Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frassminggi Kamasa
Abstrak :
Perang Korea adalah perang yang dimandatkan antara Korea Utara dengan dukungan Uni Soviet melawan Korea Selatan dengan dukungan Amerika Serikat. Latar belakang perang Korea dapat diselidiki pada pemisahan Korea oleh AS dan Soviet pada pendudukan mereka di Semenanjung Korea pada akhir Perang dunia II. Kebijakan pendudukan AS dan Soviet kepada dua Korea ditandai oleh perbedaan ideologi dan sistem politik, perpecahan antara kekuatan kiri dan kanan yang mendalam di semenanjung Korea dan konsolidasi pemisahan wilayah lebih lanjut. Kaum kiri dalam kasus Korea tidak termasuk komunis, karena kiri lebih beraliran sosialis nasionalis dan kelompok non-eksterm kanan. Walaupun begitu perbedaan ini tidak secara ketat berlaku karena kiri sering juga dianggap komunis. Kanan jelas merujuk kepada kaum kapitalis nasionalis. Bersama dengan pertentangan ideologi, friksi antara kekuatan yang menentang kekuatan eksternal dengan kekuatan yang mendukungnya membentuk secara fundamental sebab konflik. Lebih dari itu, perbedaan kebijakan luar negeri AS dan Uni Soviet kepada selatan dan utara Korea setelah okupasi mereka menjadi bagian esensial sebab perang. Kebijakan luar negeri AS dan Uni Soviet kepada Korea bersifat inkonsisten dan kurang sungguh-sungguh. Eropa sebagai pintu depan sementara Asia, khususnya Korea adalah pintu belakangnya. Pernah AS menganggap Korea tidak lebih dari tambahan untuk keamanan dan pertahanan Jepang. Dengan kata lain, Korea dikeluarkan dari daftar target area kebijakan besar AS dan hanya sebagai sasaran kedua dari politik luar negeri AS. Hal ini sebagian karena jarak yang jauh antara kedua Negara dan sebagian lagi karena asumsi secara strategik Korea hanya bernilai kecil. Perbedaan yang tajam terjadi dengan Soviet. Secara historis Soviet mempunyai kepentingan yang dalam di Korea, untuk melindungi Soviet dari serangan luar. Semenanjung Korea, khususnya Korea utara telah menjadi vital bagi kepentingan ideologi dan sasaran strategik Soviet demi untuk melindungi hak yang telah ia dapatkan dari Manchuria sebagai hasil dari deklarasi perang melawan Jepang di akhir Perang Dunia II. Hal ini dilakukan setelah Soviet megalami hubungan sulit dengan pengaruh AS di Jepang dan Korea Selatan, dan pengaruh Komunis yang tumbuh di Cina. Dalam pengertian ini, kebijakan Soviet kepada Korea Utara tetap konsisten dari awal. Pendudukan Soviet di Utara Korea dan kemudian bantuan program kepadanya merupakan bagian dari usaha untuk menciptakan pengkalan di Korea Utara untuk digunakan sebagai penyebaran kepentingannya dan pengaruh ideologinya di tempat lain di Timur jauh. Rezim Korea Utara sejak awal mengikuti Soviet, rezim Korea Utara adalah wakil Soviet yang memerintah Korea utara demi melayani sasaran dan kepentingan nasional Soviet. Fakta bahwa Kim II Sung dan pengikutnya adalah wakil Soviet karena terdiri dari orang-orang yang diundang Moskwa untuk pelatihan politik saat perang Dunia II dan mereka mempunyai kewarganegaraan Soviet adalah hal penting dari teori ini (kekuasaan wakil). Soviet membiarkan wakilnya memaksa dan menguasai partai, komite rakyat dan angkatan bersenjata Korea utara dengan ancaman kekerasan, dan kemudian memasukkan wilayah Korea Utara dalam lingkup pengaruh Soviet. Kebijakan Soviet kepada Korea Utara dengan menjadikan rezim Korea utara menjadi ultra kiri, agresif dan provokatif. Adalah karena penagruh dari kebijakan Soviet, Korea Utara memaksakan kebijakan dasar demokratik untuk megkomuniskan selatan Korea. Skema Soviet untuk menjadikan utara Korea menjadi pangkalan strategik melawan AS tepat sama sengan kebijakan dasar demokratik Kim II Sung yang bertujuan untuk menyiapkan revolusi komunis di selatan. Hal ini oleh Soviet dan AS wujudkan pada pembentukan dan karakteristik kekuasaan politik di Korea utara dan Korea selatan; organisasi kekuatan angkatan bersenjata dan akumulasi kapasitas perang di Korea utara dan Korea selatan; dan menciptakan kondisi untuk invasi ke selatan Korea dan utara Korea. Kebijakan politik luar negeri AS dan Soviet dari tahun 1945-1950 mengalami pasang surut yang akan berpengaruh besar bagi pecahnya perang tahun 1950. baik AS dan Soviet mempunyai maksud imperialis guna melindungi keamanan nasional mereka atas nama perwalian.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S14865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Archellie, Reynaldo de
Abstrak :
Nasionalisme Pragmatis Pemerintahan Pertama Vladimir Vladimirovich Putin Tahun 2000-2004. (Di bawah bimbingan Dr. Zeffry Alkatiri). Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007. Nasionalisme pragmatis merupakan sebuah kajian tentang upaya-upaya yang dilakukan sebuah pemerintahan untuk menjaga kedaulatan bangsanya dalam beberapa kasus berusaha membangkitkan kembali kejayaan masa lalu. Upaya-upaya tersebut dilakukan dalam metode pragmatis yang tidak terikat dogma dan ideologi. Tujuan yang hendak dicapai adalah keuntungan paling optimal bagi bangsa dengan memanfaatkan berbagai kebijakan strategis, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal telah dijalankan oleh pemerintahan Vladimir Vladimirovich Putin pada periode pertamanya tahun 2000-2004 di Republik Federasi Rusia. Nasionalisme menurut Ernest Gellner pada dasarnya merupakan doktrin politik yang menuntut pertautan (kongruensi) antara unit sosial (bangsa dan unit politik (negara). Nasionalisme muncul dengan Cara yang berbeda-beda di setiap masyarakat tergantung pads nilai-nilai budaya setempat. Nasionalisme Rusia dalam setiap periode sejarahnya selalu tampil dalam bentuk nasionalisme pemerintahan (official nationalism). Hal ini terkait dengan upaya pemerintah Rusia untuk memposisikan bangsa Rusia di tengah-tengah alur evolusi sejarah dunia yang lebih banyak didominasi oleh bangsa-bangsa Eropa. Setiap upaya ini selalu menandakan corak pragmatis. Tujuannya adalah pengakuan eksistensi bangsa Rusia oleh bangsa-bangsa lain, khususnya Eropa. Pragmatisme menurut Charles Sanders Peirce merupakan sebuah metode penalaran (method of logic). Pragmatisme disebut sebagai sebuah metode karena ia bukanlah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kehidupan manusia. Ia tampil sebagai alat untuk mencari jawaban dengan menggunakan berbagai pemikiran (ide). Pembuktian pragmatisme dapat dilakukan melalui tindakan konkret. Sebuah ide dapat dikatakan berhasil jika si pelaku tindakan telah memperoleh manfaat dari tindakannya. Jika manfaat telah diperoleh oleh si pelaku, maka sebuah ide memperoleh nilai kebenaran menurut pragmatisme. Penggunaan terminologi pragmatis secara resmi diterapkan Putin dalam menjalankan setiap kebijakannya, terutama kebjakan-kebijakan luar negeri. Hal ini dapat dilihat dalam naskah pidato pengangkatan dirinya sebagai presiden Rusia terpilih, 7 Mei 2000; pidato resmi pertama Putin di depan parlemen (Duma), 8 Juli 2000; pidato resmi kedua Putin di depan Duma, 3 Juli 2001; dan dalam Konsep Kebijakan Luar Negeri Federasi Rusia yang dirilis tanggal 28 Juni 2000. Nasionalisme dan pragmatisme seharusnya tidak dapat dipadukan dalam sebuah konsepsi baru karena pertentangan nilai yang dikandung kedua konsep tersebut. Hal yang paling mencolok adalah nilai-nilai demokaasi dan individualisme yang dikandung pragmatisme. Upaya mempertahankan kedaulatan sebuah bangsa lebih sering menempuh cara-cara yang tidak demokratis. Hal ini menjadi ciri khas bangsa Rusia dalam menjaga eksistensinya. Di lain pihak, bangsa Rusia merupakan bangsa yang memiliki tradisi kolektivisme. Artinya, demokrasi model Barat tidak akan pernah cocok diterapkan pada masyarakat Rusia. Namun, kajian ini mencoba untuk menggabungkan nasionalisme dengan sifat umum pragmatisme, yaitu asas manfaat. Hal ini dilakukan Putin mengingat situasi dalam negeri Rusia yang mulai mengarah pada kehancuran tatanan sosio-politik setelah kegagalan Yeltsin dalam mengelola demokratisasi pada dekade 1990-an. Kebijakan-kebijakan strategis Putin dalam kerangka konsep nasionalisme pragmatis terlihat dari upayanya untuk menjadikan Rusia sebagai kekuatan utama di wilayah Eurasia. Singkatnya, nasionalisme pragmatis merupakan doktrin politik yang mengharuskan pertautan bangsa dan negara dalam cara-cara yang mengedepankan asas manfaat demi kemajuan bangsa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S14876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabriana Jayaputri
Abstrak :
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana kedudukan militer Rusia pada periode pertama pemerintahan Boris Yeltsin. Permasalahan ini ditinjau melalui latar belakang sejarah kemiliteran Rusia yang memberikan pengaruh terhadap kedudukan militer di masa Yeltsin. Tujuan dalam skripsi ini adalah untuk merekonstruksikan kedudukan militer Rusia di masa Yeltsin. Dalam merekonstruksi, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis serta histories komparatif untuk membandingkan kedudukan militer Rusia pada masa Uni Soviet, sehingga terdapat benang merah yang dapat dijadikan perbandingan. Berdasarkan rekonstruksi dalam skripsi ini penulis menyimpulkan bahwa kedudukan militer Rusia di masa Yeltsin berbeda dengan masa sebelumnya (Uni Soviet). Militer Rusia pada masa Yeltsin lebih dekat dengan politik dibandingkan masa sebelumnya. Kedekatan dengan politik tersebut diperlihatkan melalui salah satunya dalam Perang Chechnya 1994_1995, di mana militer Rusia terlibat dalam bisnis jual-beli senjata perang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S14878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rahmiana Esalawati
Abstrak :
Masalah yang diteliti oleh penulis adalah makna-makna simbolik yang terdapat pada kartu Arkana Mayor Russian Tarot of St.Petersburg karya Yuri Shakov. Adapun tujuan penulisannya adalah menganalisis makna simbol-simbol yang terdapat pada kartu Arkana Mayor Russian Tarot of St. Petersburg karya Yuri Shakov. Penulis dalam melakukan analisis, menggunakan pendekatan mitopoik. Pendekatan mitopoik merupakan sebuah pendekatan yang bersifat pluralis karena memuat hampir semua unsur kebudayaan, diantaranya: antropologi, agama, sejarah, filsafat, kesenian, dll. Selain itu, penulis menggunakan metode hermeneutika bukan untuk mencari makna yang benar, melainkan untuk mencari makna yang optimal. Pada akhirnya, penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu: (1)Russian Tarot of St. Petersburg mengandung energi negatif sekaligus energi positif; (2)Arkana Mayor Russian Tarot of St.Petersburg mengandung makna simbolik atas kepercayaan Yazhichesky (kepercayaan paganisme sebelum masuknya Kristen ke Rusia), ajaran Kristen Ortodoks, kebudayaan, dan sejarah Rusia; dan (3) Kartu Russian Tarot of St.Petersburg mempunyai kegunaan yang berbeda bagi setiap penggunanya. Yuri Shakov menggunakannya untuk sarana penyampaian pesan atas ideologi dan kepercayaan yang dianutnya. Namun demikian, di lain pihak, kartu tersebut digunakan untuk tujuan peramalan yang sesuai dengan keyakinanan penggunanya. Seni peramalan dijadikan sebagai petunjuk dari Tuhan bagi mereka dalam menjalani kehidupan. Dengan demikian, setiap penggunanya mempunyai hak yang sama untuk menemukan makna logis berdasarkan konsep, sudut pandang, dan interpretasinya masing-masing.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Nur Fitri
Abstrak :
Di wilayah Halmahera Barat, khususnya di Desa Lako Akediri dan Bobanehena, terdapat suatu upacara adat yang bertujuan menyambut kedewasaan gadis yaitu upacara oke sou. Penelitian mengenai etnobotani upacara oke sou pada Desa Lako Akediri dan Bobanehena belum pernah dilakukan. Penelitian tersebut bertujuan untuk menjelaskan spesies-spesies tumbuhan yang digunakan dalam seluruh tahapan upacara oke sou di kedua desa, menjelaskan pengaruh perbedaan umur terhadap pengetahuan etnobotani masyarakat di kedua desa, dan memahami presepsi masyarakat di kedua desa terhadap konservasi tumbuhan yang digunakan dalam upacara oke sou. Penelitian awal dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014, kemudian dilanjutkan pada bulan September--Desember 2014. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode wawancara semi terstruktur dan participant observation. Dari hasil penelitian tersebut, terdata sebanyak 111 spesies tumbuhan dari 49 famili digunakan pada seluruh tahapan upacara oke sou, 86 spesies di Desa Lako Akediri dan 87 spesies di Desa Bobanehena. Pada kedua desa, pengetahuan etnobotani upacara oke sou kelompok umur >55 tahun lebih tinggi dibandingkan kelompok umur 13--35 tahun dan 35--55 tahun. Sebanyak 41% spesies tumbuhan yang digunakan berasal dari hasil budidaya, 31% merupakan tumbuhan ruderal, dan 28% spesies tumbuhan hidup secara liar.
In the region of West Halmahera, particularly in the village of Lako Akediri and Bobanehena, there is a ceremony aimed to welcome maturity girl named oke sou ceremony. Research on ethnobotany oke sou ceremony at both villages has never been done. The study aims to describe the species of plants that used in all phases of the oke sou ceremony at both villages, to explain the effect of difference in age toward knowledge of ethnobotany oke sou ceremony at community in both villages, and to understand the perception people at both villages about conservation of used plant in oke sou ceremony. Preliminary study conducted during May to June 2014, then resumed in September to December 2014. Data collection using semi-structured interviews and participant observation. From the results, recorded as many as 111 species of plants from 49 families used in all stages of the oke sou ceremony, 86 species in the village of Lako Akediri and 87 species in the village Bobanehena. In both villages, knowledge of ethnobotany about oke sou ceremony in age group >55 years higher than the age group 13-35 years and 35-55 years. As many as 41% plant species used were obtained from the cultivation, 31% were ruderal plants, and 28% of the species were obtained in the wild.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Erik Sapta Yanuar
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai peranan Mongol terhadap runtuhnya kekuasaan Rus' Kiev pada tahun 1237-1240. Masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah seberapa besar peranan Mongol dalam keruntuhan kepangeranan Rus' Kiev. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk meneliti peranan Mongol terhadap runtuhnya kekuasaan Rus' Kiev. Berdasarkan penelitian dalam skripsi ini penulis menyimpulkan peranan bangsa Mongol kecil dalam keruntuhan kepangeranan Rus' Kiev.
This final assignment was about the Role of Mongol in fall of Kievan Rus power in 1237-1240. The problem of this final assignment was how many role of Mongol in the fallen of Kievan Rus princedom at 1237-1240. The purpose of this final assignment was about to research the role of Mongol in the fallen of Kievan Rus power at 1237-1240. The result of this research is The Mongol had little role in the fallen of Kievan Rus princedom at 1237-1240.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S14920
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Dian Adelina
Abstrak :
Sentralisme Demokratik pertama kali dipakai di Rusia sebagai dasar pemerintahan negara pada masa Lenin. Sistem ini dipilih karena di dalamnya terdapat apa yang disebut dengan ?kebebasan berdiskusi dan kesatuan aksi? yang dianggap Lenin paling sesuai sebagai dasar pemerintahan negara. Sentralisme Demokratik menjadi semacam doktrin resmi bagi pemimpin Uni Soviet setelah Lenin. Sistem ini sempat hilang pada masa Nikita Khruschev namun kembali ditegaskan dalam Konstitusi Soviet 1977 pada masa Leonid Brezhnev. Pada masa Mikhail Gorbachev dan Boris Yeltsin, sistem ini benar-benar hilang dan digantikan oleh sistem Demokratik Liberal. Sentralisme Demokratik baru kembali digunakan pada masa Vladimir Putin. Sistem ini terbukti berhasil mengatasi krisis ekonomi yang terjadi sejak runtuhnya Uni Soviet. Democratic centralism has been used at the first time in Russia as the basic of governance in the Lenin era. This system has been choosen because it?s contains "freedom in discussion and unity in action" that Lenin considered most appropriate as a basic for state government. Democratic centralism becomes such as official doctrine for Soviet leaders after Lenin. This system doesn?t exist during the Nikita Khruschev era but during the Leonid Brezhnev era, it?s listed in 1977 Soviet Constitution. At Mikhail Gorbachev and Boris Yeltsin era, this system is completely doesn?t exist and replaced by the Liberal Democratic system. This system once again used in the Vladimir Putin era. In fact, this system has been success to fix economic crisis after the fall of Soviet Union.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S15098
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Noviansyah
Abstrak :
Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah konflik yang terjadi antara Eksekutif dan legislatif dalam suatu pengambilan kepctusan tertentu. Permasalahan ini berkorelasi dengan pembuatan konstitusi bare dengan tindakan ekstensif dan penguatan posisi presiden selam era Boris Yeltsin. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Dari penelitian didapatkan kesimpulan bahwa konflik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan pandangan dan kepentingan politik beberapa kelompok sebagai akibat dari sistem multipartai yang diterapkan. Selain itu pihak pro-reformasi yang diwakili oleh Boris Yeltsin menggunakan kekuasaannya untuk membuat konstitusi 1993 yang juga dikenal sebagai konstitusi Yeltsin. Konstitusi ini mencantumkan beberapa pasal yang memberikan kekuasaan lcbih dan privilage kepada presiden.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14842
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arsia Meiditia
Abstrak :
Penelitian yang berjudul, Rusifikasi Sebagai Bentuk Akulturasi dalam Kebudayaan Rusia, Analisis Terhadap Kristen Ortodoks dan Matryoshka ini mengkaji makna Matryoshka sebagai salah sate hasil Rusifikasi. Apakah benar adalah kebudayaan orisinil Rusia, yang berasal dari kebudayaan paganistik yang dipercaya oleh masyarakat Rusia muncul sebelum masuknya Kristen Orthodoks, ataukah sebuah produk budaya barn? Matryoshka dapat diidentifikasikan tidak hanya sekedar wujud fisiknya, tetapi ide filosofi yang terkandung dalam hasil karya kolektif tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana proses Rusifikasi yang terjadi dalam Matryoshka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian pustaka dengan pendekatan sejarah kebudayaan. Dan penelitian ini merupakan hasil dari interpretasi sumber-sumber yang saling berkaitan. Yakni cumber kepustakaan maupun dari internet. Dalam penelitian ini terbukti bahwa Matryoshka yang merupakan simbol khas kebudayaan bangsa Rusia bukanlah sepenuhnya berasal dart Rusia, namun merupakan hasil akulturasi, melalui sebuah proses Rusifikastj, dalam mengadopsi wujud simbol salah satu kebudayaan bangsa lain.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S14834
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Riski Rusdi
Abstrak :
Penelitian ini membahas langkah-langkah diplomasi yang dilakukan Uni Soviet untuk merangkul Indonesia dalam menghadapi Perang Dingin pada kurun waktu 1954-1964. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekontruksi langkah-langkah diplomasi yang dilakukan Uni Soviet untuk merangkul Indonesia dalam menghadapi Perang Dingin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam melakukan langkah diplomasinya untuk mendekatkan diri dengan Indonesia, Uni Soviet memanfaatkan situasi yang sedang bergejolak pada saat itu untuk membantu Indonesia. Namun, Uni Soviet gaga] untuk mendapatkan kepercayaan dari Indonesia.
This research explores the Soviet Union's diplomatic policy to embrace Indonesia facing the Cold War from 1954 to 1964. The objective of this research is to reconstruct the Soviet's diplomatic steps to embrace Indonesia facing the Cold War. This research uses historical method (heuristic, critic, interpretation, and historiography) to explain events and relationship between Soviet Union and Indonesia during the Cold War. This research concludes that Soviet Union used the cold war to help the Indonesian in order to strengthen the relationship between two countries. However, Soviet Union failed to get Indonesian trust.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S15097
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>