Oral health behavior questionnaires filled by parent’s and teacher’s subject.Results: 85,9% caries arrested after 6 months evaluation, 96,1% parents have a good oral health behavior, and 100% teachers have good oral health behavior. Conclusion: SDF effective on increasing child’s quality of life by arresting active caries on 6 months."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradina Siti Zahra
"ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas SDF dalam menghambat
aktivitas karies gigi sulung serta melihat hubungan keadaan intraoral dengan
keefektifitasan SDF dalam menghambat aktivitas karies gigi sulung pada anak. 115
anak karies dentin aktif pada anak 2,5-6 tahun diaplikasikan SDF, selanjutnya
dievaluasi setelah 3 dan 10 bulan dan keadaan intraoral diperiksa. Evaluasi setelah 10
bulan menunjukkan 69,7% permukaan karies aktif menjadi terhenti. Uji statistik
menunjukkan karies aktif yang diaplikasikan SDF memiliki peluang 9.9 kali menjadi
terhenti setelah 3 bulan, dan 6.4 kali setelah 10 bulan. Serta terdapat korelasi negatif
bermakna secara statistik antara pulpitis dan skor pufa dengan keberhasilan
intervensi SDF.

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effectiveness of SDF in
inhibiting dental caries activity on primary teeth and find the relationship between
intraoral situation with effectiveness of SDF in inhibiting childhood caries activity.
115 children 2,5-6 years were applicated SDF on teeth that have active dentin caries,
and then evaluated after 3 and 10 months. Intraoral state was examined. Evaluation
after 10 months showed 69.7% surface active caries to be arrested. The statistical test
showed that the active caries applied SDF have chance 9.9 times becoming arrested
after 3 months, and 6.4 times after 10 months. There is a negative correlation
statistical significance of pulpitis and PUFA index with SDF intervention success."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamila Rahandini
"ABSTRAK
Tujuan: mengetahui perbedaan video animasi dan non-animasi dalam meningkatkan
keterampilan menyikat gigi anak tunagrahita ringan. Metode: studi eksperimental
dengan mengedukasi 30 anak tunagrahita usia 6-18 tahun menggunakan video
selama 21 hari dan pemeriksaan oleh peneliti setiap minggu. Hasil: setelah 3 minggu
terjadi peningkatan (68,75% dan 50%) keterampilan menyikat gigi, penurunan skor
indeks plak (68,75% dan 50%) dan kematangan plak (62,5% dan 35,71%) bermakna
pada kelompok intervensi A dan intervensi B. Kesimpulan: tidak ada perbedaan
antara efektivitas video animasi dan non-animasi dalam meningkatkan keterampilan
menyikat gigi anak tunagrahita. Video efektif meningkatkan keterampilan menyikat
gigi anak tunagrahita dengan adanya penurunan plak bermakna.

ABSTRACT
Aim: to know differences between animated and non-animated video in improving
toothbrushing skill of children with intellectual disability. Method: experimental
study by educate 30 children aged 6-18 with intellectual disability using video for 21
days and reasearcher evaluating every week. Result: there’s significant improvement
(68,75% and 50%) of toothbrushing skill, reduction of plaque index (68,75% and
50%) and plaque maturity score (62,5% and 35,71%) in intervention A and B group
after 3 weeks. Conclusion: no significant differences between animated and nonanimated
video’s effectiveness in improving their toothbrushing skills.Video is
effective to improve toothbrushing skill on children with intellectual disability by
decreasing plaque score."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridah Marzuqah Zhafirah
"ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui perbedaan penggunaan video animasi dan video nonanimasi sebagai media pendidikan dalam meningkatkan pengetahuan anak tunagrahita ringan mengenai kesehatan gigi dan mulutnya.
Metode: Subjek penelitian adalah 20 siswa SDLB Ar-Rahman diberikan edukasi menggunakan video animasi dan 14 siswa SDLB Mahardika menggunakan video non-animasi. Penelitian ini menggunakan pre and post test design.
Hasil: Ada perbedaan bermakna antara peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi (p=0.000). Namun, tidak ada perbedaan yang bermakna antara peningkatan pengetahuan menggunakan video animasi dengan menggunakan video nonanimasi (p=0.457).
Kesimpulan: Video animasi dan non-animasi tidak memiliki perbedaan dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak
tunagrahita ringan.

ABSTRACT
Objective: To determine the differences between animated and non-animated video as a medium of education in improving the knowledge of mild mental retardation children about their oral health.
Methods: The subjects were 20 students of SLB Ar-Rahman, who were given education using animated video and 14 students of SLB Mahardika who were given education using non-animated video. This study used a pre and post test design.
Results: There are significant differences in improvement of knowledge between before and after education (p=0.000). However, there are no significant difference between the increase in knowledge using animated viedo and using non-animated videos (p=0457).
Conclusion: animated and non-animated video does not have a difference in improving the oral health knowledge on mild mental retardation children."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nourma Nurillah Hayati
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Pendidikan kesehatan gigi mulut berperan penting untuk pencegahan komplikasi diabetes terhadap gigi mulut. Tujuan: Mengetahui perbedaan pengetahuan pada penderita diabetes melitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan edukasi. Metode: Subjek penelitian diberikan perlakuan berupa buku berisi materi komprehensif kesehatan gigi mulut dilakukan evaluasi pra dan pasca perlakuan dengan kuesioner dan hasil evaluasi dianalisis secara statistik. Hasil: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan signifikan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan mengenai dampak diabetes terhadap gigi mulut sebesar 30,75%. Kesimpulan: Terdapat perbedaan pengetahuan penderita diabetes melitus tipe 2 saat sebelum dan sesudah edukasi, ditandai dengan peningkatan pengetahuan dampak diabetes terhadap gigi dan mulut.;Background: Oral health education play an important role to prevent oral complications in diabetic people.
ABSTRACT
Objective: To investigate the efficacy of oral health education to increase knowledge of type 2 diabetic patients. Methods: This Respondents were given intervention by using comprehensive booklet then knowledge of both groups was evaluated by questionnaire. Results of questionnaire then analyzed using statistical test. Results: There were significant knowledge improvements of education group remarked by the 30,75% improvement on effects of diabetes towards oral health item. Conclusion: There were differences of knowledge before and after education, marked by effects of diabetes towards oral health, Background: Oral health education play an important role to prevent oral complications in diabetic people. Objective: To investigate the efficacy of oral health education to increase knowledge of type 2 diabetic patients. Methods: This Respondents were given intervention by using comprehensive booklet then knowledge of both groups was evaluated by questionnaire. Results of questionnaire then analyzed using statistical test. Results: There were significant knowledge improvements of education group remarked by the 30,75% improvement on effects of diabetes towards oral health item. Conclusion: There were differences of knowledge before and after education, marked by effects of diabetes towards oral health]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Nurian Sharfina Irianto
"Karies gigi merupakan penyakit periodonsium yang terjadi akibat demineralisasi enamel gigi oleh asam yang berasal dari aktivitas bakteri kariogenik, khususnya Streptococcus mutans. Permen karet terbukti ampuh membantu pencegahan karies gigi dengan menstimulasi aliran saliva sehingga dapat mengurangi nutrisi bagi bakteri kariogenik. Dalam penelitian ini permen karet bebas gula diformulasikan dengan menggunakan lateks jelutong (Dyera costulata) sebagai komponen kunyahan dasar permen karet dengan penambahan zat aktif antibakteri berupa lilin propolis (1-5%) untuk menginhibisi aktivitas bakteri S. mutans sebagai upaya pencegahan karies gigi.
Hasil karakterisasi (DSC dan TGA) lateks jelutong menunjukkan bahwa lateks tersebut memiliki suhu Tg pada -22,46 ºC dan 33,86 ºC, serta mengandung komponen volatil (14,96%), komponen polimer (84,43%), komponen organik (0,36%), dan komponen anorganik (0,25%). Lilin propolis yang digunakan sebagai zat aktif permen karet merupakan produk samping pemurnian raw propolis Apis mellifera yang tersusun atas komponen resin dan lilin. Senyawa flavonoid yang berperan sebagai antibakteri pada propolis, disinyalir masih terkandung dalam lilin propolis sehingga diduga kuat bahwa lilin propolis memiliki sifat antibakteri selayaknya propolis. Hasil pengujian in vitro menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 5% dalam sediaan permen karet bebas gula, lilin propolis 80% lebih efektif menginhibisi aktivitas S.mutans dalam pembentukan biofilm plak gigi relatif terhadap kontrol negatif (tanpa permen karet).

Dental caries is a periodontium disease caused by demineralization of tooth surface by organic acid as the result of cariogenic bacteria metabolism, especially Streptococcus mutans. Chewing gum has been proven to help prevent dental caries formation by stimulating salivary flow thus reduce the nutrients for cariogenic bacteria. In this study, sugar-free chewing gum are formulated by using latex from jelutong (Dyer costuata) with the addition of propolis wax (1-5%) as the antibacterial agent to inhibit the activity of S. mutans to prevent biofilm formation which is an earlier stage of dental caries.
Characterization of latex jelutong (DSC and TGA) shows that the latex has a temperature Tg at -22.46 ° C and 33.86 ° C, and contain volatile components (14.96%), the polymer component (84.43%), organic components (0.36%), and the inorganic component (0.25%). Propolis wax that used in this formulation is a by-product of raw propolis Apis mellifera purification which generally composed of resin and wax. Flavonoids which act as antibacterial compound in propolis, presumably also contained in propolis wax, so allegedly it also have the antibacterial properties of propolis. The in vitro test showed that 5% of propolis wax in sugar-free chewing gum is able to prevent the formation of dental caries by inhibiting biofilm formation up to 80% more effective relative to the negative control (without chewing gum).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S65001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Nathania Martayoga
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status kesehatan gigi dan mulut dengan kualitas hidup lansia. Metode Total 93 subjek dinilai status kesehatan gigi dan mulutnya menggunakan indeks DMFT dan status periodontal standart WHO, sedangkan kemampuan mastikasi menggunakan skor color changing chewing gum. Tingkat kualitas hidup dinilai menggunakan kuesioner GOHAI versi Bahasa Indonesia dan kuesioner WHO.
Hasil: Nilai mean kuesioner WHO adalah 24,3. Kesulitan menggigit dan mengunyah makanan memiliki hubungan bermakna dengan jumlah gigi asli r=0,3; r=0,3 dan kemampuan mastikasi r=-0,4; r=-0,3. DT memiliki hubungan bermakna dengan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari r=0,2. Nilai mean GOHAI adalah 51,5. Kemampuan mastikasi memiliki hubungan bermakna dengan limitasi fungsi r=0,3, aspek psikologis r=0,2, dan pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari r=0,3. Rasa sakit dan ketidaknyamanan memiliki hubungan bermakna dengan DT r=0,3 dan BOP r=-0,3.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut terhadap kualitas hidup lansia.

Background: This study aims to examine the relationship between oral health status and quality of life of independent living elderly. Methods Total of 93 subjects oral health status was recorded using DMFT index and WHO standarts periodontal index, and masticatory performance was recorded using color changing chewing gum. Quality of life was recorded using GOHAI and WHO questionnaire.
Results: Mean scores WHO questionnaire is 24,3. Significant relationship exist between difficulty in biting and chewing food with natural teeth r 0,3 r 0,3 and masticatory performance r 0,4 r 0,3. DT was positively correlate with difficulties doing usual activities r 0,2. Mean scores GOHAI Indonesian version is 51,5. Masticatory performance was positively correlate with functional limitation r 0,3, pshycology aspects r 0,2, and effect on daily performance r 0,3. Significant relationship exists between pain and discomfort with DT r 0,3 and BOP r 0,3.
Conclusion: There is significant relationship between oral health and quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Getha Gazela Yuniendra
"Latar Belakang: Komponen terbesar pada indeks DMFT ialah kehilangan gigi dan terjadi paling banyak pada kelompok lansia. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengunyah makanan sehingga berdampak pada kurangnya asupan nutrisi.
Metode: Metode potong lintang yang dilakukan di 4 Puskesmas di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Jumlah subjek lansia ialah sebanyak 93 subjek dan didapatkan melalui teknik convenience sampling. Pada subjek dilakukan pemeriksaan intraoral, pengukuran antropometri BMI dan diwawancara menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment MNA.
Hasil: Ditemukan bahwa 53,8 subjek masih memiliki jumlah gigi sebanyak 20 buah atau lebih. Sebanyak 55,9 subjek memiliki risiko terhadap malnutrisi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah gigi yang tersisa, gigi karies, gigi hilang, gigi yang ditambal dan kemampuan mastikasi p > 0,05 dengan status nutrisi.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan mastikasi terhadap status nutrisi pada lansia.

Background: The biggest component in DMFT index is tooth loss, and mostly occur in elderly. Tooth loss can affect the ability in chewing food then it may affect the lack of nutrition intake.
Methods: The cross sectional study was performed in 4 community health center in Central Jakarta, South Jakarta and East Jakarta. It was involving 93 elderly age ge 60. The sampling method was convenience sampling. Subjects were submitted to intraoral examination, anthropometric measurement BMI and as well as interview using Mini Nutritional Assessment MNA.
Results: 53,8 subjects have 20 or more sum of natural teeth. 55,9 subjects have risk at malnutrition. The results of correlation test showed that sum of natural teeth, decay teeth, missing teeth, filling teeth, and masticatory performance p 0,05 were not significantly correlated with nutritional status BMI and MNA.
Conclusion: There is no relationship between oral health status and masticatory performance with nutritional status in elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>