Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutabarat, Herda P.
Abstrak :
There are seven species of marine turtles known throughout international waters. These are Loggerhead turtle/Caretla carelta (Linnaeus, 1758), Green turtle/Chelania mydas (Linnaeus, 1766), Kemp's ridley turtlell.epidochelys kempii (Garman, 1880), Olive ridley turtle/1,epidochelys olivacea (Eschscholtz, 1829), Flatback turtle/Natator depressus (Garman, 1880), and Leatherback turtle/Dermochelys coriacea (Vandelli, 1766). In Indonesian waters, there are six species of marine turtles. Kemp's ridley turtle is the only species from the above, which is not found. The status of the Olive ridley turtle in the Red DataBook-IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) is 'Endangered'. CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Flora and Fauna) categorizes this species in `Appendix I' meaning that the trading of this animal should be limited. In Indonesia, the Olive ridley--along with the Leatherback, Hawksbill, Flatback and Loggerhead turtle--is listed as a protected species, while the Green turtle is the only turtle species not protected by regulation. Compared with other species of turtle, there is still lack of documentation concerning the Olive ridley turtle in Indonesia. So far, there is still relatively little publication about this species. The main reason is probably because of the limited knowledge of the Olive ridley nesting beach's location. For this reason, research was conducted at Pantai Marengan, in Alas Purwo National Park (Alas Purwo NP), Banyuwangi, East Java. This is one of the few known nesting sites of the Olive ridley turtle in Indonesia. The aim of the research was to investigate the nesting of the Olive ridley turtle. A study of morphometrics and captive program in Alas Punvo NP was also made as part of the research. It is hoped that, the results will be useful for the conservation of the turtle and its habitat. The research was performed during the turtle's nesting season, between March and October 1995. During this period, one hundred and sixty-two (162) nests were found. The peak of activity occurred in July, when fifty-one (51) nests were located. The average clutch size was one hundred and four (104) eggs per nest. On average, the nests were located 5.8 m (SD = 6.7) from vegetation and 18.5 m (SD = 11.5) from the highest high tide mark. The morphometric study of thirty (30) nesting turtles showed that the average curved carapace measurements were 67.5 cm in length (SD = 3.2) and 66.7 cm in width (SD 3.9). The results of carapace measurements showed that the carapace length positively correlated with carapace width, i.e., as the carapace length increase, so the carapace width will also increase. No correlation was found between carapace length and the number of eggs in each clutch. There was also no correlation found between the number of eggs laid and the time used for nesting activity. The captive program of Olive ridley turtle in Alas Purwo NP was set-up in 1989. The survival percentage of hatchlings from semi-natural hatching recorded during the 1995 season was 83.7 %. The highest hatching death rate (45.3 %) occurred in August, when temperature in the rearing container fell to 20"C. According to the secondary data, during the 1984/1985 nesting season, only three (3) nesting sites of the Olive ridley turtle were found in Alas Purwo NP. In the period between April and June 1996, however, one hundred and sixty-nine nesting sites were located. Is population of the Olive ridley turtle increasing within the Alas Purwo NP? The question can only be answered more accurately by tagging of individual animals and monitoring the species over a longer term.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T2703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviar Andayani
Abstrak :
ABSTRAK
Di antara usaha yang dapat dilakukan antuk menjaga kelestarian suatu jenis hewan adalah melindungi hewan itu dari perburuan dan gangguan yang mungkin terjadi selama masa biaknya. Masa biak pada burung selain dapat diketahui melalui pengamatan langsung di alam, dapat pula ditentukan dengan meneliti pola pergantian bulu sayap primer pada spesimen yang ada. Dalam penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan bulu sayap primer pada Collocalia linchi Horsfield & Moore. Setiap stadium pertumbuhan bulu diberi nilai secara numerik berdasarkan metode yang dilakukan Newton. Hasil pemeriksaan pada seluruh spesimen menunjukkan bahwa spesimen yang dikoleksi pada bulan September, Oktober, November, dan Januari cenderung mempunyai nilai pergantian bulu yang tinggi. Dengan demikian dapat diperkirakan masa biak C. linchi terjadi pada bulan-bulan tersebut dengan periode puncak terjasi pada bulan November dan Januari. Dari hasil uji regresi untuk mengetahui hubungan antara nilai pergantian bulu dan curah hujan, diperoleh kesimpulan bahwa curah hujan mempengaruhi pergantian bulu (derajat bebas = 0,05). Karena tahap akhir pergantian bulu berkaitan dengan masa biak, dapat pula disimpulkan bahwa masa biak C. linchi dipengaruhi oleh curah hujan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bakry
Abstrak :
Kemampuan manusia menggunakan akal dan mengembangkan peralatan, akan mernpermudah kehidupan manusia tersebut. Kanampuan ini juga menimbulkan berbagai macam kebutuhan, yang melebihi kebutuhan pokok biologis untuk hidup. Kebutuhan yang timbul karena perkembangan peralatan dan teknologi, disebabkan oleh usaha aktif manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Usaha penyesuaian diri ini menimbulkan berbagai macam kebutuhan sosial dan kebutuhan spiritual di samping kebutuhan pokok biologis (hayati). Dalam usaha mamenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut manusia tidak. hanya dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan alam, akan tetapi juga menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial budayi sekitarnya.

Oleh karena itu pola-pola tingkah laku adaptasi manusia terhadap lingkungan tidak hanya terbatas pada lingkungan alam, melainkan juga pada lingkungan social budaya di sekitarnya. Manusia ter-paksa menggabungkan pola-pola tingkah laku tertentu, demi keberhasilan beradaptasi terhadap lingkungannya yang mewujudkan kebudayaan. Salah satu wujud adaptasi terhadap lingkungan dalam arti luas adalah pemanfaatan tanah atau lahan untuk memperoleh hasil bagi pemenuhan kebutuhan. Manusia sebagai makhluk sosial, di manapun berada akan berusaha memanfaatkan sumberdaya alam di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hayati, kebutuhan sosial dan kebutuhan spiritual.

Kemampuan manusia menyerap umpan balik, atas tindakannya terhadap lingkungan berbeda-beda. Maka psngembangan peralatan dan teknologi, dalam rangka adaptasi terhadap lingkungan akan berbeda pula. Oleh karena itu kebudayaan adaptasi terhadap lingkungan, bukan hanya ditentukan oleh sumberdaya alam dan lingkungannya. Akan tetapi juga ditentukan oleh kebudayaan sebagai perwujudan abstraksi pengalaman-pengalaman. Salah satu kebudayaan adaptasi terhadap lingkungan yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya yang berbeda, tercermin dari pola adaptasi penduduk terhadap tanah rawa di wilayah rawa pantai rauara Batang Hari Jambi.

Wilayah rawa pantai rauara Batang Hari karena pengaruh pasang surutnya air laut dibedakan atas wilayah rawa air asin, wilayah rawa air agak asin atau payau dan wilayah rawa air tawar. Pada tiap wilayah, beradaptasi berbagai kelonpok penduduk yang berbeda daerah asal (suku bangsa) atau kebudayaannya. Penduduk asli (Melayu) yang beradaptasi disemua wilayah, melakukan pilihan strategi adaptasi ydng diwujudkan dengan pemukiman di tanggul-tanggul sungai, sawah rawa dan kebun karet. Suku Bugis sebagai pendatang melakukan pilihan strategi adaptasi yang cukup berhasil, dengan menyerap umpan balik dari lingkungan lebih baik dari penduduk lainnya. Kelcnqpok penduduk ini beradaptasi di wilayah rawa air asin dan di wilayah rawa air agak asin. Suku Ban jar dan suku Jawa sebagai pendatang spontan lebih banyak dipengaruhi lingkungan sosialnya dalam melakukan pilihan strategi adaptasi, terhadap tanah rawa. Suku Banjar beradaptasi di wilayah rawa air asin dan wilayah rawa air agak asin dan suku Jawa pendatang spontan beradaptai di seluruh wilayah. Transmigran yang ditempatkan di wilayah rawa air agak asin dan wilayah rawa air tawar, manperoleh dorongan yang besar dari pemerintah dalam melakukan pilihan adaptasi. Suku Melayu dan Jawa pendatang spontan beradaptasi di semua wilayah suku Bugis.

Tujuan studi adalah untuk mengetahui peran kebudayaan sebagai suatu ide mendukung panilihan strategi adaptasi, seberapa jauh dapat penyerapan umpan balik informasi dari lingkungan untuk melakukan pilihan adaptasi dan seberapa jauh pengembangan teknologi dan tenaga kerja luar keluarga untuk menghadapi tantangan/hambatan atau intensifikasi produksi dalam raempertahankan kualitas hidup di wilayah rawa pantai muara Batang Hari. untuk mencapai tujuan ini, di-gunakan pendekatan ekologi. Pada pendekatan ini, diamati intervensi manusia terhadap sumberdaya alam, untuk memenuhi kebutuhan umpan balik yang diterima dari lingkungan pengembangan teknologi dan alat serta penggunaan tenaga. kerja luar keluarga dalam melakukan pilihan-pilihan strategi adaptasi. Keberhasilan yang diperoleh dalam beradaptasi, diukur dengan produktivitas tanah atau pendapatan usaha-tani.

Untuk penentuan lokasi dan stratifikasi wilayah digunakan peta topografi dan peta kemampuan tanah sekala 1:100.000. Pengamatan terhadap responden dilakukan dengan pengambilan sample secara proposi-ve berdasarkan strata wilayah dan kelompok penduduk (suku bangsa). Jutnlah responden 120 kepala keluarga tani atau 10 kepala keluarga tani tiap 'kelonpok penduduk yang ada pada setiap strata wilayah. Analisis data menggunakan model regresi linier berganda. Pengujian model dengan analisis varians (ANAVA). Pengolahan dan analisis data menggunakan komputer SPSS dan pembuktian hipotesis dilakukan dengan uji T model regresi linier secara parsial.

Hasil studi menunjukkan bahwa : 1. Kebutuhan sosial penduduk yang berbeda berkebudayaannya cukup bervariasi dan berperan negatif terhadap pendapatan usahatani sebagai ukuran keberhasilan beradaptasi. Walaupun peran ini cukup kecil (-0,11), akan tetapi nyata pada penurunan keberhasilan. 2. Kebutuhan spritual penduduk yang berbeda kebudayaannya, relatif homogen atau kecil variasinya. Kebutuhan spritual penduduk ini berperan positif (3,70) terhadap keberhasilan beradaptasi. Peran ini nyata pada peningkatan keberhasilan yang diperoleh. 3. Perbedaan muka air pasang tertinggi dan surut di musim hujan pada setiap pilihan strategi adaptasi (sawah, kebun, pekarang-an), relatif honogen atau kecil variasinya. Perbedaan nuka air ini di sawah berperan positif (28.304,14) dan nyata terhadap pendapatan usahatani. Akan tetapi perbedaan muka air ini di kebun dan di pekarangan berperan negatif (-526,45, -1.926,08) dan tidak nyata terhadap pendapatan usahatani sebagai keberhasilan yang diperoleh dalam beradaptasi. Variasi perbedaan muka air pasang tertinggi dan surut dipengaruhi oleh perbedaan lokasi. 4. Panbuatan saluran oleh penduduk yang berbeda kebudayaan untuk mengatasi hambatan dari lingkungan (penggenangan) dalam melaku-kan pilihan strategi adaptasi terhadap tanah rawa manpunyai variasi yang cukup besar. Penambahan pembuatan saluran di sawah akan berpengaruh negatif (-1.650,43), akan tetapi sebaliknya di kebun dan di pekarangan akan berpengaruh positif (80,51 dan 4.095,18) pada pendapatan usahatani sebagai keberhasilan- adaptasi. 5. Penggunaan teknologi maju (bibit unggul, pupuk, obat-obatan) oieh penduduk yang berbeda kebudayaan, mempunyai variasi yang besar dalam melakukan pilihan strategi adaptasi terhadap tanah rawa.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1987
T-885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rauf Achmad Sue
Abstrak :
ABSTRAK Suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium basah, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor, dimulai tanggal 20 Agustus sampai dengan 1 Desember 1991. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh bahan organik dalam air terhadap pertumbuhan bakteri bercahaya pada pemeliharaan larva udang windu. Juga untuk rnengetahui Pertumbuhan jumlah bakteri dan mortalitas larva udang windu. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan konsentrasi bahan organik dan tiga kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah 0 ppm(A) sebagai kontrol, 15 ppm(B), 30 ppm(C), 45 ppm (D), fi0 ppm (E) dan 75 ppm (F.). Sebanyak 100 ekor larva udang windu stadia nauplius di masukkan ke dalam bak akuarium yang telah diberi perlakuan konsentrasi bahan organik. Isolasi bakteri bercahaya juga dinokulasikan ke dalam bak akuarium dengan kepadatan 103 sel per ml. Pengarnbilan contoh bakteri dan air dilakukan setiap hari selama lima hari. Idetifikasi bakteri menurut metoda Cowen & Steel 1974: 17-20) ; West & Colwell (1984: 285-289). Fisika dan kirnia air seperti oksigen terlarut, karbondioksida, total bahan organik, ammonia, pH, salinitas dan temperatur air di ukur dengan menggunakan metoda standar. Hasil penelitian menuniukkan bahwa konsentrasi bahan organik dalam air meningkat sesuai dengan rataan konsentrasi bahan organik yang dimasukkan ke dalam bak percobaan saat awal. Peningkatan konsentrasi bahan organik dalam air ternyata rata-rata meningkat. Puncak konsentrasi bahan organik perlakuan E dan F dicapai pada hari kedua sedngkan perlakuan A dan S terjadi pada hari kelima. Konsentrasi bahan organik dalam air berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan bakteri, bercahaya dalam air dan pada larva udang windu (P> 0.01). Jumlah total bakteri dan bakteri bercahaya lebih tinggi pada konsentrasi bahan organik yang lebih besar. Rataan jumlah kaloni bakteri pada masing-masing konsentrasi bahan organik adalah 103.44; 99.4; 82.81 dan 82.32. Mortalitas larva udang windu lebih tinggi pada perlakuan konsentrasi bahan organik yang lebih besar. Mortalitas tersebut berturut-turut adalah 80.33%; 68.66%; 22.3%; 15.0% dan 2.3% untuk perlakuan F, E, D, C, B dan A. Karakteristik fisika dan kimia air adalah sebagai berikut : oksigen terlarut 4.8-7.4 ppm; CO2 0-19.36 ppm; NH3 0.025-0.175 ppm; pH 7-8 ppm; temperatur air 30-31°C dan salinitas 30-32%.
ABSTRACT An experiment was conducted at the Research Institute for Freshwater Fisheries's wet laboratory in Bogor from 20 August to 1 December, 1991. This study was done to evaluate the effect of organic matter in water to the population growth of luminescent vibrio on Penaeus monodon larval. The total number of bacterial population and the mortality of the shrimp larvae were also evaluated. In this study a complete randomized design (CRD) was used with six different concentrations of organic matter as treatments and three replication. The treatments were 0 ppm(A) as a control, 15 ppm(B), 30 ppm(C), 45 ppm(D), 60 ppm(E) and 75 ppm(F). One hundred shrimp larvae at nauplius stage were stocked in each aquarium contained the respective organic matter concentration. The luminous vitro isolate were also inoculated in each aquarium at a concentration of 10 cell per ml. Sample of bacteria and water were taken every day for 5 days. The bacteria were identified according to Cowan & Steil method (1974:17-20): West & Colwell (1984:285-289). Physical and chemical of the water such as dissolved oxygen, carbon dioxide. total organic matter, ammonia, pH, salinity and water temperature were examined by the standard water measurement method. The results indicated that the concentration of organic matter in water increased proportionally relative to the rate of initial concentration used. The higher the initial organic matter concentration applied the higher increase rate of its concentration in the water. The peak of the concentration was reached faster at the higher concentration than the lower one. The peak of E and F treatment were at the second day while A and S treatment were at the fifth day. Organic matter content in water significantly effect on the population growth of bacteria both in water and in shrimp larvae (P>0.01). The number of total bacteria and the luminous vibrio were higher at a higher concentration of organic matter. The average number of bacterial colony count at the respective organic matter concentration were 103.44; 99.4; 82.81; and 82.32. The shrimp larvae mortalities were also higher at the higher concentration of organic matter. The percent mortality rate were : 80.33%; 68.86%; 22.3%, 15.0%, and 2.3% for F,E,D,C,B and A treatments respectively. The physical and chemical characteristic of the water are as follows: dissolved oxygen 4.8-7.4 ppm; CO2 0-19.36 ppm; NH3 0.025-0.175 ppm; pH 7-8; temperature 30- 31°C and salinity 30-32%.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Ridwan M
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian mengenai populasi dan habitat monyet yaki (Macaca nigra Desmarest) telah dilakukan di hutan primer dan hutan sekunder, Pulau Bacan, Maluku Utara, dari bulan April hingga November 1992. Data yang diambil untuk penelitian populasi monyet yaki adalah jumlah individu berdasarkan umur dan jenis kelamin, jarak pengamat dari kelompok, ketinggian kelompok dari tanah, petunjuk-terhadap-pertemuan, ketinggian daerah/lokasi pertemuan, waktu saat pengambilan data dimulai, waktu saat pengambilan data diakhiri, tipe hutan, dan gangguan hutan. Untuk analisis vegetasi, data yang diambil adalah data habitat seperti tipe hutan, ketinggian lokasi dari permukaan laut, gangguan hutan, dan data pohon yaitu nama lokal pohon, jarak terdekat dari setiap jenis pohon yang ditemukan ke titik kuadran, dan keliling pohon setinggi dada. Basil penelitian menunjukkan bahwa populasi monyet yaki di Pulau Bacan berada dalam keadaan stabil, tetapi untuk jangka waktu yang lebih panjang, keberadaan monyet tersebut masih terancam. Dari sepuluh jenis tumbuhan yang memiliki Nilai Penting tertinggi pada masingmasing- masing tipe habitat, beberapa jenis diantaranya merupakan sumber pakan monyet yaki. Dari analisis tingkat peranan jenis tumbuhan di hutan primer hanya Ficus spp. yang memiliki tingkat peranan jenis sangat menonjol. Di hutan sekunder, semua jenis yang memiliki tingkat peranan jenis sangat menonjol merupakan sumber pakan monyet yaki.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian tingkah laku makan Rangkong Sulawesi (Rhyticeros cassidix Temninck) pada masa tidak berbiak telah dilakukan di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus, Sulawesi Utâra pada bulan Maret 1993 hingga Juli 1993. Tingkah laku yang diamati adalah pemilihan rangkong terhadap jenis pakan berdasarkan nilai indeks preferensi, faktor yang meinpengaruhinya, dan karakteristik buah pakan, serta pemilihan waktu untuk aktivitas makan. Data jenis pakan diperoleh dengan cara survai jalan/jelajah. Pengukuran buah pakan (besar, berat) dan penentuan warna buah dilakukan untuk inengetahui karakteristik jenis pakannya. Aktivitas inakan Rangkong Sulawesi diainati dengan menggunakan metoda scan pada jenis-jenis Ficus spp. Hasil penelitian inenunjukkan bahwa pakan utama RangkongSt1awesi adalah Ficus spp. yang berwarna xnerah atau ungu, berat buah berkisar antara 0,08 dan 15,3 gram, ukuran buahberkisar antara 5,43 dan 30 iniliineter. Aktivitas makan Rangkong Sulawesi di pohon Ficus lebih banyak dilakukan pada sore harl dari pada pagi atau siang hari.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Saryanthi
Abstrak :
ABSTRAK
Determinasi seks pada burung-burung monomorfik dapat dilakukan melalui identifikasi kromosom seks pada sediaan kromosom yang diperoleh dengan metode feather-pulp. Pada penelitian ini telah diterapkan metode feather-pulp dari Shoffner et al. (1966) dengan modifikasi penambahan kolkisin secara in vivo dan in vitro. Percobaan dilakukan pada salah satu jenis burung Psittacidae, yaitu betet Psittacuia aiexandri {L), dan sebagai pembanding digunakan burung merpati Coiumba iivia L. Sediaan kromosom tidak diperoleh dari feather-puip betet. Dari sediaan kromosom merpati yang diperoleh melalui penambahan kolkisin in vivo, kromosom seks dapat diidentifikasi sehingga jenis kelaminnya dapat ditentukan. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa modifikasi metode feather-puip dapat digunakan untuk determinasi seks burung, tetapi metode ini masih perlu disempurnakan lebih lanjut.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zubaidah
Abstrak :
Indonesia memiliki beraneka ragam tanaman yang kaya akan karbohidrat, antara lain sagu dan ketela pohon. Baik tapioka yang merupakan hasil olahan dari ketela pohon, maupun sagu, keduanya dapat dimanfaatkan sebagai substrat Protein Sel Tunggal (PST). Dengan enzim amilase yang dimilikinya, Clamydomucor oryzae dapat memanfaatkan sagu dan tapioka untuk pertumbuhannya. Untuk mendapatkan pertumbuhan Clamydomucor oryzae, maka pada sagu dan tapioka perlu ditambahkan ekstrak taoge yang terutama sebagai sumber vitamin. Dalam penelitian ini, diuji pertumbuhan Clamydomucor oryzae pada medium sagu broth 0,5%, tapioka broth 0,5%, ekstrak taoge 10 %, sagu 0,5% + ekstrak taoge 10%, dan pada medium tapioka 0,5% + ekstrak tauge 10%. Fermentasi dilakukan pada suhu 35 derajat Celsius, pH 6,0 selama 7 hari. Pengukuran dilakukan melalui berat kering biomasa Chlamydomucor oryzae. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Chlamydomucor oryzae tumbuh lebih baik pada medium sagu dan tapioka yang ditambahkan ekstrak taoge, jika dibandingkan dengan pertumbuhannya pada medium lainnya. Pertumbuhan Chlamydomucor oryzae juga lebih baik pada pada medium ekstrak taoge, dibandingkan pertumbuhannya pada medium sagu dan tapioka murni.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boen Sri Oemarjati
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk memperkenalkan jenis-jenis Polychaeta Sedentaria yang hidup di rataan terumbu ujung Timur Pulau Pari (Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta), telah dilakukan suatu penelitian kulitatif-deskriptif. Hasil penelitian adalah koleksi dan deskripsi tujuh jenis Polychaeta Sedentaria (4 suku, 6 marga), yaitu: Dodecaceria laddi Hartman, 1954 (Cirratulidae); Hypsicomus phaeotaenia (Schmarda, 1861), Potamilla ehlersi Gravier, 1906, dan Sabellastarte sanctijosephi (Gravier, 1906) (Sabellidae); Spirobranchus giganteus (Pallas, 1766) (Serpulidae); Pista fasciata (Grube, 1869) dan P.foliigera Caullery, 1915 (Terebellidae). Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian ini adalah: (1) Deskripsi jenis perlu dicocokkan dengan deskripsi asli spesies tipe untuk memantapkan identifikasi; (2) Ukuran panjang Polychaeta Sedentaria perlu dilengkapi data jumlah segmen hewan; (3) Keterangan tentang biologi serta manfaat dan mudarat Polychaeta Sedentaria akan melengkapi pengenalan dan pengetahuan kita tentang hewan tersebut.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanna Sienny Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK


Beberapa jenis mikroorganisme menghsilkan enzim ekstraselular untuk menghidrolisis senyawa polimer yang terdapat di dalam substrat pertumbuhannya menjadi unit-unit kecil yang dapat diserap. Kapang kelompok Aspergillus niger antara lain menghasilkan enzim a-amilase dan glikoamilase, sehingga dapat menghidrolisis pati menjadi glukosa.

Penelitian ini bertujuan membandingkan aktivitas amilolitik empat strain kelompok A. niger berdasarkan konsentrasi gula terlarut hasil hidrolisis pati, yang diukur dengan metode anthron. Keempat strain tersebut adalah A.nig.5, A.nig.9, A.nig.18, dan A.nig.31. Pengujian dilakukan dalam medium cair, dengan tepung beras sebagai sumber karbohidrat.

Hasil pengukuran konsentrasi gula terlarut sesudah fermentsi 42 jam tidak menunjukkan perbedaan aktivitas amilolitik di antara keempat strain tersebut. Hasil pengukuran sesudah fermentasi 48 jam menunjukkan perbedaan aktivitas amilolitik antar strain, kecuali A.nig.9 dan A.nig.31.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>