Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ramadhani
"Penelitian ini merupakan riset replikasi dari penelitian Jovita, (2004), dalam penelitian tersebut Top ofMlnd terbentuk melalui proses komunikasi pemasaran dan rangsangan kognitif, yang terdiri atas tiga variabel pembentuk yaitu sumber informasi, hal yang diingat dari merek dan merek yang digunakan saat ini
Tesis ini meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya Top of Mind Brand Awareness pada remaja di kota Bandung Hasil penelitian menunjukkan bahwa Top of Mind Brand Awareness ini dipengaruhi secara signifikan oleh Sumber informasi word-of-mouth, pengalaman sebelumnya terhadap merek, dan switching behavior pada tingkat signifikansi 5%. Sedangkan variabel lain yang menjadi hipotesis pada penelitian berupa Sumber informasi luar, Hal yang diingat dari merek, Pemakaian saat ini, dan Brand Element tidak mempengaruhi Top of Mind Brand Awareness pada tingkat signifikansi 5% pada penelitian ini.

This research modified prior research by Jovita (2004). This research estimate the factors that affect construct of Top of Mind Brand Awareness (TOMA) for adolescence in Bandung. Empirical results Show TOMA significantly correlated with word-of-mouth channel, prior knowiedge in brand, and switching behavior. While other factors use in this research such as one-way communication, product quality, current usage, and brand element statisticaly in significant affects construct of TOMA."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25801
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jovita Rainy Pranata
"Manajemen merek merupakan hal sangat krusial dalam meraih keberhasilan untuk memasarkan suatu produk pada masa sekarang ini. Penulis menjadi sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor Yang Mempengaruhi Top of Mind Brand Awareness ini karena penulis sebagai pemasar yang sehari-harinya bergelut dengan pemasaran dan penjualan barang elektronik melihat bahwa merek pada dasarnya merupakan suatu ikatan emosional antara produsen dan konsumen, sementara masalah pengelolaan merek ini seringkali terabaikan. Padahal, dalam era di mana arus informasi sudah demikian maju sekarang ini, konsumen telah menjadi cukup cerdas untuk memilih merek dari produk yang akan mereka gunakan/konsumsi.
Seiring dengan semakin banyaknya produk yang beredar di pasar, penulis juga melihat bahwa masing-masing produk berusaha untuk meraih perhatian dari pasar sasarannya, dan melakukan berbagai macam cara seperti melakukan aneka promosi penjualan, iklan, dan Iain sebagainya, walau mereka belum tentu tahu, cara manakah yang paling efektif untuk memilih pasar sasaran mereka itu.
Cara terbaik untuk meraih pasar sasaran adalah dengan melekatkan nama merek produk sebaik mungkin dalam benak konsumen. Melekatkan nama merek dalam benak konsumen dirasa sangat penting, karena merek yang diingat dengan baik oleh konsumen, terlebih Iagi yang menempati posisi teratas dalam benak konsumen, atau menempati posisi Top of Mind Brand Awareness otomatis akan memiliki porsi terbesar untuk dipilih oleh konsumen.
Dalam menempatkan suatu merek menjadi yang teratas pada benak responden, maka cara komunikasi pemasaran, seperti iklan, ataupun yang paling sederhana, dari mulut ke mulut (word of mourh) dan penempatan rangsangan kognitif dalam otak konsumen menjadi hal yang penting. Penempatan merek menjadi yang teratas ini, diharapkan juga dapat berlangsung dalam jangka panjang, bukan hanya dalam waktu singkat saja, karena itu perlu diketahui elemen yang berpengaruh dalam penciptaan Top of Mind ini, agar strategi manajemen merek yang dilakukan pemasar menjadi lebih fokus.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan 200 orang responden yang berdomisili di Jabodetabek sebagai sampel untuk mengetahui mengenai hal-hal apa sajakah yang berkontribusi dalam menempatkan suatu merek menjadi yang teratas dalam benak konsumen pada produk lemari es dan mie instan, dengan berhaluan pada teori yang mengatakan bahwa pencapaian Top of Mind dipengaruhi oleh komunikasi pemasaran dan rangsangan kognitif.
Produk lemari es dan mie instan yang saling bertolak belakang dipilih oleh penulis karena kedua produk ini mewakili produk yang high involvement, yaitu produk yang dalam membelinya konsumen memiliki pertimbangan tentang merek, reputasi, dan sebagainya, dimana produk mie instan mewakili produk yang low involvement, yang mana untuk membelinya konsumen hanya berdasarkan preferensi individu saja, diluar pertimbangan reputasi atau merek. Selain itu, produk lemari es yang tergolong produk rumah tangga elektronik dan mie instan yang tergolong produk konsumer juga merupakan produk-produk yang dapat dikatakan paling ketat situasi kompetisi dan kondisi pasarnya sekarang ini.
Dalam merepresentasikan hasil penelitian dan menganalisis data untuk diperoleh hasil yang akurat, maka penulis menggunakan distribusi frekuensi, cross tabulasi, regresi berganda dan korelasi pada SPSS versi 12.
Diharapkan, dengan mengetahui hal-hal apa yang paling berkontribusi dalam menempatkan suatu merek menjadi merek yang teratas dalam benak konsumen, maka pemasar dapat lebih memfokuskan strategi pemasaran mereka pada sisi-sisi yang paling efektif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13552
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan
"Aktivitas pasar modal sebagai salah satu potensi perekonomian nasional semakin menampakkan peranannya dalam penumbuhkembangkan perekonomian nasional. Dukungan sektor swasta di pasar modal merupakan kekuatan nasional yang berperan sebagai dinamisator aktivitas perekonomian nasional. Harga saham-saham di bursa selalu berfluktuasi, dapat bergerak naik atau turun, tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar menawar. Bursa saham menggolongkan perubahan harga saham dalam dua kategori yaitu persentase perubahan harga saham tertinggi tergolong dalam kategori perusahaan top gainer dan persentase perubahan harga saham terendah tergolong dalam kategori top looser. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Dalam penelitian ini, membahas tingkat profitabilitas, debt to assets ratio, debt to equity ratio, kepemilikan saham asing, segmen usaha, dan umur perusahaan mempengaruhi terhadap perubahan harga saham pada perusahaan kategori top gainer dan top looser.
Hasil penelitian dengan menggunakan Multiple Regression menunjukan bahwa profitabilitas, debt to assets ratio, debt to equity ratio, kepemilikan saham asing, segmen usaha, dan umur tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan kategori top loose. Berbeda pada kategori top gainer dimana kepemilikan saham asing memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham sementara profitabilitas, debt to assets ratio, debt to equity ratio segmen usaha, dan umur kepemilikan saham asing tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham.
Berdasarkan hasil pengujian rata-rata dengan menggunakan independent t test menunjukan bahwa rata-rata DAR, segmen usaha, dan umur perusahaan kategori top gainer lebih besar dibandingkan top looser. Sedangkan rata-rata profitabilitas, DER, dan kepemilikan saham perusahaan kategori top gainer lebih rendah dibandingkan top looser, dengan hasil statistik yang menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas rata-rata profitabilitas, DAR, DER, kepemilikan saham dan segmen antara perusahaan top gainer dan top looser. Sedangkan terdapat perbedaan pada rata-rata umur antara perusahaan top gainer dan top loose."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Deny Sugandi
"Keberhasilan pembangunan yang telah diamanatkan melalui TAP MPR dan GBHN tahun 1993 ditentukan dan ditunjang oleh dana yang sifatnya sektoral dalam APBN dan regional dalam APBD TK. I, APBD TK. II Kabupaten juga partisipasi masyarakat yang berbentuk swadaya masyarakat.
Dalam pengentasan kemiskinan pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan taraf hidup di desa tertinggal yaitu Inpres No. 5 Tahun 1993 sedangkan dalam pelaksanaannya telah ditingkat Propinsi dikeluarkan Instruksi Gubernur No. 13 Tahun 1994 dan Surat Keputusan Gubernur No. 144 Tahun 1994.
Penanggulangan kemiskinan di dalam operasionalnya memerlukan adanya suatu kerja sama yang meliputi anggaran koordinasi, perencanaan, pengaturan monitoring dan evaluasi namun dalam teknisnya masih ada kendala baik yang sifatnya intern maupun ekstern.
Dalam penelitian di Propinsi Jawa Barat pada tahun 1990 masih terdapat penduduk miskin sekitar 4,8 juta jiwa dari jumlah penduduk 27,2 juta; hal tersebut menjadi suatu beban yang cukup berat dalam pelaksanaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei-deksriptif dimana sumber data di peroleh dari desa tertinggal yaitu Desa Buah Bata Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Teknik pengumpulan data melalui studi lapangan dan studi pustaka serta teknik wawancara dan kuesioner.
Program IDT No. 5 Tahun 1994 dalam pemanfaatannya tanpa adanya penunjang dari dana anggaran sektoral pusat dan regional tingkat Propinsi, Kabupaten serta swadaya masyarakat tidak mungkin cepat tercapai dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dalam program Pengentasan Kemiskinan di Desa Tertinggal."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fu Xie (Siat)
"Konflik antar golongan akhir-akhir ini, terutama konflik yang berlatar belakang agama, membuktikan bahwa pembangunan sosial di Indonesia masih sangat kurang. Untuk bisa hidup rukun di Indonesia, yang terdiri dari banyak agama, perlu dikembangkan sikap dan perilaku inklusif. Seorang yang bersikap inklusif, tidak perlu berkompromi terhadap nilai-nilai kepercayaan yang dipegangnya. Dia tetap berpegang teguh terhadap kepercayaan agamanya, namun dalam hidup bermasyarakat dia terbuka terhadap kelompok-kelompok yang lain.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi inklusivitas seseorang Kristen, dan bagaimana cara meningkatkannya, Penulis memilih kota Bandung karena kota ini adalah kota yang multi kultur.
Variabel yang diteliti yaitu lnklusivitas, Sikap maupun Inklusivitas, Perilaku dari orang-orang Kristen sebagai variabcl dependen. Sedangkan variabel independen yaitu: Aliran gereja, Struktur Gereja, Sistem Pemerintah Gereja, lnteraksi Antar Umat, Keterlibatan Orang Awam, lnklusivitas dari Gembala Sidang, dan juga latar belakang pribadi dari umat. Unit analisis dari penelitian ini yaitu orang Kristen Populasi target yaitu orang-orang Kristen yang ada di Kota Bandung, sedangkan populasi sampelnya yaitu orang-orang Kristen yang menjadi anggota gereja yang ada di Bandung. Kerangka sampel yang dipakai yaitu daftar gereja yang ada pada Departemen Agama Kota Bandung dan daftar anggota yang ada di gereja.
Untuk mendapatkan alat ukur yang reliable dan valid dilakukan uji coba yang dilaksanakan dua kali di Bogor. Setiap kali uji coba, dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas. Hasil uji coba yang kedua menunjukkan bahwa alat ukur sudah valid dan reliable. Pengambilan data dilakukan terhadap 19 gereja yang terpilih secara acak, dan dari setiap gereja dipilih 4 - 5 orang sehingga terkumpul 92 responden.
Untuk menyederhanakan pengolahan data dan memudahkan penarikan kesimpulan, variabel-variabel inklusivitas jemaat maupun inklusivitas gembala direduksi menjadi masing-masing 3 variabel dengan menggunakan analisis-faktor. Analisis step-wise regression dipakai untuk mengetahui variabel-variabel mana saja yang berpcngaruh terhadap variabel dependen.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi lnklusivitas-sikap-umat yaitu Aliran gereja, Lama Pendidikan, Punya Famili Agama Katolik, dan Aktif di Organisasi Rohani Aliran gereja Karismatik/Pentakosta lebih eksklusif dibanding aliran yang lain. Semakin lama pendidikan seseorang, maka dia akan semakin inklusif. Orang yang mempunyai famili orang Katolik, akan lebih inklusif dibandingkan dengan yang tidak. Dan orang yang aktif dalam organisasi rohani (kecuali gereja) akan lebih inklusif dibandingkan dengan yang tidak.
Sedangkan variabel yang mempengaruhi Inklusivitas-perilaku-jemaat yaitu lnklusivitas-Perilaku-Gembala dan Tokoh-Idola-Rohani. Semakin tinggi inklusivitas-perilaku-gembala, maka akan semakin tinggi pula umatnya. Dan orang yang hanya mempunyai tokoh idola rohani saja akan lebih eksklusif dibandingkan dengan yang mempunyai tokoh idola yang Iain (bukan hanya rohani).
Variabel-variabel yang mempengaruhi Inklusivitas-Perilaku-Jemaat-terhadap-Gereja-Lain yaitu Ink!usivitas-Perilaku-Gembala-terhadap-gereja-lain, etnis umat, dan Pernah-Sekolah-Katolik. Semakin tinggi lnklusivitas-Perilaku-gembala-terhadap-gereja-lain, maka semakin tinggi pula umatnya. Orang Kristen etnis Tionghoa kurang inklusif dalam perilakunya terhadap gereja lain dibanding etnis yang lain. Sedangkan orang Kristen etnis Sunda lebih inklusif dibandingkan dengan lain. Dan orang Kristen yang pemah bersekolah di sekolah Katolik, akan lebih inklusif dalam perilakunya terhadap gereja lain dibandingkan dengan yang tidak.
Dari hasil wawancara bisa disimpulkan: Orang yang eksklusif umumnya adalah orang yang kurang mau berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Orang-orang Kristen di Bandung umumnya memiliki tipifikasi yang negatif terhadap Orang Islam-Sunda. Hubungan orang Kristen terhadap Islam lebih tegang dibandingkan terhadap agama lain. Kelompok eksklusif minoritas akan semakin eksklusif jika dilarang dan dikucilkan oleh masyarakat.
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan ini, ada beberapa rekomendasi yang penulis ajukan berikut ini. Pemerintah harus memfasilitasi pola interaksi antar umat sehingga umat dari agama yang berbeda bisa saling berinteraksi dan jangan ada segregasi dalam bentuk apapun. Pemerintah perlu meninjau lagi larangan terhadap kelompok eksklusif minoritas supaya kelompok tersebut berkurang (hilang) eksklusivitasnya. Gereja harus memperdulikan masalah-masalah yang ada pada lingkungan dengan memberikan bantuan, namun bentuk bantuannya jangan hanya "melempar" saja tapi dalam bentuk yang bisa berinteraksi dengan masyarakat. Umat Kristen harus mengasihi semua orang tennasuk tetangganya dengan motif yang tulus dan bukan supaya mereka nanti jadi Kristen."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribka
"Perubahan psikososial dan psikologi yang terjadi pada masa remaja membuat remaja rentan mengalami masalah kesehatan. Resiliensi dianggap sangat menentukan bagaimana remaja menghadapi setiap stresor dan kesulitan hidup. Faktor-faktor yang berkontribusi pada tingkat resiliensi merupakan kunci dalam perkembangan dan kesejahteraan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dari kelekatan orang tua dan teman sebaya, stres, koping proaktif, regulasi emosi, dukungan sekolah, spiritualitas, dan kondisi ekonomi terhadap resiliensi remaja. Penelitian menggunakan desain cross sectional kepada 269 responden SMP dan SMA di Kota Depok yang diambil berdasarkan cluster random sampling. Penelitian menggunakan kuesioner Connor-Davidson Resilience Scale dalam mengukur resiliensi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parent attachment (p=0,001;CI 95%), peer attachment (p=0,001;CI 95%), regulasi emosi (p=0,001; CI95%), spiritualitas (p=0,018;CI 95%), dukungan sekolah (p=0,001;CI 95%), koping proaktif (p=0,001;CI 95%), dan stres (p=0,001;CI 95%) mempengaruhi resiliensi remaja. Penelitian ini merekomendasikan sekolah untuk dapat memaksimalkan upaya membangun resiliensi dengan mengadakan 

Psychosocial and psychological changes during adolescence make adolescents vulnerable to health problems. Resilience is considered to determine how adolescents deal with each stressor and difficulties. Factors that contribute to resilience are considered as the key in the development dan well-being. This study is aimed to identify the effects of parent and peer attachment, stress, proactive coping, emotional regulation, school support, spirituality, and economic status on adolescent resilience. Research was conducted using cross sectional design to 269 junior and senior high school respondents in Depok approached with cluster random sampling. The study used the Connor-Davidson Resilience Scale questionnaire to measure resilience. The results showed parent attachment (p=0,000;CI 95%), peer attachment (p=0,000;CI 95%), emotion regulation (p=0,000;CI 95%), spirituality (p=0.018;CI 95%), school support (p=0,000;CI 95%), proactive coping (p=0,000;CI 95%), and stress (p=0,000;CI 95%) affect adolescent resilience. This study recommends that schools can maximize efforts to build resilience by holding regular counseling related to factors that increase resilience."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trini Nurwati
"Dosen sebagai tenaga pengajar dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dosen sebagai bagian dari proses belajar mengajar dan dosen sebagai individu. Sebagai bagian dari proses belajar mengajar dituntut untuk menjadi tenaga profesional pendidikan dengan segala kompetensi yang dipersyaratkan, termasuk didalamnya mampu mengelola proses belajar mengajar dengan balk. Sebagai seorang individu dosen tak lepas dari adanya faktor-faktor yang akan selalu berbeda antara yang satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi umur, jenis kelimin, latar belakang pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, akta mengajar yang pernah diikuti, pengalaman mengajar dan beban mengajarnya.
Sesuai dengan tugas dan peranannya seorang dosen harus mempunyai kompetensi mengajar sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu, handal dan profesional. Para dosen akademi keperawatan swasta juga memiliki berbagai keanekaragaman faktor-faktor yang dimilikinya dan berdasarkan hasil wawancara dan catatan hasil ujian semesteran MK 105, MK 213, MK 217, MK 320 temyata masih banyak mahasiswa yang memperoleh nilai di bawah nilai kelulusan sehingga harus ikut ujian ulang (her). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan inforrnasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kompetensi mengajar dosen akademi keperawatan swasta di kota Bandung.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain cross sectional . Lokasi penelitian adalah di Bandung, di Akper Borromeus, Akper Bhakti Kencana, Akper Bidara mukti dan Akper Achmad Yani. Pola penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel karena semua dosen yang mengajar 4 mata kuliah keahlian sebanyak 75 orang dijadikan responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada dosen yang mengajar MK 105, MK 213, MK 217, dan MK 320 clan kepada mahasiswa tahun ke I, II, III yang terpilih untuk melakukan penilaian kompetensi mengajar dosen . Analisis data terdki dari analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan 62,7% dosen memiliki kompetensi mengajar cukup baik. Dari basil analisis bivariat diketahui latar belakang pendidikan dengan nilai p value = 0,020, beban mengajar dengan nilai p value = 0,030 dan umur dengan nilai p value = 0,020 mempunyai hubungan bermakna dengan kornpetensi mengajar. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan hanya latar belakang pendidikan yang berhubungan bermakna dengan kompetensi mengajar dengan nilai OR 4,88 setelah dikontrol oleh variabel akta mengajar, beban mengajar, dan umur.
Disarankan kepada Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan agar membuat suatu kebijakan bagi tenaga pengajar yang akan mengikuti pendidikan lanjut harus relevan dengan bidang keahliannya. Bagi Kanwil Depkes Propinsi agar melakukan pembinaan intensif kepada, institusi swasta. Bagi pimpinan Akademi Keperawatan agar disusun suatu program untuk meningkatkan kompetensi mengajar dengan menambah penguasaan pengetahuan/bahan pengajaran melalui pendidikan lanjut, pelatihan bidang studi dan pendidikan akta mengajar. Bagi dosen akademi keperawatan agar berusaha meningkatkan kompetensi mengajarnya melalui pendidikan lanjut, pendidikan akta mengajar atau latihan mengajar sendiri. Bagi peneliti lain agar diadakan penelitian sejenis dengan cakupan populasi yang lebih leas dan variabel penelitian yang lebih banyak.
Daftar Pustaka : 40 (1974 -1999)

Factors Related to Lecturer's Teaching Competence in Teaching Expertise Subject at Private Nurse Academy, Bandung, 2000Lecture as a teaching instructor can be seen from two dimensions, i.e. lecturer as a part of teaching-learning interaction and as an individual. As a part of teaching-learning interaction, lecturer is demanded to be a professional educator with all competence required, including teaching-learning management. As an individual, lecturer depends on some factors which differ from one another such as age, gender, education background, training, teaching certificate (AKTA), teaching experience and his/her teaching load.
A lecturer has to have teaching competence in order to bear high quality, reliable and professional graduates. Lecturers at private nurse academy also have various factors and based on interview and semester-test result of MK 105, MK 213, MK 217, MK 320 turned out that many students had. scores below passing grades. Therefore they have to makeup exam. Moreover this research has objective to obtain information about some factors related to lecturer's teaching competence at private nurse academy in Bandung.
The research were carried out in Bandung at Akper Borromeus, Akper Bhakti Kencana, Akper Bidara Mukti, and Akper Achmad Yani by using cross sectional design. This research didn't take sample for there are 75 respondents who teach four expertise subjects. Primary data is carried out by givings questioners to lecturers who teach MK 105, MK 213, MK 217, and MX 320 and to students from first, second and third year who are chosen to evaluate lecturer's teaching competence.
Analysis is carried out with univariat to find out frequency distribution. Bivariat analysis with simple logistics regression to find out the relation between independent variable and dependent variable; and confounding variable and dependent variable. Multivariat analysis with logistic regression to find out at the sometime some independent variables and confounding variables which is estimated influence dependent variable.
The result showed 62,7% lecturers have good teaching competence. The result of bivariat analysis was found out education background with score p value = 0.020; teaching load with score p value = 0,030 and age with score p value = 0.020 had correlation with teaching competence. The result of multivariat analysis with logistic regression was found out education background had correlation with teaching competense with score Odds Ratio or OR 4.88 after controlled by teaching certificate variable (AKTA), teaching load and age.
Based on the result of this research, we suggest the Center for Education for Health Personnel (Pusdiknakes) make a policy for teaching staffs who are going to take further education should be relevant to their competencies. Provincial Health Department (Kanwil Depkes) should give intensive assistance to private institutions especially for quantity and qualification of permanent and part-time teaching staffs. Nurse academy director should design programs to increase teaching competence by adding the mastery of knowledge/teaching material through further education, subject material training. Lecturer at nurse academy should try to upgrade his/her teaching competence through further education or self-practice teaching. Other researchers should carry out similar research in the future with larger respondents and variables.
References : 40 (1974 -1999)"
2000
T5142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudistira Adnyana
"Masalah penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku memilih pasangan Anak Agung Gde Agung - Sudikerta dalam pilkada di Kabupaten Badung tahun 2005. Dari beberapa pendekatan yang dikemukakan Dennis Kavanagh, penelitian ini menggunakan dua pendekatan yakni: pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih adalah, kepemimpinan, identifikasi pat-tai, isu-isu politik dan identifikasi "kasta".
Dari 386 responden yang diambil secara purposive di 62 desa menunjukkan bahwa faktor kepemimpinan lebih dominan mempengaruhi perilaku memilih. Sebagian besar responden berpendapat kepemimpinan Anak Agung Gde Agung mempengaruhi perilaku memilih mereka. Preferensi memilih Anak Agung Gde Agung sebagian besar karena unsur "kharisma" dari kebangsawanannya disamping kemampuannya "Kharisma" bangsawan menurut Anderson harus dilihat secara antropologis-kultural, di mana "kharisma" lebih merupakan sifat yang menurut anggapan dari para pengikutnya ada pada pemimpin itu. Ini menunjukkan preferensi memilih bersifat carnpuran antara unsur tradisioiial dan rasional.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa dalam pemilihan langsung terdapat kecenderungan bahwa faktor kepemimpinan lebih dominan mempengaruhi perilaku memilih. Signifikansi teoritis penelitian ini adalah dalam pemilihan langsung di tingkat lokal di mana kultur tradisionalnya masih kuat, perilaku memilih dipengaruhi oleh pendekatan psikologis dan pendekatan sosiologis secara bersamaan. Menurut Anak Agung Gde Putra Agung, unsur "kharisma" dari bangsawan didukung oleh sistem "kasta", merupakan pendekatan sosiologis. Sementara preferensi terhadap kemampuan rnencenninkan orientasi individual pemilih, merupakan pendekatan psikologis.
Penelitian ini merekomendasikan beberapa hal. Pertama, diperlukan peningkatan sosialisasi politik oleh ages-agen sosialisasi untuk mengintemalisasikan nilai-nilai demokrasi sehingga dapat mengembangan demokrasi di masa datang. Kedua, diperlukan kajian-kajian tentang perilaku memilih secara lebih luas dan mendalam terutama untuk mengetahui karakteristik pendukung partai-partai di Bali pada pemilu-pemilu pasca Orde Baru.

The subject of this research is what factors influencing the behavior for electing deputy and vice of regent candidates Anak Agung Gde Agung - Sudikerta in the local regent election in Badung Regency in 2005. From some approaches reveal by Dennis Kavanagh, this research had used approaches those are sociological approach and psychological approach. The factors influencing the behavior to vote are the leadership, party identification, political issues and "caste" identification.
From 386 respondents taken purposively in 62 villages had indicated that more dominantly, leadership factors had influenced. Most of respondents had made opinion that Anak Agung Gde Agung leadership had influenced their behavior to vote. Respondents' preference to vote for Anak Agung Gde Agung mostly because of nobility status besides because of his competences. According to the Anderson it should be viewed in cultural and anthropological natures. By which charisma more representing that of according to the followers inherent to this leader. Variedly , it reflected the preference to vote focused on the traditional and rational/modern element.
The conclusion drawn from this research that there was the tendency in which more dominantly, leadership factors influencing voting behavior. was more dominant compared to other factors. The theoretical significance from this research was that in the direct election at local level in which its traditional culture is still strong and simultaneously, the voting behavior trend to be influenced by psychological and sociological. approaches. According to Anak Agung Gde Putra Agung, the charisma element of nobility supported by "caste" system as sociological approach. Meanwhile the preference to the capability reflected orientation of voting behavior a psychological approach.
This research recommends some issues. The First, it is required the increasing of political socialization through agents who socialize the political issues in order to internalize values of democracy to be developed in the future. Secondly, it is required studies on voting behavior both more deeply and diversely specially, to know the characteristics of supporting parties in Bali for general elections post New Order Regime.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilla Avianty
"ABSTRAK
Visi pcmbangunan kesehatan di Kota Bandung adalah tercapainya Kclurahan
Sehat tahun 2005, Kecamatan Sehat 2006 clan Bandlmg Sehat 2007. Dalam
kenyataannya hingga tahun 2005, cakupan rumah tangga sehat masih l4,14% sehingga
pencapaian kelurahan kelurahan sehat hanya sebanyak 6,46% di Kota Bandung.
Permasalahannya antara lain karena perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola
hidup bcrsih dan sehat. Pcnelitian Lentang penyebab rendahnya cakupan kelumhan sehat
yang dihubungkan dengan faktor-faktor yang mcnyebabkan terbentuknya perilaku
kesehatan masyarakat, selarna ini belum pemah dilakukan.
Pcnelitian ini menggunakan rancangan suvei (cross sectional), dengan sampel
sebanyak 192 rumah tangga yang terpilih secara random berdasarkan metode klaster.
Unit analisisnya adalah ibu rumah tangga dengan kriteria inklusi mempmmyai anak usia 6
bulan - 5 tahun dan bersedia ikut penelitian. ' '
Hasil uji univaniat menunjukkan bahwa gambaran perilaku masyarakat yang sudah
baik scbesar 64,6% dan kumng baik 35,4%. Hasil uji bivariat menunjukkan faktor
predisposisi yang berhubungan bennakna adalah pendidikan, status ekonomi,
pcngetahuan dan sikap; Faktor pemungkin yang berhubungan berrnakna adalah
kctersediaan fasilitas kesehatan, ketcrscdiaan biaya kesehatan dan komitmen terhadap kesehatan; Faktor pcnguat yang berhubungan bermakna adalah dukungan pctugas
puskesmas dan dukungan forum masyarakat.
Sikap ibu merupakan variabel yang paling dominan pada komposit indikator
perilaku masyarakat dalam mewujudkan kelurahan schat. Adapun pendidikan; status
ekonomi; pengetahuan; sikap; dukungan petugas puskesmas; dukungan forum
masyarakat merupakan variabcl yang paling dominan berhubungan dengan masing-
masing indikator dari perilaku masyarakat dalam mewujudkan kelurahan sehat.
Mengacu pada kcsimpulan tersebut, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1) Mcningkatkan Advokasi kepada pemerintah legislatif, donor agency, LSM, PT,
organisasi masyarakat untuk dukungan kebijakan dan alokasi anggaran; 2) Menjalin
kemitraan dengan mitra potensial untuk mengatasi masalah bidang kesehatan seperli
LSM dan media massa; 3) Melalcukan standarisasi ketenagaan promosi keseharan;
4) Melakukan evaluasi perilaku sehat masyarakat melalui kegiatan pembinaan rutin dan
peningkatan sistem pencatatan dan pelaporan.

ABSTRACT
The vision of healthy development in Bandung 2006 is to achieve Healthy Sub
District 2005, Healthy District 2006, and Healthy Bandung 2007. In reality, until 2005,
only achieving of scope of healthy homes about l4,l4% and 6,46% healthy sub district
in Bandung. This problem is caused by the behaviour of community with less supporting
for health and neat life pattern. The research about the motive of low achieving healthy
sub district that is related with factors of behaviour that contribute to perform
community health behaviour, during this time is never done.
This research uses survey planning (cross sectional), with mother sample having
child have age 6 months - 5 years counted 192 homes in selected sub district by cluster
sampling methode. U
The results of univariate test indicates that the portrayal of health community
behaviour about 64,6% and 35,4% of community less supporting for health and neat life
pattern. The results of bivariatc tests indicates that predisposing factors which
significantly related are education, economic status, knowledge and attitude; Enabling
factors significantly related are availability of health facilities, availability of health cost
and commitment to health; Reinforing factors which significantly related are public
health centre officer support and public forum support.
Mother attitude represent dominant factor is significantly relation with composit
community behaviour indicator in order to achieve healthy sub district. Education;
economic status; knowledge; attitude; public health centre ofiicer support; public fomm support represent dominant factor is signilicantly relation with each community
behaviour indicator in order to achieve healthy sub district. As according to the
conclusion, writer raise some the following suggestion 1 1) Increasing advocacy to
legistlatif government, agency donor, public independent agency, education institute and
public origanization for health administrative and budget support; 2) Building
partnership with potential partner such as public independent agency and mass media to
influence a health problem; 3) Standarization for health promotion officer; 4) Evaluating
community health behaviour through monitoring, reporting and recording system.

"
2007
T34587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Widarti
"Pornografi di Indonesia telah tumbuh pesat seiring dengan kemajuan teknologi. Sosok yang rentan terkena bahaya pornografi salah satunya adalah remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya efek paparan pornografi remaja SMPN. Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang(cross sectional). Populasi penelitian ini adalah remaja SMPN di Kota Depok dengan jumlah sampel 275 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November 2008 dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 275 responden, remaja SMPN yang terpapar pornografi sebanyak 244 orang (88,7%), dari 244 orang yang terpapar pornografi sebanyak 132 orang (54,1%) telah mengalami efek paparan pornografi. Dari 132 orang yang mengalami efek paparan pornografi, sebanyak 24 orang (18,2%) mengalami efek adiksi, dari 24 orang yang mengalami adiksi sebanyak 17 orang (70,8%) berada dalam efek eskalasi, dari 17 orang yang eskalasi sebanyak 15 orang (88,2%) berada dalam efek desensitisasi dan dari 15 orang yang mengalami efek desensitisasi sebanyak 12 orang (80%) berada dalam tahap act out. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, kelas, waktu keterpaparan pornografi, jenis media pornografi, frekuensi paparan pornografi dan pengaruh teman sebaya. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada pihak yang terkait dengan remaja SMPN yaitu pihak sekolah agar dapat meningkatkan diskusi baik di dalam kelas maupun diluar sekolah mengenai dampak dan bahaya pornografi, bekerjasama baik dengan orang tua, guru Bimbingan Konseling (BK) maupun pihak terkait lainnya dalam melakukan pencegahan terhadap meluasnya peredaran pornografi serta efek yang diakibatkannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>