Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106083 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putera Anarta Mardanadi
"Di dalam keseharian kehidupan, seiring manusia yang keluar dari ruang privatnya, manusia dihadapkan dengan keberadaan ruang kota yang merupakan ruang publik, yang juga dialami manusia yang lain. Manusia yang mengisi ruang keseharian tersebut adalah manusia yang belum tentu mengenal satu sama lain, sehingga ketika sedang berada di ruang kota tersebut, seorang individu berada di antara orang-orang asing. Interaksi yang terjadi membuat seorang individu harus menyeimbangkan hak kebebasannya di ruang publik dengan keberadaan individu yang lain di ruang tersebut, dengan memperhatikan order-order yang telah ada dan disepakati.
Namun, dalam keseharian di ruang kota yang dipenuhi keragaman, banyak individu yang menempatkan ruang privat di ruang publik, sehingga menciptakan suatu ruang yang disorder. Ruang yang disorder tersebut menjadi keseharian manusia di suatu ruang karena telah menyatu dalam ritme rutinitas keseharian manusia. Disorder tersebut hadir dalam berbagai perwujudan dan banyak hal yang merupakan bagian dari ruang kota, yang merupakan ruang keseharian, baik yang nyata maupun yang abstrak, yang melatarbelakangi keberadaan disorder di ruang tersebut.

In daily life, when a man is in the outside of his own private space, he faces and experiences the existence of urban space, which is also experienced by other humans. They, whom are inside the everyday space, do not know about each other. So when a man is in the everyday urban space, it means that he is in the middle of the existence of strangers. The interaction that occurred inside that kind of space, rules a man to be capable in balancing his right of freedom in public space with the existence of others, by acting and having behavior properly with the order that already exist in urban space.
But, in everyday urban space whose primary element is the differences, there are many people who place their private space in public space, and then make that space as disorderly space. That space becomes everyday space because it stands together with the rythm of daily routines. Disorder exists in everyday urban space in variety ways.and there are a few things, real and abstract, that cause the existence of disorder.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48429
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rosalyn Lohanda
"Ruang sebagai esensi dasar arsitektur dan aksi manusia merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Ruang memberikan kualitas bagi aksi di dalamnya, begitu pula aksi memberikan makna pada sebuah ruang. Ruang keseharian merupakan ruang yang berada di sekitar manusia yang dimaknai dan mempunyai program serta susunan perilaku tertentu bagi manusia di dalamnya. Program dan susunan ini menentukan limit ideal suatu ruang terhadap aksi apa yang yang ingin dihadirkan.
Peran cerita yang hadir dalam bentuk sinetron adalah merangkaikan dam memanipulasi aksi-aksi di dalam ruang keseharian oleh tokoh-tokohnya sehingga memperlihatkan sampai batas mana suatu program dan susunan perilaku dalam ruang keseharian dapat diperluas dari program dan susunan awalnya hingga terbentuklah konflik antara program awal dengan program yang diperluas yang ditampilkan dalam sinetron. Melalui konflik inilah sinetron menjadi dinikmati dan ruang keseharian dimaknai lebih dari realita.

Space as basic architectural essence and human actions inside it are two inseparable things. Spaces qualified action, and otherwise, human define a space through actions. Everyday space is space around human life which defined by programs and certain behavioral order. This program and order become an ideal limit of space which allows action to present.
The role of narrative in television cinema is to connect and to manipulate actions in everyday space by its characters, so it can show how far the limits in everyday space widen, from program and its early order. Between early program and the widen program shown in television drama establish conflicts. From this conflict, this television cinema can be enjoyed and the everyday space can be defined more than reality.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51564
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranny Monita
"Skripsi ini membahas ruang heterotopia (irisan dari elemen ruang nyata dan ruang utopia) sebagai alternatif ruang sosial yang terjadi di dalam ruang keseharian (everyday space) di Plaza Indonesia, sebuah pusat perbelanjaan elit yang berlokasi di pusat Jakarta. Pertama, Plaza Indonesia sebagai heterotopia of crisis merupakan salah satu bentuk selebrasi akan - kebebasan - kaum yang sebelumnya tak terlihat (marginal) diantara golongan-golongan yang mendominasi pada saat Plaza Indonesia pertama kali dibuka. Kedua, ruang keseharian di Plaza Indonesia yang - nyaman - (memanjakan seluruh panca indera individu yang berada di tempat tersebut) memberikan kesempatan kepada kegiatan lain yang sama sekali berbeda dari kegiatan - menyenangkan - (seperti bekerja) untuk dilakukan secara bersamaan dan berkelanjutan pada ruang heterotopia tersebut.Ketiga, penampilan masyarakat golongan kelas atas di Plaza Indonesia merupakan suatu bentuk realisasi fantasi utopia dan di saat yang sama keberadaan mereka di Plaza Indonesia (ruang keseharian yang nyata) juga menciptakan suatu persepsi ilusi sebagaimana - fantasi-fantasi - yang kita temui pada media komunikasi high class brand fesyen. Terakhir, heterotopia terbentuk akibat adanya - aksi - unjuk kekuasaan dari kaum - central - (yang berkuasa), sehingga memperlihatkan mana yang menjadi - central - dan mana yang termasuk ke dalam - other - . Namun pada heterotopia, permainan kekuasaan yang ditimbulkan oleh - central - tidak memadamkan kehadiran - other - (tidak seperti pemahaman ruang pada era klasik hingga era modernisme, di mana - central - memadamkan kehadiran - other - ). Ruang heterotopia pada Plaza Indonesia memperlihatkan kepada kita bahwa terdapat suatu ruang yang terdiri dari jalinan - jejaring - antara elemen utopia (tidak nyata, mewakili prinsip ideal) serta elemen dystopia (nyata, berupa ruang secara materi, kebutuhan manusia yang terlihat dari kegiatan sehari-sehari).

The Focus of this study is the application of Foucault's concept of heterotopia (created by the spatial imaginaries and material realities) as alternative social space of everyday space in Plaza Indonesia, an elite shopping center in the heart of Jakarta. First, Plaza Indonesia as heterotopia of crisis is a form of celebration of marginal's 'freedom' among the central group at its first time it's established. Second, everyday space in Plaza Indonesia is ordered and involved possibilities for transgression through the heterotopic juxtaposition of material practice of pleasure within and against site of work. Third, heterotopia space in Plaza Indonesia involves an utopian element which is represented by high society people's appearance that contrasted with real space which make the illusionary space looks real and at the same time make the real space (social space) looks as an illusion of fantasy which we see a lot in communication media in fashion industry. Last, heterotopia support the exercise of power role of the 'center' and the 'other'. Nevertheless, the power role of 'center' doesn't try to freeze the power role of 'other''unlike the power role which happened on classic to modernism era where presence of 'center' tried to freeze the presence of 'other'. These heterotopias founded in Plaza Indonesia show us that there's a space which marked by network of utopia and dystopia elements."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52285
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurseto Nugroho
"

Tesis ini membahas proses pembentukan ruang dalam keseharian dengan menggunakan kacamata narasi dalam arsitektur. Narasi dalam keseharian disebut sebagai spatial trajectories. Hasil penelusuran menyarankan bahwa yang perlu dilihat dalam proses pembentukan ruang adalah bridge yang terbentuk oleh spatial trajectories. Semakin banyak bridge yang hadir berarti spatial trajectories yang terlibat semakin banyak. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah persinggungan antar spatial trajectories yang terjadi dalam ruang tersebut karena hal tersebut mengindikasikan berbagai macam narasi yang terlibat.

Tesis ini juga menelusuri berbagai macam bentuk narasi dan bagaimana cara membongkar narasi tersebut, seperti narasi tertulis dan narasi film. Teknik-teknik seperti diagram, collage, kamera, dan separatrix banyak dibahas sebagai intrumen penelusuran dalam tesis ini.

Tesis ini mendemonstrasikan strategi perancangan berbasis spatial trajectories. Untuk dapat merepresentasikan spatial trajectories diperlukan sebuah teknik representasi yang dapat mewakili ketepatan data empiris sebuah narasi yang dalam hal ini bisa dengan menggunakan teknik proyeksi, namun tetap dapat memunculkan imajinasi keseharian yang lebih abstrak dengan menggunakan teknik scenography yang dapat merepresentasikan sebuah performance.

Melalui penggunaan spatial trajectories sebagai pendekatan dalam perancangan, arsitektur yang hadir merupakan arsitektur yang ingin menyampaikan cerita mengenai ruang-ruang keseharian dalam sebuah konteks. Tesis ini berusaha untuk membuka peluang-peluang spasial dengan memanfaatkan teknik-teknik representasi untuk dapat memunculkan makna-makna dalam ruang-ruang keseharian kita.


This thesis discusses the production of space inside everyday using the narrative lens in architecture. The narrative in everyday is referred to as spatial trajectories. The inquiry results suggest that what is important in the production of space process is the bridge formed by the spatial trajectories. The more bridges that are present means, the more spatial trajectories are involved. It becomes important to consider the overlapping between spatial trajectories that occur in that space because it indicates various kinds of narratives involved.

This thesis also explores various forms of narrative and how to dismantle these narratives. Techniques such as a diagram, collage, camera, and separatrix are widely discussed as instruments of inquiry in this thesis.

This thesis demonstrates a spatial trajectories-based design strategy. To be able to represent spatial trajectories, a representation technique should represent the accuracy of empirical data in a narrative in the way of projection technique, but the representation should also bring up more abstract of everyday imagination in a way scenography technique to represent the performance

Through the use of spatial trajectories as an approach in design, the architecture that is present is an architecture that wants to convey stories about everyday spaces in a context. This thesis seeks to open up spatial opportunities by utilizing representational techniques to be able to give meaning in our everyday spaces.

"
2019
T53972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Saraswati Wijayakusumah
"

Skripsi ini bertujuan untuk menelusuri ruang sensori pada praktik memasak melalui serangkaian operasi yang berhubungan dengan strategi dan taktik dalam mengubah bahan mentah menjadi bahan matang. Sebagai bagian dari keseharian, praktik memasak merupakan praktik yang penting dalam memproduksi makanan yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Memasak umumnya bertempat di dapur, begitu pula dapur biasa disebut juga sebagai ruang memasak. Melalui skripsi ini, ruang memasak akan ditelusuri melalui perspektif keseharian sehingga dapat memunculkan layer-layer ruang baru yang berhubungan dengan proses terjadinya transformasi bahan di dalam dapur beserta sensori yang terlibat. Dengan melihat menelusuri ruang sensori pada praktik memasak, maka keterlibatan sensori akan dapat terlihat dalam menghadirkan ruang-ruang baru di dalam ruang memasak dengan strategi dan taktik tertentu yang mempengaruhi.


This thesis aims to explore the space of sensory in a cooking practice utilising a series of operations represented by strategy and tactic in transforming raw ingredients into cooked ingredients. As part of everyday life, cooking practice is an important practice in producing food, which is human’s basic need. Cooking generally takes place in the kitchen, as kitchen can be defined as cooking space. From this thesis, the cooking space will be explored from the perspective of everyday life in defining new layers of new spaces that are related to the process of transforming the ingredients in the kitchen with sensories experienced. In exploring the sensory space of cooking practice, the engagement between sensory in cooking will be seen in defining new spaces in cooking space that are affected by strategy and tactic.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Rohmah Ramadhanti
"Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang kegiatan menyimpan dan ruang penyimpanan dalam ruang hidup Orang Laut dari perspektif keseharian, sebagai taktik yang dilakukan dalam ruang yang terbatas. Dalam ruang hidupnya yang terbatas di dalam sampan, Orang Laut menggunakan ruang sampannya dengan membawa peralatan untuk kebutuhan sehari-hari. Penulisan skripsi ini mempelajari kegiatan menyimpan dan ruang penyimpanan yang terjadi sebagai bagian dari interioritas, dalam konteks vernakular Orang Laut. Penelusuran dilakukan melalui studi literatur dan observasi langsung pada bulan Juni - Juli 2019 dalam kegiatan Ekskursi Orang Laut UI 2019 terhadap Orang Laut di daerah Tajur Biru, Lingga, Kepulauan Riau. Dengan cara hidup yang berpindah di alam, mereka menyusun peralatan tersebut dengan taktis sehingga terdapat suatu pola yang muncul berdasarkan kebutuhan dari setiap kegiatan, intensitas penggunaan, ukuran, serta zonasi basah dan kering, baik secara vertikal maupun horizontal dengan bergantian dalam waktu. 

This article aims to explore the activities of storing and storage in the living space of the Orang Laut from the perspective of everyday life, as the tactics carried out in such a limited space. In such a limited space, Orang Laut uses its sampan to carry equipment for their daily needs away from the land. The writing of this article studies the activities of storing and storage that occur as part of interiority within the vernacular context of Orang Laut. The observation was carried out through literature studies and field study in June - July 2019 in the “Ekskursi Arsitektur UI 2019: Orang Laut” in the Tajur Biru, Lingga, Riau Islands. The fingdings of this study suggest that they store their everyday stuff and the equipment tactically based on the needs of each activity, constituting a storage pattern based on the intensity of use, size, and zoning of wet and dry area, both vertically and horizontally with turns in time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatia Marwa Nastitie
"Penyakit Parkinson atau yang biasa disebut PD merupakan gangguan pada sistem koordinasi gerakan manusia yang ditandai dengan gejala motorik dan non-motorik. Pada stadium lanjut PD, diagnosis klinis cukup jelas dalam pendeteksian. Namun, pada tahap awal, ketika gejala masih belum terlihat dengan jelas, diagnosis menjadi sulit dan terkadang pasien tetap tidak terdiagnosis atau bahkan salah diagnosis. Penelitian ini berfokus pada identifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi gejala awal PD berdasarkan gangguan aktivitas keseharian dan gangguan perilaku tidur Rapid Eye Movement. Penelitian ini juga membahas klasifikasi penderita PD stadium awal menggunakan model klasifikasi statistika Classification tree beserta penanganan masalah missing value yang terjadi pada data PD. Faktor penting berdasarkan model Classification Tree adalah tremor, dress difficulty, speech difficulty, skor gangguan perilaku tidur REM, dan usia. Diperoleh model classification tree dengan melakukan proses penanganan missing value menggunakan metode K-Nearest Neighbour. Model tersebut memberikan nilai akurasi sebesar 86.5%, sensitivitas sebesar 80%, spesifisitas sebesar 91.57% dan AUC sebesar 0.858.

Parkinson’s Disease or commonly known as PD is a disorder in human movement coordinator system that are characterized by motoric and non-motoric symptoms. At the late stage of PD, clinical diagnosis is relatively easy to detect because the symptoms are clear-cut. However, when the symptoms are often incomplete or subtle, in the initial stage, diagnosis becomes difficult and sometimes subject still remain undiagnosed or even misdiagnosed. This research focuses on identifying factors in early stage PD based on patient daily activities and rapid eye movement sleeping behaviour disorder (RBD). Data analysis was conducted using classification tree method, to classify early stage PD patients or healthy control patients. Missing values were handled with k-Nearest Neighbour (kNN) method. The results were satisfactory, with the classification accuracy of 86.5%, sensitivity 80%, specificity 91.57% and AUC 0.858. It is also found that tremor, dressing difficulty, speech difficulty, RBD questionnaire score, and age are important in differentiating early stage PD from the healthy control."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Adiswari
"Tesis ini mempelajari bagaimana sinema merepresentasikan ruang-ruang sejarah beserta keseharian, isu gender, kelas sosial, kolonialisme, dan nilai-nilai tradisi melalui pengamatan terhadap tiga sinema historis bertema kehidupan R.A. Kartini keluaran tahun 1980-an dan 2010-an. Tesis ini menganalisis representasi konsep-konsep di atas dari cara aktor berinteraksi satu sama lain dan beraktivitas dalam batasan-batasan ruang domestik dan hubungannya dengan ruang publik. Analisis pada tesis ini merekonstruksi fragmen-fragmen representasi lingkungan dalem Kabupaten Jepara – tempat tinggal R.A. Kartini sejak masa kecil hingga menikah – sebagai latar yang dominan pada ketiga sinema tersebut. Rekonstruksi ini kemudian menunjukkan jika otentisitas latar tersebut berhubungan dengan narasi masing-masing sinema – yang juga dipengaruhi oleh narasi politik dan sejarah yang populer ketika sinema diproduksi. Mengingat bentuknya sebagai salah satu produk kreatif dari historiografi, sering terdapat perdebatan antara sisi kreatif dari sinema dan tanggung jawabnya untuk menjaga akurasi fakta sejarah. Tesis ini menemukan bahwa otentisitas ruang dalam sinema sejarah adalah sebuah spektrum dan dapat berkompromi dengan pertimbangan kreatif untuk mencapai narasi yang diinginkan. Berdasarkan observasi terhadap tiga sinema dengan tema yang sama, tesis ini menemukan bahwa seorang tokoh bersejarah dapat direpresentasikan melalui kombinasi ruang yang berbeda, hubungan yang berbeda dengan tokoh-tokoh di sekitarnya, serta teknik visual yang berbeda, dengan beragam cara memanipulasi fakta sejarah.

This thesis explores the recreation of spaces in history, along with representations of everyday life, gender and class issues, colonialism, and traditional values in spaces within 1980s and 2010s Indonesian movies that depict the life of R.A. Kartini. The analysis of such concepts surrounds the way characters interact with each other, inhabit, and exist within the boundaries of domestic spaces, which can relate to their existence in public settings. In this thesis, the author reconstructed fragments of the dalem (palace) of Jepara Regency – where Kartini lived from childhood until the beginning of her marriage – as the most significant set of all three movies. This reconstruction then shows the relations between the authenticity of these recreated spaces with each movie’s narratives – which were also a product of political and historical narratives that were popular during the movies’ production. Given its essence as a creative form of historiography, historical cinema is often torn between staying true to historical facts and allowing its creators some levels of creative liberty. This thesis found that authenticity in historical cinema is a spectrum, and it often compromises with creative liberty in order to achieve its creators’ intended narrative. Based on observing three movies of the same theme, this thesis found that the exact historical figure can be represented within different combinations of spaces, relationships with their surrounding figures, and different visual techniques, all while manipulating authentic historical facts in different manners."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tafia Sabila Khairunnisa
"Dalam keseharian, pengguna berperan aktif dalam mengadaptasikan arsitektur dalam ruang dan waktu, yang mana arsitektur dikatakan baik jika dapat beradaptasi dalam ruang dan waktu.. Makna yang tercermin dari arsitektur keseharian mengindikasikan bahwa pengguna membaca dan memaknai arsitektur dengan cara berbeda. Narasi menawarkan cara membaca yang penting karena dapat membaca dan memproduksi makna dari hasil pembacaannya. Skripsi ini membahas lebih lanjut bagaimana narasi menunjukkan makna di arsitektur keseharian. Pembacaan dilakukan berdasarkan parameter conceived- perceived ruang, temporalitas waktu, dan operasi ruang. Hasil analisis menunjukkan bahwa makna ditunjukkan secara parsial-keseluruhan dari hubungan sebab akibat antara ruang, waktu, dan operasi ruang. Dengan menjadikan narasi sebagai alat membaca, disimpulkan bahwa suatu praktik keseharian tidak bisa dilihat secara terpisah, melainkan harus dilihat keterhubungannya dengan berbagai sistem dalam ruang dan waktu karena ada banyak hal yang terkesan tidak bermakna ternyata sangat penting terhadap keseluruhan proses bagaimana arsitektur beradaptasi dalam ruang dan waktu.

In everyday, users have active role to adjust architecture in space and time as good architecture is defined by its capability in adapting with space and time. The meaning expressed in everyday architecture indicates that users have their own way of reading and interpreting. Narrative offers an important means of reading that is used both to read and produce meaning. This thesis discuss further how narrative produce meaning in everyday architecture. The reading is based on spatial operation and components of space and time. The result shows that meaning is presented from causality happened through spatial operation in a part whole way. Using narrative as means of reading gives an understanding that everyday practice shouldn rsquo t be seen separately, yet read by its relation to various aspects in space and time because many things that are ignored turns out important to the whole process of how architecture adapt with space and time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67214
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Desyanti
"Latar Belakang : Telah diketahui bahwa stres merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya Temporomandibular Disorder ( TMD ), dan "Home Stress", yang merupakan bagian dari stres psikososial perlu diperhatikan. Selama ini, fenomena tersebut belum pernah diteliti sebelumnya pada aircrew di Indonesia.
Tujuan : Menganalisis korelasi stres dengan TMD pada aircrew.
Metode : Cross Sectional pada 318 aircrew maskapai komersial nasional di Jakarta. Subjek mengisi dua jenis kuesioner, yaitu Indeks Diagnostik TMD untuk mendiagnosis TMD dan Modifikasi Sloan and Cooper’s Questionnaire untuk mendiagnosis stres, yang terdiri dari "Home Stress" dan "pengaruh Home Stress pada pekerjaan", kemudian dilakukan uji hipotesis korelatif numerik distribusi data tidak normal.
Hasil Penelitian : Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara "Home Stress" dan "pengaruh Home Stress pada pekerjaan" dengan TMD pada aircrew (p=0.000). Korelasi tersebut juga didapatkan pada cockpit crew (p=0.000) maupun cabin crew (p = 0.000). Nilai korelasi (r) yang didapat berturut-turut adalah 0.363,0.387, 0.345, 0.341, 0.393 dan 0.346.
Kesimpulan : Terdapat korelasi yang sedang antara stres dengan TMD pada aircrew.

Background : It is known that stress is one of the risk factor for Temporomandibular Disorder (TMD), and "Home Stress" as part of a psychological stress should get more attention. Until so far, this phenomenon in Indonesian aircrew had never been studied yet.
Objectives : The aim of this study was to analyze the correlation between stress and Temporomandibular Disorder in aircrew.
Methods : A cross sectional study was performed towards 318 commercial aircrew of national company in Jakarta. The subjects were asked to fill two kinds of questionnaire, first was TMD Diagnostic Index to assess the TMD and the other was Modification of Sloan and Cooper’s Questionnaire to examine the stress which was consisted of two sections, "Home Stress" and "Effect Home Stress at Work". Then the correlative numerical hypothetic analysis was done.
Results : Spearman test showed that there was a correlation between "Home Stress" , "Effect Home Stress at Work" and TMD in aircrew (p=0.000). This correlation was also found in cockpit crew (p=0.000) and cabin crew (p = 0.000). The Spearman rank correlation coefficients (r) were 0.363, 0.387, 0.345, 0.341, 0.393 and 0.346.
Conclusion : There is a fair degree of correlation between stress and TMD in aircrew.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>