Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120798 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Eko Aditiya Meinarno
Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), 2008
301 EKO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Widianto
Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), 2008
301 BAM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"sebagian kalangan islam dengan tegas mengharamkan umatnya turut merayakan hari kasih sayang itu, karena merayakannya berarti mengamini ajaran romawi kuno, sekaligus ajaran kristen. merayakannya berarti mengiyakan akidah lain diluar islam."
361 MAJEMUK 42:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Simon
Jakarta: Kompas, 2008
361.947 SAR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"semarak valentine sudah mulai terasa sejak akhir januari sampai menjelang tanggal 14 februari. di pusat-pusat buku, toko kembang, dan lain-lain. menawarkan berbagai macam kebutuhan (coklat berbentuk hati, boneka berbentuk hati, bunga mawar, dan lain yang berkaitan dengan hari valentine) menjelang hari valentine memberikannya pada pasangan sudah menjadi sebuah tradisi bagi para muda-mudi di hari valentine.kisah tentang valentine tersebut pada zaman sekarang tentu saja mengalami pergeseran sejak dua abad lal. menurut abdul hakim dosen sejarah filsafat eropa di universitas paramadina menjelaskan valentines day adalah suatu fenomena budaya global yang didukung oleh paham konsumerisme"
361 MAJEMUK 42:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Irianti
"Indonesia merupakan negara maritim terbesar di Dunia dan
Provinsi Bengkulu merupakan Provinsi yang memiliki pantai terpanjang di
Pulau Sumatera yang memiliki potensi perikanan laut 126.217 Ton per
tahun, pemanfaatannya baru mencapai 21.421 Ton (16,97 %). Kehidupan
nelayan kecil sejak dulu relatif miskin. Disisi Iain perhatian Pemerintah
terhadap upaya mengentaskan kemiskinan di kalangan nelayan sudah
cukup besar. Namun hasil yang diharapkan oleh Pemerintah dan nelayan
masih belum optimal. Hal ini disimpulkan dari belum adanya perubahan
taraf hidup nelayan. Bahkan permasalahan yang dihadapi nelayan kecil
semakin kompleks, tidak hanya masalah kemiskinan tetapi kesenjangan
antara nelayan besar dan nelayan kecil serta antara nelayan kaya dan
nelayan miskin semakin lebar. Atas dasar itulah periu dilakukan penelitian
untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan nelayan dan
alternatif pemecahannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kombinasi metode penelitian kuantitatif dan dan kualitatif. Penelitian ini
dilakukan di Kelurahan Pasar Bengkulu dengan jumlah responden
sebanyak 35 orang dan nara sumber sebanyak 10 orang.
Setelah dilakukan penelitian ternyata dari data primer dan
sekunder yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab
kemiskinan nelayan adalah pertama, dari sisi masyarakat nelayan yakni
budaya nelayan dan struktur/system masyarakat nelayan itu sendiri.
Budaya nelayan disini adalah : sikap pasrah, kurang hemat, sulit diatur,
tidak menyukai prosedur yang berbelit-belit dan sulit menerima teknologi
baru. Struktur/system masyarakat nelayan selalu membuat nelayan kecil
berada dibawah nelayan yang memiliki faktor produksi (pemilik modal) dan
mendapat bagian terkecil. Kedua, dari sisi Pemerintah dalam hal ini
program perencanaan yang dibuat Pemerintah sering tidak memperhitungkan kondisi, kemampuan dan budaya masyarakat setempat.
Sehingga perencanaan yang cugup ideal sulit diimplementasikan.
Pemecahan masalah nelayan dilakukan secara bertahap
mulai dari mencari akar penyebab masalah, membuat konsep
pemberdayaan nelayan, melaksanakan pembangunan yang berorientasi
rakyat dan pada akhirnya akan terjadi perbaikan struktur/system secara
berangsur."
2001
T3127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinita Susanti
"Hubungan seks sebelum menikah, hamil di luar nikah dan pembunuhan bayi merupakan penyimpangan norma (deviant behavior). Perbuatan ini berkaitan satu dengan yang lainnya. Semua tindakan ini melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat, dan pelakunya mendapat ?cap? negatif. Yang paling serius dan membahayakan adalah pembunuhan bayi. Penulis tertarik dengan masalah ini, karena melihat ketidak adilan dialami oleh pelaku pembunuhan bayi (ibu si bayi). Perempuan sering menjadi ?korban? pada masyarakat patriarkhi.
Penelitian ini membahas reaksi masyarakat terhadap hubungan seks sebelum menikah, hamil di luar nikah dan pembunuhan bayi. Lebih mendalam lagi, membahas juga tingkat seriusitas dan bahayanya dari perilaku menyimpang seksual tersebut.
Dalam menganalisa, kerangka berfikir yang digunakan dengan menghubungkan variabel independen (VI) dan variabel dependen (VD). Ascribed Status dan Achieved Status dalam masyarakat sebagai variabel yang mempengaruhi (VI). Dan variabel yang dipengaruhi (VD) adalah reaksi sosial. Yang termasuk variabel independen adalah kelompok agama, kelompok suku dan kelompok SSE. Semua mempengaruhi reaksi.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskripsi-analitis. Selain mendeskripsikan data-data, juga menganalisanya. Pendekatan yang dipakai adalah kualitatif, dengan sampelnya berjumlah 19 orang, yang terdiri dari 7 Informan dari kelompok Agama, 3 Informan dari kelompok Suku dan 9 Informan dari kelompok SSE. Untuk mempermudah pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah Wawancara Mendalam pada masing-masing Informan. Ditambah dengan studi pustaka dan dokumen, untuk melengkapi informasi dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini yang paling mendalam adalah adanya pelabelan dari masyarakat terhadap perempuan pelaku tindakan menyimpang tertentu, khususnya pembunuhan bayi. Perempuan juga mengalami ketidak adilan, selain ia menjadi korban laki-laki (pasangannya), ia juga harus menerima hukuman dari masyarakat berupa label yang tidak menyenangkan dan hukum sipil yang harus dihadapi sendiri tanpa pasangannya.
Hasil analisa data, hubungan seks sebelum menikah dipandang sebagai serius dan berbahaya. Kehamilan di luar nikah dipandang sebagai sangat serius dan sangat berbahaya dan begitu juga dengan Pembunuhan bayi dipandang sebagai yang sangat serius dan sangat berbahaya."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T 7942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Waluyo
"Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Karya "Pangudi Luhur" Bekasi, yang beralamat di Jalan H. Moeljadi Djojomartono No.19 Bekasi Jawa Barat, dengan tujuan untuk mengkaji proses pelaksanaan program rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis pada lembaga tersebut. Selanjutnya penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi masukan untuk perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Obyek penelitian adalah semua pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan program rehabilitasi sosial di PSBK Bekasi, antara lain kepala panti, petugas fungsional/petugas lapangan, gelandangan dan pengemis yang sedang dibina serta pihak lain yang terkait.
Gelandangan dan pengemis (gepeng) merupakan fenomena sosial di kota-kota besar, karena sulitnya kehidupan di pedesaan sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk dan tanah garapan yang makin berkurang, mereka terpaksa harus mencari pekerjaan di tempat lain, alternatifnya yaitu mengadu nasib ke daerah perkotaan. Namun oleh karena keterbatasan ketrampilan dan pendidikan, mengakibatkan mereka tidak mampu bersaing memperebutkan pekerjaan yang layak. Akhirnya mereka mau bekerja apapun dengan upah berapapun untuk mempertahankan kehidupannya.
Akibatnya mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup secara layak, tidak mempunyal pekerjaan layak, tidak memiliki tempat tinggal yang layak dan sebagainya. Keberadaan mereka yang terbatas ketrampilan, terbatas pendidikan, dan terbatas fasilitas, maka keberadaan mereka diperkotaan dianggap sebagai masalah sosial. Untuk penanganan masalah sosial gelandangan dan pengemis diperlukan pelayanan yang komprehensip, karena masalahnya sangat komplek tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi tetapi juga aspek mental dan budaya.
Program rehabilitasi sosial di PSBK terdiri dari beberapa tahapan proses sebagai berikut : Pertama adalah tahap rehabilitasi sosial yang terdiri dari : a) pendekatan awal, b)penerimaan dan c)bimbingan mental, sosial dan ketrampilan. Kedua adalah tahap resosialisasi yang terdiri dari ; a) bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat, b) bimbingan sosial masyarakat, c) bimbingan bantuan stimulus usaha produktif dan c) bimbingan usaha. Ketiga adalah tahap bimbingan lanjut yang terdiri dari : a) bantuan pengembangan usaha dan b) bimbingan pemantapan usaha/kerja.
Hasil penelitian yang diperoleh menggambarkan bahwa secara umum PSBK Bekasi telah dapat memberikan pelayanan program kepada kliennya sesuai prosedur yang ditetapkan, namun praktek pelayanan yang diberikan belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih ada kesenjangan antara teori atau konsep dengan praktek yang bisa dilakukan. Sehingga lembaga ini kurang berhasil mengemban misinya, yaitu mengentaskan gepeng dari masalahnya.
Hasil penelitian tahap awal, pada kegiatan orientasi dan motivasi untuk menjaring klien, PSBK lebih mengandalkan tehnik "getok tular", yaitu mengharapkan eks klien yang telah selesai mengikuti pembinaan di PSBK mengajak teman-temannya yang lain untuk masuk panti. Tehnik ini kurang efektif sehingga target sasaran yang setiap angkatan hanya 300 orang tidak terpenuhi, padahal gepeng di Jakarta jumlahnya sangat besar.
Bimbingan mental sebagai fokus utama program rehabilitasi di PSBK, metodanya juga masih perlu dikaji ulang. Tehnik bimbingan mental yang diterapkan lebih mengacu pada aspek transfer pengetahuan, bukan aspek penyadaran mental. Dimana semua klien dari berbagai tingkat pendidikan masuk dalam satu kelas dan diajarkan materi yang sama, sehingga situasinya lebih menyerupai sekolah formal. Bimbingan mental untuk membangun konsep diri yang positif, percaya diri, dan penghargaan diri diperlukan pendekatan individu, tehnik konseling yang efektif dan sebagainya. PSBK sampai saat ini belum mempunyai program khusus yang secara langsung diarahkan untuk penyadaran mental klien.
Program rehabilitasi gepeng harus dilaksanakan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu, sebagaimana pada konsep dan juklak. Namun PSBK sampai saat ini baru memiliki petugas lapangan dari profesi pekerjaan sosial, sedangkan profesi lain yang diperlukan untuk mendukung kelancaran program belum ada.
Dari hasil penelitian ditemukan, bahwa sebagian klien PSBK menggelandang lagi, banyak aspek sebagai penyebabnya, diantaranya PSBK tidak memiliki dana untuk mendukung usaha kerja gepeng, kesempatan bekerja disektor formal sangat sulit, ketrampilan kerja yang diajarkan sangat minim, umumnya dibawah standar pasaran kerja, dan metoda bimbingan mental dan sosial juga kurang tepat.
Selanjutnya penelitian ini merumuskan saran sebagai berikut, pertama PSBK perlu merumuskan program khusus untuk kegiatan bimbingan mental, kedua mengingat sulitnya mencari lapangan pekerjaan di sektor formal, maka program ketrampilan di PSBK sebaiknya lebih diarahkan untuk jenis ketrampilan wira usaha."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 9704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian , 2006
361.1 DIV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>