Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 332 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nina Mutmainah
"Studi ini memfokuskan diri pada remaja. Dalam era ekonomi kapitalistik, remaja dengan status sosial ekonomi tinggi adalah segmen pasar penting. Di satu sisi, mereka akan menempati posisi strategis di masyarakat. Di sisi lain, remaja elite kota besar merupakan pasar potensial bagi banyak barang konsumen, sehingga cenderung dirangsang untuk konsumtif. Dalam hal ini, hendak dilihat bagaimana remaja mengalami sosialisasi nilai melalui media yang dekat dengan mereka, yakni majalah remaja. Peneliti mengambil majalah remaja terbesar, Gadis, sebagai objek penelitian. Gadis diperkirakan membangun gagasan konsumerisme karena sejumlah hal. Sebagai majalah yang tumbuh pesat secara bisnis, Gadis berhubungan erat dengan kapitalisme global yang membutuhkan konsumen untuk menyerap barang konsumen produksi mereka. Media ini akan turut memfasilitasi proses penerimaan terhadap produk produk tersebut serta gaya hidup yang mendukungnya melalui pembentukan gagasan "menjadi konsumen yang seharusnya" di mata kaum muda. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan: (1) bagaimana Gadis membangun gagasan tentang konsumerisme bagi khalayaknya? dan (2) landasan ideologis bagaimana yang melatarbelakangi Gadis dalam memproduksi gagasan tersebut? Penemuan tentang kandungan nilai-nilai konsumerisme serta konteks ideologis yang menyertainya dilakukan melalui analisis wacana kritis Fairdough. Untuk analisis teks digunakan analisis framing dengan konsep Gamson dan Modigliani. Penelitian dilakukan terhadap 16 nomor Gadis edisi 2000, tahun yang mewakili periode 1990-an, saat gagasan perdagangan bebas sudah lebih diterima. Diduga, pada era tersebut, promosi konsumerisme lebih meningkat dibanding waktu sebelumnya. Dari analisis teks terlihat bahwa Gadis mempromosikan gagasan konsumerisme. Majalah ini membangun bingkai-bingkai seperti "belanja", "idola", "materi sebagai ukuran", "instant", dan "koleksi barang", yang semuanya menggambarkan karakterislik budaya konsumer. Majalah Gadis lahir dari perusahaan media besar dan sejak kelahirannya selalu menjadi majalah remaja terbesar (dan segi brand, readership, dan serapan ikian). Gaya penyajiannya khas remaja masa kini, menampilkan keceriaan, banyak menggunakan bahasa Inggris serta menampilkan budaya populer Barat kesukaan remaja (khususnya film dan musik). Karena ditujukan bagi remaja putri, muatannya juga banyak mengulas masalah mode, kecantikan, dan perawatan tubuh. Watak Gadis yang telah menjadi industri bertemu dengan lingkungan tempat majalah ini dan pembacanya tumbuh. Gadis dan pembacanya hidup dalam konteks sosial-ekonomi yang makin kapitalistik dan liberal. Ideologi ini menjadikan tumbuhnya budaya konsumtif dalam masyarakat, budaya yang justru dikembangkan dan dipelihara oleb pemerintah, karena gaya hidup ini menyuburkan watak bisnis dalam sistem ekonomi yang makin liberal dan pragmatis sejak akhir tahun 1980-an. Dengan mempromosikan konsumerisme, Gadis menjadikan remaja pembacanya masuk dalam kondisi yang digambarkan Alan Wells sebagai `konsumerisme parasibk'. Kaum remaja ini "dididik" untuk berpartisipasi dalam `budaya konsumsi' ala negara maju. Dalam hal ini, Gadis mempromosikan gaya hidup elite yang hanya meniru gaya konsumsi negara maju, tanpa mengadopsi sistem nilai yang mendasari konsumerisme itu yang sebenarya mengagungkan nilai-nilai kewiraswastaan. Gadis menjalankan peran sebagai bridgehead (jembatan) yang menjalin semacam "kerja-sama" antara elite negara maju dan elite negara berkembang (yakni remaja pembacanya). Gadis menyajikan apa yang menjadi simbol budaya di Barat. "Kedekatan terhadap Barat" yang diciptakan Gadis, meminjam analisis Galtung, membuat elite Pinggiran (pembaca, remaja kelas menengah ke atas) merasa sejajar dengan kaum elite di negara maju dalam komunitas elite dunia.

This study focuses on teenagers. In the era of capitalist economy, teenagers with high socioeconomic status are an important market segment. On the one hand, they will occupy a strategic position in society. On the other hand, elite teenagers in big cities are a potential market for many consumer goods, so they tend to be stimulated to be consumptive. In this case, we want to see how teenagers experience value socialization through media that is close to them, namely teen magazines. The researcher took the largest teen magazine, Gadis, as the object of research. Gadis is estimated to build the idea of ​​consumerism for a number of reasons. As a magazine that is growing rapidly in business, Gadis is closely related to global capitalism that requires consumers to absorb the consumer goods they produce. This media will also facilitate the process of accepting these products and the lifestyle that supports them through the formation of the idea of ​​"being a proper consumer" in the eyes of young people. This study wants to answer the questions: (1) how does Gadis build the idea of ​​consumerism for its audience? and (2) what ideological basis underlies Gadis in producing this idea? The discovery of the content of consumerist values ​​and the accompanying ideological context was carried out through Fairdough's critical discourse analysis. For text analysis, framing analysis was used with the concept of Gamson and Modigliani. The study was conducted on 16 issues of Gadis, edition 2000, a year representing the 1990s, when the idea of ​​free trade was more accepted. It is suspected that in that era, the promotion of consumerism increased more than before. From the text analysis, it can be seen that Gadis promotes the idea of ​​consumerism. This magazine builds frames such as "shopping", "idols", "material as a measure", "instant", and "collection of goods", all of which describe the characteristics of consumer culture. Gadis magazine was born from a large media company and since its birth has always been the largest teen magazine (and in terms of brand, readership, and absorption of information). The presentation style is typical of today's teenagers, showing cheerfulness, using a lot of English and displaying popular Western culture that teenagers like (especially films and music). Because it is aimed at teenage girls, its content also discusses many issues of fashion, beauty, and body care. The character of Gadis, which has become an industry, meets the environment in which this magazine and its readers grow. Gadis and its readers live in a socio-economic context that is increasingly capitalistic and liberal. This ideology has led to the growth of a consumer culture in society, a culture that is actually developed and maintained by the government, because this lifestyle fosters a business character in an increasingly liberal and pragmatic economic system since the late 1980s. By promoting consumerism, Gadis makes its teenage readers enter a condition that Alan Wells describes as `parasibk consumerism'. These teenagers are "educated" to participate in the `consumption culture' of developed countries. In this case, Gadis promotes an elite lifestyle that only imitates the consumption style of developed countries, without adopting the value system underlying consumerism which actually glorifies entrepreneurial values. Gadis plays the role of a bridgehead who establishes a kind of "cooperation" between the elite of developed countries and the elite of developing countries (namely its teenage readers). Gadis presents what has become a symbol of culture in the West. The "closeness to the West" created by Gadis, borrowing Galtung's analysis, makes the elite of the Pinggiran (readers, upper middle class teenagers) feel on par with the elite in developed countries in the world's elite community.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Budi Adi
"Krisis ekonomi menjadikan konsumen Indonesia terbagi menjadi tiga segmen, yaitu : segmen pertama adalah konsumen dumb, yaitu kelompok konsumen yang dalam pengambilan keputusan pembelian hanya memperhatikan harga, segmen kedua adalah segmen snob , segmen dimana konsumen sangat mengutamakan kualitas produk dan segment ketiga, adalah segmen smart, segmen dimana konsumen mengutamakan value.
Konsumen dalam memilih merek sepeda motor karena market value yang ditawarkan produsen. Market value dalam pemilihan merek sepeda motor disini meliputi performance value, social value, emotion value, price value darn finance value.
Tujuan penelitian di DKI Jakarta ini pada dasarnya ialah untuk mengetahui : apakah ada perbedaan yang significant diantara atribut yang dinilai konsumen dalam memilih merek Sepeda motor, bagaimanakah sikap konsumen, faktor apakah yang paling menentukan pemilihan merek sepeda motor, merek yang paling disukai konsumen dan perceived quality konsumen terhadap merek sepeda motor Honda Yamaha, Suzuki, Kawasaki , Vespa dan Motor China (Mona)
Dalam melakukan penelitian ini dilakukan pendekatan kuantitatif karena untuk menguji hipotesa yang diajukan pada awal penelitian, menguji variabel yang berbeda secara nyata Data dalam bentuk angka , prosedur penelitian baku dan ada replika serta menggunakan statistik,tabel.
Teori yang banyak digunakan berangkat dari paradigma An Information Processing Approach yang menganggap konsumen .sebagai processor of infformation yaitu konsumen dicirikan berinteraksi dengan iingkungan luar, mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber , mengolahnya dan membuat pilihan dan berbagai alternatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; ada perbedaan yang signifikan dari seluruh atribut pada setiap merek yang diteliti ; konsumen banyak memperoleh informasi dari kombinasi media dan TV; kepercayaan terhadap isi iklan dan menggunakan teknologi canggih dan penilaian keseluruhan tinggi diperoleh oleh sepda motor merek Honda; sepeda motor yang paling disukai diperoleh berturut-turut Honda , Vespa, Yamaha, Suzuki, Kawasaki dan Mona; perceived quality diperoleh Honda dengan 9 atribut yang memperoleh skor tertinggi"
2001
T340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fizzy Andriani
"Dalam beberapa tahun belakangan ini perfilman Indonesia mengalami penurunan, terlebih lagi film Indonesia tidak rnampu bersaing dengan film-film Hollywood. Sisi promosi seringkali diabaikan oleh sineas Indonesia dalam memasarkan film mereka. Untuk itulah Komunikasi Pemasaran memiliki arti penting walaupun bukan satu-satunya faktor.
Berdasarkan hal tersebut, thesis ini akan membahas strategi yang penting dilakukan dalam promosi film, bagaimana alat-alat komunikasi pemasaran diterapkan dan mengapa. Dan untuk penelitian tersebut penulis mengambil obyek sebagai studi kasus, yaitu Film Petualangan Sherina.
Alat-alat yang biasa digunakan atau yang biasa disebut dengan Bauran Komunikasi antara lain personal selling, advertising sales promotion, direct marketing, sponsorship marketing, exhibitions, corporate identity, packaging, point of sale and merchandising, dan yang terakhir adalah word of mouth. Namun sebelum menentukanstrategi pemasarannya, perlu diperhatikan segmentasi, targeting, positioning, SWOT, dan juga marketing mix-nya.
Metode penelitian yang dignakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan, penelitian lapangan, dan wawancara, dimana data-data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Dari basil penelitian terhadap obyek studi kasus, tampak bahwa komunikasi pemasaran yang dilakukan dalam film anak-anak Petualangan Sherina ini dilakukan sesuai dengan teori-teori yang sudah ada. Alat-alat yang digunakan adalah advertising, direct marketing (publisitas), merchandising dan dibantu oleh kekuatan word of mouth.
Walau tidak menggunakan semua alat-alat komunikasi pemasaran, namun pelaksanaannya digarap cukup serius. Terakhir dapat diambil sebuah kesimpulan, yaitu didalam menjalankan promosinya, film Petualangan Sherina ini sangat disesuaikan dengan segmen dan target pasarnya. Alat komunikasi pemasaran yang paling banyak dilakukan adalah publisitas, karena dinilai mampu memberikan citra positif terhadap film ini.
Namun penggunaan merchandising dalam promosinya kurang efektif, mengingat penjualannya hanya dilakukan melalui sites www.petualangansherina.com. Untuk itu perlu diperhatikan bagaimana agar penggunaan merchandising sebagai salah satu alat komunikasi pemasarannya dapat dilakukan secara maksimal. "
2001
T708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Wahyudi Atmoko
"Kinerja PT Tunaskarya Indoswasta (TI) sebagai perusahaan jasa rekrutmen dilihat dari indikator order menunjukkan penurunan sejak tahun 1996 sampai tahun 2000. Sementara perubahan lingkungan, seperti iklim bisnis global, fluktuasi rupiah terhadap dolar Singapura, krisis ekonomi Indonesia yang mengakibatkan fluktuasi inflasi, dan perkembangan otonomi daerah atau peraturan ketenagakerjaan, menjadi tidak pasti.
Tuntutan untuk melihat kinerja TI secara menyeluruh dan mengevaluasi strategi saat ini dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah menjadi masalah penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode Balanced Scorecard untuk melihat kinerja TI dan menggunakan system dynamics untuk mengevaluasi strategi lima tahun ke depan (2001-2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek learning & growth mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja total TI. Namun demikian, letak masalah dari lingkungan internal sistem TI justru ada pada pengelolaan sumber daya manusia; atau di dalam aspek learning & growth itu sendiri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor lingkungan eksternal, iklim bisnis dll., mempengaruhi secara signifikan kinerja total TI. Faktor eksternal dan internal ini membentuk archetype kinerja TI berpola limit to growth, yaitu kedua faktor tersebut menjadi pembatas pertumbuhan kinerja total TI.
Strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi limit to growth tersebut adalah: pertama, melakukan pembenahan terhadap sumber daya manusia; dan kedua, membuka pasar baru di luar pasar lama (kawasan industri BIP & BIE) untuk menaikkan batas pertumbuhan karena faktor lingkungan eksternal.
System dynamics, dengan beberapa archetype yang sudah disederhanakan dari kompleksitas pola perilaku sosial dan kerumitan matematika, melalui program simulasi (seperti Powersim) dapat menciptakansebuah learning laboratory untuk learning from the future yang murah bagi perusahaan atau organisasi manapun. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Dewi Apriliawati
"Dalam suatu organisasi tidak bisa lepas dari unsur manusia, baik yang berkedudukan sebagai pimpinan maupun sebagai bawahan faktor sumber daya manusia tersebut mempunyai peran central dalam organisasi. Penelitian ini bermaksud mengungkap kontribusi konsep diri instruktur dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja instruktur BLK se JABOTABEK Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. PopuIasi penelitian adalah seluruh instruktur BLK se JABOTABEK dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket). Dalam analisis data dilakukan dengan teknik korelasi dan regresi.
Dari penelitian tersebut menunjukkan hasil:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kepuasan kerja instruktur.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja instruktur.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan budaya organisasi.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dare budaya organisasi dengan kepuasan kerja instruktur.
5. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk meningkatkan kepuasan kerja, disarankan perlunya pengembangan konsep diri instruktur dan tetap dipertahankannya budaya organisasi seperti kerjasama yang baik di antara sesama pegawai, di antara unit organisasi dan lain sebagainya.
6. Terdapatnya hubungan atau koefsien korelasi tersebut di atas, bukan berarti hanya variable konsep diri dan budaya organisasi yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur di BLK se JABOTABEK, namun masih ada variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur. Karena itu perlu diadakan penelitian mengenai variable-variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Budiwati
" Eksistensi pesantren merupakan fenomena sosial yang sangat menarik Bagaimana lembaga ini mampu bertahan hidup selama berabad-abad merpakan pertanyaan yang menantang. Banyak jawaban telah diberikan dan kebanyakan jawaban tersebut mengacu pada modemisasi yang dilakukan oleh pesantren dalam merespon tuntutan perubahan jaman. Akan tetapi jawaban ini tidak cukup memuaskan. karena modemisasi tidak akan berjalan kalau tidak ada kekuatan-kekuatan yang mendukungnya.
Beranjak dari asumsi ini maka kajian ini berusaha mendeskripsikan etnografi Pesantren Al Hamidiyah melalui pendeskripsian hubungan sosial-hubungan sosial yang dibentuk antara pesantren dengan pihak lain serta pemanfaatan hubungan sosial tersebut bagi pengembangan pesantren. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan pengamatan terlibat. hubungan sosial-hubungan sosial itu sendiri dilihat dari segi bagaimana proses pembentukan hubungan sosial tersebut. transaksi apa yang dibuat. bagaimana aturannya,dan nilai apa yang mendasarinya. Dengan mengetahui hal-hal tersebut maka isi dan bentuk dari jaringan hubungan sosial bisa diketahui.
Pengkajian tentang proses pembentukan dan pemanfaatan hubungan sosial akan memberikan informasi tentang apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan pesantren. Kebutuhan yang dirasakan sebagai kebutuhan utama pesantren adalah kebutuhan akan dana, sumber daya manusia, dan media promosi. Selain kajian tentang proses pembentukan dan pemanfaatan jaringan sosial ini juga akan memberi informasi tentang maksud dari pembentukan jaringan sosial tersebut,yaitu untuk mengakses sumber daya yang dibutuhkan tetapi tidak dimiliki oleh pesantren di mana akses terhadap sumber daya tersebut sangat mendukung bagi eksistensi pesantren.
Sedangkan kajian tentang jenis transaksi,norma dan nilai yang mendasari transaksi tersebut akan memberikan informasi tentang isi dari jaringan sosial yaitu apakah jaringan sosial tersebut berisi transaksi yang didasarkan atas hubungan kekerabatan,pertemanan,maupun ketetanggaan. Di samping itu kajian tentang transaksi,norma dan nilai ini juga akan memberi informasi tentang bentuk jaringan sosial,yaitu apakah berbentuk vertikal sebagai jaringan patron klien atau berbentuk horisontal. Melalui kajian tentang bentuk dan isi jaringan sosial maka akan dapat diketahui tentang dampak jaringan sosial tersebut bagi pesantren."
2001
T903
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Cahyanto
"Kebutuhan daging sapi segar di Indonesia semakin besar setiap tahunnya. Pada tahun 1986 konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia sebesar 1,37 kilogram per kapita meningkat menjadi 1,95 kilogram pada tahun 1997. Data dari Direktorat Jenderal Petemakan menyebutkan, bahwa pada tahun 2003 Indonesia diramalkan hanya mampu menyumbang 56% dari total konsumsi yang diminta masyarakat. Disisi lain Indonesia diharapkan mampu menjadikan daging sapi sebagai komoditas ekspor dengan total nilai US $ 700 juta.
Berangkat dari kenyataan tersebut, perlu dicari jalan pemecahan dalam menyikapi peluang investasi yang cukup besar di masa depan tersebut. Provinsi Bengkulu adalah daerah yang berpotensi untuk mengembangkan industri ternak sapi potong kedepan, mengingat di daerah tersebut tersedia lahan cukup luas yang didukung oleh sarana dan prasarana fasilitas infrastruktur serta pelabuhan samudra Pulau Baal. Disamping itu adanya hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Soetrisno dan Majestika menyebutkan, bahwa setiap kepala keluarga di Desa Gerbong Serba Bisa Kabupaten Bengkulu Utara mampu memelihara 5 ekor sapi merupakan nilai tambah tersendiri bagi Provinsi Bengkulu. Temuan jenis pakan ternak tambahan berupa Bossdext, merupakan faktor pendukung lain. Dengan Bossdext berat sapi setiap harinya akan bertambah 2 hingga 3 kilogram per hari dari berat sapi bermula 300 kilogram bertambah menjadi + 700 kilogram dalam jangka waktu enam bulan.
Apabila Provinsi Bengkulu berpotensi untuk dikembangkannya industri ternak sapi potong berdaya saing Global, maka pertanyaannya adalah : Strategi dan pola apa serta daya saing seperti apa yang hares dipilih dan diterapkan?. Untuk itu dilakukan penelitian menggunakan alat analisa AHP dengan responden sebanyak 8 orang, yang terdiri dari para aktor pengambil dan pelaksana kebijakan di daerah serta peneliti terdahulu.
Dari hasil analisis penelitian diperoleh, bahwa strategi yang dipilih berdasarkan skala prioritas pertain adalah strategi kelembagaan berbobot prioritas 0,5911 dengan aspek teknis berupa; iklim investasi, pola PIR dan pendanaan. Sedangkan sebagai prioritas kedua adalah strategi pengembangan berbobot 0,2112 dengan aspek teknis berupa; teknologi, administrasi, manajemen, organisasi, sarana dan prasarana serta SDM (IAMOSS). Sebagai prioritas ketiga adalah strategi distribusi dan pemasaran berbobot 0,1977 dengan aspek teknis berupa; segrnentasi, targeting dan positioning.
Ketiga skala prioritas strategi tersebut diarahkan kepada fokus penelitian. yang sekaligus sebagai juduI penelitian, yaitu: Strategi Pengembangan Industri Berdaya Saing Global (Studi Kasus - Peternakan Sapi Potong di Bengkulu).
Dengan demikian Pemerintah Provinsi Bengkulu harus memilih dan menerapkan strategi kelembagaan sebagai prioritas utama dengan lebih dahulu melakukan penelitian lanjutan berupa Strategi Kelembagaan dalam Mengembangkan Industri Ternak Sapi Potong Berdaya Saing Global, dimana format pengembangan pola PIR dianggap telah given bersama labelisasi Halal sebagai daya saingnya selain keuntungan posisi pelabuhan Pulau Baal yang berada dipantai Barat Sumatra."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desmon Danus
"Penelitian ini membahas hubungan agenda media surat kabar dengan agenda publik mahasiswa, yang merupakan studi hubungan agenda media harian Media Indonesia dan harian Republika dengan agenda publik HMI Jakarta tentang isu-isu nasional. Untuk itu digunakan pendekatan agenda setting yang merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah ada hubungan antara agenda media dengan agenda publik. Media surat kabar mampu menyeleksi isu-isu nasional dan menyusunnya dalam suatu agenda, sehingga berita tersebut oleh publiknya dipersepsikan sebagai isu yang penting pula dalam kurun waktu tertentu. Disamping itu juga ingin diketahui apakah ada variabel lain yang turut berpengaruh terhadap hubungan antara agenda media dan agenda publik. Variabel independen dalam penelitian ini adalah agenda media harian Media Indonesia dan harian Republika dan variabel dependennya adalah agenda publik Himpunan Mahasiswa Isalam (HMI) Jakarta. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kredibilitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Budiaji
"MPR hasil pemilihan umum tahun 1997 dalam sidang umumnya yang diselenggarakan tahun 1998 telah membahas materi tentang HAM untuk ditetapkan menjadi ketetapan MPR tersendiri sebagai usulan dari Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (F-PDI). Pada akhirnya, HAM gagal disahkan dalam bentuk ketetapan tersendiri tetapi ada beberapa butir pokok-pokok pemikiran tentang HAM yang masuk menjadi bagian Ketetapan MPR tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), gagasan yang awalnya di dukung oleh tri-fraksi terdiri F-KP, F-ABRI, dan F-UD. Tesis ini mencoba mencari jawaban mengapa HAM tidak dijadikan Ketetapan MPR tersendiri.
Idealnya hak asasi manusia adalah muatan sebuah konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Namun, karena ada konsensus politik pada masa Orde Baru yang tidak berkehendak untuk mengubah UUD 1945 maka gagasan untuk memasukkan HAM dalam UUD 1945 dengan jalan mengubah atau mengamandemen menemui jalan buntu. Oleh karena itu, usulan agar HAM ditetapkan dalam satu naskah ketetapan MPR sehingga menjadi semacam bill of rights, menjadi pilihan yang wajar apalagi sejarah menunjukkan pada masa MPRS tahun 1968 telah berhasil menyusun naskah HAM.
Hasil penelitian menunjukkan maksud mengajukan rantap HAM adalah agar secara yuridis konstitusional menjadi pedoman pelaksanaan perlindungan HAM dan kewajiban serta tanggungjawah sosial secara kolektif maupun individu, yang bersifat menyeluruh bukan sekedar kebijaksanaan parsial. Bila HAM hanya ditampung dalam GBHN kurang tepat karena (1) hanya memuat garis-garis besar sehingga materi HAM tak tertampung seluruhnya, (2) hanya berlaku selama lima tahun, (3) selalu terbuka untuk ditinjau kembali dan (4) selalu terbuka diubah sama sekali.
Dari proses usulan dan pembahasan ditemukan bahwa tri-fraksi menilai lahirnya TAP MPR tentang HAM akan menyulitkan pemerintah yang sedang dihadapkan pada kondisi pemulihan krisis ekonomi dan ancaman instabilitas politik. Secara bersamaan, adanya usulan yang gagasannya datang dari Presiden Suharto untuk melahirkan TAP MPR tentang pelimpahan tugas dan wewenang khusus kepada Presiden, menjadi salah satu faktor yang kontradiktif bagi penegakan hak asasi manusia dan usulan TAP MPR tentang HAM. Pada akhirnya sumbangan terbesar penyebab kegagalan TAP MPR tentang HAM adalah konstelasi politik MPR yang lebih merepresentasikan politik Orde Baru yang bercorak birokratik otoritarian dengan korporatisme negara yang terjelma dalam hubungan kekuasaan antara Presiden Suharto dengan tri-fraksi sebagai kekuatan politik dominan. Pada sisi yang lain, F-PP dan F PDI sebagai fraksi pengusul Rantap HAM merupakan kekuatan minoritas yang tak mampu menjalankan fungsi kontrol atau bertindak sebagai kekuatan oposisi.
Perdebatan HAM yang diwarnai isu dalam konteks hubungan internasional menunjukkan adanya kesadaran pengaruh eksternal terhadap tekanan dan tuntutan untuk penegakan HAM, melalui badan kerjasama internasional atau kerjasama bantuan ekonomi. Demikian juga ada kesadaran dari semua fraksi bahwa dinamika internal berupa tuntutan penegakan hak asasi manusia merupakan konsekuensi logis dari hasil pembangunan yang melahirkan kelas terdidik dalam masyarakat yang menginginkan partisipasi politik dalam konteks penegakan hak asasi. Isu HAM pada konteks pemahaman universalitas dan relativisme menunjukkan posisi fraksi yang berbeda, pada sisi tri-fraksi ada kecenderungan kuat menolak paham universalisme. sedang sisi yang lain antara F-PP dan F-PDI tidak mempermasalahkan pandangan universalisme meskipun mengakui relativisme dalam konteks Indonesia. Isu pelanggaran HAM yang muncul dalam perdebatan ditengarai lebih banyak dilakukan oleh unsur negara, karena faktor struktural kuatnya negara dan kebijakan pembangunan yang berasumsi pembangunan ekonomi dengan pengorbanan aspek politik, disisi lain aspek kultural masyarakat yang bersikap menerima."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusup Djahri
"Perubahan eksternal khususnya reformasi perpajakan yang melatar belakangi penetapan judul penulisan tesis ini, hal yang menarik untuk untuk dikaji adalah pengaruh eksternal tersebut secara Iangsung akan mempengaruhi kebijakan manajemen dalam usaha untuk mempertahankan kinerja dan target Perusahaan yang ingin dicapainya.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara mendalam praktek-praktek perencanaan pajak yang baik pada Perusahan, meliputi segala aspeknya antara lain kebijakan manajemen, kultur Perusahaan, struktur organisasi, pengelolaan administrasi dan pelaporan, proses pengambilan kebijakan, implementasi dan terakhir evaluasi.
Perencanaan pajak yang baik yang memenuhi ketentuan formal maupun material dan secara profesional dapat dipertanggung jawabkan, adalah apabila didukung dengan kerangka berfikir yang memiliki presfektif teoritis yang luas. Untuk itu kerangka pemikiran (teoritis) yang dituangkan dalam tesis ini secara terintegrasi dan sistematis dimulai dari perencanaan keuangan (budgeting), proses pengelolaan laporan mulai dari sistem, analisis transaksi sampai dengan penyajian (accounting) yang didalamnya meliputi pengendalian biaya atau (cost accounting), pemahaman terhadap sumber daya manusia dan imbal jasa, sampai dengan pemahaman Undang-undang Perpajakan dan perubahaannya.
Penelitian dilakukan melalui metode dimana objek penelitiannya adalah kasus yang terjadi di Perusahaan mulai dari aspek kebijakan manajemen, struktur organisasi, dan laporan kinerja perusahaan, yang kemudian di analisis dan dievaluasi dengan pertimbangan pengaruh internal (rencana manajemen kedepan) dan pengaruh ekstemal seperti perubahan Undang-undang Perpajakan.
Hasil akhir atas penelitian ini adalah memberikan kesimpulan yang secara esensial menggambarkan yang terjadi di perusahaan, dan sekaligus menunjukan peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan perencanaan pajak sebagaimana disampaikan melalui saran."
2001
T1355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>