Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marisa Puspita Sary
Abstrak :
Konseptualisasi gender menyoroti proses konstruksi sosial mengenai kelaki-lakian dan keperempuanan sebagai kategori-kategori yang berlawanan dengan nilai-nilai sosial yang timpang. Adapun yang menjadi tekanan kuat pada teori-teori gender dalam hal ini adalah kekuasaan sosial, konstruksi persamaan dan perbedaan serta isu-isu dominasi Dominasi ini dibentuk, dirembeskan, dan dipertahankan melalui berbagai institusi dan nilai-nilai dalam masyarakat. Media massa merupakan salah satu institusi yang secara sadar atau tidak turut andil dalam mengukuhkan keyakinan gender yang sudah tertanam di alam bawah sadar perempuan dari seluruh dunia bahwa mereka 'dikodratkan' menjadi ibu rumah tangga, dalam konteks yang lebih luas menjadi obyek yang inferior di hadapan subyek lad-lad yang superior. Melalui media massa, perspektif gender dapat secara efektif diperkenalkan kepada masyarakat mengingat media massa merupakan pembentuk opini publik yang potensial sehingga diharapkan memiliki peran yang besar dalam menyebarluaskan perspektif gender. Perspektif gender di media massa khususnya di dunia jurnalistik dapat menimbulkan kepekaan gender (gender sensitivity), sehinggga tercipta suatu kesadaran bahwa fakta yang ada pada dasarnya merupakan hasil dari ketidaksetaraan dan keadilan gender yang berkaitan dengan dominasi kekuatan ekonomi-politik dan sosial budaya yang ada dalam masyarakat. Dengan adanya perspektif gender, media massa juga diharapkan dapat menjadi alat yang bermanfaat menjadi sarana untuk membebaskan dan memberdayakan kelompok-kelompok yang marjinal (khususnya perempuan). Berdasarkan permasalahan tersebut, permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah : " Bagaimanakah frame jumalisme berperspektif gender terhadap pemberitaan isu-isu gender di Kompas dan Sinar Harapan sepanjang tahun 2003" Metode penelitian yang digunakan dalah metode analisis kualitatif, sedangkan perspektif metodologi penelitian ini adalah perspektif konstruktivisme. Sementara itu, metode analisisnya ialah analisis bingkai model Gamson dan Modigliani. Subyek yang diteliti ialah berita-berita yang menampilkan isu-isu gender di Kompas dan Sinar Harapan sepanjang tahun 2003.Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah ; teori konstruksi atas realitas dari Berger dan Luckmann, teori Hierarcy of Influence dari Shoemaker dan Reese dan teori feminis yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep jurnalisme berperspektif gender merupakan pendekatan yang muncul dari kesadaran bahwa perempuan menjadi warga kelas dua yang dalam segala aspek kehidupan tersubordinat. Pendekatan jurnalisme berperspektif gender merupakan pendekatan yang berdasarkan pandangan kritis. Dalam menganalisis teks berita isu-isu gender di Kompas & Sinar Harapan, penulis menggunakan paradigma konstruktivisme dalam rangka mengamati muatan jurnalisme berperspektif gender yang terdapat dalam teks pemberitaan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Secara garis besar pemberitaan terhadap isu-isu gender yang ditampilkan Sinar Harapan menunjukkan bahwa untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender di berbagai bidang tidak hanya diperlukan intervensi dari aparat hukum dan pemerintah retapi juga penanganan yang serius terhadap pennasalahan yang menimpa kaum perempuan yang menyebabkan dirinya tertindas dan tersubordinasi. Kompas lebih menekankan adanya problema kesetaraan gender dalam berbagai bentuk bentuk ketidakadilan perlakuan dan kesempatan terhadap perempuan adalah masalah yang kompleks (complicated). Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran perempuan sendiri akan hak-haknya, kondisi sosio cultural yang mengedepankan budaya patriarkis, kebiasaan atau adat dalam keluarga, masyarakat dan sistem pendidikan kita yang masih menerapkan pola asuh yang bias gender dan mendikotomikan ruang publik - ruang domestik, serta negara yang turut berperan seperti yang diharapkan. Secara umum sensifitas gender telah terlihat pada pemberitaan Isu-Isu gender yang terdapat pada Sinar Harapan dan Kompas. Pemberitaan Isu-isu Gender yang ditampilkan Sinar Harapan dan Kompas terlihat sebagai bentuk idealisme dan kesadaran media terhadap fungsinya sebagai media massa, yaitu sebagai fungsi transmisi media yang strategis, karena menunjukkan kekuatan media massa dalam mempengaruhi masyarakat luas. Melalui fungsi ini media dapat menyampaikan ideologi maupun idealismenya, yang dapat mempengaruhi cara berpikir dan pelrilaku masyarakat untuk memiliki kesadaran terhadap pentingnya keadilan dan kesetaraan gender. Kecenderungan ideologi gender yang dominan mewarnai pemberitaan isu-isu gender di Sinar Harapan dan Kompas untuk isu perempuan di pentas politik ialah ideologi feminisme, untuk isu kekerasan terhadap perempuan adalah feminisme radikal, sedangkan untuk isu perempuan dan pendidikan adalah feminisme liberal. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa pendekatan jurnalisme berperspektif gender dapat dijadikan acuan bagi para akademisi dan praktisi media untuk mendeteksi sensifitas gender media dalam memberitakan isu-isu gender.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Syahrela
Abstrak :
Gaya hidup adalah `identitas' diri di dalam suatu masyarakat modern, hal ini meliputi bagaimana kita dikenal dan diakui keberadaannya oleh masyarakat. Wujud pengakuan ini dapat berupa apresiasi terhadap aspek-aspek simbolik yang melekat pada tubuh kita. Oleh karena sedemikian besarnya apresiasi masyarakat pada aspek-aspek simbolik, maka gaya bidup sebagai perwujudan seseorang di dalam lingkungannya menjadi alat untuk menentukan dari golongan manakah ia berasal. Untuk mendukung hal ini, penggunaan barang-barang sebagai pendukung identitas diri melalui penampilan misalnya, menjadi pilihan untuk mengapresiasikan din. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan gaya hidup apa saja yang disajikan iklan, dan bagaimana kaitannya dengan kondisi dan perkembangan masyarakat Indonesia. Dukungan teknologi informasi melalui penggunaan televisi, intemet, radio, dan majalah telah mengkiblatkan diri pada budaya asing yang pada saat ini kondisinya sedemikian mengancam keberadaan budaya Indonesia. Apalagi kondisi ini diperburuk dengan berbagai konflik sosial, upaya-upaya disintegrasi bangsa, dan kondisi ekonorni yang belum sepenuhnya pulih, semakin membuat suatu `keterpurukan budaya'. Budaya asing atau budaya massa, kini telah menghempaskan budaya Indonesia menjadi sesuatu yang kuno sehingga kini budaya Indonesia sulit untuk dikatakan sebagai budaya yang modern. Teori-teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori yang ditelurkan oleh pemikir-pemikir atau kritikus budaya yang turut mengkhawatirkan perkembangan budaya massa ini. Oleh sebab menurut mereka, perkembangan budaya massa telah mengarah untuk menjadi satu-satunya budaya pada masyarakat dunia, dan hal ini patut dihindarkan. Paradigma teori kritis yang digunakan, dan sifat penelitian yang interpretatif akan diaplikasikan pada bingkai cultural studies (kajian budaya). Sebagai salah satu cabang dari teori media Marxist, cultural studies adalali tradisi yang berusaha mengetahui, menginterpretasi makna budaya dari suatu produk media. Masyarakat atau penonton dalam dipandang sebagai tempat di mana makna-makna itu dipertarungkan. Ketiga iklan kosmetik sebagai objek yang diteliti, yaitu iklan Citra Lotion, Ponds Facial Foam, dan Olay Lotion yang dipilih dari sekian banyak iklan kosmetika di televisi. Iklan sebagai sebuah teks yang berfungsi untuk merepresentasikan suatu fenomena di dalam masyarakat, akan selalu terpengaruh oleh nilai-nilai di luar dirinya. Melalui kerangkan analisis van Dijk, dapat dipahami bahwa kehadiran sebuah teks media pun dapat merupakan tanda bagi keberadaan elemen messo struktur atau bagaimana sebuah teks diproduksi, dan bagaimana nilai-nilai diseleksi untuk mendukung tampilan suatu teks. Gana menemukan gaya hidup apa yang direpresentasikan oleh iklan kosmetik, metode semiotika dapat menjadi pisau analisis mengenai gaya hidup apa dan bagaimana penyajiannya, serta bagaimana keterkaitannya dengan perkembangan dan kondisi masyrakat Indonesia masa kini. Hasil penelitian mengidentifikasi 3 (tiga) bentuk gaya hidup, yaitu: gaya hidup metroseksual, gaya hidup kembali ke alam (back to nature), dan gaya hidup mandiri dan modem. Sebuah teks iklan adalah produksi dari sebuah institusi yang tersusun atas elemen individual, bagaimana konstruksi sebuah iklan akan ditentukan oleh bagaimana konnisi sosial individu tersebut. Fenomena sosial budaya yang terjadi di masyarakat ternyata dapat turut mempengaruhi representasi gaya hidup di dalam iklan. Melalui pembahasan analisis sosial dapat dijelaskan bahwa di dalam teks iklan gaya hidup ketiga iklan terdapat nuansa budaya massa metalui isu kapitalisme, isu globalisasi, dan bertebarannya budaya asing (massa), yang kesemuanya turut mendesak media massa sehingga mempengaruhi budaya Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Siskawati
Abstrak :
Belakangan ini muncul tren baru dalam dunia persinetronan Indonesia, yaitu sinetron yang dikemas religius dengan cerita habis sekali tayang. Tidak hanya di bulan Ramadhan, sinetron yang dikemas religius digemari pemirsa dan membawa berkah bagi stasiun televisi. Awalnya, memang tidak pernah diperhitungkan. Namun, ketika TPI meraih sukses menyajikan sinetron Rahasia Ilahi, dan Takdir llahi, sejumlah stasiun televisi pun beriomba-lomba menyajikan sinetron yang dikemas serupa tapi tak sama. Jika diamati memang benar tayangan demikian dapat memberi kesadaran religius. Sepintas terlihat sinergi yang sangat ideal antara pilihan stasiun televisi mengedepankan program religius dengan kebutuhan pemirsa akan siraman rohani, yang tujuannya adalah meneguhkan keimanan hingga membuat pelaksanaan ibadah berlangsung optimal. Namun yang juga mulai dikhawatirkan, adanya visualisasi hantu, setan, jin, arwah penasaran dan macam-macam lagi yang cukup banyak di sinetron yang dikemas religius tersebut. Masalah mulai muncul tatkala perubahan orientasi nilai-nilai agama menjadi bisnis mengandung sejumlah konsekuensi. Bisnis bagaimanapun akan berurusan dengan pangsa pasar tertentu. Bisnis juga berurusan dengan komoditas yang dijual untuk dikonsumsi. Dalam kaitannya dengan permasalahan komersialisasi agama, agama di sini menjadi komoditas yang dijual dengan membidik target pangsa pasar tertentu melalui sinetron religius. Nilai-nilai agama dengan demikian dikomodifikasi ke dalam wilayah-wilayah bisnis. Fokus tesis ini adalah mengungkap bagaimana proses komodifikasi nilai-nilai agama melalui sinetron Takdir Ilahi yang ditayangkan TPI dan melihat bagaimana kapitalisme mewujudkan nilai guna ke nilai tukar dalam sinetron Takdir llahi dengan teknis analisis Fairclough. Teori yang mendasari penelitian ini adalah ekonomi politik yang mengkhususkan pada praktek komodifikasi. Dan teori ekonomi politik tersebut, penulis juga mengaitkannya dengan teori media sebagai industri budaya dan industri ekonomi. Dalam level teks, penulis memfokuskan analisa pada teks-teks yang memiliki tanda hipersemiotika, karena penulis mencurigai tanda-tanda tersebutlah yang menjadi nilai tukar. Pada level produksi teks, penulis mewawancarai produser pelaksana dan penulis naskah, sutradara, ustad, dan pihak TPI yang diwakili oleh Programme Acquisition Dept. Head. Untuk konsumsi teks, penulis mewawancari dua orang wanita yang merupakan target audience dari TPI sendiri yaitu masyarakat menengah ke bawah dan seorang tokoh ulama yang memahami hadist, sebagai pembanding. Sedangkan untuk level sosial budaya, data diperoleh melalui studi literatur balk dari buku, intemet, dan media massa audio visual lainnya. Penelitian ini menyimpulkan hasil-hasil sebagai berikut : (1) Pada level teks, terlihatnya adanya penekanan pada visualisasi wujud-wujud gaib sebagai daya tank sinetron sekaligus dengan memasukkan unsur humor, agar penonton terhibur. Tema-tema yang diangkat menjadi sinetron kemudian didramatisir agar menarik khalayak untuk menyentuh mereka secara emosional dan individual. (2) Pada level produksi teks, pengaruh ektemal media, berupa rating dan share, dan kepentingan stasiun televisi menentukan performa dari sinetron tersebut. Bukti yang menunjukkan bahwa (3) Pada level konsumsi teks, berdasarkan wawancara mendalam, adanya multi plot membingungkan informan mengenai jaian cerita episode tersebut. Penulis juga pada level ini menunjukkan dengan membanjirnya iklan yang mendukung sinetron ini sehingga mendorong pihak TPI untuk memperpanjang durasi menjadi 90 menit. (4) Pada level sosial kultural, penulis mengamati pada level situasional, bagaimana program-program pada televisi Indonesia saat ini. Sehingga terjadi perubahan selera pemirsa terhadap program-program televisi yang selama ini dipenuhi tentang kekerasan, seks, dan mistik. Pada level institusi, penulis memaparkan tentang profit TPI yang mengganti imej yang lekat dengan kata pendidikan, berubah dengan lebih mementingkan unsur hiburan layaknya televisi-televisi swasta lainnya. Sedangkan pada level sosial, penulis melihat faktor-faktor sosial apa saja yang menyebabkan masyarakat menyukai sinetron yang dikemas religi. Pada kesimpulan, penulis melihat praktek komodifikasi nilai-nilai agama menjadi sebuah sinetron yang di kemas religius, sesungguhnya merupakan refleksi dari fenomena industri media televisi sebagai sebuah institusi bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Hasil penelitian ini memperlihatkan implikasi akademis komodifikasi program televisi yang bertema religius dengan menggunakan tanda-tanda hipersemiotika, dimana industri lebih mengutamakan keuntungan sebagai tujuan utamanya. Dari segi subjek penelitian, studi ini relatif memberikan ruang dan kesempatan kepada peneliti lainnya untuk mengeksplorasi dua entry point ekonomi politik komunikasi di luar komodifikasi, yakni spesialisasi dan strukturasi yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, penemuan-penemuan berikutnya akan lebih memperkaya studi terhadap ketiga entry point tersebut, khususnya kajian ekonomi-politik media televisi. Dalam rekomendasi penulis mengungkapkan, diantara industri dalam mengembangkan kesamaan onentasi media, haruslah berfihak kepada masyarakat dalam program-program religiusnya, tidak hanya memperhatikan tinggi rendahnya rating agar tidak menyesatkan.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soekartono
Abstrak :
Keputusan mengadopsi teknologi komunikasi yang dilakukan oleh Lembaga lnformasi Nasional (LIN) merupakan keputusan yang diambil oleh pihak manajemen karena adanya suatu kebutuhan dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui proses penerapan teknologi komunikasi di Lembaga lnformasi Nasional dan penerimaan individu pada tingkat pengguna dan pengelola. Kerangka pemikiran menggunakan teori difusi inovasi, sedangkan metode yang digunakan adalah Studi kasus tunggal dengan analis multi level, yaitu level organisasi dan level lndlvidu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi teknologi komunikasi tidak dikuti dengan penyesuaian struktur organisasi yang menampung aktivitas teknologl komunikasi menyebabkan penerapan teknologi komunikasi tidak optimal dalam menujang kinerja organisasi Untuk ltu peneliti merekomendasikan agar suatu organisasi ketika mengimplementasi hasil adopsi teknologi komunikasi agar dilakukan melalui tahapan yang tertuang dalam rencana induk organisasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wahyuningsih
Abstrak :
Berangkat dari tujuan pengembangan Media Center oleh LIN yaitu untuk meningkatkan kualitas pelayanan informasi publik sesuai dengan visi : memberikan pelayanan inforrnasi publik, meIaIui fungsi penyediaan dan penyebaran informasi publik, masalah penelitian ini adalah, "Bagaimana manajemen Media Center dalam penyediaan dan penyebaran informasi publik, sehubungan dengan terbatasnya kesiapan SDM yang memiiiki kompetensi keahlian khusus dalam memanfaatkan teknologi informasi". Tujuan penelitian adaIah (1) Mengetahui manajemen yang diterapkan oleh Media Center- LIN dalam penyediaan dan penyebaran informasi publik; (2) Mengetahui manajemen yang seharusnya diterapkan Media Center LIN agar SDM pelayanan informasi siap dalam memanfaatan teknologi Informasi, sehingga fungsi penyediaan dan penyebaran Informasi Publik berjalan secara optimal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis berpedoman pada perspektif komunikasi organisasi dan teori manajemen, George R. Terry (1977) tentang proses manajemen dalam organisasi dan konsep COBIT (1996) tentang manajemen penerapan teknologi informasi_ Data diperoleh dengan metode wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pelayanan informasi publik di Lembaga lnformasi Nasional (LIN) merupakan implementasi konsep e-govemment, dan untuk mencapai tujuan pengembangan sesuai dengan visi lembaga, diperlukan kesiapan SDM yang memiliki kompetensi keahlian khusus dalam memahami, mengelola, memproses serta memanfaatkan teknologi informasi. Kondisi SDM di bidang teknologi dan informasi masih terbatas secara kuantitas dan kualitas.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22498
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Susatyo Murti
Abstrak :
Media televisi biasanya mencari keuntungan dari tayangan-tayangan yang dipertontonkan kepada khalayak melalui iklan atau sponsor. Dari situlah media televisi dapat menghidupi karyawan yang berjurnlah ribuan, tentunya juga guna kelangsungan perusahaan media televisi tersebut. Motif mencari keuntungan yang dilakukan media televisi seperti tersebut diatas bertolak belakang dengan realitas tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar. Indosiar belum mendapatkan keuntungan profit dari tayangan pagelaran wayang kulit purwa. Jangankan uang dari iklan atau sponsor, kenyataannya setiap episode tayangan pagelaran wayang kulit purwa yang biasa di tayangkan setiap Sabtu malam Minggu, Indosiar diperkirakan rugi ratusan juta rupiah. Indosiar tidak pernah merasa rugi dengan ditayangkannya pagelaran wayang kulit purwa. Bagaimana mungkin stasiun televisi mau merugi dalam produksi tayangannya? Bukankah keuntungan profit menjadi tujuan stasiun televisi didirikan? Jawabnya adalah, tentu ada sesuatu yang menguntungkan yang disembunyikan Indosiar dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa ini. Untuk itulah maka penulis menetapkan tujuan penelitian tesis ini untuk menjelaskan komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar dan mengungkap motif komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa di televisi Indosiar. Selain itu juga mengungkap ideologi atau kekuatan tersembunyi yang berrnain dalam komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar. Dalam penelitian ini penulis mengunakan paradigma kritis yang pada dasarnya adalah sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha mengungkap "the real structures" dibalik kenyataan yang nampak. Pendekatan yang penulis gunakan adalah kualitatif. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah analisis wacana Fairclough, yang menyatakan bahwa lahirnya sebuah teks adalah melalui sebuah rangkain, mulai rencana hingga teks terwujud dengan tiga dimensi analisis yaitu; teks, discourse practice, dan sociocultural practice. Sifat dalam penelitian ini ialah bersifat deskriptif, metode pegumpulan data dilakukan dengan dengan record, relics dan wawancara. Sumber data penulis dapatkan dan data primer berupa teks dan wawancara, sedangkan data sekunder berupa situs internet, buku kepustakaan yang mendukung data primer. Dalam analisis data penulis menggunakan tiga tahap analisis yang digunakan Norman Fairclough, yaitu dekripsi, interpretasi dan eksplanasi. Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan didapatkan hasil, bahwa dalam tataran teks yang diteliti menunjukkan terjadinya perubahan-perubahan yang signifikan terhadap tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar. Perubahan-¬perubahan tersebut mengarah kepada perubahan karakter pagelaran wayang panggung menjadi "karakter wayang tayangan televisi". Karakter wayang televisi memiliki kecenderungan bersifat padat, ringkas dan menghibur. Dalam tataran discorse practice ditemukan bahwa, meskipun Indosiar tidak mendapatkan keuntungan profit dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa, Indosiar mendapatkan keuntungan lain dalam bentuk kedekatan dengan pemirsanya. Indosiar menjadi diminati kalangan menengah kebawah yang sebelumnya sulit dijangkau, disukai karena tayangan wayangnya menghibur dan ditonton khalayak Jawa maupun luar Jawa. Dan memang itulah yang menjadi tujuan Indosiar dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa. Tayangan wayang yang padat, ringkas dan menghibur menjadi jalan bagi kepentingan Indosiar, Indosiar diminati semua orang "Indosiar Memang Untuk Anda". Dalam tataran sociocultural terkait dengan perkembangan dunia pewayangan, Indosiar telah memberikan warna tersendiri. Wayang televisi menjadi fenomena baru dalam dunia pewayangan. Indikasi munculnya "pakem wayang gaya televisi" yang dimotori Indosiar semakin memperkaya "polemik" nilai guna wayang bagi masyarakat. Implikasi terhadap hasil penelitian yang didapat, bahwa tayangan kebudayaan tradisional dalam hal ini tayangan pagelaran wayang kulit purwa tetap menjadi ancaman bagi para pemirsanya. Penonton disuguhi dengan tayangan wayang yang padat, ringkas dan menghibur sesuai dengan karakter televisi. Semua itu tentu memberikan makna tersendiri bagi isi kepada penonton. Bukankah dalam pagelaran wayang kulit purwa menurut Woro Aryandini salah satu tujuannya adalah penonton mendapatkan pelajaran kehidupan setelah selesai menontonnya, artinya penonton harus mencari dan mendapatkan makna/nilai sebagai pegangan kehidupan dalam tayangan wayang tersebut. Karakter wayang televisi masih sangat terbuka untuk didiskusikan, namun sebaik-baiknya hasil diskusi yang dilakukan harus tetap mengedepankan kepentingan khalayak penonton. Salah satu tugas media menurut Mc Quail adalah sebagai jendela (a window on event and experience), "membuka cakrawala pemirsa tentang berbagai hal diluar dirinya". Dengan tayangan wayang, kita berharap televisi mampu memfasilitasi kepentingan penonton dan pemirsa untuk membuka cakrawala positif kehidupannya.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Fadil Azmi
Abstrak :
Ideologi bekerja melalui bahasa oleh karena itu mempelajari ideologi berarti mempelajari cara-cara di mana makna (pemberi makna) secara terus menerus menjalankan relasi dominasi. Hassan Hanafi menyebut teks sebagai praktik ideologi, dalam hal ini teks pun bersifat arbiter karena merupakan pilihan penulisnya pada satu maksud tertentu dari keragaman fenomena yang ia hadapi untuk sesuatu di masa mendatang. Tujuan penulisan teks tidak lain bersifat etis dan ideologis, disebut etis karena penulisan suatu momentum sejarah ke dalam teks berkaitan dengan keinginan memberi petunjuk tertulis kepada generasi mendatang, sementara ideologis karena teks merupakan sarana efektif untuk mewariskan kekuasaan. Bahasa kebijakan dalam Undang-undang pars dicurigai sebagai sebuah teks yang mengalami dinamika kepentingan antara kepentingan penguasa, kepentingan pemilik media dan kepentingan publik. Penelitian ini menyandarkan diri pada paradigma konstruktivisme. Alasannya adalah sebuah bahasa kebijakan, baik itu Undang-undang Pokok Pers No.21 Tahun 1982 dan Undang-undang Pers No. 40 Tahun 1999 merupakan hasil dari proses pembentukan realitas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode yang digunakan dalarn penelitian ini adalah Hermeneutika Habermas. Hermeneutika memberikan fokus pada teks, pembacaan, pemahaman, tujuan penulisan, konteks, situasi historis, dan kondisi psikologis pembaca maupun pengarang teks. Adapun Hermeneutika Habermas merupakan hermeneutika kecurigaan karena berkepentingan untuk menyingkap tabir-tabir ideologis dibalik sebuah teks. Penelusuran data maupun analisis dilakukan pada tiga level pemahaman: Pemahaman langsung terhadap alam material dengan menginterpretasikan isi teks kebijakan, Pemahaman Manusia lain dengan meneliti pemahaman para penafsir terhadap teks kebijakan dan Pemahaman atas kebudayaan dengan meneliti fenomena regulasi kebijakan dikaitkan dengan situasi dan kondisi sosial dan ekonomi politik yang berlaku pada saat pembuatan teks kebijakan. Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemaknaan terhadap Undang-undang Pokok Pers No. 21 Tahun 1982 dan Undang-undang Pers No. 40 Tahun 1999 tidak terlepas dari sejumlah faktor individu dan faktor sosial dalam dimensi situasi dan zaman yang melingkupinya. Pada Undan-gundang Pokok Pers No. 21 Tahun 1982, kekuasan terhadap kebebasan pers sepenuhnya tergantung kepada pemerintah, tidak hanya terhadap makna kebebasan pers itu sendiri, tapi juga undang-undang ini memberikan "kekuasaan penuh" kepada pemerintah untuk membuat peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kehidupan pers serta penempatan para birokrasi pada lembaga-lembaga yang berfungsi untuk mengontrol kehidupan pers. Pada Undang-undang Pers No. 40 tahun 1999, terlihat kuatnya "ideologi Pasar" pada kehidupan pers. Kekuasaan terhadap pers sepenuhnya tergantung pada pasar, kuat dugaan kehidupan pers menjadi monopoli konglomerasi media, pers lebih banyak menyajikan berita-berita yang di inginkan masyarakat dibandingkan berita-berita yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pada kondisi ini, pers belum mampu menjalankan fungsinya sebagai ruang publik dalam proses demokratisasi yang dinamis. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Undang-undang Pers No.40 tahun 1999, bukan merupakan UU lex specialis derogat lex generalis terhadap undang-undang lain seperti yang di kemukakan sebagian kalangan pers, dikarenakan undang-undang ini hanya mengatur tiga hal yang dapat dituduhkan terhadap pelanggaran jurnalistik yakni norma-norma agama, rasa kesusilaan masyarakat dan asas praduga tidak bersalah, di luar ketiga haI ini Undang-undang ini membuka diri diberlakukannya Undang-undang lain, di samping itu juga Undang-undang ini tidak memenuhi syarat untuk menjadikan dirinya sebagai lex specialis, yakni Rezim hukumnya tidak sama dan serumpun dengan undang-undang yang mau di lex specialrs-km, tidak adanya satu perbuatan dilarang oleh dua aturan yang berbeda dan tidak ada ancaman hukum dari lex specialis yang jauh lebih berat dari lex generalis. Kebebasan kehidupan pers, pada akhirnya merupakan keinginan semua pihak agar ruang publik sebagai wahana pengimplementasian kehidupan demokratis yang dinamis dapat berjalan, tetapi tentu saja kebebasan ini tidak boleh hanya sebatas kebebasan yang dimonopoli oleh segelintir orang, tetapi harus dibumikan menjadi kenyataan yang memberikan realitas kesempatan bagi semua elemen masyarakat dalam mengakses seluruh informasi yang dibutuhkannya. Kepentingan publik harus menjadi prioritas media massa, karenanya kebebasan pers harus didasarkan pada paradigma etis, norma hukum dan profesionalisme para jurnalis dalam menyajikan pemberitaannya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Nursani Oktora Saktina
Abstrak :
ABSTRAK

Manajemen SDM yang diberlakukan di pemerintahan lokal sebagian besar masih dilakukan secara konvensional dengan kertas. Sebagai solusinya, dilakukan pengembangan kompetensi SDM dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dengan membangun Human Resource Information System (HRIS). Aplikasi yang digunakan dinamakan Manajemen Aparatur Pegawai (MAP). Dengan dukungan koneksi internet dalam komunikasi real time, MAP dapat melakukan pengolahan basis data untuk data setiap karyawan dan menghasilkan data atas proses transaksi serta analisis dan pengambilan keputusan secara lebih cepat dibandingkan dengan sistem terdahulu secara manual atau offline. Dengan adanya latar belakang pegawai yang berbeda, kemampuan penerimaan dan penggunaan yang ada pun akan berbeda untuk masing-masing pegawai. Dengan adanya difusi teknologi dalam suatu organisasi, penelitian ini berupaya untuk mengetahui tentang penerimaan dan penggunaan aplikasi MAP dan faktor yang mempengaruhinya. Analisis pada penelitian ini menggunakan model UTAUT dengan modifikasi yang menyesuaikan keadaan dalam praktik penggunaan aplikasi MAP, dengan 4 variabel dependen (Performance Expectancy, Effort Expectancy, Peer Influence, dan Facilitating Condition) dan 1 variabel dependen (Behavioral Intention to Use the System), serta 2 variabel kontrol (Jenis Kelamin dan Kategori Usia). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan populasi pegawai Perwakilan BPKP Provinsi NTB sejumlah 88 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, dan pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi berganda (multiple regression).


ABSTRACT


Most of the HR management applied in local government is still done conventionally with paper. As a solution, human resource competency development is carried out by utilizing Information Technology by building a Human Resource Information System (HRIS). The application used called Employee Management (MAP). With the support of the internet connection in real time communication, MAP can perform database processing for each employees data and generate data on the transaction process as well as analysis and decision making faster than the previous system manually or offline. With different employee backgrounds, the ability of acceptance and use will also be different for each employee. With the diffusion of technology in an organization, this study seeks to find out about the acceptance and use of MAP applications and the factors that influence them. The analysis in this study were using the UTAUT model with modifications that adjust the conditions in the practice of using MAP applications, with 4 dependent variables (Performance Expectancy, Effort Expectancy, Peer Influence, and Facilitating Condition) and 1 dependent variable (Behavioral Intention to Use the System), also 2 control variables (Gender and Age Category). This study use quantitative research methods, with a population of 88 NTB BPKP Representative employees. Sampling is done by purposive sampling technique, and hypothesis testing is done by multiple regression tests.

2020
T55050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chaerani Dewanti
Abstrak :
Saat ini berkembang banyak taman pemakaman yang dikelola swasta. Taman pemakaman tersebut, tidak hanya menawarkan liang kubur tetapi juga sejumlah fasilitas dan layanan lengkap. Salah satunya adalah Al-Azhar Memorial Garden. AMG hadir menawarkan konsep syariah sebagai jawaban atas pemasalahan pemakaman di Jakarta. Penelitian ini akan mengungkap dan menganalisis bagaiamana Al-Azhar mengemas nilai tanda pada media komunikasinya sehingga membentuk kesadaran palsu di masyarakat. Nilai tanda tersebut dilihat dari perspekstif analisis semiotika Barthes, yang kemudian diintegrasikan dengan teori nilai tanda Barudrillard. Selain itu, penelitian ini juga mencoba mengkritisi bagaimana tanda tersebut dikonsumsi di masyarakat sehingga menimbulkan kelas-kelas sosial.
Nowadays, we could find a lot of cemetery which managed by private sector. A cemetery that offering not only just a graveyard, but also provide an array of facilities and services. One of them is Al-Azhar Memorial Garden. They are here to present a syar'i concept as an answer to several funeral problems in Jakarta. This research will reveal and analyze on how Al-Azhar create sign value through their channel of communication so it could formed a false consciousness within the society. Sign value is being analyzed from the Barthes' semiotic perspective which later is being elaborated with Baudrillard's sign value theory. Besides, this research also criticizes on how the values are consumed within the society that creating social class in the community.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Deasy Ariyani
Abstrak :
Per Maret 2013, Indonesia menduduki peringkat kedua negara pengguna Facebook terbanyak di Asia. Di balik euforia penggunaan Facebook di Indonesia, terungkap fenomena bahwa sejumlah remaja perempuan hilang setelah berkenalan dengan seseorang di Facebook. Penelitian ini membahas proses pertemanan remaja perempuan di Facebook dengan orang yang kemudian diketahui sebagai pelaku tindak kejahatan terhadap dirinya.

Dengan berdasar pada Teori Tahap Perkembangan Hubungan dari Knapp & Vangelisti dan menggunakan rancangan penelitian kualitatif, penelitian ini menggambarkan tahap-tahap hubungan antarpribadi yang dijalin oleh korban bersama pelaku kejahatan yang dikenalnya melalui Facebook. Dari empat kasus yang diteliti, hubungan korban dan pelaku secara umum menyerupai pola gerakan non-linier, berkembang dari Inisiasi, Mencoba-coba, Intensifikasi, kemudian melompati tahap-tahap Penggabungan, Pengikatan, Pembedaan, Pembatasan, dan Stagnasi, langsung menuju tahap-tahap Penghindaran dan Penghentian.


As of March 2013, Indonesia ranked second of the most Facebook users in Asia. Behind the euphoria of Facebook in Indonesia, a phenomenon was revealed that a number of girls missing after initiating friendships on Facebook. This study discusses the process of adolescent female friendship on Facebook with people who later became known as the perpetrators of the crime upon them.

Using Knapp & Vangelisti?s Stages of Development and Deterioration and with qualitative research design, this study describes the stages of interpersonal relationships built by the victim and the-latter-known offender of crime through their acquaintainceship in Facebook. From four cases studied, victims? and offenders? relationships resemble the patterns of a non-linear motion. The stages are Initiating, Experimenting, Intensifying, skips the stages of Integrating, Bonding, Differentiating, Circumscribing, and Stagnation, straight to Avoiding and Terminating stages.

Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>