Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanang Subekti
"Peningkatan pertumbuhan ekonomi dl Indonesia justru diikuti oleh kenaikan tingkat pengangguran yang cukup tinggi di setiap daerah. Implementasi pelaksanaan otonomi daerah desentralisasi fiskal yang dimulai tahun 2001 diharapkan dapat meningkatan kemampuan daerah dalam peningkatan pembangunan ekonominya masing-masing.
Penelitian ini dllakukan untuk melihat gambaran ketenagakerjaan daerah terutama mengenai penganggulan, kontribusi tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran dengan menggunakan data panel tahun 1998-2004 untuk 26 provinsi dl Indonesia.
Menggunakan model fungsi produksi dan produktivitas dengan memperlakukan modal manusia sebagal Input produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja dan peningkatan modal manusia secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi yang positif. Namun, nilai investasi tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kualitas tenaga kerja yang ditunjukkan dengan modal manusia per tenaga kerja mempengaruhi secara signifikan pada produktivitas di Indonesia.
Dari beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran dipengaruhi oleh faktor-faktor permintaan dan penawaran tenaga kerja. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa darl sisi indlkator tenaga kerja hanya partisipasi wanita yang signfiikan mempengaruhi tingkat pengangguran dengan hubungan negatif, sedangkan modal manusia tidak signifikan mempengaruhi tingkat pengangguran. Selanjutnya, dari struktur industri, daya tarik daerah yang ditunjukkan dengan kepadatan penduduk dan performa ekonomi tidak signifikan mempengaruhi tingkat pengangguran.
Untuk menganalisis perkembangan tingkat pengangguran menggunakan statistik non-parametrik. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran cenderung mengalami kenaikan setelah pelaksanaan otonomi daerah dengan penyebaran yang sama di setiap daerah di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T16992
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aruman Widodo
"Meningkatnya kemakmuran suatu wilayah, salah satunya ditandai dengan meningkatnya permintaan listrik karena sangat dibutuhkan masyarakat wilayah itu untuk menunjang aktivitas dan kenikmatan hidupnya. Untuk menghindari terjadinya pemadaman listrik (black out) karena kekurangan listrik (shortfall) maka perlu perencanaan pembangunan pembangkit listrik yang benar berdasarkan variabel konsumsi listrik tahun sebelumnya dan variabel yang menyebabkan perubahan pada permintaan listrik, misalnya harga listrik dan jumlah pelanggan.
Metodologi penelitian ini menggunakan uji regresi panel data untuk 5 wilayah daerah Jawa-Bali yaitu Jakarta-Tangerang, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali dalam perioda 1994-2002. Varabel terikat yang yang digunakan adalah konsumsi listrik, sedang variabel bebasnya adalah PDRB, pelanggan, harga listrik, jumlah pegawai PLN, dan panjang jaringan.
Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien PDRB, jumlah pelanggan dan panjang jaringan mempunyai tanda positif terhadap permintaan listrik Jawa-Bali, sedangkan harga listrik dan jumlah pegawai mempunyai koefisien yang bertanda negatif terhadap permintaan listrik Jawa-Bali.
Permintaan listrik Jawa-bali pada tahun 2015 akan mencapai 182.952 GWh yang berarti terjadi pertumbuhan sebesar 7,7 % per tahun pada perioda 2003-2015. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan listrik tersebut akan membutuhkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 23.999 MW. Investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pembangkit listrik adalah 15.749 - 19.499 juta dolar. Penambahan bahan bakar yang dibutuhkan sebesar 239,4 ton batubara dan 2,62 TCF. Emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar tersebut adalah sebagai berikut 2,46 juta PM, 1,45 juta SOx, 1,82-4,17 juta ton NOx, dan 171-182 juta CO2."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17192
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Nurudin
"Susu merupakan suatu makanan atau minuman bergizi yang banyak mengandung mineral dan protein. Kebutuhan akan protein dan kalsium per hari akan dapat dipenuhi 25-44% hanya dengan mengkonsumsi susu 2 gelas sehari (Ali Khomsan, 2002). Konsumsi susu penduduk Indonesia masih rendah (7 liter/kap/thn) sedangkan di negara ASEAN mencapai 21 liter/kap/thn.
Menurut Deperindag, 1998 sebelum krisis ekonomi pertumbuhan kebutuhan konsumsi susu di Indonesia mencapai 12,2% per tahun. Menurut Dirjen PPHP Deptan, 2005 pertumbuhan setelah 1998 rata-rata mencapai 7,7% per tahun. Laju konsumsi masyarakat tidak diimbangi produksi dalam negeri yang pertumbuhannya hanya mencapai 5,6% rata-rata per tahun sebelurn 1998 dan 2.8% pada saat lima tahun terakhir (2000-2004).
Untuk menopang kebutuhan konsumsi dan produksi susu di Indonesia, usaha peternakan sapi perah di Indonesia sebelumnya dilindungi oleh Keputusan Bersama 3 menteri No 236/KPB/VII/82 dan Inpres No 2 tahun 1985 dengan pemberlakukan sertifikat pembelian susu petemak untuk melakukan impor susu. Kecepatan usaha berubah dengan dikeluarkannya Inpres No 4/1998 yang memberikan kebebasan untuk mengimpor susu dengan bea masuk hanya 5%. Aspek lain adalah struktur pasar berubah yang sebelumnya regulated menjadi oligopsoni. Pada penelitian ini dilakukan analisa terhadap sumber-sumber yang mempengaruhi pertumbuhan produksi susu segar termasuk dampak perubahan regulasi.
Analisa sumber pertumbuhan produksi susu dilakukan terhadap variabel harga, populasi sapi perah, PDRB per kapita, konsumsi susu per kapita, tenaga kerja di peternakan sapi perah, impor susu dan perubahan regulasi. Model analisa data panel dilakukan dengan cakupan data provinsi di Pulau Jawa yang mewakili 97% produksi susu segar di Indonesia.
Hasil analisa menunjukkan populasi sapi perah, harga susu segar clan konsumsi susu per kapita berpengaruh positif secara signifikan terhadap produksi susu segar. Sebaliknya PDRB per kapita dan perubahan regulasi pembebasan impor susu berpengaruh negatif. PDRB per kapita berpengaruh negatif karena pads saat periode analisa terjadi perpindahan produksi susu di 3 perusahaan ke negara ASEAN lainnya. Volume impor tidak mempengaruhi pertumbuhan produksi susu segar secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa volume impor tidak berpengaruh sejauh harga jual susu segar masih dalam batas memberikan keuntungan usaha petemakan sapi perah.
Perubahan pasar dari regulated menjadi oligopsoni yang bisa mengarah menjadi monopsoni menjadikan produksi susu segar menjadi sangat rentan kesinambungannya. Peran pemerintah dan KPPU sangat vital untuk kecenderungan perubahan pasar tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoeke Yosephine
"Berdasarkan data ICCO pada tahun 2004/2005 Indonesia diperkirakan menguasai pangsa pasar dunia akan komoditi biji kakao sebanyak 13% dan merupakan produsen ketiga terbesar setclah Cate d'Ivoire dan Ghana yang masing-masing menguasai pangsa pasar sebanyak 39% dan 19%.
Peningkatan yang terbesar disumbangkan oleh perkebunan rakyat. Untuk periode 1990-1999, pertumbuhan lahan tanam kakao di Indonesia mencapai 6.5% per tahun dengan pertumbuhan lahan perkebunan rakyat lebih tinggi dari rata-rata yaitu 7.8% per tahun. Perkembangan yang cepat terjadi di pulau Sulawesi khususnya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
Penelitian ini mencoba untuk melihat sumber pertumbuhan kakao Indonesia melalui studi kasus terhadap 3 provinsi di Sulawesi dan mengambil 14 kabupaten penghasil terbesar. Model pertumbuhan produksi berdasarkan model Cobb-Douglas dengan variabel inputnya adalah luas lahan, penggunaan pupuk, tenaga kerja dan curah hujan. Pengujian dilakukan dengan Chow dan Haussman Test, teryata model yang tepat menggambarkan pertumbuhan produksi adalah model random effect.
Dengan model random effect ini berarti bahwa fungsi produksi di 14 kabupaten pada 3 provinsi Sulawesi mengalami heterogenitas yang sifatnya beragam. Hal ini sangat realistis karena karakteristik antar wilayah berbeda. Secara umum keempat variabel input tersebut berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi kakao. Luas lahan merupakan faktor utama yang paling berpengaruh terhadap peningkatan produksi kakao diikuti oleh tenaga kerja. Secara statistik pupuk dan curah hujan tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

According to ICCO data, in the year of 2004-2005 Indonesia will dominate and possibility the third large manufacture world supplies on cacao seeds around 13% world market share subsequent to Cote d `Ivoire and Ghana which supply about 39% and 19% respectively.
The increase of production is due to rapid increase of the acreage planted cacao in each year. The biggest contribution of cacao production is household owned farm type based of production. In the period of 1990-1999, the acreage expantion cacao has reached 6.5% which higher than average which 7.8% per year.
The significant acreage expantion place in Sulawesi Island, especially South Sulawesi, South-East Sulawesi, and Center ,of Sulawesi. These three provinces are considered as major producer of cacao in Indonesia.
The objective of this research is to analyze the source growth of cacao in Indonesia with the case three provinces of Sulawesi. These three provinces was broken down into by sample 14 regions which considered as the largest areas. The production function is used to investigate the source of growth is Cobb Douglas. The independent variables (input) included to production function are: size of land, fertilizer usage, labor and the rain frequency. The data constructed in the pool regression, fixed and random effect by using the Chow and Haussman test, the result analyze shows the random effect model is the appropriate model to explain source of growth in the production function.
Using random effect means that production function for 14 regions, it was found that the source of cacao growth over Sulawesi island are labor and expantion of land. Thus, the expansion of planted land for cacao with intensive presumably household labors are playing an important role to explain the source of growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bisai, Charley Michael
"Papua merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah seperti pertambangan emas, tembaga, minyak bumi, potensi kelautan, dan hutan. Namun demikian, kondisi kehidupan masyarakat dan perekonomian Papua masih sangat jauh dan kondisi yang diharapkan. Struktur perekonomian Papua selama ini masih didominasi oleh sektor pertanian dan sektor pertambangan, dimana keduanya tidak saling menunjang untuk memperkuat basis perekonomian Papua. Proses transformasi yang diharapkan bergeser dari sektor primer ke sektor sekunder (sektor industri) maupun sektor tersier (sektor jasa) belum nampak, akibatnya Papua hingga kini masuk dalam kategori wilayah non-industri (non industries region) karena kontribusi sektor industrinya masih kecil. Dengan demikian, perekonomian Papua hingga saat ini masih bertumpu pada sektor primer yang mengandalkan resource based activities yaitu pertambangan, kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan.
Tujuan peneiitian secara umum adalah menganalisis seberapa besar peranan pembangunan sektor kehutanan terhadap perekonomian Propinsi Papua. Secara spesifik tujuan penulisan tesis ini yaitu untuk mengetahui, (1) berapa besar peran sektor kehutanan terhadap struktur perekonomian Papua; (2) dampak pembangunan sektor kehutanan dalam keterkaitannya dengan output; (3) dampak pembangunan sektor kehutanan dari penciptaan nilai tambah (produksi domestik regional bruto), dan; (4) dampak pembangunan sektor kehutanan terhadap pendapatan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka digunakan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Dengan menggunakan model ini dapat digunakan untuk menjelaskan : (1) kinerja pembangunan ekonomi suatu negara seperti distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) atau PDRB untuk tingkat region atau propinsi, konsumsi, tabungan dan sebagainya; (2) distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci menurut faktor-faktor produksi diantaranya, seperti tenaga kerja dan modal; (c) distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan rumah tangga; (4) pola pengeloaran rumah tangga (household expenditure pattern); dan (5) distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha dimana mereka bekerja, termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang mereka peroleh sebagai kompensasi atas keterlibatannya dalam proses produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh sektor kehutanan cukup berdampak terhadap struktur perekonomian daerah yang meliputi kontribusinya terhadap PDRB, irnpor, dan penyerapan tenaga kerja serta kurang berdampak pada kegiatan ekspor dan pajak di Papua. Berdasarkan nilai multiplier, terlihat bahwa sektor kehutanan memberikan efek multiplier yang relatif besar terhadap penciptaan produk domestik, kenaikan pendapatan faktor-faktor produksi, peningkatan produksi sektor-sektor lainnya serta peningkatan pendapatan masyarakat atau rumah tangga di Papua. Dalam penelitian ini ditemukan pula beberapa masalah seperti ketimpangan pendapatan antara rumah tangga desa dan rumah tangga kota, dan terjadinya illegal logging. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah daerah melalui instansi terkait telah mendirikan wadah koperasi peran serta masyarakat di desa. Wadah ini diharapkan dapat mengakomodir kepentingan rumah tangga di desa dan menjembatani hubungan kerjasama antara masyarakat desa, pemerintah dan pengusaha hutan dalam rangka pengelolaan hutan yang memberikan manfaat kepada semua pihak. Selain itu, penyertaan kepemilikan modal bagi masyarakat pedesaan dalam pengelolaan hutan merupakan salah satu cara untuk dapat mengurangi kesenjangan pendapatan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Almond Bernad
"Dengan latar belakang pengurangan subsidi BBM yang semakin mempersulit rumah tangga, kebijakan energi, konsumsi serta cadangan energi yang dimiliki Indonesia, maka dilakukan penelitian untuk manganalisa keekonomian briket batubara pada rumah tangga dengan tujuan mencari energi alternatif pengganti minyak tanah.
Untuk membuktikan subsitusi minyak tanah oleh batubara di Indonesia, maka dilakukan penelitian secara bertahap. Pertama, penelitian demand energi rumah tangga secara umum (agregat rumah tangga Indonesia). Kedua, penelitian terhadap demand energi pada kelompok berpendapatan rendah (miskin). Ketiga, penelitian dilakukan pada demand energi rumah tangga di tiga propinsi yang ada di pulau Jawa, tempat lebih dari 50% jumlah penduduk Indonesia berada. Penelitian menggunakan model demand energi rumah tangga yang paling umum dengan menggunakan data sekunder konsumsi dan harga tahun 1993-2003.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa batubara signifikan mensubstitusi minyak tanah pada rumah tangga Indonesia secara keseluruhan, pada rumah tangga kelompok miskin dan pada rumah tangga di tiga propinsi di pulau Jawa yang mengkonsumsi briket batubara sebesar 80% dari total konsumsi batubara di seluruh Indonesia. Sehingga briket batubara dapat memasuki energy ladder model untuk rumah tangga dan pemerintah dapat melakukan kebijakan supply briket batubara agar rumah tangga mempunyai energi alternatif untuk menghadapi kenaikan harga minyak tanah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20413
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda
"Dengan telah berjalannya desentralisasi, maka investasi merupakan salah sate upaya daerah terutama kabupatenikota dalam melakukan percepatan pembangunan. Oleh karena itu, terjadi persaingan antar propinsi dan bahkan antar daerah kabupaten kota untuk meningkatkan daya tarik investasi daerahnya Akan tetapi, pembentukan daya tarik investasi suatu daerah berlangsung secara terus menerus dan dipengaruhi oleh banyak aspek Daerah dituntut kemampuannya agar dapat menciptakan iklim dan kondisi kondusif bagi investor dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya.
Dalam rangka membuat kebijakan investasi yang tepat bagi daerah untuk masa yang akan datang, maka terlebih dahulu perlu diketahui dan dianalisis peranan dan karakteristik daya tank investasi daerah. Sahubungan dengan hal tersebut penulisan tesis ini berusaha menganalisa apakah faktor-faktor penentu daya tarik investasi daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap investasi daerah. Kemudian jenis faktor penentu daya tarik apakah yang memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembentukan investasi daerah serta menganalisis dan membandingkan tingkat investasi dan daya tank antar daerah.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan uji regresi data panel untuk 26 propinsi selama periode 1984 -- 2002. Variabel dependen yang digunakan adalah investasi daerah sedangkan variable-variabel independennya adalah tingkat keterbukaan daerah, panjang jalan, kapasitas sambungan listrik, kapasitas sambungan telpon, kapasitas produksi air bersih, kualitas tenaga kerja, pengeluaran konsumsi pemerintah daerah, dan domestic market size.
Dari basil regresi dapat diketahui bahwa semua variabel-variabel independen dapat dikatakan signifikan secara statistik kecuali variabel kapasitas sambungan telepon. Nilai elastisitas terbesar adalah variabel pengeluaran konsumsi pemerintah dengan elastisitas sebesar 0.377446, diikuti oleh panjang jalan dengan elastisitas sebesar 0.234790, kualitas potensi tenaga kerja dengan elastisitas sebesar 0.222141, kapasitas sambungan listrik dengan elastisitas sebesar 0.207869, tingkat keterbukaan perdagangan dengan elastisitas sebesar 0.086844, tingkat domestic market size dengan elastisitas sebesar 0.071874 sedangkan kapasitas sambungan telepon mempunyai elastisitas sebesar 0.004741.
Dengan demikian, jika dilakukan prioritas pembangunan ekonomi regional maka untuk mendorong masuknya investasi perlu dikembangkan terlebih dahulu faktor kelembagaan dari pemerintah sendiri, pembangunan jalan, peningkatan kualitas potensi tenaga kerja dan pembangunan listrik. Sedangkan faktor lain yaitu tingkat keterbukaan perdagangan dan besarnya domestic market size, serta pembangunan untuk meningkatkan ketersediaan air dan sambungan telepon walaupun elastisitasnya relatif masih kecil akan tetapi perlu juga dikembangkan.
Sesuai dengan kondisi faktor-faktor penentu daya tarik daerah maka dapat disimpulkan bahwa propinsi-propinsi di Kawasan Barat Indonesia relatif lebih mempunyai daya tarik investasi lebih baik dibandingkan dengan propinsi-propinsi di Kawasan Timur Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Kamelia Aisya
"Kebijakan pemulihan ekonomi yang terlalu bias kepada sektor finansial perlu diimbangi upaya perbaikan di sektor rid. Dalam situasi krisis ini agribisnis perikanan telah menunjukkan stabilitas pertumbuhan secara signifikan yaitu bisa tumbuh lebih dari 15 persen per tahun, dimana sektor lainnya yang tidak berbasis domestic resources berguguran dan sulit bangkit kembaii_ Perikanan yang sudah selayaknya diberikan peluang untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang barb dan lebih besar, perlu dikaji faktorfaktor yang mempengaruhi peningkatan ekspornya. Sehubungan dengan itu, dalam tesis ini akan dilihat bagaimana pengaruh kebijakan moneter yang telah dilakukan pemerintah melalui transmisi kebijakan moneter untuk meningkatkan ekspor perikanan Indonesia baik sebelum krisis maupun pada periode recovery ekonomi.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar hipotesis penelitian awal terbukti, yaitu bahwa variabel pendapatan luar negeri, tingkat produksi, dan nilai tukar riil berpengaruh secara positif terhadap ekspor perikanan Indonesia. Sedangkan variabel harga ekspor berpengaruh secara negatif terhadap nilai ekspor perikanan Indonesia.
Hasil-hasil model ekonometrik menunjukkan bahwa nilai tukar riil mempengaruhi ekspor perikanan secara nyata. Pada umumnya dampaknya baru terasa setelah dua periode. Persamaan-persamaan dugaan memberikan indikasi bahwa nilai tukar riil yang lebih tinggi (depresiasi rupiah) akan menaikkan ekspor perikanan.
Dalam studi ini ditemukan hipotesis bahwa perubahan-perubahan suku bunga mempengaruhi nilai tukar rill dart tingkat inflasi melalui transmisi kebijakan moneter yang selanjutnya kemudian akan mempengaruhi ekspor perikanan secara negatif pada periode observasi sebelum krisis ekonomi dan periode recovery ekonomi. Kebanyakan pemilik perusahaan perikanan di Indonesia adalah peminjam, sehingga suku bunga yang lebih rendah akan menurunkan biaya produksi dan selanjutnya akan menaikan keuntungan. Pada saat krisis ekonomi walaupun tingkat suku bunga dan inflasi sangat tinggi, tetapi keuntungan dari adanya depresiasi nilai tukar lebih tinggi dari pada biaya produksi yang dibiayai oleh bunga dan tingkat inflasi yang tinggi.
Suku bunga berpengaruh pada periode observasi recovery. Hal ini disebabkan karena nilai tukar tidak lagi terlalu terdepresiasi, dimana hal tersebut akan mengurangi keuntungan, di sisi lain tingkat suku bunga dan inflasi, walaupun tidak setinggi pada periode krisis ekonomi, tetapi rnasih cukup tinggi sehingga biaya produksi juga masih tinggi. Perusahaan perikanan yang kebanyakan peminjam akan memperhitungkan besamya keuntungan yang diraih akibat depresiasi nilai tukar dengan biaya produksi yang dibiayai dengan bunga dan inflasi yang tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Noor
"Hutan adalah suatu sumber daya dan lingkungan yang unik, karena secara umum menyediakan banyak manfaat. Hutan menyediakan keaneka ragaman biologi, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang terbesar. Deforestasi yang ditingkatkan dapat mengurangi biodiversas dan berakibat dampak negatif seperti erosi lahan, penghabisan bahan gizi, penggenangan, peningkatan gas rumah kaca, gangguan dalam karbon yang beredar dan hilangnya produk hutan seperti berkenaan dengan farmasi, kayu dan bahan bakar. Namun demikian deforestasi dapat pula diakibatkan adanya alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan yang dilakukan oleh masyarakat secara individu atau kelompok dan pengusaha maupun pemerintah. Selain dari dampak negatif yang ditimbulkan akibat deforestasi tersebut dapatkah memberikan manfaat yang optimal dalain rangka meningkatkan sosial-ekonomi dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dimana pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti oleh pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan melakukan peningkatan produksi di sektor kehutanan. Seperti yang dilakukan pemerintah kabupaten Kutai Timur sekarang ini dengan visinya Gerakan Daerah Pengembangan Agribisnis (GERDABANGAGRI) sebagai grand strategy pembangunan, yaitu model pembangunan agribisnis perkebunan dengan melakukan konversi hutan menjadi lahan perkebunan. Dengan memiliki hutan seluas 3.005.802 ha pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2002 mengalami pengurangan menjadi 2.784.024 ha. Ini menunjukkan bahwa areal hutan yang mengalami penurunan sebesar 221.778 ha selama 3 Whim. Hal ini diakibatkan oleh kegiatan deforestasi baik itu untuk keperluan memenuhi kebutuhan industri pengolahan kayu maupun kebutuhan untuk lahan pertanian dan perkebunan yang menjadi strategi pembangunan pemerintah kabupaten Kutai Timur. Akibat lainnya adalah illegal logging yang tidak dapat dikontrol oleh pemerintah kabupaten, sehingga areal hutan mengalami penurunan khususnya diareal hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata kabupaten Kutai Timur. Kemudian seberapa jauhkah kebijakan pemerintah kabupaten Kutai Timur dan kegiatan masyarakatlpengusaha yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap reforestasi dalam rangka melestarikan kembali areal hutan yang mengalami degradasi akibat adanya deforestasi.
Berdasarkan basil perhitungan secara struktural Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Kutai Timur Tabun 2000 dengan model pengganda rata rata dan Structural Path Analysis (SPA), terdapat adanya pengaruh langsung dan tidak langsung dari sektor Tenaga Kerja dan Modal terhadap kegiatan deforestasi. Kegiatan ekonomi yang mempengaruhi kegiatan deforestasi disebabkan adanya pengaruh Perdagangan, Restoran, dan Hotel (PRH) yang ditunjukkan oleh empat jalur Modal Swasta Dalam Kabupaten (MSDK) ke Kayu yang memiliki pengaruh global paling kuat adalah melalui PRH. Dengan kata lain pengaruh MSDK terhadap kegiatan penebangan hutan paling besar terjadi melalui PRH. Sektor PRH ini sangat besar pengaruhnya, karena sektor inilah yang banyak menggunakan kayu untuk keperluan usaha, bangunan, dan untuk bahan bakar. Hal ini ditunjukkan oleh upaya membangun hotel (Penginapan) dengan modal besar yang masih memerlukan kayu dan untuk keperluan memasak sebagian besar hotel menggunakan tungku dengan bahan bakamya kayu.
Secara meyeluruh dan pengaruh kegiatan ekonomi terhadap kegiatan reforestasi disebabkan adanya pengaruh sektor Tenaga Kerja Pertanian Bukan Penerima Upah & Gaji (TKPBUG). Sektor TKPBUG ini sangatlah besar pengaruhnya sebagai garnbaran kegiatan masyarakat/pengusaha yang bekerja di sektor pertanian. TKPBUG ini juga menggambarkan pemilik lahan yang berusaha dibidang pertanian dengan menanam beberapa jenis tanaman seperti sawit, karat, umbi-umbian, lada, dan lain sebagainya Hal ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk mendapatkan keuntungan dari hasil panen pertanian. Adapun kegiatan dalam penanaman pemilik lahan dibantu oleh anggota keluarga mereka. Sektor inilah yang banyak melakukan kegiatan penanaman untuk keperluan sehari-hari dan usaha agar mereka dapat meningkatkan pendapatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dorongan kegiatan Rumah Tangga Bukan Pertanian Golongan Rendah dan Golongan Atas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ihya Syari`udin
"ABSTRAK
Angka kerusakan hutan di Indonesia dari tahun ke tahun makin mengkhawatirkan. Dari data FAO pada tahun 2010, Indonesia menduduki peringkat ketiga negara dengan kerusakan hutan terbesar di dunia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi ditengarai sebagai salah satu penyebab dari deforestasi. Selain itu penelitian ini juga menguji keberadaan environmental kuznets curve dalam pengelolaan hutan di Indonesia.
Penelitian kali ini mencoba menganalisis mengenai penyebab yang mendasari terjadinya deforestasi dengan menggunakan pendekatan tutupan hutan, di mana apabila luas tutupan hutan semakin menurun berarti angka deforestasi semakin meningkat. Variabel bebas yang digunakan adalah PDRB, kepadatan penduduk, kemiskinan pedesaan, luas HPH, harga kayu, konversi hutan dan panjang jalan. Metode analisis yang digunakan adalah estimasi dengan menggunakan estimasi data panel.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan penduduk berpengaruh negatif terhadap tutupan hutan. Hasil penelitian ini juga, menunjukan environmental kuznets curve terbukti keberadaannya dalam pengelolaan hutan di Indonesia.Variabel lain yang berpengaruh terhadap tutupan hutan adalah kemiskinan pedesaan dan panjang jalan

ABSTRACT
Rate of forest destruction in Indonesia always increase. In 2010, Indonesia ranked third countries with the world's largest forest destruction. High population grow suspected as one cause of deforestation. In addition, this study also tested the existence of environmental kuznets curve forest management in Indonesia.
The purpose of this study was to analyze causes of deforestation use forest’s cover approach, where if the forest’s cover decrease, it mean deforestation rate is increase.The independent variables used are GDP, density of population, rural poverty, extensive logging, timber prices, forest conversion and path length.We use panel data regreesion with random effect model.
The results showed that the population density negatively affect forest’s cover.This study shown the existence of environmental kuznets curve forest management in Indonesia. Other variables that influence forest’s cover is rural poverty and road."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>