Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jehan Amanda
"Istilah emosi yang selama ini digunakan seperti marah, sedih, takut belum memiliki batasan yang jelas sehingga sulit dibedakan. Valensi merupakan salah satu dimensi yang dapat lebih jelas membedakan emosi yang dirasakan seorang individu. Valensi diukur melalui status updates di Twittter karena Twitter sekarang ini dapat digunakan sebagai alat untuk menangkap emosi yang dirasakan individu melalui status updates yang ditulis individu di Twitter. Pengukuran valensi melalui Twitter sudah dilakukan sebelumnya dalam beberapa penelitian (Kloumann, Danforth, Harris, Bliss, & Dodds, 2012; Dodds, Harris, Kloumann, Bliss, & Danforth, 2011).
Dalam penelitian ini, penulis ingin mencoba pengukuran valensi melalui Twitter di Indonesia. Selain akan melihat distribusi valensi yang ada melalui Twitter, baik valensi kata maupun valensi partisipan, penelitian ini juga akan melihat ada atau tidaknya kesamaan valensi diantara individu yang berteman. Hal ini dikarenakan terdapat kesamaan diantara individu yang berteman (Baker, 1983). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Fowler dan Christakis (2008) juga menunjukkan bahwa emosi seorang individu tergantung oleh emosi individu lain yang terhubung dengannya, seperti keluarga, teman, tetangga. Analisis jejaring sosial berdasarkan hubungan pertemanan juga dilakukan untuk melihat gambaran hubungan pertemanan diantara partisipan.

The term has been used in emotion such as anger, sadness, fear does not have clear boundaries so it?s difficult to distinguish. Valence is a dimension in emotion that can more clearly distinguish which emotions is felt by an individual. Valence is measured through status updates on Twitter because now it can be used as a tool to capture one invidual?s emotion through status updates on Twitter. Measurement of the valence through Twitter already done before in several research (Kloumann, Danforth, Harris, Bliss, & Dodds, 2012; Dodds, Harris, Kloumann, Bliss, & Danforth, 2011).
In this study, the authors want to try to measure the valence through Twitter in Indonesia. Besides the valence distribution, both word valence and participants valence, the study will also look at whether there is any similarity valence between individuals who are friends. This is because there are similarities among individuals who are friends (Baker, 1983). In addition, the results of research conducted by Fowler and Christakis (2008) also showed that the emotions of an individual depends on the emotions of other individuals who connected with them, such as family, friends, neighbors. Social network analysis based on friendship also made to see the picture of the friendship among the participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Maesa Febriawan
"Studi ini menginvestigasi hubungan antara tingkah laku flaming dan trait agresi verbal pada antifans. Flaming sebagai bentuk tingkah laku komunikasi agresif yang dilakukan antifans terhadap publik figur diduga berkaitan dengan trait agresi verbal. Tiga puluh enam pemilik akun antifans di Twitter ditarik tweetnya sebanyak seratus tweet per akun dan mengisi kuesioner Verbal Aggressiveness Scale yang terdiri dari 10 item yang bernuansa agresi. Uji psikometrik terhadap Verbal Aggressiveness Scale menunjukkan bahwa alat ukur ini valid dan reliabel (α = 0,8). Tiga ribu enam ratus tweet dari 36 akun antifans dianalisis kontennya oleh dua koder yang tidak mengetahui hipotesis penelitian untuk menentukan setiap tweet yang disampaikan tergolong flaming atau tidak. Seratus tweet dari seluruh akun diambil secara acak untuk mendapatkan data reliabilitas antarkoder.
Reliabilitas antarkoder menunjukkan nilai κ = 0,565, yang mana bermakna bahwa persetujuan antarkoder dapat diterima. Frekuensi tweet flaming dan hasil kuesioner Verbal Aggressiveness Scale dikorelasikan untuk mendapatkan hasil penelitian. Hipotesis penelitian ini diterima, bahwa terdapat hubungan antara tingkah laku flaming di Twitter dan trait agresi verbal pada antifans. Analisis tambahan dilakukan untuk melihat perbedaan tingkah laku flaming dan trait agresi verbal pada antifans laki-laki dan perempuan. Tingkah laku flaming tidak berbeda secara signifikan untuk antifans laki-laki dan perempuan sedangkan trait agresi verbal ditemukan lebih kuat pada antifans laki-laki dibandingkan perempuan. Implikasi penelitian dibahas lebih lanjut dalam makalah.

This research tries to prove that online flaming relates to verbal aggressiveness among antifans. Thirty six antifans Twitter account owner fully participated in this research. Each Twitter account took 100 recent tweets per April 25th, 2014. The owner account filled in Verbal Aggressiveness Scale, consisted ten aggressively-worded items. Validation study for this measurement resulted that the scale was valid and reliable (α = 0,8). Three thousands and six hundred tweets were analyzed by two coders, not knowing research hypothesis.
Intercoder reliability showed that agreement between coders was fairly accepted. This study result showed that online flaming in Twitter relates to verbal aggressiveness among antifans. Additional result found in this study were that there was no significant difference in flaming between male and female antifans but there was significant difference in verbal aggressiveness between male and female antifans. Further implication of this study explained in the end of this paper.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lizara Patriona Syafri
"Kepribadian terejawantahkan melalui banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah penggunaan kata. Penggunaan kata dinilai mampu merefleksikan kepribadian melalui tulisan terkait apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dialami. Sekarang ini, penggunaan kata dalam kehidupan sehari-hari juga dapat dilihat melalui media sosial, salah satunya twitter. Hanya saja, twitter bersifat area publik dimana terdapat kontrol dari pengguna dalam menampilkan kata-kata yang dicantumkan status updates sehingga berpeluang adanya persentasi diri dalam dunia maya. Untuk itu, penelitian melihat perbedaan antara kepribadian Big Five Factor yang diukur melalui Big Five Inventory dengan analisa penggunaan kata pada status updates twitter. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepribadian antara hasil pengukuran BFI dengan kepribadian berdasarkan analisis penggunaan kata pada dimensi Openness, Conscientiousness, Extravertion, Agreeableness, dan Neuroticism.

Personality reflected through many things in everyday life, one of them is word use. Word use is considered able to reflect the personality through writing related what is thought, felt, and experienced. Today, word use in everyday life can also be seen through social media, one of them is twitter. However, twitter is a public area that have a control of user in displaying the words in status updates so that there is a chance of self-presentation in the virtual world. Therefor, the study look a difference between the Big Five Factor of personality as measured by the Big Five Inventory and analyzing word use in status updates twitter. The results show that there is a difference between the measurement results of BFI personality and personality analysis based on word use on Openness, Conscientiousness, Extravertion, Agreeableness, and Neuroticism.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Bramantyo
"Dunia modern tidak lepas dari internet. Salah satu fenomena yang berperan penting di internet adalah situs jejaring sosial dan tingkah laku berbagi. Penelitian ini berusaha mencari tahu alasan di balik tingkah laku berbagi konten informasi berupa artikel berita. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan empat jenis motivasi prososial berdasarkan teori Batson dan intensi berbagi konten berita pada situs jejaring sosial. Partisipan dari penelitian ini adalah 70 mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang memiliki akun di situs jejaring sosial. Analisis penelitian menggunakan analisis regresi berganda menggunakan metode stepwise. Hasil menunjukkan bahwa motivasi egoisme dan motivasi altruisme memiliki hubungan yang signifikan dengan intensi berbagi. Sedangkan motivasi kolektivisme dan prinsipilisme tidak ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan intensi berbagi.

The modern world can`t be separated from the internet. One of the phenomenon that plays an important role on the internet is social networking sites and sharing behavior. This research is trying to look for the reasons behind online sharing behavior of informational content in the form of news article. The purpose of this research is to discover the relationship between Batson`s four kind of prosocial motivation and sharing intention of news article on social networking sites. The participants of this research are 70 undergraduate students from Faculty of Psychology Universitas Indonesia that have account on social networking site. The research use multiple regression with stepwise method. The results shows that egoistic motivation and altruistic motivation have significant relationship with sharing intention. On the other hand, there is no correlation between sharing intention and both collectivistic motivation and principlistic motivation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S60541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indro Adinugroho
"Sebagai Presiden ke-6 dan elit partai, Susilo Bambang Yudhoyono, atau yang dikenal dengan nama SBY, memiliki cara yang unik untuk mengekspresikan perasaannya, yaitu dengan bermusik dan menulis lagu. Selama dua periode kepresidenan, empat album dan satu album instrumental telah lahir. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tiga aspek psikologis pada SBY melalui lirik lagunya. Aspek-aspek tersebut adalah emosi, prestasi dan harmoni. Sebanyak 23 lagu yang ditulis oleh SBY dikumpulkan untuk kepentingan analisis. Tiga studi telah dilakukan untuk menganalisis aspek psikologis dalam lirik lagu SBY. Pertama, analisis dengan AK untuk mengidentifikasi valensi dan arousal dalam setiap lagu dengan metode word count. Kedua, analisis ALK untuk mengidentifikasi valensi dan arousal di setiap lagu dengan penilaian manusia. Ketiga, dengan melibatkan expert untuk menilai kata yang paling sering muncul pada lagu SBY. Studi menunjukkan selama tahun 2006 hingga 2014, album lagu SBY memiliki muatan valensi positif yang konstan dan peningkatan level arousal. Selain itu, analisis EJ menunjukkan bahwa kata dominan menggambarkan aspek prestasi dan harmoni.

As the 6th Indonesian President and party's elite, Susilo Bambang Yudhoyono, also known SBY, has unique way to express his feeling, by playing music and writing songs lyrics. For over two presidency periods, four albums and one instrumental album has been produced. This study aims to identify three psychological aspects on SBY through his songs lyrics. Those aspects are emotion; achievement and harmony. For over 23 songs written by SBY has been collected for analyzing purposes. Three studies have conducted to analyze psychological aspects from SBY's lyrics. The first is AK (Algoritma Kata) to identify valence and arousal in every song using word count method. Second is ALK (Analisis Lirik Keseluruhan), to identify valence and arousal in every song using human evaluation. The third is by using expert judgment (EJ) to analyze dominant words that emerges in all lyrics. Current study shows that from 2006 to 2014 SBY's song albums contain constant positive valence and increase in the level of arousal. Beside that, EJ method shows that dominant words represent achievement and harmony.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T28165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth, Jacqueline
"Dunia olahraga merupakan salah satu bidang yang melibatkan banyak pengalaman emosional. Seseorang akan mengalami emosi yang positif ketika menang, dan mengalami emosi negatif ketika kalah. Dalam menyampaikan emosi yang dialaminya, manusia kerap kali menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Namun, adanya linguistic positivity bias memungkinkan terjadinya perbedaan antara emosi yang timbul dengan emosi yang disampaikan melalui media. Hal ini terjadi ketika kekalahan (kondisi negatif) diberitakan secara positif, yaitu dengan menggunakan kata-kata bersifat positif. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah linguistic positivity bias terjadi pada pemberitaan olahraga di media cetak Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap pemberitaan media cetak mengenai kemenangan dan kekalahan Indonesia pada SEA Games XXVI/2011. Sementara itu, positif atau negatifnya pemberitaan dilihat dari nilai valensinya (pleasure/displeasure dalam skala 1-5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks kemenangan memiliki valensi yang lebih positif dibanding teks kekalahan. Meskipun begitu, baik kelompok teks menang maupun kalah memiliki valensi di bawah netral, yang cenderung mengarah ke valensi positif. Hal ini menunjukkan adanya linguistic positivity bias dalam pemberitaan olahraga di media cetak Indonesia.

Emotions are experienced frequently in the world of sport. In a winning condition, one will experienced a range of positive emotions, and negative emotions will accompany a losing condition. In conveying the emotions experienced, one usually uses language as a way of communicating. But, the linguistic positivity bias enables a difference between the emotions that emerge from certain conditions and the emotions conveyed through the media. This bias happens when losing (negative condition) is reported positively, that is, by using positive words. So, a study were conducted in attempt to know if the linguistic positivity bias phenomenon can be found on sport coverage in the Indonesian print media. The study involves articles in the print media reporting the wins and losses of Indonesia in the SEA Games XXVI/2011. The positivity or negativity of the articles are measured in terms of valence (pleasure/displeasure on a scale of 1-5). The result shows that the winning articles are more positively valenced than the losing articles. Nevertheless, the valence in both the winning and losing articles are below neutral, which means they tend to be positively valenced. It shows that there is a linguistic positivity bias on sport coverage in the Indonesian print media.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library