Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana Dzakira Edwar
"Disfungsi seksual perempuan merupakan gangguan yang terjadi pada fungsi seksual perempuan sehingga dapat mengganggu kegiatan seksual dan menyebabkan tekanan intrapersonal. Disfungsi seksual perempuan secara umum memiliki prevalensi sebesar 40,9% pada perempuan pre-menopause di dunia. Disfungsi seksual pasca persalinan dapat terjadi setelah proses persalinan dan mengganggu fungsi seksual perempuan serta berdampak pada psikologis dan hubungan dengan pasangan. Disfungsi seksual pasca persalinan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah operasi Caesar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan disfungsi seksual dengan pasca operasi Caesar.
Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling menggunakan Female Sexual Function Index (FSFI-6) dan pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS versi 20. Uji analisis menggunakan uji Chi Square dan Fisher’s exact test.
Secara statistik, hubungan disfungsi seksual dengan metode persalinan secara Caesar tidak signifikan (OR=2,750; IK 95%=0,771-9,808; P=0,111). Faktor lain yang diteliti (usia, status pendidikan, dan status pekerjaan) juga secara statistik tidak signifikan (p>0,05).
Hubungan disfungsi seksual dengan metode persalinan secara operasi Caesar secara statistik tidak signifikan. Namun, berdasarkan nilai OR operasi Ceasar memiliki risiko 2,750 kali lipat meningkatkan kejadian disfungsi seksual.

Female sexual dysfunction is a disorder that occurs in a woman's sexual function that can interfere with sexual activity and cause intrapersonal distress. Female Sexual dysfunction has a prevalence of 40.9% in pre-menopausal women in the world. Postpartum sexual dysfunction can occur after childbirth and have an impact on psychological and relationships with partners. Postpartum sexual dysfunction is influenced by many factors, one of which is the Caesarean section.
This study aims to identify the relationship between sexual dysfunction and post- Caesarean section.
This study uses cross-sectional study design. Sample is obtained by consecutive sampling using Female Sexual Function Index (FSFI-6) questionnaire and the data is processes through SPSS version 20. Statistical analysis test used in this study are Chi Square test and Fisher’s exact test.
Statistically the relationship between sexual dysfunction and delivery method by Caesarean isnot significant (OR = 2.750; 95% CI = 0.771-9.808; P = 0.111). Other factors studied (age, educational status, and employment status) are also statistically insignificant (p> 0.05).
The relationship between sexual dysfunction and delivery method by caesarean section is not statistically significant. However, based on the OR value, Caesarean surgery has a 2,750-fold risk to increased the accident of female sexual dysfunction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Maria Prajna Saraswati
"Latar belakang: Depresi pasca persalinan merupakan komplikasi neuropsikiatrik yang paling sering terjadi pada ibu pasca bersalin. Depresi pasca persalinan memiliki insidensi 10-15% di dunia dan prevalensi 2,32% sampai 22,35% di Indonesia. Depresi pasca persalinan seringkali luput didiagnosis sehingga ibu dengan depresi beserta bayinya tidak mendapatkan tata laksana yang sesuai. Depresi pasca persalinan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana salah satunya adalah operasi Caesar.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan depresi pasca persalinan dengan operasi Caesar.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross-sectional). Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling melalui kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dan pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS versi 20. Uji analisis menggunakan uji Chi Square dan Fisher’s exact test.
Hasil dan simpulan: Secara statistik, hubungan depresi pasca persalinan dengan metode persalinan secara Caesar tidak signifikan (OR=1,575; IK 95%=0,484- 5,123; p=0,448). Faktor lain yang diteliti (usia, status pekerjaan, status pendidikan) juga secara statistik tidak signifikan (p>0,05).

Background: Postpartum depression is the most prominent neuropsychiatric complication in postpartum mothers. The incidence of postpartum depression is 10-15% around the world, meanwhile the prevalence in Indonesia is 2,32% to 22,35%. Postpartum depression diagnosis is usually missed which causes inadequate treatment for mothers and their baby. Postpartum depression is influenced by many factors, one of which is Caesarian section.
Goal: This study aims to identify the relationship between postpartum depression and Caesarian section.
Method: This study uses cross-sectional study design. Sample is obtained by consecutive sampling using Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) questionnaire and the data is processes through SPSS version 20. Statistical analysis test used in this study are Chi Square test and Fisher’s exact test.
Result and conclusion: Statistically, the relationship between postpartum depression and Caesarian section is not significant (OR=1,575; IK 95%=0,484- 5,123; p=0,448). Other factors that were included in this study (age, employment status, and education) are also statistically not significant (p>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Febrina Inpresiana
"ABSTRAK
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan stigma
tenaga kesehatan Indonesia, khususnya Jakarta mengenai Ibu HIV yang melaksanakan
pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayinya (PMTCT)
Metode : Seratus tiga tenaga kesehatan yang bekerja di bidang obstetri dan ginekologi pada
RSCM, RS. Fatmawati, RSU Tangerang dan RS Persahabatan terutama yang bekerja di
kamar bersalin, ruang rawat, poliklinik dan ruang operasi yang diambil dari data rumah sakit
dengan cara consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi , dilakukan wawancara
terpimpin . Kuesioner tersebut telah dilakukan validasi pada tiga puluh orang tenaga
kesehatan . Dari jawaban kuesioner tersebut akan menggambarkan data pengetahuan
tentang HIV dan PMTCT, stigma , ketakutan dan diskriminasi tenaga kesehatan , yang
kemudian akan dilakukan analisa bivariat serta multivariat yang terkait dengan stigma tenaga
kesehatan tersebut.
Hasil : Kami mendapatkan tingkat pengetahuan yaitu 89 orang (80,9%) memiliki
pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS. Akan tetapi pengetahuan khusus mengenai
PMTCT responden memiliki pengetahuan yang buruk, hanya 8 orang (7,7%) yang
menjawab benar. Dalam penelitian ini juga didapatkan faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat pengetahuan yaitu tipe tenaga kesehatan, umur, lama berkerja, serta tingkat
pendidikan. Penelitian kami juga mendapatkan stigma (skor stigma tinggi) pada 65
responden (63,1%). Dilakukan analisis untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya stigma dan didapatkan umur, lama menjadi tenaga kesehatan, lama bekerja di RS
saat ini, tingkat pendidikan serta keikutsertaan pelatihan HIV/AIDS. Kami mendapatkan
skor ketakutan dibagi menjadi ketakutan rendah pada 47 responden (42,7%) dan ketakutan
tinggi pada 63 responden (57,3%). Pada penelitian ini tidak didapatkan responden yang
menyatakan tidak pernah pada 9 buah pertanyaan tentang diskriminasi, sehingga semua
responden dikategorikan sadar melakukan diskriminasi.
Kesimpulan : Pada penelitian ini kami mendapatkan hampir semua responden memiliki stigma
terhadap HIV/AIDS. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya stigma maka
diperlukan pelatihan HIV/AIDS untuk semua tenaga kesehatan yang modulnya disesuaikan
dengan umur, tingkat pendidikan serta jenis tenaga kesehatan yang terlibat.

ABSTRACT
Objective : To capture descriptive of knowledge level and stigma among health care
provider in Indonesia that focused in Jakarta concerning HIV positive mother
who received PMTCT program.
Methode : one hundred and three health care provider who worked at Obstetric and
gynecologic divivion at Fatmawati hospital, Tangerang hospital and
Persahabatan hospital and served in delivery room, ward, outpatient clinic, and
operating theatre consisting doctors, nurses and midwives were interviewed
with quesioner that measure knowledge, fear, stigma and discrimination among
them. Data were analyzed to get factors that related to stigma.
Result : Good level of knowledge was found in 89 providers (80,9%), only 8
providers (7,7%) have good knowledge in PMTCT. High level of stigma was
measured in 65 providers (63,1%). Factors that related to level of knowledge
are type of service provider, age, length of time as provider and level of
education. We found factors that related to stigma are age, length of time as
provider, length of time in current job, level education and trained in
HIV/AIDS.
We get a scared scores were divided into low fear in 47
respondents (42.7%) and fear of height in 63 respondents (57.3%). In this study
found no respondents who claimed never to 9 questions about discrimination,
so that all respondents are categorized conscious discrimination.
Conclusion : we revelead that almost all provider have stigma in HIV.AIDS. Training in
HIV/AIDS is important to reduce stigma and the programs should be adjusted
with age, level of education, and type of service providers."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi
"Metode: Pasien HIV yang melahirkan di RSUPNCM dan RSPI Sulianti Saroso periode Oktober 2012 hingga Maret 2013 masuk sebagai subyek penelitian. Subyek dilakukan skrining depresi dengan EPDS dan untuk mengukur dukungan sosial yang diberikan dengan KDS. Analisis statistik menggunakan uji Fisher, Chi-Square dan uji T tidak berpasangan.
Hasil: Sebanyak 34,1% subyek yang mengalami depresi pascapersalinan. Dimana didapatkan bahwa 40% yang mengalami depresi pascapersalinan tersebut tidak mendapatkan dukungan sosial yang baik. Dari karakteristik subyek yang mengalami depresi tersebut, 70% dari kelompok umur 20-35 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, 56.7% subyek yang mengalami depresi pendidikannya rendah. Dari status paritas didapatkan 70% yang mengalami depresi pascapersalinan yaitu primipara.
Kesimpulan: Dukungan sosial merupakan efek protektif terhadap terjadinya depresi pascapersalinan pada pasien HIV

Objective : this study aim to evaluate the relation between social support given to HIV patients with the incidence rate of postpartum depression among them.
Methods : All HIV patients who was having delivery in RSUPNCM and Sulianti Saroso the period October 2012 to March 2013 entered as research subjects. We performed depression screening with the EPDS and to measure the social support provided by KDS. Statistical analysis was using Fisher's exact test, Chi-square and unpaired t test.
Results : We found total of 34.1% of subjects experienced postpartum depression, in which 40% did not received proper social support. By demographics characteristics of the subjects who experienced depression, 70% was in group of age 20-35 years, 56.7% of subjects with low education level and 70% was primiparous patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Fausihar
"ABSTRAK
Telah diketahuinya PMTCT sebagai cara menurunkan angka transmisi vertikal ibu hamil HIV ke anaknya. Sejauh mana langkah-langkah PMTCT yang dilakukan di RSCM adalah dengan melihat luarannya yaitu status Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada anak. Oleh karena itu kami mencari adanya perbedaan transmisi vertikal pada anak dari ibu hamil HIV positif pada PMTCT tidak lengkap dengan lengkap serta faktor-faktor yang mempengaruhi.
Ini merupakan penelitian Kohort retrospektif dengan mengambil data dari rekam medis dan/atau menghubungi ibu dengan HIV dan anaknya dari Januari 2010-Februari 2012, secara retrospektif diambil. Dikumpulkan karakteristik dari para subjek, program PMTCT yang didapat dan faktor-faktor risiko sesuai dengan literatur sebelumnya yang mempengaruhi transmisi vertikal.
Terdapat 75 ibu hamil dengan HIV positif namun hanya 54 pasang ibu-anak (72%) dengan data yang lengkap. Pada 27 ibu hamil yang mendapat PMTCT lengkap tidak ditemukan transmisi vertikal, sedangkan pada 27 ibu hamil lainnya dengan PMTCT tidak lengkap ditemukan 7 anak positif HIV. Dengan regresi logistik didapatkan hanya ketuban pecah ≥ 4 jam yang menjadi faktor risiko terjadinya transmisi vertikal (p 0.001, RR 64.5, CI 95% 6.14-677.6, uji regresi logistik).
Terdapat perbedaan bermakna antara PMTCT tidak lengkap dan lengkap dan dengan melakukan PMTCT lengkap dapat memberikan efek protektif terhadap terjadinya transmisi vertikal sebesar 25.9% (RR 0.741).

ABSTRACT
PMTCT program has been known as a way to decrease the rate of vertical transmission of HIV pregnant women to their children. The extent to which the steps are performed in the RSCM was to look at the HIV status in their children. Therefore this study analyzed any differences on vertical transmission in group with incomplete program and group with complete program as well as the factors influencing completion.
This was a retrospective cohort study performed by data collection from medical records and / or interviews with the HIV-infected women from January 2010-February 2012. Variables analyzed were characteristics of the subjects, applied PMTCT program and risk factors that affect transmission.
Seventy-five pregnant women with HIV-positive were initially recruited, but 21 subjects were excluded due to incomplete medical record. In first group (n=27) who received complete PMTCT, the vertical transmission were not found, while the second group (n=27) with incomplete PMTCT, seven children were HIV- positive. Rupture of membrane lasted for more than 4 hours was the only significant risk factor for vertical transmission (p 0.001, RR 64.5, CI 95% 6.14-677.6, logistic regression test).
There was a significant difference between complete and incomplete PMTCT program. Complete PMTCT program may provide protective effect against the occurrence of vertical transmission of 25.9% (p 0.010, RR 0.741, CI 95% 0.593-0.926, Fisher’s test)."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendri Dewita Danarti
"ABSTRAK
TUJUAN: Mengetahui bahwa USG transperineal dapat memprediksi keberhasilan persalinan pervaginamLATAR BELAKANG: Penurunan kepala yang tidak maju merupakan salah satu parameter untuk memprediksi partus tak maju atau partus macet, yang pada akhirnya memerlukan persalinan dengan seksio sesaria. Ketidakakuratan penentuan penurunan kepala janin dapat menyebabkan partus macet sering ditegakkan yang akan meningkatkan angka persalinan seksio sesaria. Dibutuhkan metode baru yang dapat memprediksi keberhasilan persalinan dengan tingkat kemungkinan tinggi atau rendah untuk kesuksesan persalinan pervaginam. Penentuan penurunan kepala yang tepat pada saat fase aktif sangat dibutuhkan, dan penggunaan ultrasonografi intrapartum sebagai alat bantu diagnostik sangat dibutuhkan. Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan ultrasonografi transperineal intrapartum akurat dalam menilai sudut kemajuan dan jarak kepala ndash; perineum sehingga dapat memprediksi keberhasilan persalinan pervaginam.DESAIN DAN METODE: Penelitian ini merupakan uji prognostik dengan desain Kohort yang berlangsung pada bulan Maret hingga Mei 2016 di RSU Daerah Karawang. Dengan kriteria inklusi adalah perempuan hamil aterm, presentasi kepala dan janin tunggal hidup yang sedang dalam persalinan kala I aktif, dan yang menjadikan kriteria eksklusi adalah malpresentasi, disproporsi kepala-pelvik, pengakhiran kehamilan dengan seksio sesaria pada saat pemantauan dengan indikasi bukan karena persalinan macet. Subyek penelitian sebanyak 323 orang, dilakukan pemeriksaan ultrasonografi transperineal, dilakukan pengukuran jarak kepala-perineum dan sudut kemajuan pada saat fase relaksasi diantara kontraksi dan dipastikan kandung kemih kosong. Sebelumnya telah dilakukan uji kesesuaian antar observer. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney, dan dicari masing ndash; masing titik potong optimal menggunakan ROC. Dari berbagai titik potong dilakukan analisis bivariat, seleksi variabel dimasukkan dalam analisis multivariat bila p < 0,25 , dan kualitas hasil dilihat dari nilai Area Under Curve AUC .HASIL: Sebanyak 306 subyek melahirkan spontan dan 13 subyek melahirkan berbantu alat. 4 subyek 1,3 melahirkan dengan seksio sesaria. Didapatkan titik potong untuk jarak kepala ndash; perineum adalah 43,5 mm, sensitivitas 91 , spesifitas 78 , sebanyak 89 lahir pervaginam dan dengan Area Under Curve untuk memprediksi persalinan pervaginam adalah 82 IK 95 , 69 - 95 p < 0.01 . Sedangkan titik potong sudut kemajuan sebesar 1070 dengan sensitifitas 80 , spesifitas 97 sebanyak 75 lahir pervaginam dan dengan Area Under Curve 96,4 IK 95 , 87- 99 p < 0.01 untuk memprediksi persalinan pervaginam.KESIMPULAN: Jarak kepala ndash; perineum dan sudut kemajuan dapat memprediksi keberhasilan persalinan pervaginam
ABSTRAK
Aim To evaluate the use of transperineal ultrasound in order topredict the successfulness of vaginal deliveryDesign and Methodology This is a prognostic study usingcohort design conducted in Karawang district hospital withinMarch until May 2016. Inclusion criteria include termpregnancy, singleton live head presentation, active phase oflabor. Using transperineal ultrasound, fetal head perineumdistance, and angle of progression within relaxation phasebetween contraction was being calculated. Analysis was carriedout using Mann Whitney test, and optimal cut off was foundusing ROC.Result s There are 306 subjects was delivered vaginally. Cutoff for fetal head perineum distance as a predictor of vaginaldelivery is 43,5 mm sensitivity 91 , specificity 78 , withArea under curve is 82 95 CI 69 95 , p 0,01 whileangle of progession is 1070 sensitivity 80 , specificity 97 ,with Area under curve is 96,4 95 CI 87 99 , p 0,01 .Conclusion Fetal head perineum distance and angle ofprogression can predict the successfulness of vaginal delivery."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robertus Dimitri Haryo Prabowo
"Latar Belakang: Persalinan prematur merupakan salah satu penyebab kematian anak dibawah lima tahun terbesar di dunia dan penentu kesehatan jangka panjang pada anak. Di Indonesia rata-rata persalinan prematur setinggi 15,5 per seratus kelahiran bayi. Aktivitas fisik ibu hamil pada satu bulan terakhir merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelahiran bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat aktivitas ibu hamil terhadap kejadian persalinan prematur.
Metode: Penelitian cross-sectional ini dianalisis dengan uji Chi-Square. Pemelitian ini menggunakan kuisioner Pregnancy Physical Activity Questionare yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan divaldasi pada penelitian sebelumnya yang serupa. Rasio Prevalensi dan Confiende Interval. Selain itu dilihat pula analisis bivariat dengan menambahkan hubungan kejadian persalinan prematur dengan faktor-faktor lainnya.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan sampel ibu melahirkan dengan hasil 36 ibu dengan persalinan prematur dan 24 ibu dengan persalinan aterm. Mayoritas sampel tergolong aktivitas sedenter. Analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan persalinan prematur tidak bermakna secara statistik p=0,957 dengan rasio prevalensi 0.933. Faktor-faktor lain yang juga diuji tidak memiliki hubungan bermakna.

Introduction: Preterm labor is one of the cause of death to children under five years in the world and one of the indicator of children health for a long term. In Indoneisa the rates of Preterm labor is 15.5 of a hundred birth. Physical activity at pregnant women for their last month is one of the important factor which can influence the outcome of the labor. This research purpose is to know if physical activity at pregnant women for their last month can affect preterm labor occurence.
Method: This cross sectional study used Chi Square test. This reseacrh are using Pregnancy Physical Activity Questionnaire that has been translated to Indonesia language and validated from another similar research. Prevalance Ratio and Confidence Interval. Along with physical activity,the other factor will be analyzed with bivariat technique.
Results: There are 36 mother with preterm labor and 24 mother with aterm labor. The most of sample categorized in sedentary activity. The analyzed result of relation between physical activty show that there are no statistical significant difference p 0,957 with Prevalence Ratio 0,933. Another factor which already tested are also no statistical significant difference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Eka Putri
"ABSTRAK
Masalah kesehatan anak masih menjadi perhatian bagi dunia, termasuk masalah pemenuhan gizi. Salah satu aspek yang menggambarkan pencapaian pemenuhan gizi adalah melalui presentase pemberian Inisiasi Menyusui Dini IMD dan ASI eksklusif. Pelaksanaan IMD di Indonesia masih belum mencapai target dan kurangnya informasi dan motivasi kepada ibu hamil menjadi salah satu penyebab utama rendahnya praktik pemberian IMD dan ASI eksklusif di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai adanya dampak pemberian edukasi laktasi prenatal IMD terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita hamil mengenai IMD. Penelitian ini menggunakan teknik uji eksperimental dengan membandingkan kelompok intervensi yang diberikan edukasi laktasi prenatal mengenai IMD dengan kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner pretest dan posttest. Hasil uji mc nemar didapatkan nilai p sebesar < 0.0001 pada perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi dan nilai p sebesar 0.109 pada perubahan sikap sebelum dan sesudah intervensi. Pada hasil perubahan perilaku didapatkan bahwa seluruh ibu hamil dalam kelompok intervensi memiliki perilaku yang baik setelah diberikan intervensi. Sebagai kesimpulan, terdapat perbedaan bermakna pada pengetahuan dan perilaku mengenai IMD pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan edukasi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan tidak ditemukan perbedaan bermakna pada sikap mengenai IMD pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan edukasi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

ABSTRACT
Children 39s health problems are still a major concern, including nutrition problem. One aspect that illustrates the accomplishment of nutrition fulfillment is through the percentage of early initiation of breastfeeding IMD and exclusive breastfeeding. Implementation of IMD in Indonesia still has not reached target which lack of information and motivation to pregnant mother become one of the main cause of this condition. This study aims to find out about the impact of prenatal lactation education on the improvement of knowledge, attitudes and behavior of pregnant women about IMD. This study uses experimental test techniques by comparing the intervention group provided with prenatal lactation education about IMD with the control group. Data were collected using pretest and posttest questionnaires. The result of the test was obtained p value."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vetta Fegitalasky
"Latar belakang: Memberikan edukasi dan memberikan kesempatan pasien untuk
berpartisipasi pada pengambilan keputusan merupakan kunci keberhasilan
hubungan dokter dengan pasien. Oleh karena itu diperlukan komunikasi antar
dokter dan pasien untuk mendiskusikan tatalaksana medis. Untuk menilai
pemahaman pasien terhadap suatu prosedur, diperlukan alat bantu misalnya dalam
bentuk kuesioner. Saat ini belum ada kuesioner standar di Indonesia maupun
internasional untuk menilai pemahaman pasien mengenai seksio sesarea. Untuk itu
peneliti merasa perlu untuk membuat suatu kuesioner untuk menilai pemahaman
pasien terhadap prosedur seksio sesarea
Tujuan: (1) Membuat kuesioner yang dapat menilai pemahaman pasien terhadap
edukasi pra tindakan operasi seksio sesarea, (2) kuesioner dapat dipakai sebagai
sarana untuk mengetahui pemahaman pasien sebelum dilakukan edukasi
pratindakan seksio sesarea, (3) Kuesioner ini akan digunakan untuk penelitian
selanjutnya yaitu untuk membandingkan pemahaman pasien yang diberikan
edukasi dengan alat bantu video edukasi dan pasien yang diberikan edukasi standar.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, yaitu membuat suatu
kuesioner baru. Validasi dilakukan dengan uji validasi isi oleh panel expert, uji face
validity dan uji validitas konstruk. Kuesioner terdiri atas 28 butir pertanyaan pilihan
ganda. Pengujian validitas konstruk dengan menilai item discimination dan item
difficulty. Analisis uji validitas penelitian ini menggunakan korelasi Bivariat
Pearson yang diolah dengan program SPSS versi 20.
Hasil: Penelitian dikatakan valid apabila r-hitung > r-tabel. Pada perhitungan rtabel
didapatkan nilai koefisien 0,207. Hasil penelitian kami, berdasarkan nilai rhitung
>0,207 yaitu sebanyak 19 dari 28 butir soal kuesioner dinyatakan valid.
Tingkat reliabilitas yang kami dapatkan sebesar 0,551.
Kesimpulan: Kuesioner pemahaman pasien terhadap tindakan seksio sesarea
menghasilkan 19 butir kuesioner yang valid dan dapat digunakan sebagai alat untuk
menilai pemahaman pasien sebelum operasi seksio sesarea.

Background: Patients education prior cesarean section is a success key in doctorpatient
relationship. Therefore, good communication to discuss medical procedure
is needed. An instrument such as questionnaire is important to evaluate patients
knowledge of medical procedure. Nowadays, theres no standard tool to evaluate
patients knowledge of cesarean section, neither here in Indonesia, nor in abroad.
Hence, we need to create a new questionnaire to evaluate it.
Objective: (1) To make a questionnaire that can evaluate patients knowledge of
cesarean section, (2) The questionnaire can be use as a tool before doctors educate
patients during informed consent, (3) The questionnaire could be use again in the
next research, to compare patient with standard informed consent and with
educational video.
Method: This is a pilot study to create a new questionnaire about patients
knowledge of cesarean section. We conduct a validation test which are content
validity, face validity and construct validity. The questionnaire has 28 item, with
multiple choice questions type. To measure construct validity, we analyze item
discrimination and item difficulty. Data was processed using SPSS version 20 to
analyze pearson bivariate correlation.
Result: This questionnaire is valid if pearsons r-count > r table. We determine the
r-table is 0.207. Hence, the value was valid if the coefficien is >0.207. Using SPSS
version 20, there are 19 from 28 items which are valid. The reliablity of this
questionnaire is 0.551.
Conclusion: This questionnaire result in 19 valid items and it can be use as a tool
to evaluate patient knowledge before cesarean section."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Adya Firmansha Dilmy
"Latar Belakang: Spektrum Plasenta Akreta (SPA) merupakan salah satu komplikasi obstetri dengan tingkat morbiditas yang tinggi. 3D Power Doppler telah banyak digunakan untuk meningkatkan diagnosis SPA, seperti menggunakan Plasenta Akreta Indeks, tetapi hanya mengukur secara kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan kuantitatif indeks vaskularisasi plasenta terhadap temuan makroskopik, grading histopatologi, dan perdarahan intraoperatif pada kasus SPA.
Tujuan: Mengetahui hubungan indeks vaskular (vascular index / VI), indeks aliran (flow index / FI), dan indeks aliran vaskular (vascular flow Index / VFI) dengan diagnosis klinis, jumlah perdarahan dan temuan histopatologi SPA di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Metode: Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada 34 wanita, yang secara klinis didiagnosis dengan SPA. Power Doppler 3D yang dikombinasikan dengan perangkat lunak VOCAL II digunakan untuk mengukur tingkat indeks vaskularisasi (VI), indeks aliran (FI), dan indeks aliran vaskularisasi (VFI). Gambaran gross anatomy dan hasil histopatologi yang dikategorikan sebagai akreta, inkreta, dan perkreta. Tingkat kehilangan darah intra-operatif diukur dan diklasifikasikan sebagai perdarahan masif diatas 1500 ml. Data kemudian dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 25.
Hasil: Median (min-max) untuk semua indeks vaskularisasi sebagai berikut: VI = 44,2 (23,7-74,9), FI = 35,4 (24,9-57), dan VFI = 15,3 (8,5-41,7). Nilai FI ditemukan signifikan dalam membandingkan tahap makroskopis (p =0,015) dan memiliki korelasi positif sedang dalam kaitannya dengan perdarahan (r =0,449). hasil analisa AUC of ROC VI, FI, dan VFI nilai batas terbukti sangat terkait dengan kehilangan darah 1500cc yaitu dengan hasil FI dengan nilai AUC of ROC 0.784, nilai cut off ≥38.9, OR: 10.00 (IK95% [1.58-63.09], p =0.014),
VI dengan nilai AUC of ROC 0.712, nilai cut off ≥60.4, OR: 7.00 (IK95% [1.23-39.56], p =0.031), dan
VFI dengan nilai AUC of ROC 0.779, nilai cut off ≥23.2, OR: 9.16 (IK95% [1.53-54.59], p =0.015).
Kesimpulan. Indeks Vaskularisasi Plasenta (FI) yang diukur dengan Power Doppler 3 dimensi dapat menjadi pemeriksaan tambahan Diagnostik SPA yang berpotensi dapat memprediksi kedalaman invasi SPA secara intra-pembedahan, jumlah perdarahan dan kemungkinan akan didapatkannya perdarahan masif pada pembedahan SPA
Kata Kunci. Plasenta akreta, 3D Power Doppler, indeks vaskular, indeks aliran, indeks aliran vaskular, perdarahan intraoperasi, histologi akreta

Background: Placenta Accreta Spectrum (PAS) is an obstetrical complication with a high level of morbidity. The 3D Power Doppler method has been widely used to improve the PAS diagnosis, such as using Placenta Accreta Index, but it only measures qualitative features. Therefore, this study aims to understand the relationship of quantitative placental vascular indices towards macroscopic findings, histopathological grading, and intra-operative blood loss in cases of PAS disorder.
Objectives: Knowing the relationship between vascular index (VI), flow index (FI), and vascular flow index (VFI) with clinical diagnosis, amount of bleeding and histopathological findings of SPA at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: A cross-sectional study was conducted in 34 women, who were clinically diagnosed with PAS. The 3D Power Doppler in combination with VOCAL II software was used to measure the level of vascularization index (VI), flow index (FI), and vascularization flow index (VFI). Gross anatomical appearance and histopathology results were categorized as accreta, increta, and percreta. Intra-operative blood loss level was measured and classified as massive hemorrhage if it was≥1500 ml. Data were then analyzed using Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 25.
Results: The median (min-max) for all vascularity indexes as follows: VI = 44.2 (23.7-74.9), FI = 35.4 (24.9-57), and VFI = 15.3 (8.5-41.7). FI value was found to be significant in comparing gross pathological stages (p=0.015) and had a moderate positive correlation in relation to blood loss (r= 0.449). the results of the AUC of ROC VI, FI, and VFI analysis above the cut-off values were shown to be strongly associated with blood loss ≥1500cc the results obtained:
FI with AUC of ROC value of 0.784, cut off value 38.9, OR: 10.00 (IK95% [1.58-63.09], p = 0.014),
VI with AUC of ROC value of 0.712, cut off value 60.4, OR: 7.00 (IK95% [1.23-39.56], p = 0.031), and
VFI with AUC of ROC value of 0.779, cut off value 23.2, OR: 9.16 (CI95% [1.53-54.59], p = 0.015).
Conclusion: Flow index (FI) value from 3D Power Doppler ultrasound may become a potential diagnostic marker to predict the depth of PAS invasion prior to surgery, along with the level of blood loss intra-operatively.
Keywords: Placenta accreta spectrum (PAS), Ultrasound markers, Vascularization, Macroscopic, Histopathology, Blood loss, 3D Power Doppler Biopsy, Vascular Index, Flow Index, Vascular Flow Index
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>