Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
Titian Fitriana Prasasti
"Pandemi Covid-19 telah memaksa Indonesia menggeser pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring. Dalam pelaksanaannya ditemui berbagai macam hambatan dari faktor sosial, faktor aksesibilitas, dan faktor kapabilitas guru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran persepsi ketiga faktor tersebut oleh peserta didik SMA/SMK dan guru SMA/SMK pada pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19. Partisipan penelitian ini terdiri dari 121 peserta didik SMA/SMK dan 99 guru SMA/SMK yang berdomisili di Jabodetabek dan luar Jabodetabek. Penelitian ini dilakukan dengan metode komparatif menggunakan alat ukur faktor penghambat untuk mengukur persepsi ketiga faktor tersebut. Hasil penelitian menunjukan peserta didik SMA/SMK dan guru SMA/SMK memiliki persepsi yang sama terkait faktor sosial, faktor kapabilitas pengajar dan faktor aksesibilitas. Namun, jika dilihat per item terdapat perbedaan persepsi yang signifikan pada salah satu item dari faktor sosial. Kemudian jika dilihat dari domisilinya, terdapat perbedaan yang sigfikan pada persepsi faktor aksesibilitas antara guru yang berdomisili di Jabodetabek dan di luar Jabodetabek begitu juga dengan peserta didik yang berdomisili di jabodetabek dan di luar Jabodetabek.
The Covid-19 pandemic has forced Indonesia to shift face-to-face learning to online learning. In its implementation, various obstacles were encountered, from social factors, accessibility factors, and teacher capability factors. This study was conducted to describe the perception of these three factors by High School and Vocational High School Teacher and Student towards online learning during the Covid-19 pandemic. The participants of this study consisted of 121 students and 99 teachers domiciled in Greater Jakarta and outside Greater Jakarta. This research was conducted using a comparative method using an faktor penghambat measuring instrument to measure the perception of these three factors. The results showed that High School and Vocational High School students and teachers had the same perception regarding social factors, teacher capability factors and accessibility factors. However, when viewed per item, there is a significant difference in perception on one item of social factors. Then when viewed from the domicile, there is a significant difference in the perception of the accessibility factor between teachers who live in Greater Jakarta and outside Greater Jakarta as well as students who live in Greater Jakarta and outside Greater Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nathasha Ainaya Pramesti
"COVID-19 menghadirkan tantangan baru bagi keluarga, tidak terkecuali perempuan bekerja yang menjadi family caregiver lansia. Hal ini dapat menimbulkan stres pada caregiver tersebut. Perawatan lansia yang optimal dapat terwujud apabila semua anggota keluarga dapat bekerja sama. Meskipun demikian, kerjasama ini dapat membawa konflik yang mengganggu adaptasi dari anggota keluarga dan mengancam resiliensi keluarga. Penelitian menggunakan metode korelasional untuk melihat hubungan antara resiliensi keluarga dan stres. Alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) digunakan untuk mengukur resiliensi keluarga dan alat ukur Perceived Stress Scale (PSS-10) digunakan untuk mengukur stres. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian adalah non-probability dengan jenis convenience sampling. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan menggunakan teknik analisis statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara resiliensi keluarga dan stres pada perempuan bekerja yang menjadi family caregiver lansia. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin kuat resiliensi keluarga yang dimiliki oleh caregiver, maka akan semakin rendah stres yang dialaminya. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebesar 8 persen varians dari stres dapat dijelaskan oleh resiliensi keluarga. Dengan demikian, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para praktisi dalam mengembangkan intervensi stres yang fokus pada pengembangan resiliensi keluarga bagi perempuan bekerja yang menjadi family caregiver.
COVID-19 presented new challenges for families, particularly working women doubling as Caregivers for the elderlies in the family. This could cause stress for said women. Optimal care for the elderly can be achieved if all family members work together. Even so, this cooperation could still cause conflict between family members that would jeopardize family resilience. This Research was performed using correlational methods to observe correlations between family resilience and stress. The Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) and the Perceived Stress Scale (PSS-10) were used to measure family resilience and stress respectively. Non-Probability Convenience Sampling technique was also used in this research. Based on the correlation test performed using the Pearson Correlation statistics analysis technique, it was observed that there’s a significant negative correlation between family resilience and stress in families with working females doubling work as caregivers to the elderly in the family. This results shows that less stress is present when the family resilience is high with the vice versa applying as well. Therefore, it can be concluded that family resilience explains the 8% variance of observed stress levels. In short, this research can be used as a benchmark for practitioners to develop stress interventions which focuses on the development of family resilience for families with working women who are also caregivers of the elderly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Azalea Vinny Raisya Rosandya
"Periode emerging adulthood ditandai dengan memasuki jenjang pendidikan di perguruan tinggi dan menjadi mahasiswa. Banyak mahasiswa yang rela merantau ke kota lain demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Mereka akrab disebut sebagai mahasiswa rantau. Meskipun begitu, pergi merantau tidak lepas dari berbagai hal yang menimbulkan stres. Oleh sebab itu, mahasiswa rantau perlu memiliki kemampuan resiliensi yang baik. Faktor individu dan keluarga memiliki peran yang sangat penting terhadap resiliensi. Keseimbangan antara faktor individu dan keluarga dapat terlihat dari kemampuan diferensiasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran diferensiasi diri sebagai prediktor dari resiliensi pada mahasiswa rantau. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Peneliti melakukan pengambilan data secara daring dengan menyebarkan kuesioner Differentiation of Self Inventory - Short Form untuk mengukur diferensiasi diri dan The 14-Item Resilience Scale untuk mengukur resiliensi. Total partisipan penelitian ini adalah 134 mahasiswa rantau yang berusia antara 18-24 tahun (M = 20,45 SD = 1,380). Hasil analisis multiple regression menunjukkan bahwa diferensiasi diri secara signifikan dapat memprediksi resiliensi mahasiswa rantau (R2 = 0,208, p < 0,05). Dari empat dimensi, dimensi I-position dan emotional cutoff secara signifikan mampu memprediksi resiliensi. Oleh karena itu, mahasiswa rantau dianjurkan untuk meningkatkan diferensiasi diri dengan mengoptimalkan I-position dan tidak melakukan emotional cutoff.
Emerging adulthood period is marked by entering higher education and becoming college students. Many college students apply to a university in other cities to get a better education. They are called sojourn students. Even so, living away from their hometown can cause a lot of stress. Therefore, sojourn students need to have good resilience skills. Individual and family factors have an important role in resilience. The balance between individual and family factors can be seen from the ability to differentiate themselves. This study aims to examine the role of differentiation of self as a predictor of resilience on sojourn students. This study is a quantitative research. Data were collected online using Differentiation of Self Inventory - Short Form and The 14-Item Resilience Scale questionnaire. The total participants of the study were 134 sojourn students aged between 18-24 years old (M = 20,45 SD = 1,380). The result of multiple regression analysis shows that differentiation of self significantly predicts the resilience of sojourn students (R2 = 0,208, p < 0,05). From the four dimensions, the I-position and emotional cutoff dimensions were significant to predict resilience of sojourn students. Therefore, sojourn students are encouraged to improve differentiation of self by optimizing their I-position and not doing emotional cutoff"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Zahrah Salsabila
"Perusahaan IT membutuhkan perilaku kerja inovatif yang dapat dipengaruhi iklim humor, yaitu persepsi bersama tentang menggunakan dan mengekspresikan humor di lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan variabel tersebut. Melalui convinience sampling, 121 laki-laki dan 150 perempuan berusia 17-46 tahun berstatus karyawan di perusahaan IT Indonesia berpartisipasi secara daring. Hasil Pearson correlation menunjukkan iklim humor dan perilaku kerja inovatif tidak berhubungan positif secara signifikan. Namun, negative humor dan outgroup humor berhubungan positif dan signifikan dengan perilaku kerja inovatif. Supervisor support berhubungan negatif secara signifikan dengan perilaku kerja inovatif. Perusahaan IT dapat mempertimbangkan kegiatan praktikal mengenai humor untuk mendorong perilaku kerja inovatif.
IT companies need innovative work behavior that may be influenced from humor climate, a shared perception about using and expressing humor in environment. This study aims to investigate the relationship between those variables. Through convenience sampling, 121 men and 150 women aged 17-46 years old and work in Indonesia’s IT companies participated online. Pearson correlation shows no significant positive relationship between those variables. Negative humor and outgroup humor had a significant positive relationship with innovative work behavior. Supervisor support had a significant negative relationship with innovative work behavior. IT companies may consider humor practical activities to encourage innovative work behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jasmine Nuraini Zulfickry
"Kecerdasan emosional merupakan salah satu keterampilan penting yang dimiliki individu karena dapat membantu seseorang berfungsi dengan baik pada lingkup personal, sosial, dan profesional. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan tingkat kecerdasan emosional individu adalah keluarga, yang merupakan tempat pertama individu mempelajari berbagai interaksi sosial. Keberadaan anak dengan spektrum autisme (SA) dalam keluarga dapat memberikan pengaruh pada interaksi antar anggota keluarga yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional individu. Studi ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan strategi noneksperimental yang menggunakan alat ukur Family Assesment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga dan alat ukur Trait Emotional Intelligence Short-Form (TEIQue-SF) untuk mengukur kecerdasan emosional. Kedua alat ukur disebarkan melalui google form dan menggunakan teknik convenience sampling untuk memperoleh partisipan. Total partisipan penelitian adalah 136 remaja akhir dan dewasa muda yang memiliki rentang umur antara 18 – 35 tahun. Berdasarkan hasil ANOVA, diperoleh hasil bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA (R 2=0,372, p<0,05). Namun demikian, berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear berganda, ditemukan bahwa hanya ada satu dari keenam dimensi keberfungsian keluarga yang secara signifikan dapat memprediksi tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kondisi intrapersonal saudara kandung, keluarga dapat menerapkan strategi komunikasi terbuka dan efektif untuk dapat meningkatkan tingkat kecerdasan emosional saudara kandung dari anak dengan SA.
Emotional intelligence is one of the most important components that one should have as it can affect many areas of someone’s personal, social, and professional life. Family situations and climate, acting as the first environment for the children to learn social situations, have a significant role of the development of one’s emotional and social intelligence. The existence of a child with autism spectrum disorder (ASD) can have many effects on the family interaction and communication, and later on affecting one’s level of emotional intelligence. Due to that, this quantitative study explored the role of family functioning in predicting emotional intelligence in 136 siblings of children with ASD between the age of 18 – 35 years from Indonesia. The questionnaires used on assessing family functioning is Family Functioning Device (FAD) and Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form to measure emotional intelligence, which were distributed via google form and used the technique of convenience sampling to gain the participants. Multiple linear regression analysis revealed a significant relationship between family functioning and emotional intelligence (R2= 0,372, p<0,05) where only one of the family functioning dimensions, which is communication, significantly predicts the level of emotional intelligence in siblings of children with ASD. The higher the family functioning, the higher the emotional intelligence among siblings of children with ASD. The findings disclose deeper understanding of family functioning and the sibling’s intrapersonal condition, which is emotional intelligence, and have implications for parents to administer open and strategic communication within the family to furtherly heightened the sibling’s emotional intelligence level."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nabila Hasna Arini
"Kecurangan akademik pada peserta didik SMA terus meningkat dalam 70 tahun terakhir, yang semula berada pada angka 20% saat ini mencapai 75-98%. Fenomena ini menjadi salah satu masalah dalam dunia pendidikan. Berbagai faktor dari segi individual maupun kontekstual sering dihubungkan dengan kecurangan akademik. Penelitian ini fokus pada faktor kontekstual, yang bertujuan untuk melihat pengaruh struktur tujuan kelas terhadap kecurangan akademik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen between-subject (mastery vs performance). Pengambilan data dilakukan secara daring kepada 293 peserta didik SMA (berusia 15-18 tahun) yang sedang melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Peneliti melakukan randomisasi pada manipulasi skenario bacaan struktur tujuan kelas, kemudian memberikan kuesioner kecurangan akademik. Manipulation check juga diberikan untuk melihat efektivitas bacaan. Skenario bacaan (vignette) struktur tujuan kelas diperoleh dari penelitian Day et al. (2011) dan kecurangan akademik diukur menggunakan alat ukur dari Septiana (2016), keduanya disesuaikan dengan konteks SMA di Indonesia dan PJJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik dengan struktur tujuan kelas performance (M = 52.49, SD = 21.293) memiliki kecenderungan melakukan kecurangan akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik pada struktur tujuan kelas mastery (M = 39.21, SD = 13.092), t(265.7) = -6.527, p < 0.05. Hasil dari penelitian ini menyarankan para pengajar untuk menerapkan struktur tujuan kelas mastery kepada peserta didik di kelas.
Academic cheating among high school students has continued to increase in the last 70 years, from 20% to 75-98% today. This phenomenon is one of the problems in the education field. Various factors, both individual and contextual, are often associated with academic cheating. This study focuses on contextual factors, which aims to see the effect of classroom goal structure on academic cheating. This research is a quantitative study with a between-subject experimental design (mastery vs performance). Data was collected online to 293 high school students (aged 15-18 years) who were implementing distance learning. The researcher randomized the manipulation of the reading scenario of the classroom goal structure, then gave an academic cheating questionnaire. Manipulation check is also given to see the effectiveness of the readings. The reading scenario (vignette) of the classroom goal structure was obtained from the research of Day et al. (2011) and academic cheating were measured using a measuring tool from Septiana (2016), both adapted to the context of high school in Indonesia and distance learning. The results showed that students with the performance goal structure (M = 52.49, SD = 21.293) had a higher tendency to commit academic cheating than students in the mastery goal structure (M = 39.21, SD = 13.092), t(265.7) = -6.527, p < 0.05. The results of this study suggest the teachers to apply the mastery goal structure to the students in the classroom."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Laurencia Vania Calista Buulolo
"Sebagian besar kaum emerging adult setidaknya mengetahui bahaya dari COVID-19, tetapi belum tentu semuanya berkeinginan untuk mematuhi himbauan menetap di rumah. Hal ini diprediksi oleh perbedaan persepsi risiko yang dimiliki, mengingat mereka tidak termasuk kelompok yang rentan berdampak parah jika terinfeksi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengetahuan tentang COVID-19 mempengaruhi intensi kaum emerging adult menetap di rumah selama masa pandemi dengan dimediasi oleh adanya persepsi risiko tertular COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan bersifat non-eksperimental. Data diperoleh dengan kuesioner self-report (N = 308) dan dianalisis menggunakan Hayes PROCESS Macro model 4. Hasil indirect effect menunjukkan bahwa persepsi risiko memediasi penuh hubungan antara pengetahuan dengan intensi (ab = .08; 95% CI [.04, .14]). Mengetahui hal-hal seputar COVID-19 terlebih dulu membentuk persepsi bahwa individu berisiko tertular COVID-19, sebelum pada akhirnya memunculkan intensi untuk menetap di rumah. Dengan ini, dibutuhkan pesan kesehatan masyarakat yang efektif untuk memperluas pengetahuan emerging adult terkait bahaya COVID-19, sehingga mereka menyadari bahwa mereka tetap berisiko tertular dan perlu menetap di rumah selama masa pandemi sebagai implementasi perlindungan kesehatan diri maupun orang sekitar.
Most emerging adults are at least aware of the dangers of COVID-19, but not all of them are willing to comply with stay-at-home orders. This is predicted by the differences in their perception of risk, considering that they are not classified as a group that is vulnerable to severe impacts if infected by COVID-19. This study aims to see how COVID-19 knowledge affects emerging adults’ stay-at-home intention during the pandemic, which is mediated by the risk perception of contracting COVID-19. This study used a cross-sectional, non-experimental design. Data were obtained by self-report questionnaire (N = 308) and analyzed using Hayes PROCESS Macro model 4. The indirect effect result showed that risk perception fully mediates the relationship between knowledge and intention (ab = .08; 95% CI [.04, .14]). Knowing things about COVID-19 forms the perception that individual is at risk of contracting COVID-19, before finally raising the intention to stay at home. Therefore, an effective public health message is needed to expand emerging adults’s knowledge regarding the COVID-19’s dangers, so they realize that they are also at risk of contracting the virus and need to stay-at-home during the pandemics as an implementation of protecting the health of themselves and those around them."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nikmah Fajriyah Azzahrah
"Peningkatan sampah plastik yang berasal dari produk Fast Moving Consumer Goods berkaitan erat dengan perilaku konsumsi masyarakat. Salah satu upaya untuk menanggulangi hal tersebut adalah dengan menggunakan bahan ramah lingkungan yang ditandai dengan pemberian label ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh jenis label ramah lingkungan berupa logo dan teks pada kemasan air mineral terhadap persepsi konsumen mengenai kualitas. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen within subject dengan menggunakan vignette gambar sebagai stimulus. Persepsi konsumen mengenai kualitas. diukur menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Erdem dan Swait (1998). Diperoleh sebanyak 135 partisipan yang berusia 18-25 tahun di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran logo (F(1,134) = 157.446, p< 0.001, η²p = 0.540) dan teks (F(1,134) = 127.229, p< 0.001, η²p = 0.487) ramah lingkungan pada kemasan air mineral berkontribusi secara signifikan terhadap persepsi konsumen mengenai kualitas. dengan large effect size yang berarti kehadiran logo dan teks memiliki pengaruh yang besar terhadap persepsi konsumen mengenai kualitas. Selain itu, ditemukan bahwa produk dengan kombinasi penggunaan logo dan teks ramah lingkungan membuat konsumen mempersepsikan kualitas produk ramah lingkungan tersebut paling baik (F(1,134) = 19.269, p< 0.001, η²p = 0.126) dengan medium effect size yang berarti memiliki pengaruh yang sedang terhadap persepsi konsumen mengenai kualitas. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan logo dan teks ramah lingkungan dapat memengaruhi bagaimana konsumen mempersepsikan kualitas dari suatu produk. Hasil dari penelitian ini menyarankan perusahaan agar mempertimbangkan untuk menghadirkan label ramah lingkungan berupa logo dan teks ramah lingkungan untuk meningkatkan perceived quality konsumen.
The rise of plastic waste caused by Fast Moving Consumer Goods is strongly related to consumer behavior. An effort to overcome this problem lies within the usage of eco-friendly materials that are identified by giving them eco-labels. This study examines how types of eco-labels in the form of logos and text on mineral water’s packaging affect consumer’s perceived quality. The method used for this study is the within-subject experiment by using image vignettes as a stimulus. Perceived quality is measured using the measurement developed by Erdem and Swait (1998). This study samples 135 participants aged 18-25 in Indonesia. Results show that the presence of an eco-friendly logo (F(1,134) = 157.446, p< 0.001, η²p = 0.540) and text (F(1,134) = 127.229, p< 0.001, η²p = 0.487) on mineral water packaging significantly contribute to consumer perceived quality with a large effect size, indicating that the presence of an eco-friendly logo and text have a large effect towards consumer perceived quality. This study also finds products with a combination of the use of eco-friendly logo and text made consumers perceived quality of these eco-friendly products is the best (F(1,134) = 19.269, p< 0.001, η²p = 0.126) with a medium effect size, indicating that it has a moderate effect towards consumer perceived quality. It can be conclude that the usage of an eco-friendly logo and text may affect how consumers perceive the quality of a product. The results of this study suggests that company should consider the usage od eco-labels in the form of an eco-friendly logo and text to increase the consumers perceived quality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Amanda Putri Chairunisa
"Permasalahan regulasi emosi umum terjadi pada masa usia prasekolah. Dari berbagai literatur sebelumnya, diketahui bahwa pengasuhan orangtua terhadap anak menjadi hal krusial dalam membentuk regulasi emosi anak usia prasekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pengasuhan berkesadaran dengan regulasi emosi anak usia prasekolah. Penelitian dilakukan menggunakan convenience sampling dengan total 126 partisipan orangtua dengan anak usia prasekolah (3 – 6 tahun). Pengukuran mengenai penerapan pengasuhan berkesadaran dilakukan menggunakan instrumen Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IM-P), sedangkan pengukuran mengenai regulasi emosi anak dilakukan menggunakan instrumen Emotion Regulation Checklist (ERC). Pengujian Korelasi Pearson dilakukan untuk menguji hubungan antarvariabel. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan dengan antara pengasuhan berkesadaran dengan regulasi emosi anak usia prasekolah. Penelitian ini berkontribusi untuk pengembangan intervensi pengasuhan berkesadaran dalam perkembangan regulasi emosi anak.
Problems in emotion regulation are common in preschool age. In the previous literature, it was known that parenting practice is crucial in shaping the emotion regulation of preschoolers. This study aims to examine the relationship mindful parenting and emotion regulation of preschoolers. Convenience sampling was used with 126 participants of parents with preschool aged children (3-6 years). Mindful parenting was measured using Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IM-P), while the measurement of children's emotional regulation was measured using the Emotion Regulation Checklist (ERC). Pearson correlation test was conducted to examine the relationship between variables. The results of the study indicate that there is a significant positive relationship between mindful parenting and emotion regulation of preschoolers. This research contributes to the development of mindful parenting interventions for better emotion regulation in preschoolers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nurul Aulia Primandhita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah intellectual humility dapat memprediksi efektivitas guru sekolah menengah di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 263 guru sekolah menengah (M-usia = 41.75 tahun, M-pengalaman mengajar = 14.97 tahun). Penelitian ini menggunakan Intellectual Humility Scale (Porter & Schumann, 2018) untuk mengukur intellectual humility dan Teacher Effectiveness Scale (Kyriakides, Campbell & Christofidou, 2002) untuk mengukur efektivitas guru. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan mengontrol variabel pengalaman mengajar. Hasil analisis menunjukkan bahwa intellectual humility secara signifikan dapat memprediksi efektivitas guru. Intellectual humility ditemukan memiliki effect size medium terhadap efektivitas guru. Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa intellectual humility merupakan karakteristik yang penting untuk dimiliki oleh guru. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan program untuk mengembangkan karakteristik intellectual humility pada guru. Selain itu, hasil penelitian juga mengimplikasikan bahwa terdapat faktor- faktor lain yang berperan dalam efektivitas guru. Hal tersebut sebaiknya dipertimbangkan oleh penelitian selanjutnya mengenai efektivitas guru.
The purpose of this study was to investigate the role of intellectual humility in predicting teacher effectiveness among secondary school teachers in Indonesia. A total of 263 secondary school teachers (M-age = 41.75 years, M-teaching experience = 14.97 years) participated in this study. The Intellectual Humility Scale (Porter & Schumann, 2018) and the Teacher Effectiveness Scale (Kyriakides, Campbell, & Christofidou, 2002) were used to measure intellectual humility and teacher effectiveness, respectively. A multiple linear regression analysis was conducted to test the study’s hypothesis while controlling for teaching experience. The result of the analysis shows that intellectual humility significantly predicts and has a medium effect on teacher effectiveness. The result of this study implies that intellectual humility is an important characteristic to be possessed by teachers and schools should consider providing programs that are aimed to cultivate intellectual humility in teachers. Additionally, it is implied that other factors also play a role in teacher effectiveness and should be taken into consideration by future research on this topic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library