Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175472 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evi Heryanti
"Dewasa ini makanan cepat saji (fast food modern) seperti burger, pizza, fried chicken, french fries, dan sejenisnya sangat digemari terutama oleh para remaja. Makanan tersebut biasanya mengandung tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi natrium dan rendah serat. Konsumsi sering terhadap makanan cepat saji (fast food) akan berdampak pada meningkatnya kecenderungan kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit degeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnya dengan status gizi pada mahasiswa penghuni Asrama UI Depok Tahun 2009. Penelitian ini dilaksanakan di Asrama Mahasiswa UI Depok pada bulan April-Mei 2009. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diambil melalui kuesioner dan wawancara sedangkan data sekunder adalah gambaran umum Asrama UI Depok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17,9% responden mempunyai kebiasaan makan cepat saji (fast food morning) frekuensi sering dan 89,7% responden berstatus gizi normal. Kebiasaan makan cepat saji (fast food), pengetahuan gizi, pola konsumsi, aktivitas fisik dan karakteristik orangtua tidak berhubungan dengan status gizi. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan status gizi (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), pengetahuan gizi, pola konsumsi, aktivitas fisik dan arakteristik keluarga dengan status gizi berdasarkan IMT, tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan status gizi berdasarkan IMT pada mahasiswa penghuni asrama UI Depok."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mardatillah
"Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah perkotaan yang menimbulkan perubahan yang sangat cepat akan perilaku kehidupan modern, perubahan aktivitas fisik sehingga dapat meningkatkan prevalensi gizi lebih yang merupakan faktor resiko terhadap penyakit degeneratif. Adapun dampak gizi lebih pada remaja khususnya antara lain menurunkan produktivitas dan daya tahan tubuh serta umur harapan hidup, lebih cepat lelah dan kurang aktif bergerak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian gizi lebih yang dilihat dari pengukuran indeks massa tubuh (IMT) yang dihubungkan dengan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji modern (fats food), aktifitas fisik (waktu tidur, waktu menonton TV, main komputer/main video games), pola konsumsi (konsumsi energi, konsumsi karbohidrat, konsumsi lemak dan konsumsi protein), karakteristik siswa (jenis kelamin, pengetahuan gizi dan uang saku) dan karakteristik orang tua (pendidikan ibu dan pendapatan orang tua) pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur tahun 2008.
Analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square dilakukan pada 113 responden laki-laki dan perempuan di SMA Islam PB. Soedirman kemudian dilakukan pengisian kuesioner oleh responden mengenai karakterik dan perilaku responden. Dimana recall 24 jam dan FFQ dilakukan untuk melihat konsumsi makanan responden. Sebanyak 33,6% responden mengalami gizi lebih (IMT ≥ 85 persentil) Proporsi responden dengan frekuensi makan fast food sering (≥ 2x/minggu) (60,2%) lebih tinggi dibandingkan responden dengan frekuensi konsumsi fast food tidak sering (< 2x/minggu). Sebanyak 81,4% responden memiliki lama waktu tidur sebentar (> 7 jam), 69,9% responden dengan waktu menonton TV, main komputer/ main video games > 2 jam sehari dan sebanyak 67,2% responden melakukan kebiasaan olahraga ringan. Konsumsi lemak dan protein dalam penelitian ini tergolong tinggi dengan proporsi 76,1% dan 80,5% dibandingkan dengan konsumsi energi dan karbohidrat dikategorikan cukup. Proporsi responden laki-laki (53,1%) lebih banyak dibandingkan responden perempuan. Sebagian besar responden (78,8%) memiliki pengetahuan tentang gizi baik dan 52,2% responden memiliki uang saku besar (≥ Rp. 20.000,-)/hari. Sekitar 61,1% tingkat pendidikan ibu responden ≤ SMA dan 62,8% pendapatan orang tua responden tinggi (≥ Rp. 4.000.000).
Karakteristik pengetahuan gizi memiliki hubungan bermakna dengan kejadian gizi lebih. Kebiasaan konsumsi makanan cepat saji modern (fast food), waktu tidur, waktu menonton TV, main komputer/main video games, kebiasaan olahraga, konsumsi energi, karbohidrat, lemak, protein, jenis kelamin, uang saku, pendidikan ibu dan pendapatan orang tua tidak berhubungan dengan kejadian gizi lebih. Dari hasil penelitian ini diharapkan pihak sekolah dapat mengadakan penyuluhan kegiatan monitoring status gizi pada siswa secara rutin dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan pemanfaatan Kinik Soedirman yang dimiliki Yayasan sekolah untuk memantau status gizi pada siswa."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Basmalah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kecocokan gaya belajar dan gaya mengajar terhadap pencapaian akademik siswa kelas 8 di dua SMP negeri di Kecamatan Bekasi Utara. Kuesioner diberikan kepada 10 kelas dan kepada 2 orang guru Bahasa Inggris kelas 8 di dua SMP negeri di Kecamatan tersebut. Hasil wawancara dan observasi kelas digunakan untuk mentriangulasi data yang didapat dari kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan gaya belajar yang dominan pada siswa di dua SMP negeri di Kecamatan Bekasi Utara adalah Dependent dan gaya mengajar yang dominan pada guru adalah Facilitator. Dependent dan Facilitator adalah pasangan gaya belajar dan gaya mengajar yang tidak cocok berdasarkan Gabungan Gaya Mengajar dan Gaya Belajar yang dikemukakan oleh Grasha (1995). Ketidakcocokan tersebut tidak mempengaruhi pencapaian akademik siswa kelas 8, ditunjukkan dengan 70% siswa yang diteliti mendapatkan nilai di atas atau sama dengan KKM (Kriteria Kelulusan Minimal). Pencapaian ini dimungkinkan karena gaya mengajar lain yang melengkapi gaya mengajar dominan guru cocok dengan gaya belajar dominan siswa, dan gaya belajar lain yang dimiliki siswa selain gaya belajar dominan mereka cocok dengan gaya mengajar dominan yang dimiliki guru mereka. Kecocokan tersebut menjadi faktor penentu yang membuat perolehan nilai siswa baik. Oleh karena itu, faktor gaya belajar dan gaya mengajar lain perlu diikutsertakan dalam analisis tentang kecocokan gaya belajar dan gaya mengajar yang dihubungkan dengan pencapaian akademik siswa.

The research aimed at investigating the influence of a match between learning and teaching styles on eighth graders? achievement in two state junior high schools in Bekasi Utara Sub District. Questionnaires were given to students in 10 classes and 2 English teachers of eighth grade in two state junior high schools in Bekasi Utara Sub District. Interview and class observation were other instruments used in this research, and the results were used to triangulate the data obtained from the questionnaires. The result of the research shows that the dominant learning style in those schools is Dependent, and the dominant teaching style is Facilitator. According to Grasha's Clusters of Teaching and Learning Style (1995), Dependent learning style and Facilitator teaching style do not match. The mismatch found does not influence students achievement proven by the fact in which 70% students who participated in this study has a higher or the same score as KKM (Kriteria Kelulusan Minimal). The satisfying achievement reached by eighth grader students in two state junior high schools is possibly caused by the fact that the teachers other teaching styles which accompany their dominant teaching style matched with the students? dominant learning style, and the students other learning styles besides their dominant learning style matched with their teachers dominant teaching style. This finding shows that the other teaching and learning styles that matched to one another played an important role in helping the students perform well in their study. Therefore, they should be taken into account in analyzing the influence of a match between learning and teaching styles on students? achievement in class.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T43692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feky Anggraini
"Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat di negara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi di negara maju. Demikian halnya di Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disertai dengan perubahan gaya hidup yang mempengaruhi status kesehatan pada lansia. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pekayon Jaya Kota Bekasi, yang berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi memiliki prevalensi status kesehatan yang kurang baik di Kota Bekasi sebanyak 0,86%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup dengan status kesehatan lansia binaan puskesmas Pekayon Jaya. Menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan pengambilan sampel secara Purposive dari seluruh lansia binaan Puskesmas Pekayon Jaya. Variabel independen adalah gaya hidup, yang terdiri dari pola makan yang diperoleh melalui wawancara menggunakan metoda food frequency quesioner, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan istirahat diperoleh melaui wawancara menggunakan kuesioner oleh peneliti, sedangkan variabel dependen adalah status kesehatan yang diperoleh dari pengukuran tekanan darah, BB dan TB, wawancara menggunakan kuesioner. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi status kesehatan rendah pada lansia binaan puskesmas Pekayon Jaya sebesar 66,9%. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pola makan dengan status kesehatan (nilai p=0,914) dan kebiasaan merokok dengan status kesehatan (nilai p=0,975), serta ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status kesehatan (nilai p=0,004) dan kebiasaan istirahat dengan status kesehatan (nilai p=0,000). Berdasarkan hasil penelitian diatas maka disarankan untuk meningkatkan pengetahuan lansia mengenai gaya hidup dan dampak terhadap status kesehatan melalui promosi kesehatan di wilayah binaan Puskesmas Pekayon Jaya Kota Bekasi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aadiyaat Dhafi Amstrong
"Minuman boba merupakan minuman yang dibuat dari teh atau susu dengan suatu perisa atau pemanis yang kemudian ditambahkan boba atau topping lainnya. Minuman boba dan sejenisnya adalah salah satu dari minuman berpemanis gula atau sugar-sweetened beverages (SSBs) dan termasuk ke dalam hand-shaken sugar-containing drinks (HSDs). Minuman ini meningkat trennya di Indonesia pada tahun 2018 seiring dengan meningkatnya prevalensi diabetes dan obesitas di Indonesia pada tahun yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan konsumsi minuman boba dan sejenisnya dengan berbagai faktor pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Lokasi kampus UI berada di dekat daerah pusat kuliner dan sebagian mahasiswa memiliki kebiasaan saling memberikan hadiah makanan atau minuman di antara sesama teman. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan melibatkan responden sebanyak 181 mahasiswa reguler angkatan 2018 dan 2019. Penelitian berlangsung pada pada bulan Mei–Juli 2022. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner metode daring yang selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-square dan Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan tingkat konsumsi minuman boba dan sejenisnya pada mahasiswa UI didominasi oleh tingkat konsumsi rendah (90,1%). Analisis bivariat menemukan bahwa prestise tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat konsumsi minuman boba dan sejenisnya. Variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat konsumsi minuman boba dan sejenisnya adalah pengaruh kelompok referensi, terutama teman (p-value = 0,044; OR = 3,373). Mahasiswa disarankan untuk mempertimbangkan baik dan buruk saran dari kelompok referensi. Pemerintah disarankan untuk membuat peraturan batasan gula dan mencantumkan label pangan pada minuman boba dan sejenisnya serta membatasi iklan minuman boba dan sejenisnya.

Bubble drink is a drink made from tea or milk with a flavor or sweetener, then added with boba or other toppings. Bubble drinks and its kind are one of sugar-sweetened drinks (SSBs) and included in hand-shaken sugar-containing drinks (HSDs). It has an increasing trend in Indonesia in 2018 along with the prevalence of diabetes and obesity in Indonesia in the same year. This study aims to determine the description and relationship of consumption of boba drinks and its kind on students from the University of Indonesia (UI). UI located near the culinary center area and some of student have a habit of giving gifts or drinks to each other among friends. This study used a cross-sectional study design and involved 181 regular students from class of 2018 and 2019 as respondents in May–July 2022. Data were collected through online questionnaires and then analyzed by univariate and bivariate using the Chi-square and Mann-Whitney U test. Univariate analysis showed that the level of consumption of beverages and its kind among UI students was dominated by low consumption rate (90.1%). Bivariate analysis found that prestige did not have a significant relationship with the level of consumption of boba drinks and its kind. The variable that has a significant relationship with the level of consumption of boba drinks and its kind is the influence of the reference group, especially friends (p-value = 0,044; OR = 3,373). Students are advised to consider the good and bad of the reference group advice. The government suggested to setting a sugar limit, adding food labels on boba drinks and its kind and limiting advertising on boba drinks and its kind."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Anggraini
"Masih rcndahnya disiplin kerja perawat di rumah sakit merupakan suatu indikator masih kurang kualitas pelayanan keperawatan yang diterima oleh masyarakat. Keberhasailan rumah sakit dalam mcnjalankan fhngsinya ditamdai dengan meningkatnya mutu pelayanan rumah sakit. Faktor yang dominan mempengaruhi mutu rumah sakit adalah sumber daya manusia. Salah satu aspek kekualan SDM itu dapal tercermin pada sikap dan perilaku disiplin, karena disiplin mempxmyai dampak yang kuat terhadap suatu organisasi untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan yang direncanakan.
Peningkatan disiplin kerja perawat dapat dilakukan mclalui berbagai uapayta diantaranya dengan meningkatkan kepuasan remunerasi, dan pola gaya kepemimpinan hal ini juga disesuaikan dengan kazakteristik individu dari perawat. Dcmikian halnya yang dilakukan oleh Rurnah Sakit Dr.Moh.l-loesin Palembang untuk meningkatkan disiplin kerja perawat PNS.
Disain penelitian yang digunakan adalah survey dengan pendekatan kuanlitatiti Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari perawat pns di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang berjumlah 84 orang dari 540 orang perawat yang menjadi populasi. Pengumpulan data dilakukan dcngan menyebarkan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan Variabel Karakteristik individu yang signiflkan adalah umur, pcndidikan, dan Iama kerja perawat PNS memiliki hubungan dengan tingkat kedisiplinan perawat PNS di RSMH Palembang, kemudian variabel gaya kepemimpinan demokratis Sena persepsi kepuasan remunerasi perawat PNS. Hal ini lerlihat dari nilai signifikansi variabel pada analisis bivariat yang lebih kecil dari alpha 5%. Hasil penelitian ini teruji pada tingkat keyakjnan 95% dengan alha 5%.
Dampak dari pcnelitian ini adalah adanya informasi yang berguna sebagai bahan pertimbangan untuk RSMH Palembang khususnya bagian manajemen keperawatan untuk meningkatkan kualitas disiplin kerja pcrawat sehingga akan mcningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

The low of nursing hospital discipline ability is become an indicator of less service nursing quality which accepted by society. Hospital achievement in run marked the function showed by the height of hospital service quality. Dominant factor that influences hospital quality is human resource. One of the strength aspects of this can be found in attitude and behaviors discipline due tue discipline has strong impact towards an organization to pursue success in achieve aim that planned.
Enhancing the discipline of nursing can be done in various things, such as increasing the satisfaction of remuneration, and this matter of leadership Style pattern also accustomed with individual characteristics of nurse. However, such the things done by dr. Moh. Hoesin Palembang that to increase nurse discipline work of PNS.
Design of analytical that used is doing survey with quantitative approaching. Sample in this research is some of PNS nurse RSIIP dr. Mohammad Iloesin Palembang that number 84 person from 540 nurses which become a population. Data collecting is done with distribute questioners.
The research result shows individual characteristics that have variable significant. For instance age, education, and how long PNS nurse has relationship connection with nurse discipline level at RSMH Palembang, then democratic leadership style variable with satisfaction perception remunerasi nurse pns. This matter is seen from value signifikansi variable in bivariate analysis smaller than alpha 5%. This result, confidence analytically in level 95% with alha 5%.
Impact of this research is hopefully give useful information existence upon which deliberation to RSMH Palembang, especially management part to increase quality ofthe discipline of nurse, thus will increase well-being service quality for society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34304
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Molly Umairi
"Skrpisi ini membahas tentang penilaian staf Puskesmas terhadap tampilan gaya kepemimpinan kepala Puskesmas. Bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara 3 faktor berpengaruh yaitu predisposing, lingkungan dan densitas terhadap gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh kepala Puskesmas, dan juga menilai tentang fungsi kepemimpinan kepala Puskesmas. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Cirebon pada bulan April dan Mei 2009 di 10 Puskesmas terpilih. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional.
Hasil penelitian didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara ketiga faktor berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan kepala Puskesmas dengan nilai P value lebih dari 0,05. Pada fungsi kepemimpinan didapatkan ada hubungan yang bermakna antara aspek komunikasi, delegasi wewenang, koordinasi dan motivasi terhadap gaya kepemimpinan kepala Puskesmas dengan nilai P value kurang dari 0,05.

This essay discusses the assessment of community health center staff to display the leadership style of the community health center. Aims to find out what the relationship between the 3 factors predisposing effect, the environment and the density of the style of leadership shown by the community health center, and also assess the function of the central leadership of public health. This research was conducted in the city of Cirebon in April and May 2009 in the 10 selected community health center. This is the type of quantitative research with cross sectional design.
Results of research found no meaningful difference between the three factors affect the leadership style of the community health center with the highest P value over 0.05. On the function of leadership have established a meaningful relationship between aspects of communication, authority delegation, coordination and motivation of the leadership style of the community health center with the highest P value less than 0.05.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ida Ruslita Amir
"Banyak cara yang dapat dipergunakan untuk mengetahui keadaan gizi seseorang. Salah satu cara adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT ).
Dengan mengetahui IMT dapat diketahui apakah berat badan seseorang lebih atau kurang. Keadaan gizi kurang atau lebih dapat terjadi karena ketidak seimbangan gizi. Selanjutnya keadaan gizi selain dapat ditentukan oleh konsumsi energi juga dapat ditentukan oleh komposisi zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari.
Penelitian ini merupakan bagian dari survei status gizi orang dewasa di 12 kota besar di Indonesia (kerja sama Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes dengan FKM - UI. Penelitian dilakukan di Kotamadya Bandung Jawa Barat dengan desain penelitian potong lintang (Cross Sectional). Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 1996.
Sebagai sampel adalah orang dewasa ( umur 5 18 tahun) sebanyak 382 orang yang terdiri dari 43,97% laki-laki dan 56,03% wanita
Tujuan dari mempelajari Indeks Massa Tubuh orang dewasa dan hubungannya dengan gaya hidup. Variabel yang diteliti meliputi konsumsi makanan, (total energi, persentase karbohidrat terhadap energi, persentase lemak terhadap total energi), indeks aktifitas fisik (alktifitas waktu bekerja, waktu olah raga dan waktu luang), kebiasaan merokok dan tingkat stres. Selain itu juga dilihat karakteristik seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan keadaan kesehatan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata IMT orang dewasa sebesar 23,165 ± 3,721 Disamping itu diketahui juga bahwa prevlensi gizi kurang pada orang dewasa adalah sebanyak 10,7% sedangkan gizi lebih sebanyak 29,4%.
Rata rata konsumsi total energi adalah 1885 kalori dengan persentase karbohidrat terhadap total energi adalah 58,70 %. Selanjutnya persentase lemak terhadap total energi adalah 28,30 %.
Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan IMT adalah total energi, jenis kelamin, indeks aktifitas fisik waktu bekerja dan kebiasaan merokok. Sedangkan dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan IMT adalah aktifitas fisik waktu bekerja.
Berdasarkan hasil tersebut , disarankan kepada pengambil keputusan di bidang kesehatan untuk mulai menyusun rencana dan program pencegahan dan penanggulangan masalah gizi, terutama masalah gizi lebih pada orang dewasa. Program yang mungkin dapat dilakukan antara lain adalah program penyuluhan melalui organisasi masyarakat, perkantoran dan perusahaan .
Disamping perlu pula dipikirkan untuk melakukan langkah penanggulangan secara dini untuk para remaja dan anak sekolah yang merupakan generasi penerus bangsa. Kegiatan penanggulangan kebiasaan merokok perlu pula digalakkan melalui larangan merokok di tempat -tempat tertutup, perkantoran dan lain sebagainya.
Selain itu disarankan juga agar dalam melaksanakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), diharapkan dalam penjelasan tentang jumlah konsumsi makanan terutama persentase lemak dari total dapat diberikan dengan angka yang lebih spesifik menurut keadaan gizi sasaran.
Saran bagi peneliti yang akan mempelajari faktor yang mempengaruhi IMT, agar mengukur aktifitas fisik dengan metode yang lebih sesuai dengan kondisi orang Indonesia.
Daftar Pustaka : 53 ( 1974-1996)

Relationship Between Lifestyle and Body Mass Index in Adults in Municipality of Bandung, 1996Nutritional status can be measured by many methods and one of them is measuring Body Mass Index ( BMI ). Based on BMI we would know if someone had over nutrition or under nutrition. These are outcomes of failure in energy balance. Total energy consumption is not the only factor that influenced nutrition status but also by nutrient composition in the daily diet.
This study use secondary data according to nutrition and health survey in adult (cooperation between Ministry of Health and Faculty of Public Health, University of Indonesia), was being held in municipality of Bandung, West Java.
Design of study was across sectional and data were collected on July,1996. Total sample were 382 persons aged 18 - 86 years old, consist of 43,97 % male and 56,03 % female.
The main purpose of this study is to find out adult's BMI and the correlation to life style.The variable consist of food consumption (total energy, percentage of carbohydrate to total energy, percentage of fat to total energy), physical activity index (activity on working hours, activity on exercises and activity on spare time), smoking habit and level of stress. Beside all the factors above, characteristics of respondent was also observed, such as sex, age, education and economic level, and status of health.
This study showed that average of BMI was 23,165 ± 3,72 and the prevalence of under nutrition in adult was 10,7% and for over nutrition was 29,4 % (based on nutrition standard of Ministry of Health ). The average of total energy was 1885 calories, mainly derived from 58, 70 % carbohydrate and 27,25 % fat. Based on bivariate analysis, total energy, sex, index of physical activity on working hours and smoking habit showed significant correlation with BMI, while multivariate analysis showed that the most dominant variable to BMI was physical activity on working hours.
According to this result it is suggested to decision maker in health program to develop plans and programs for prevention and treatment of nutrition problems, especially over nutrition in adults. The programs that could be suitable are dissemination of information through community organization, offices and trade companies. Beside that, it is also have to be considered to make early treatment for teenager and school children who were the next generation in this country. Activities to overcome smoking habit should be enhanced through prohibition of smoking in closed room, offices etc. Beside that, it also suggested implementation of the Indonesian Nutrition Guideline (Pedoman Umum Gizi Seimbang), delivery of information about total food consumption , especially percentage of fat should be delivered with more specific scored based on nutrition status of population/target. Suggestion for the researcher which will study about factors that influence BMI is that physical activity should be measured with methods that suitable for Indonesian people.
References : 53 ( 1974 -1996 )
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadly Erlangga Putra
"Perkembangan tekonolgi yang begitu pesat memberikan tantangan baru bagi sektor bisnis khususnya pada perusahaan startup. Kondisi ini memicu perusahaan untuk meningkatkan kapabilitas inovasi melalui pembentukan Innovative Work Behavior. Beberapa penelitian terdahulu meyakini bahwa Innovative Work Behavior dapat terwujud melalui Leadership Style, antara lain Transformational Leadership dan Transactional Leadership. Walaupun Leadership telah diakui mempunyai dampak positif terhadap Innovative Work Behavior, namun hubungan kedua variabel ini harus dianalisis lebih dalam melalui peran mediasi dari Voice Behavior dan Job Autonomy. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari Leadership Styles terhadap Innovative Work Behavior dengan Voice Behavior dan Job Autonomy sebagai mediasi pada perusahaan startup di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sumber data primer dan metode pengumpulan data berupa survei kuesioner yang disebarkan kepada karyawan perusahaan startup di Indonesia sebanyak 155 responden. Selanjutnya, teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah non-probability sampling dengan jenis purposive sampling. Penelitian ini melakukan teknik analisis data menggunakan regresi linear sederhana dan regresi bertingkat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Leadership (Transformational dan Transactional) terhadap Innovative Work Behavior, dengan pengaruh yang lebih besar diberikan oleh Transactional Leadership. Kemudian, kedua variabel mediasi, baik itu Voice Behavior dan Job Autonomy tidak dapat memberikan efek mediasi pengaruh Leaderhip (Transformational dan Transactional) terhadap Innovative Work Behavior.

The rapid development of technology provides new challenges for the business sector, especially for startup companies. This condition triggers companies to increase innovation capabilities through the formation of Innovative Work Behavior. Several previous studies believe that Innovative Work Behavior can be realized through Leadership Style, including Transformational Leadership and Transactional Leadership. Although Leadership has been recognized as having a positive impact on Innovative Work Behavior, the relationship between these two variables must be analyzed more deeply through the mediating role of Voice Behavior and Job Autonomy. Therefore, the purpose of this research is to analyze the influence of Leadership Styles on Innovative Work Behavior with Voice Behavior and Job Autonomy as mediation in startup companies in Indonesia. This study uses a quantitative approach with primary data sources and data collection methods in the form of a questionnaire survey distributed to employees of startup companies in Indonesia as many as 155 respondents. Furthermore, the sampling technique used in this study is non-probability sampling with purposive sampling. This study uses data analysis techniques using simple linear regression and multilevel regression. The results of this study indicate that there is an influence of Leadership (Transformational and Transactional) on Innovative Work Behavior, with a greater influence given by Transactional Leadership. Then, the two mediating variables, both Voice Behavior and Job Autonomy, cannot mediate the effect of Leadership (Transformational and Transactional) on Innovative Work Behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>