Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angelina Sulistio,author
Abstrak :
Konsep diri merupakan bagian penting dari kehidupan seorang anak. Anak dengan konsep diri positif akan merasa dirinya kompeten dalam menghadapi tugas - tugas di sekolah. Anak dengan konsep diri negatif cenderung akan merasa dirinya tidak kompeten atau meragukan kemampuannya untuk meraih prestasi di sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep diri seorang anak dapat mempengaruhi bagaimana anak tersebut berpikir dan bertingkah laku. Salah satu penyebab seorang anak mempunyai konsep diri negatif adalah adanya kekeliruan pola berpikir tentang diri sendiri dan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengubah kekeliruan pola berpikir pada individu adalah melalui Cognitive behavior therapy. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh cognitive behavior therapy dalam meningkatkan konsep diri anak menjadi lebih positif. Terapi dilaksanakan dengan menggunakan program - program cognitive behavior therapy yang telah disusun oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda studi kasus. Metoda yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara, observasi, dan dokumen. Partisipan pada penelitian ini adalah klien Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi UI yaitu; G, anak laki-laki berusia 9 tahun 7 bulan dan memiliki konsep diri negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cognitive behavior therapy mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan konsep diri anak menjadi lebih positif. Namun, peneliti meragukan apakah keberhasilan terapi benarbenar merupakan hasil terapi atau dikarenakan kondisi yang baru terjadi pada G, yaitu penurunan raport dan ia naik kelas. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan terapi dengan jarak yang cukup jauh dengan penerimaan raport kenaikan kelas sehingga anak juga dapat menerapkan langsung coping dan positive self-talk ketika menghadapi ulangan.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Andira Iskandar
Abstrak :
Penelitian ini tentang gambaran pengalaman dan makna pengalaman pada seorang wanita infertil yang mengalami menopause dini dengan menggunakan metode fenomenologis. Partisipan adalah seorang wanita berusia 48 tahun yang mengalami menopause pada usia 38 dan tidak memiliki anak. Proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam tidak terstruktur. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah Giorgi (1985). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat 10 tema pengalaman yaitu antara lain pengabaian, kesadaran, tekanan sosial, usaha, reaksi emosional, pendekatan agama, pasrah. Terdapat lima makna pengalaman, dan yang terpenting adalah pengalaman itu memberikan kesadaran tentang ketidaksempurnaan sebagai individu.
This study focuses on the description of experience and meaning of an infertile woman with early menopause by using phenomenology method. The participant is a 48 years old woman who experienced menopause in age of 38 and has no children. The data collection is acquired by using un-structured deep interview method. The data is analyzed by using the step of Giorgi (1985). This study results 10 themes of experience such as: ignorance, awareness, social pressure, efforts, emotional reaction, religious approach, acceptance. From 10 themes of experience derived 5 meanings of experience where awareness of the imperfection as an individual has become the most important.
2008
S3329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memahami mengapa seorang individu bersedia berkorban dan bertahan dalam situasi perkawinan yang mengalami konflik berkepanjangan. Hal ini menarik untuk diketahui karena kasus ini merupakan hal yang unik ditengah tingginya angka perceraian di Indonesia pada tahun-tahun terakhir, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan untuk konseling perkawinan. Penelitian yang dilakukan terhadap dua orang partisipan ini menggunakan metode penelitian kualitatif (studi kasus). Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui wawancara mendalam (Jn-depth interview) akan dianalisis dengan menggunakan berbagai teori tentang pengorbanan (khususnya dalam perkawinan), karakteristik orang dewasa dalam menghadapi masalah, perkawinan, dan konflik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesediaan untuk berkorban dan bertahan dalam perkawinan yang mengalami konflik berkepanjangan disebabkan oleh tingginya komitmen yang dimiliki kedua partisipan terhadap perkawinannya. Komitmen tersebut didasari oleh orientasi mereka yang bersifat komunal dan jangka panjang, yang merupakan manifestasi dari besamya dominansi superego dan kematangan kepribadian mereka sebagai orang dewasa. Untuk dapat memperkaya penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan menggunakan pendekatan teoretis lain/ sudut pandang yang berbeda untuk memahami kasus yang sama, sehingga pemahaman kita terhadap kasus tersebut menjadi lebih luas, Selain itu, akan lebih baik jika peneliti juga mewawancarai pasangan partisipan untuk mendapatkan data yang lebih kaya tentang konflik perkawinan yang dialami partisipan, memperhitungkan aspek-aspek budaya yang berperan dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri partisipan sebagai pribadi, nilai-nilai yang dimiliki kedua partisipan tentang perceraian, cara kedua partisipan dan pasangarmya dibesarkan oleh kedua orang tuanya, bagaimana kehidupan perkawinan orang tua kedua partisipan dan pasangarmya, latar belakang pendidikan kedua partisipan dan pasangannya, serta pengaruh perbedaan usia dan suku antara kedua partisipan dan pasangannya. Semua hal ini mungkin mempengaruhi gaya konflik kedua partisipan dalam menghadapi konflik perkawinan dan keputusannya untuk mempertahankan perkawinan.
2002
S2810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Kusuma
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan melihat gambaran prasangka diantara siswa yang terlibat tawuran, pada dua sekolah yang dikelola oleh organisasi keagamaan yang berbeda. Menurut Baron & Byrne (1994), prasangka merupakan sikap negatif yang ditujukan pada anggota-anggota suatu kelompok tertentu, dikarenakan keanggotaannya pada kelompok tersebut. Hogg dan Abrams (1988) menyatakan bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk membagi dunia sosialnya menjadi dua kategori Us ^n Them, dan memandang orang-orang di sekitamya sebagai bagian dari kelompoknya {in-group) atau kelompok lain {out-group) dan inilah yang menjadi awal timbulnya sikap prasangka terhadap kelompok out-group. Selanjutnya menurut Myers (1988) prasangka memiliki tiga komponen yaitu kognitif, terdiri dari keyakinan stereotip tentang kelompok outgroup-^ afektif, dimana perasaan emosional negatif mengikuti reaksi kognitif; dan behaviour tendency, yaitu adanya kecenderungan untuk bertingkah laku negatif terhadap target prasangkanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif untuk memahami prasangka-prasangka yang ada secara lebih mendalam serta lebih terperinci sebagaimana subyek mengalaminya di dalam konteks mereka. Subyek penelitian ini adalah 17 orang siswa dari dua sekolah yang dikelola organisasi keagamaan yang berbeda, berlokasi berdekatan dan yang saling bermusuhan serta sering terlibat tawuran. Metode pengambilan data yang utama menggunakan wawancara mendalam, serta observasi sebagai metode penunjang. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dalam permusuhan ini para siswa dari masing-masing sekolah memiliki prasangka terhadap kelompok siswa dari sekolah musuhnya yang berkembang melalui proses kategoii sosial berdasarkan agama yaitu kelompok siswa dan sekolah-sekolah beragama Islam dan beragama Kristen/Katolik, serta accentuation effect dan in-groupfavouritism seperti misainya pembedaan antara kelompoknya yang berkeinginan imtuk damai sedan^an kelompok musuh tidak ingin berdamai dan kelompoknya tidak pemah membawa senjata tajam sedangkan pihak musuh selalu membawa senjata tajam. Prasangka-prasangka siswa SMU X adalah bahwa: siswa musuh membenci dan melakukan penghinaan terhadap agama Islam, siswa musuh mayoritas bersuku Ambon, sekolah musuh memaksakan agamanya terhadap siswa non-Kristen, siswa musuh menggunakan julukan Israel karena menyamakan keberadaannya dengan negara Israel, membawa senjata tajam dalam tawuran, menggunakan susuk agar kebal jika dilukai, berperilaku sadis terhadap lawan tawurannya, dibantu pihak lain dalam tawuran (alumni, siswa beberapa sekolah musuh, anak asrama di depan SMK Y.'orang kampung' beberapa daerah, siswa SMP Y), didukung pihak polisi dan media koran, serta siswa musuh tidak berkeinginan berdamai. Prasangka-prasangka siswa SMK Y adalah bahwa: siswa musuh membenci agama Kristen/Katolik dan suku Ambon, melakukan penghinaan terhadap agama Kristen/Katolik, menggunakan julukan Doski berkaitan dengan agamanya, mempunyai reputasi buruk di perusahaan tempatnya praktek kerja lapangan atau bekeija, melakukan tekanan terhadap siswa baru yang berasal dari SMP Y, menuduh SMK Y membakar A1 Quran, sengaja mencari musuh untuk lawan tawurannya, hanya berani memulai tawuran jika bequmlah banyak, membawa senjata tajam dalam tawuran, berperilaku sadis (sampai membunuh) terhapda lawan tawurannya, guru di sekolah musuh menjadi provokator dalam tawuran, siswa musuh dibantu pihak lain dalam tawuran ('orang kampung' beberapa daerah, siswa SMP musuh, siswa beberapa sekolah musuh), didukung pihak polisi, serta siswa musuh tidak berkeinginan untuk berdamai.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S2840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuthia
Abstrak :
Peneiitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh peer group, dinamika reaksi remaja dalam menghadapi negative peer pressure, serta alasan remaja bereaksi demikian terhadapnya. Hal ini menarik untuk diteliti karena masalah negative peer pressure adalah masalah yang dihadapi oleh sebagian besar remaja, sedangkan tampaknya belum ada peneiitian yang secara khusus menggambarkan reaksi remaja terhadap negative peer pressure. Kebanyakan teori mengenai remaja dan peer group membicarakan mengenai fungsi peer group, pengaruh peer group, dan macam-raacam negative peer pressure yang dialami oleh remaja. Adanya peneiitian ini akan sangat berguna untuk memahami "pergulatan" remaja dalam peer groupnya sehingga dapat dilakukan tindakan preventif agar remaja dapat memberikan reaksi yang tepat terhadap negative peer pressure yang dialaminya. Peneiitian dilakukan pada seorang parlisipan remaja akhir yang mengalami negative peer pressure untuk merokok semenjak ia berada pada masa remaja awal. Metode yang diguna.kan dalam peneiitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat eksploratif, dengan in-depth interview. Basil dianalisis menggunakan teori perkembangan remaja dan peer group. Hasil peneiitian menunjukkan bahwa remaja mengalami pengaruh positif dan negatif dari kelompok. Pengaruh positifpeer grow/? adalah berfungsi sebagai sarana untuk: (1) memperoleh status, popularitas dan identitas, (2) meningkatkan esteem, (3) mengembangkan keterampilan sosial, (4) memperoleh dukungan emosional, (5) memperoleh pengalaman dan infonnasi mengenai dunia remaja, (6) mendapatkan pemahaman untuk dapat melihat hal-hal yang positif dari kehidupan pribadi, (7) mengenali diri sendiri dengan lebih baik. Dalam menghadapi negative peer pressure, reaksi remaja adalah konfonn. Namun keputusan untuk konfonn tidak dibuat begitu saja, melainkan terjadi dinamika dalam reaksi remaja. Alasan remaja untuk konform adaiah karena menginginkan status dan penerimaan dari peer groupnya. Keputusan remaja untuk konform ataupun tidak konform dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu: jumlah orang yang menekan, suara bulat, keterpaduan, persepsi individu terhadap orang yang memberikan tekanan. tanggapan umum, jenis kelamin, self-esteem dan self-confidence, hubungan dengan orang tua, pola asuh, dan ketidak pastian standar bagi suatu perilaku. Dampak negative peer pressure pada remaja berlangsung cukup lama (sampai dua tahun setelahnya) dan dapat menimbulkan masalah perilaku baru pada remaja. Remaja juga mengalami perasaan-perasaan bersalah, berdosa, dan takut karena melakukan apa yang sebenarnya tidak ingin dilakukan olehnya. Perasaan-perasaan ini juga bertahan cukup lama, bahkan sampai remaja lulus dari SMU. Untuk memperkaya penelitian selanjutnya, peneliti dapat mewawancarai lebih banyak partisipan sehingga dapat dibandingkan antara dinamika reaksi satu remaja dengan yang lainnya. Akan sangat baik apabila dapat mewawancarai remaja dari peer group yang sama, sehingga dapat dilihat reaksi remaja yang berbeda terhadap negative peer pressure yang sama. Jenis peer pressure ywgdi dapat dipersempit sehingga penelitian dapat menjadi lebih terfokus dan dalam.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meta Nuclea Ivana
Abstrak :
Tawuran pelajar merupakan fenomena yang telah berlangsung lama dan belum juga terselesaikan. Berbagai macam cara dan pendekatan telah dilakukan guna menangani masalah ini. Menurut Mansoer (1998) tawuran sebagai tingkah laku konflik dapat dijelaskan oleh Social Identity Theory (SIT). Menurut SIT keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok tertentu akan berpengaruh terhadap identitas sosialnya, yang kemudian akan mempengaruhi sikap dan prilakunya kepada sesama anggota kelompok (ingroup) ataupun kepada anggota kelompok lain (outgroup) (Abram & Hogg, 1988). Identitas sosial yang positif dapat dipertahankan melalui perbandingan positif dengan kelompok lain, dimana kepada ingroup akan dilekatkan atribut yang positif, sementara pada outgroup akan dilekatkan atribut-atribut yang kurang menyenangkan dan negatif. (Brewer, 1979; Rosenbaum & Holtz, 1985). Pada saat pandangan negatif terhadap suatu kelompok tertentu menjadi sangat kuat, maka hal itu dapat mengarah pada prasangka terhadap kelompok tersebut. (Abram & Hogg, 1988). Penelitian tentang hubungan identitas sosial dan prasangka antar kelompok memberikan hasil yang berbeda-beda. Secara implisit, SIT menyatakan adanya hubungan antara identitas sosial dan sikap yang positif terhadap ingroup dengan sikap yang negatif terhadap outgroup. (Brewer, 1979; Brown, 1995; Tajfel & Tumer, 1979; Vivian & Berkowitz, 1993; Wilder & Saphiro, 1991). Sementara beberapa penelitian lain menemukan bahwa identitas sosial dan sikap yang positif terhadap ingroup tidak selalu berhubungan dengan sikap yang negatif terhadap outgroup. (Brewer, 1979; Hinkle & Brown, 1990; Kosterman & Feshbach, 1989; Tajfel, Billig, Bundy & Flament, 1971). Pada kasus tawuran antar sekolah, terdapat pandangan bahwa lokasi sekolah yang berdekatan menyebabkan kemungkinan yang lebih besar untuk munculnya konflik. (Mansoer, 1988). Maka, berdasarkan hal tersebut di atas, dilakukan penelitian untuk melihat hubungan identitas sosial dengan prasangka terhadap sekolah musuh dan bukan sekolah musuh pada sekolah tawuran dalam konteks sekolah yang berdekatan. Penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian siswa dari sekolah yang terlibat tawuran. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner identitas sosial, prasangka terhadap sekolah musuh dan prasangka terhadap bukan sekolah musuh. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan digunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara identitas sosial dengan prasangka terhadap sekolah musuh, dan tidak adanya hubungan yang signifikan antara identitas sosial dengan prasangka terhadap bukan sekolah musuh. Adapun saran berkaitan dengan masalah tawuran adalah untuk menurunkan ancaman antar sekolah yang bermusuhan, intervensi pada Basis, menurunkan prasangka antar sekolah dengan melakukan pertemuan damai yang berkesinambungan, serta melakukan penelitian sehubungan dengan intergroup threat guna mengetahui secara empiris pengaruh ancaman tersebut dalam hubungan antar kelompok. Untuk penelitian mengenai identitas sosial dan prasangka selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan mengambil sampel yang lebih besar, dan lebih bervariasi, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih baik. Hendaknya penyusunan alat ukur dilakukan dengan lebih hati-hati, dan hendaknya penelitian juga dilakukan secara kualitatif guna mendapatkan data yang lebih kaya dan lebih mendalam.
2001
S3039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Sri Wulandari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memahami mengapa individu yang telah menikah masih membutuhkan persahabatan lawan jenis, bagaimana persahabatan tersebut mempengaruhi pernikahan mereka dan bagaimana mereka mengatasi pengaruh negatif yang timbul. Hal ini menarik untuk diketahui karena persahabatan dapat memberikan banyak manfaat dan pemenuhan kebutuhan, khususnya kebutuhan akan keintiman, baik bagi individu maupun bagi pernikahannya. Tetapi selain manfaat, persahabatan juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Oleh karena itu perlu diketahui cara-cara untuk mencegah dan mengatasi dampak negatif tersebut, sehingga manfaat persahabatan dapat diperoleh dan dampak negatifnya dapat dicegah. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan untuk konseling pra dan pernikahan. Penelitian yang dilakukan terhadap dua pasang individu yang telah menikah ini menggunakan metode penelitian kualitatif (studi kasus). Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) akan dianalisis dengan menggunakan berbagai teori tentang keintiman, persahabatan (khususnya dalam pernikahan), dan pernikahan itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab individu membina persahabatan adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka yang belum terpenuhi dalam pernikahannya atau untuk memperkaya pemenuhan kebutuhannya. Persahabatan1 yang terbina belum tentu menimbulkan permasalahan dalam pernikahan individu. Hal ini disebabkan karena perbedaan kematangan kondisi keintiman dalam pernikahan individu, dan perbedaan individual, serta berbagai aspek lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Untuk mencegah dan mengatasi dampak negatif yang timbul dari persahabatan ini, pada umumnya akan diselesaikan individu dengan cara berkomunikasi dengan pasangannya. Untuk dapat memperkaya penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan menggunakan pendekatan teoretis lain atau sudut pandang yang berbeda untuk memahami kasus yang sama, sehingga pemahaman yang didapat terhadap kasus tersebut menjadi lebih luas. Selain itu, perlu dikembangkan cara-cara lainnya untuk mencegah timbulnya dampak negatif, mewawancarai sahabat partisipan untuk mendapatkan data yang lebih kaya mengenai kualitas persahabatan yang mereka bina, memperhitungkan kepribadian masing-masing partisipan, aspek-aspek budaya, nilai dan keyakinan individu yang mungkin dapat mempengaruhi tindakan mereka.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S3130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radhitya Dini Rosa
Abstrak :
Keluarga memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan seseorang. Saat yang penting dalam proses perkembangan adalah masa remaja. Masa remaja adalah periode dimana seseorang mengalami kebingungan yang sangat besar akibat perubahan-perubahan yang terjadi. Oleh sebab itu, peran keluarga sangatlah penting bagi remaja. Penelitian telah membuktikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh struktur keluarga dimana mereka tinggal. Dalam kondisi tertentu, perubahan struktur keluarga menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Perubahan yang sering terjadi adalah ketika orang tua bercerai dan kemudian menikah kembali. Kondisi ini tentunya membutuhkan penyesuaian diri. Penyesuaian diri sendiri adalah usaha untuk bertahan dengan mengubah cara diri serta lingkungan untuk memenuhi kebutuhan, mencapai keharmonisan antara tuntunan dan menjalin hubungan yang memuaskan dengan orang lain (Atwater, 1983; Haber & Runyon. 1984; Lazarus, 1976, Schneiders, 1960). Menyesuaikan diri dengan pernikahan orang tua merupakan hal yang sulit bagi anak, terutama yang berusia remaja. Remaja putri akan lebih sulit menyesuaikan diri dengan keluarga tirinya. Penelitian ini memang bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi remaja putri dengan keluarga tiri, penyesuaian diri remaja putri dengan keluarga tiri dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri tersebut. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik, digunakan teori-teori yang dapat memberikan penjelasan mengenai variabel-variabel yang berhubungan dengan penelitian ini Teori tersebut antara lain mengenai penyesuaian diri, remaja, perceraian, keluarga tiri dan penyesuaian remaja dalam keluarga tiri. Teori penyesuaian diri yang digunakan antara lain dari Atwater, Haber dan Runyon, Lazarus serta Schneiders. Perceraian dibahas karena merupakan kejadian yang mendahului pembentukan keluarga tiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe peneiitian studi kasus dengan tiga orang partisipan. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Studi kasus dan metode wawancara memungkinkan peneliti mendapatkan data secara mendalam dan mendetil mengenai pengalaman individu mengenai topik yang diangkat. Data yang diperoleh dari wawancara kemudian dianalisis. Analisis data dilakukan pada setiap kasus dan juga antar kasus. Analisis data terutama dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan keluarga tiri dan masalah-masalah yang dihadapi serta penyesuaian diri yang mengacu pada teori Haber dan Runyon (1984) mengenai karakteristik penyesuaian diri yang efektif. Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah yang dialami tiap remaja putri berbeda-beda. Partisipan A memiliki masalah yang paling sedikit dibandingkan dengan dua partisipan lainnya. Masalah yang dihadapi oleh ketiga partisipan dalam penelitian ini adalah kurangnya kontrol dan tuntunan, masalah komunikasi dan pemecahan masalah, timbulnya konflik dan masalah pada remaja, masalah emosional yang belum terpecahkan, masalah keuangan dan stereotip negatif sari masyarakat. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh ketiga partisipan terdiri dari penyesuaian diri aktif dan pasif. Ketiga partisipan melakukan penyesuaian diri untuk mencapai hubungan yang baik dengan keluarga, terutama orang tua tiri mereka. Dari ketiga subjek, hanya partisipan A yang telah memenuhi semua karakteristik penyesuaian diri efektif dari Haber dan Runyon (1984). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri remaja putri dengan orang tua tiri yaitu pola asuh, hubungan dengan orang tua terutama orang tua ihi, jenis kelamin orang tua tiri, sistem dalam keluarga yang terdiri dari jumlah konflik dan pengawasan orang tua serta orang-orang dekat yang dapat memberi dukungan.
2003
S3135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Patricia Lunanta
Abstrak :
Masa remaja adalah masa dimana ketertarikan seksual dan hubungan dengan lawan jenis (berpacaran) biasanya pertama kali terbentuk. Hal ini menyebabkan remaja berisiko untuk terlibat dalam berbagai perilaku seksual yang biasanya merupakan bagian dari berpacaran. Perilaku seksual remaja dalam berpacaran ini berkaitan dengan nilai-nilai yang dimilikinya, dimana nilai-nilai ini terbentuk karena pengaruh lingkungan sosial remaja, misalnya kebudayaan, institusi sosial (jenis kelamin, usia, kelas sosial, dan ras), pendidikan agama, serta oleh pengalaman personal dan kebutuhan individu. Nilai-nilai seksual ini merefleksikan apa dianggap benar dan salah dari suatu perilaku seksual serta kapan dan bagaimana seksualitas seharusnya diekspresikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran nilai-nilai seksual remaja dalam berpacaran. Dengan demikian pihak yang berwenang (misalnya, orang tua, guru) dapat melakukan intervensi terhadap remaja dalam pembentukan nilai-nilai seksual yang mempengaruhi perilaku mereka. Hal ini dapat membantu remaja memilih perilaku seksual yang tepat dan menyadari akibat dari perilaku seksual mereka. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara individual dengan 25 orang remaja berusia 13-20 tahun yang mempunyai pengalaman berpacaran di Makassar, Depok, dan Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan penelitian secara umum memiliki standar abstinence dalam hubungan seksual sebelum menikah. Selanjutnya, terdapat perbedaan nilai-nilai seksual yang dimiliki oleh partisipan penelitian yang tampaknya sebagian besar berkaitan dengan standar dan hubungan dengan orang tua; standar teman sebaya; sikap dan tingkah laku saudara kandung; gender; serta pengharapan dalam pendidikan. Partisipan yang memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua cenderung menginternalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh orang tuanya, namun sebagian dari partisipan juga menunjukkan kecenderungan untuk membentuk standar yang sesuai dengan standar teman sebayanya. Selanjutnya, partisipan puteri yang memiliki saudara perempuan yang melakukan hubungan seksual pranikah juga melakukan hal yang sama dengan saudaranya. Partisipan putera mempunyai nilai-nilai seksual yang lebih permisif dan perilaku seksual yang lebih bebas dibandingkan partisipan puteri. Ditemukan juga bahwa partisipan yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah ternyata tidak memiliki pengharapan dalam bidang pendidikan. Selain itu, tidak ditemukan secara konsisten faktor-faktor personal dan lingkungan yang mempengaruhi nilai-nilai dan perilaku seksual para partisipan. Pada beberapa partisipan juga tampak adanya ketidakkonsistenan antara nilai-nilai yang dimiliki dengan perilaku seksual mereka. Secara umum, perilaku seksual yang dianggap boleh dan tidak boleh dilakukan oleh partisipan memiliki kesamaan. Perilaku seksual yang boleh dilakukan dalam berpacaran adalah touching (pegang tangan, memeluk), dan kissing (pipi, bibir), dimana partisipan putera juga membolehkanpetting. Di sisi lain, perilaku seksual yang menurut sebagian besar partisipan mutlak tidak boleh dilakukan adalah sexual intercourse, dimana partisipan puteri mengungkapkan bahwa kissing pada leher atau tempat-tempat tertentu, dan petting juga termasuk dalam perilaku seksual yang tidak boleh dilakukan. Terdapat seorang partisipan puteri (19 tahun) dan seorang partisipan putera (20 tahun) yang sudah biasa melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, namun mereka mempunyai alasan yang berbeda. Partisipan puteri melakukan hubungan seksual dengan pasangannya karena ia merasa tengah menjalin hubungan berpacaran yang serius, sebaliknya partisipan putera justru melakukan hubungan seksual dengan pasangan-pasangannya karena ia merasa tidak menjalin hubungan yang serius sehingga tidak perlu bertanggung jawab. Tampaknya nilai-nilai seksual partisipan puteri dipengaruhi oleh saudara sekandungnya yang mempunyai perilaku seksual yang sama, namun partisipan putera tidak mempunyai saudara sekandung yang mempunyai perilaku seksual yang sama dengannya. Kedua partisipan ini tampaknya mempunyai kebebasan sosial yang sangat longgar dalam keluarganya serta hubungan yang tidak terlalu dekat dengan orang tua. Kedua partisipan ini juga tidak menunjukkan adanya pengharapan dalam bidang pendidikan. Untuk melengkapi hasil penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan penelitian lain dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga diperoleh gambaran nilai-nilai seksual remaja dengan sampel yang lebih besar serta analisis yang lebih mendalam lagi mengenai hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya nilainilai seksual tertentu pada remaja.
2002
S3141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Hapsari
Abstrak :
Menurut Erikson (1950 dalam Papalia. 2001), krisis intimacy versus isolation merupakan isu utama yang dialami oleh seorang dewasa muda. Individu yang berada pada masa ini memiliki tugas-tugas perkembangannya, yang salah satunya adalah membina hubungan intim. Namun, ternyata tidak semua individu yang memasuki usia dewasa muda telah mampu menjalin hubungan intim atau berpacaran. Kenyataan ini dipengaruhi oleh perbedaan setiap individu dalam kemampuannya membina hubungan intim. Attachment style dengan orangtua dan self-esteem merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut. Secara teoretis, seseorang yang memiliki secure attachment style dan self-esteem yang tinggi akan berhasil membina hubungan intim. Di lain pihak, seseorang yang memiliki avoidant attachment style maupun amcious-ambivalent attachment style disertai dengan rendahnya self-esteem akan sulit membangun hubungan intim. Oleh karena itu, penelitian. ini bertujuan untuk memperoleh gambaran attachment style dengan orangtua dan self-esteem pada pria dewasa muda yang belum pernah berpacaran. Penelitian ini mengkhususkan pria sebagai partisipan karena terdapat penelitian sebelumnya yang telah meneliti gambaran attachment style dan self- esteem pada wanita dewasa muda yang belum pernah berpacaran. Selanjutnya, penelitian ini juga berusaha memperoleh pemahaman mengenai kebutuhan pria dewasa muda yang belum pernah berpacaran akan keintiman (intimacy). Hal ini dilatarbelakangi oleh keraguan beberapa peneliti terhadap asumsi yang mengatakan bahwa pria, bila dibandingkan dengan wanita, lebih sedikit membutuhkan intimacy ketika menjalin hubungan intim. Padahal, beberapa hasil studi menunjukkan persamaan tingkat intimacy pada pria dan wanita dalam hubungan interpersonal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan anxiousambivalenl dan avoidant attachment style disertai self-esteem yang rendah sulit membina hubungan intim hingga belum pernah berpacaran. Selain dipengaruhi oleh attachment style dan self-esteem. hal-hal yang mempengaruhi kegagalan individu tersebut dalam membina hubungan intim adalah belum siap untuk komitmen berpacaran, menetapkan standar yang terlalu tinggi dalam memilih pasangan, dan belum merasa mandiri secara finansial. Namun, di sisi lain, dimilikinya secure atlachment style dan self-esteem yang tinggi ternyata belum juga menjamin keberhasilan individu dalam membina hubungan intim. Adapun, faktor-faktor yang turut melatarbelakangi keadaan individu ini antara lain pengalaman masa lalu dengan wanita yang kurang menyenangkan, kesibukan dalam berkarir, dan target berpacaran dan menikah yang masih cukup jauh. Walaupun belum berhasil membina hubungan intim, semua individu dalam penelitian ini ternyata tetap membutuhkan keintiman. Hal ini tergambar dengan pernyataan seorang individu bahwa ia membutuhkan kehadiran seorang pacar yang dengannya ia dapat saling berbagi pengalaman suka dan duka, sekaligus memiliki hubungan yang lebih dekat dan terbuka dengan orang lain selain keluarganya.
2003
S3201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>