Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mike Kaltarina
"Penelitian dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa penyediaan jasa logistik farmasi relatif tinggi yang mencapai 60% anggaran rumah sakit, sehingga diperlukan tindakan efisiensi. Temuan di Instalasi Farmasi RSUD Ciawi menunjukkan perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan yang tidak akurat sehingga mengakibatkan situasi yang disebut overstock dan out-of-stock.
Penelitian dilakukan untuk melakukan analisis proses perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi RSUD Ciawi, Bogor. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Data dan informasi mengenai proses perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan diperoleh dengan cara in depth interview, data sekunder, dan perhitungan kuantitatif khusus untuk masalah yang terukur.
Hasil penelititan menunjukkan bahwa perencanaan obat dan alat kesehatan dasar ruangan di Instalasi Farmasi RSUD Ciawi belum efektif dan efisien karena perencanaan obat dan alat kesehatan kebutuhan dasar ruangan tidak akurat yang disebabkan adanya hambatan yang terjadi pada SDM, organisasi, kebijakan, prosedur, laporan pemakaian obat dan alat kesehatan, penentuan perencanaan jumlah obat dan alat kesehatan dasar ruangan pada Instalasi Farmasi.
Untuk meningkatkan akurasi perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan dapat dilakukan upaya bimbingan atau pelatihan SDM yang membuat perencanaan kebutuhan logistik farmasi, menyusun kebijakan internal antara lain dengan standardisasi terapi dan formularium, menyusun dan menetapkan uraian tugas yang jelas, menyusun standar prosedur operasional tentang perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan di ruangan dan instalasi, membuat usulan kebutuhan obat dan alat kesehatan yang secara rutin dan periodik harus disampaikan kepada Instalasi Farmasi. Selain itu, Instalasi Farmasi perlu membentuk sistem informasi sehingga tercipta koordinasi terutama dalam penyusunan perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan dasar di ruangan dan instalasi.

Analysis of Basic Ward Needs Planning For Drugs and Medical Supplies of the Pharmacy Department, Ciawi General Hospital, Bogor This study was based on the facts that budget allocation for pharmacies logistic was relatively high, almost 60% of annual hospital budget; a situation that needed certain efficient efforts. Data of the Pharmacy Department at Ciawi General Hospital showed inaccurateness on drugs and medical supplies planning which was finally resulted an overstock and out-of stock situations. The study was conducted to analyze the process on drugs and medical supplies planning of the Pharmacy Department at Ciawi General Hospital, Bogor.
This is a case study with qualitative approach. Information and data on drugs and medical supplies planning were collected by in-depth interviews, secondary data, and quantitative analysis specifically for several measured issues.
This study showed that basic wards planning for drugs and medical supplies in the Pharmacy Department at Ciawi General Hospital had not been ran effectively and efficiently because of lack of good human resources, organizational issues, regulations, procedures, drugs and medical supplies inventory reports, drugs and medical supplies planning for basic inventory wards supply.
Several efforts could be used to increase the accurateness on drugs and medical supplies, i.e. training for the employee who ran the pharmacy logistics planning, internal regulations such as standardization on medical pharmacy and formularium, a finned job description, a good standard operating procedure of drugs and medical supplies needed in all wards and installations, propose a basic drugs and medical supplies for wards and installations which has to be routinely and periodically reported to the Pharmacy Department. Besides, the Pharmacy Department itself should make an information system network to provide a good coordination mostly on drugs and medical supplies planning in the wards and installations.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T3616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Murwati
"Pemenuhan kebutuhan obat Instalasi Farmasi oleh Bidang Logistik adalah merupakan hal yang sangat vital. Hal ini terjadi karena karakteristik pelayanan rumah sakit dimana hasil dari pelayanan medis oleh dokter dalam memberikan terapi kepada pasien akan menimbulkan kebutuhan obat. Bagaimanapun baiknya pelayanan medis yang diberikan apabila terhambat oleh adanya kekosongan obat akan menyebabkan mutu pelayanan medis yang dihasilkan tidak optimal.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana proses pemenuhan kebutuhan terjadi, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemenuhan kebutuhan, serta apa kendala-kendala yang terjadi dan mengganggu kelancaran dalam pelaksanaan proses tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan proses yang diteliti, melakukan observasi terhadap proses yang terjadi di lapangan, serta dilengkapi dengan melakukan telaah data administrasi kegiatan yang ada di Bidang Logistik yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan penyebab timbulnya masalah dalam pemenuhan kebutuhan obat Instalasi Farmasi oleh Bidang Logistik terdapat baik di Instalasi Farmasi dan Bidang Logistik. Kendala yang menyebabkan masalah terjadi yaitu kebijakan yang dilakukan di Bidang Logistik, sumber daya manusia yang bertugas baik di Instalasi Farmasi maupun di Bidang Logistik. Faktor lain yang dapat mengganggu pemenuhan adalah kegagalan pengiriman barang pesanan oleh suplier. Dapat dilihat penyebab terjadinya masalah juga disebabkan adanya perbedaan dalam cara menyusun perencanaan kebutuhan yang dilakukan antara Instalasi Farmasi dan Bidang Logistik. Proses pengadaan juga menjadi penyebab terjadinya gangguan pemenuhan.
Masih ditemukan adanya masalah dalam pemenuhan kebutuhan obat Instalasi Farmasi oleh Bidang Logistik yang diakibatkan karena pengaruh faktor-faktor yang ada baik di Instalasi Farmasi maupun di Bidang Logistik.
Upaya yang dilakukan dalam menghadapi permasalahan proses pemenuhan kebutuhan diupayakan dengan melalui peningkatan baik kualitas maupun kuantitas sumber daya manusia. Juga perlu diberikan pengetahuan kepada semua yang terkait dengan persediaan logistik farmasi, lakukan pengendalian melalui koordinasi mulai dari tahapan perencanaan kebutuhan antara bagian pemakai dalam hal ini Instalasi Farmasi dengan Bidang Logistik sebagai penanggung jawab pengadaan barang farmasi. Tujuannya adalah agar masalah dalam pemenuhan kebutuhan obat Instalasi Farmasi oleh Bidang Logistik dapat ditiadakan atau diminimalkan.

Study of Full Fill Process the Drug Pharmacy Department needs by Logistic Department in Bayukarta HospitalTo full fill of drug Pharmacy Department needs by Logistic Department is a rimary things. Its caused by hospital services characteristic with result from medical services by doctors giving diagnostic to the patient can caused the drugs need. Even though the medical services good if delayed by emptiness drugs on medicine stock will caused of medical services not optimum.
The goal of this study is to know how to full fill the needing happened, what the factors can be influence that, and what handicaps can be happened in this process.
This research is qualitative study where the data is taken by in depth interview with person who have connect with this research, doing observation with the process that happened at the field, and to doing research administration data on Logistic Department who have connect with this research.
The result of research showed cause of problems in full fill need by Logistic Department at Pharmacy Department and Logistic Department. Shown handicap that caused the problem, its policy by Logistic Department, human resources that handled in Pharmacy Department and Logistic Department. The other factor who can disturb supply in the delivery fault by vendor.
Shown cause of problem happened is different way of the need planning between Pharmacy Department and Logistic Department And the purchase process to influence that full fill failure too.
Still founded many problems in full fill the needing of drugs Pharmacy Department by Logistic Department causing by influence at Pharmacy Department or Logistic Department.
The things that should be prepare to the problems of process to full fill the needing with increasing Quality , Quantity and development of knowledge to all people who connect with drug stock, do the controlling by coordinating from the plan of need of customer in this ease is Pharmacy Department with Logistic Department as authority purchase drugs.
The goal of the problem in drugs full fill Pharmacy Department by Logistic Department can do minimized."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Teguh Irianto
"Usaha untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit meliputi beberapa faktor yang harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan. Ketersediaan obat di rumah sakit merupakan salah satu faktor yang penting, karena obat merupakan salah satu faktor dalam proses penyembuhan, pemulihan dan penyelamatan jiwa penderita. Pengendalian persediaan obat menjadi salah satu kunci utama dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah manajemen Rumah sakit Polpus RS Sukanto dalam pengendalian persediaan obat di Instalasi Bedah Sentral telah optimal dilaksanakan, serta mengidentifikasi persediaan obat dengan cara melihat besarnya nilai investasi, volume pemakaian, berikut nilai kritisnya, dan identifikasi obat berdasarkan nilai Vital, Esensial dan Normal dari setiap obat.
Penelitian bersifat studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Metode yang dipakai adalah diskriptif analitik dengan cara menggambarkan kondisi manajemen Rumah Sakit dan manajemen persediaan obat berdasarkan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif untuk Analisis ABC, Analisis ABC Indeks kritis dan TEN dengan menggunakan data penggunaan obat periode Januari 2001 - Desember 2001.
Populasi penelitian terdiri dari 70 jenis obat. Data primer dikumpulkan dengan wawancara kualitatif, observasi dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan mingguan, bulanan, dan tahunan.
Dari hasil penelitian didapat bahwa manajemen persediaan obat di Instalasi Bedah Sentral RS Polpus RS Sukanto belum berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya keterlambatan operasi karena keterlambatan obat di Instalasi Bedah Sentral. Faktor yang menyebabkan tidak optimalnya manajemen adalah sumber daya manusia yang kurang khususnya Kasubbid penunjang medis dan Ka Instalasi Farmasi dalam perencaanaan.
Dari hasil penelitian terhadap 70 jenis obat yang dipergunakan di instalasi bedah sentral didapatkan obat-obatan yang masuk golongan vital sebesar 53 item (78%), dengan nilai investasi sebesar Rp. 379.757.700,00 (94%). Berdasarkan analisa ABC Indeks Kritis didapatkan golongan obat yang termasuk obat A sebanyak 30 item (42.86%) dengan nilai investasi sebesar Rp. 378.012.600 (93%), golongan that B sebanyak 36 item (51.43%), dengan nilai investasi sebesar Rp. 23.372.700 (6%), dan golongan obat C sebanyak 4 item (5.71%), dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.590.000 (1%).
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit khususnya dalam persediaan obat-obatan di Instalasi Bedah Sentral perlu dilakukan pelatihan/kursus manajemen perencanaan obat di rumah sakit kepada bagian yang melakukan perencanaan dan pengadaan obat, yaitu subbidang penunjang medis dan instalasi farmasi.
Daftar Bacaan : 43 (1983 - 2001)
Drug Inventory Management Analysis At Central Surgery Installation Of The Raden Said Sukanto Central Police Hospital, January 2001 December 2001 PeriodThe raising of the hospital health services must involve all supporting factors, done comprehensively and continually. Drug supply is one of the most important factor for the process of healing and continually. Drug supply is one of the most important factor for the process of healing, rehabilitating as well as life saving of all patients.
The objective of this research is to drug inventory control analyse at Central Surgery Installation of the Raden Said Sukanto Central Police Hospital. This research uses VEN, ABC , ABC Critical Index, to analyse the problem and to know the value of invest, the amount of usage and the critical index drug stocks in order to control the stocks.
The population is consisting of the 70 drug items. Data collected from weekly, monthly, and yearly reports on the year of 2001. Interviews also have been done to describe the inventory process in this hospital.
The result shows that inventory control at central surgery installation have not worked properly. It happens because there was not planning at the Subbid Jangmed and the hospital could not anticipate the future needs. And than vital drug have not inventory plan. The result from 70 drug items used at central surgery installation are 53 items (78%) in category vital.
As a result of ABC analysis, we get that the group A needs a highest invest cost (68 % all of cost) consist of 10 % drug items. Group B spends 22 % consist of 19 % drug items and group C needs only 11 % but consist 71 % of all drug. As a result of ABC critical index, critical value from that got from the result of question of anaesthesia doctors, classification A group 93 % invest consist of 42.86 % drug items, Group B spends 6% consist of 51,43 % drug items and group C needs only 1 % consist of 5.71 % drug item.
The raising of the hospital health service especially drug inventory at central surgery installation need drug management training for Subbid Jangmed and Fannasi Installation.
Reference : 43 (1983-2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 11663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Torang Panyusunan
"ABSTRAK
Disadari sebagian besar peralatan kesehatan belum dapat diproduksi dalam negeri terutama untuk peralatan yang berteknologi tinggi, hal inilah yang membuat peralatan yang digunakan oleh Rumah Sakit harus dalam keadaan siap pakai dengan dilakukan pemeliharaan pencegahan. Banyaknya peralatan kesehatan yang beredar dipasaran dari berbagai merk dan berbagai tipe perlu dilakukan penyeragaman pemeriksaan dan pemeliharaan agar didapat hasil yang optimal.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang pemeliharaan pencegahan yang selama ini dilakukan oleh rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan. Penelitian dilakukan melalui pengumpulan data sekunder dan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan dalam hal pemeliharaan peralatan kesehatan. Data diambil periode waktu 1995 - 1996, kemudian dilihat untuk beberapa peralatan yaitu Infusion Pump, ECG, Servo Ventilator, bagaimana peralatan dilakukan pemeliharaan dan bagaimana seharusnya peralatan harus diperlakukan.
Dari Penelitian ini didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan pencegahan dilakukan oleh pihak ketiga tetapi kreteria pemeriksaan tidak dilakukan menyeluruh dikarenakan formulir yang dibuat hanya menyangkut pemeriksaan mekanik, elektronik, dan elektrik. Dalam kontrak harus dibuat jelas berapa kali kunjungan dalam sebulan dan apa raja yang hams dilakukan untuk setiap alat. Formulir yang digunakan mengacu tabel 7.1, 7.2, dan 7.3.
2. Keterbatasan dana, tenaga, dan sarana perlu diperlukan perhitungan jadwal pemeliharaan atas dasar fungsi, faktor resiko dan kebutuhan akan pemeliharaan, agar alat betul-betul dapat terpelihara dengan baik dan tidak mengganggu pelayanan.
3. Pemeliharaan peralatan teknologi tinggi sebaiknya dilakukan oleh sole agent untuk mempertahankan peralatan dari waktu tidak terpakai cukup lama dan terjaminnya ketersediaan suku cadang.
Disarankan seluruh rekaman pemeliharaan dicatat dalam formulir pemeliharaan dan Log book peralatan, ditempatkan dekat alat serta di Sub. Instalasi Elektromedik agar sejarah alat dapat diketahui dengan jelas.

ABSTRACT
It is realized the most of medical tools have not been made in the country, especially for the hi-tech medical tools, that is why the tools used in the hospitals must be ready to use by conducting a preventive maintenance.
The high number of medical tools distributed in the markets in different marks and types need to standardize in their examination and maintenance in order to get an optimal result.
The goal of the research is to obtain an illustration of the preventive maintenance implemented at the hospitals in the recent days.
The research is conducted by collecting secondary data and observation in the activities where the tools maintained. The data obtained from 1995-1996, then some tools such as Infusion Pump, EGG, Servo Ventilator, are observed to know how to maintain the tools and how to treat them properly.
From the research may be concluded as follows :
1. The preventive maintenance conducted by the third sided persons while the criterions of maintenance are not integrally conducted due to the constructed forms are only about mechanical, electronical, and electrical maintenance. It must be clearly made in the contract how many visits conducted in a month and what must be treated to the tools. The forms applied refer to the tables : 7.1, 7.2, and 7.3.
2. The limited money, man power, and facilities need to consider , besides maintaining schedule based on the function , factors of risks and the necessities of maintenance, so that the tools are really safe in a good condition and they do not distube service activities.
3. The maintenance of hi-tech tools should be conducted by sole agents to endure them when they will use in a long time , and to ensure their spare-parts are available.
It is suggested that all maintaining activities recorded in a maintaining form and in a Log book. They are placed next to the tools and to the Subdivision of Electromedical installation so that we know the recordings clearly.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, F. Kurniasari
"IFRS merupakan bagian integral dari Rumah Sakit yang merupakan pengelola tunggal perbekalan farmasi di RSUD Koja dan menyerap anggaran belanja farmasi yang tinggi pada tahun 2002 yaitu sebesar 94,88% dibandingkan pada tahun 2001. Penggunaan anggaran yang tinggi sebaiknya diikuti dengan pengelolaan yang baik, serta kreativitas dalam mengatasi berbagai kendala dan keterbatasan dalam pelayanan Farmasi.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengelolaan perbekalan farmasi secara optimal yang dihubungkan dengan pelaksanaan fungsi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan.
Penelitian bersifat studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metoda yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan teiaah dokumen. Informan penelitian terdiri dari Direktur beserta pejabat struktural yang terkait, Apoteker sebagai Kepala IFRS, dan staf Asisten Apoteker, keseluruhan perbekalan farmasi yang tersedia.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa belum adanya struktur organisasi yang baku serta uraian tugas dan wewenang yang jelas di IFRS, kualitas dan kuantitas SDM yang kurang, PFT yang belum terlibat secara aktif, tidak lengkapnya sistem prosedur tetap sebagai acuan bagi petugas, penyerapan anggaran yang digunakan untuk belanja farmasi sebesar Rp. 3.858.191.076,- pada tahun 2002 dan adanya hutang belanja farmasi 2002 sebesar Rp. 446.109.951,-. Proses perencanaan menggunakan metoda konsumsi, proses pengadaan secara pelelangan dan pengadaan secara langsung pada tahun 2002, sedangkan pengadaan pada tahun 2003 dilakukan secara langsung, dengan jumlah idle stock berdasarkan stock opnanne per 31 Desember 2002 sebesar Rp. 1.990.165.381,-. Dari anggaran yang tersedia besarnya anggaran yang digunakan untuk pendistribusian perbekalan farmasi sebesar Rp. 2.544.259.058,- pada tahun 2002 dan Rp. 998.386.463,- pada tahun 2003. Diperoleh juga hasil pencatatan stok yang tidak tepat sehingga menghasilkan pelaporan yang tidak pasti.
Kesimpulannya adalah pengelolaan perbekalan farmasi pada periode 2002 sampai dengan Mei 2003 belum dilakukan secara optimal yang disebabkan oleh factor-faktor seperti: belum adanya struktur organisasi baku, kualitas dan kuantitas petugas kurang, belum adanya revisi Formularium Rumah Sakit oleh PFT, belum adanya evaluasi terhadap kebijakan tahun 1997, prosedur tetap (SOP) yang tidak lengkap, serta pengawasan yang kurang. Saran untuk mencapai pengelolaan perbekalan farmasi secara optimal adalah menetapkan struktur organisasi yang baku, pelatihan logistik bagi petugas, penetapan standar minimal pelayanan IFRS, melakukan proses perencanaan secara VLW, pengadaan menggunakan metoda ABC, revisi Formularium Rumah Sakit oleh PFT, dan kepada pihak manajemen untuk mengevaluasi pelayanan obat bagi karyawan agar tercapainya efisiensi dan efektifitas.
Daftar Bacaan: 31 (1982 - 2002)

The Optimally Management of Pharmaceutical Preparation at Koja Hospital North JakartaThe pharmacy department is an integral element of hospital in managing pharmaceutical operation at RSUD Koja. In 2002, the use of pharmaceutical are 98,88% higher than the last year's account. Logically, a higher cost should be followed by a good management of pharmaceutical operation and an improved creativity in handling the operational problems.
The objective of research is to obtain optimal figure of pharmaceutical operation connected to planning, procurement, storage, distribution, stock records, and data reporting.
The method of research is by doing case-study with qualitative analysis and the use of descriptive analysis. The data collecting was done by in depth interview, observation, and document finding. The informant are focused on director with the hospital managers who connected to pharmaceutical operation, pharmacist as a chief of pharmacy department and staff and all of source that connected to the pharmaceutical.
The result shows, there are no standard structure of hospital pharmacy with job description as a guide to staff, no empowering, improper quality and quantity of human resources, no activity of The Pharmacy and Therapeutics Committee, there are no systematic procedure and rules guide staff. In 2002, the total cost of pharmaceutical preparation is Rp 3.858.191.076 and the total debt of Rp 446,109.951. The current method of planning based on consumption, tendering procurement and direct procurement in 2002, with the total of idle stock in December 31, 2002 is Rp. 1.990,165.381. The cost of pharmaceutical distribution is Rp. 2,544.259.058 in 2002 and on the next year is already reach the point of Rp. 998.386.463 until may 31, 2003. Besides, there are inaccurate records which causing an invalid reports.
The conclusion of research are no optimal management of pharmaceutical operation in 2002 until May 2003, caused by no standard structure, lack of quality and quantity of human resource, no systematic procedures and consistent rules, and no monitoring of results- The Suggestion in obtaining the optimal management of pharmaceutical operation are to build a standard structure, a continue training of logistic, for staff, minimal standard pharmaceutical care, planning process by VEN, using ABC method of procurement, revise the hospital's flow of drugs and to evaluate of drugs providing especially for the employee to obtain efficiency and effectiveness.
Reference: 31 (1982 - 2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Iva Diansari
"Distribusi merupakan salah satu fungsi dalam siklus logistik dimana dilakukan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan pemindahan barang farmasi dari tempat penyimpanan (gudang farmasi) ke tempat pemakai, sehingga terjamin kelancaran pelayanan farmasi bermutu yang pada gilirannya akan menentukan keberhasilan terapi yang diberikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh garnbaran proses distribusi obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi RSPC, yaitu dengan Cara mengidentifikasi faktor yang menghambat proses pendistribusian mulai dan gudang farmasi sampai ke pemakai (pasien rawat inap RSPC). Disamping itu juga melakukan analisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari sistem distribusi yang sedang berjalan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus dengan pendekatan deskriptif dengan menggunakan data primer yaitu observasi di Instalasi Farmasi RSPC dan wawancara langsung dengan Manajer Menengah, Manajer Puncak serta Petugas Pelaksana, data sekunder diperoleh dengan cara survey lapangan dan dari data penunjang lainnya Dari data yang diperoleh, Standart Operating Procedure tentang distribusi walau ada di tingkat manajer puncak belum dijabarkan secara tertulis hingga tingkat pelaksana, adanya pemisahan gudang obat dan gudang alkes, sarana dan fasilitas alat angkut belum sempurna, adanya sisa obat pada pasien rawat inap.
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa distribusi obat di RSPC sudah berjalan cukup baik Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pendistribusian obat dan alkes di RSPC segera dibuat standart of procedur baku dan tertulis sampai petugas pelaksana dan untuk memudahkan distribusi obat ke ruang rawat inap. Diusulkan pemberian secara dosis unit serta penggabungan gudang obat dan gudang alkes menjadi Gudang Farmasi, sehingga distribusi obat dan alkes dari gudang farmasi ke Apotik lalu ke unit pemakai.

Analysis Of Medicine Distribution And Medical Equipment In The Pharmacist Puri Cinere HospitalDistribution is one of the function in logistic cycle when management, arrangement and removing arrangement of medicine from warehouse in the user and guarantee the flow of service of qualified medicine to ascertain the success of therapy.
The aim of this research is to get a picture in distribution of medicine and medical equipments in the Installation Pharmacist RSPC by indicating the obstruct factor of distribution process beginning from warehouse to the user (patients in the Hospital RSPC). Besides conducts of analyze in order to know the benefit and weakness of the distribution system in process.
The method which is used in this research is descriptive method using primer data such as observation in Pharmacy Installation of RSPC and direct interviewed with top manager, middle manager and the workers, second data was received from field survey and from other data. From data which received, standard procedure of distribution in the top management was not analyzed in worker level, where warehouse of medical equipments were not in one unit, not complete, unused medicine left by patient.
From the survey concluded that the distribution of medicine in RSPC is running well. To achieve the optimum result from medicine and medical equipments at RSPC, standard of procedure will be made in written as soon as possible up to the worker level in order to make easy the distribution of medicine to the patient, suggested the giving medicine of medicine in doses unit and joining together warehouse of medicine and warehouse of medical equipments in to one warehouse of Pharmacy, the distribution of medicine and medical equipments from warehouse to dispensary and then to the user.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Ruchiyat
"ABSTRAK
Telah dilakukan uji pendahuluan efek antibakteri, standarisasi dan penentuan Konsentrasi lambat Minimum (KHN) dan infus beberapa simplisia terhadap kuman Eschenichia coli dan Sta phylococcus aureus. Efek antibakteri dan standanisasi ditentukan dengan metode difusi cakram, dan penetapan KHN dengan metode penipisan lempeng agar. Efek antibakteni terhadap kuman Staphylococcus aureus di tunjukkan oleh infus infus dari akar udara, daun dan kulit batang Rhizophora styllosa, buah, daun dan kulit batang Sonneratia griffithii. Pada pengujian terhadap kuman Eschenichia coli seluruh infus tidak menunjukkan adanya efek antibakteri. Dari penentuan KRM terhadap kuman Staphylococcus aureusdiperoleh hasil sebagai benikut : akan udara Rhizophora styllosa, buah dan daun Sonneratia griffithii membenikan nilai KHN - 13.330 ug/ml. Bagian kulit batang Sonneratia griffithii membenikan nilai KHN sebesar 6.665 ug/ml. Sedangkafi bagian daun dan kulit batang Rhizophora styllosa membenikan nilai Kill sébesar- 3.332,50 ug/ml. Dengan demikian, pada pengujian terhadap kuman Staphylococcus aureus efek antibakteri terbesar terdapat padadaun dan kulit batang lRhizóphora styllosa, sedangkan yang terkecil terdapat pada akar udara Rhizophora styllosa, buah dan daun Sonneratia griffithii. Dari hasil standanisasi terhadap kuman Staphylococcus aureus terhadap Tetracyclin HC1 terlihat bahwa daya antibakteri infus infus tersebut sangat jauh dari mencukupi untuk digunakan dalam pengobatan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiyani
"ABSTRAK
Pada metode peramalan iritasi terhadap kulit dan mata
dari suatu zat ataupm produk jadi,seperti kosmetika, yang telah ada, masih dijumpai beberapa kelemahan seperti tidak adanya zat pembanding untuk peinbacaan reaksi, lamanya waktu yang dipenlukan serta membutuhkan bahan dan peralatan yang tidak sedikit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode peramalan
iritasi yang lebih sederhana dapat dilakukan pada kelinci jantan strain New Zealand, dengan menggunakan pembanding larutan Resorsinol (60 mg/0,l cc untu.k kulit.dan:6 mg/O,1 cc untuk mata),. dengan waktu kontak selama 4 jam, waktu pengarnatan 24 jam (untuk kulit) dan 1 jam (untuk mata)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setianti Haryani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S31943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Alwardy
"Telah dilakukan survai untuk mengetahui penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Rumah Sakit Pemerintah Di wilayah DKI Jakarta dengan mencatat resep Obat Anti Tuberkulosis dari resep bulan April 1994 hingga Maret 1995 yang terdapat di Apotik Rumah Sakit. Survai di lakukan di Rumah Sakit Pemerintah yang ada di lima wilayah di DKI Jakarta yang dipilih secara acak distratifikasikan sehingga setiap wilayah diwakili oleh satu Rumah Sakit Pemerintah. Lembar resep Obat Anti Tuberkulosis sebanyak 7.09% dari seluruh lembar resep yang ada di Apotik Rumah Sakit Pemerintah di Wilayah DKI Jakarta yang terdiri 2.47% untuk anak dan 4.62% untuk dewasa. Lembar resep Obat Anti Tuberkulosis terbanya Jakarta Timur 21% dan terkecil Jakarta Barat 0.99%. Dari seluruh lembar resep Obat Anti Tuberkulosis, lembar resep jenis generik rata-rata perbulan sebesar 90.05% dengan kenaikan proporsi penggunaannya sebesar 0.9047 (%/bulan). Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis telah mengarah ke paduan jangka pendek dengan penggunaan rata-rata perbulan sebesar 84.43% dengan kenaikan proporsi penggunaan sebesar 0.3842 (%/bulan), yang terbanyak paduan Rifampisin-Isoniazid (RH) rata-rata tiap bulan sebesar 24.49% dengan kenaikan proporsi penggunaannya sebesar 0.4527 (%/bulan)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S70323
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>