Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70253 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Heraini
"Kierkegaard merupakan filsuf yang dijuluki sebagai founder of existentialism. Kierkegaard memberikan pemahaman baru terhadap pemaknaan sebelumnya mengenai eksistensi individu, individu harus menjalani hidup dengan gairah. Memilih merupakan bagian dari gairah dalam kehidupan eksistensial, pilihan-pilihan atas eksistensi individu tidak dapat memberikan kepastian mengenai apa yang akan terjadi. Sehingga diperlukan kebenaran yang diyakini oleh individu untuk memutuskan apa yang menjadi pilihannya sebagai wujud kediriannya.Peter Parker dalam Spiderman 3 merupakan sebuah contoh atas pemahaman eksistensialisme Kierkegaard. Peter Parker berhadapan dengan pilihan atas eksistensinya yang membutuhkan pertimbangan etis dalarn dirinya.

Kierkegaard is a philosopher who called as founder of existentialism. Kierkegaard gave a new understanding toward previous meaning of individual existence, an individual should live his/her life with enthusiasm. Choosing is part of existential life enthusiasm, choices of individual existence giving uncertainty of further things. So that, it is needed individual truth which assured by him/her to choose what further things in order of existence actualization.Peter Parker in Spiderman 3 is an example on Kierkegaard's existentialism comprehension. Peter Parker dealing with his existential choice that needed ethical consideration."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16047
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Senna Aditiya
"ABSTRAK
Eksistensialisme merupakan filsafat yang memfokuskan diri dan menjadikan
eksistensi manusia menjadi tema utamanya. Kierkegaard yang disebut sebagai
bapak eksistensialisme memiliki penekanan atas individualitas yang harus dimiliki
oleh manusia untuk mencapai eksistensi diri. Suasana batin ketika berhadapan
dengan keseharian maka akan menghasilkan sebuah ironi yang nantinya ironi
tersebut akan membawa manusia ke dalam tahap-tahap eksistensialisme.
Noah dalam film Noah merupakan tokoh yang merepresentasikan pemikiran
eksistensialisme Kierkegaard. Dalam film ini, Noah berhadapan dengan pilihanpilihan
eksistensial yang membuat dirinya mengalami momen eksistensial.
ABSTRACT
Existentialism is a philosophy that focuses and makes human existence become
the main theme. Kierkegaard that called as the father of existentialism has an
emphasis on individuality that must be possessed by human beings to achieve
self-existence. Moods when dealing with everyday life will produce an irony and
that irony will be bringing people into the stages of existentialism.
Noah in the Noah movie is a figure that represents Kierkegaard’s existensialism
understanding. In this movie, Noah dealing with existential choices that made
himself experiencing an existential moment."
2014
S59914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ai Rahmiyati
"Skripsi ini membahas tentang dinamika pembentukan identitas tokoh Peter Parker dalam film Spiderman dan Spiderman 2 karya sutradara Sam Raimi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan keseluruhan analisis merujuk pada teks. Penulis mengaitkan konsep psikoanalisis Jacque Lacan dan interpelasi Louis Althusser untuk menunjukkan dinamika pembentukan identitas tokoh Peter Parker. Temuan penelitian ini dapat dinyatakan bahwa pembentukan identitas Peter Parker sangat dipengaruhi oleh kondisi subjektivitas dalam dirinya yang rentan berubah. Subjektivitas inilah yang mampu menunjukkan identifikasi Peter terkait dengan konflik yang dihadapi dirinya.

The Focus of this study is about the dynamics of identity formation through the character Peter Parker in the film Spiderman and Spiderman 2 by Sam Raimi. This qualitative study fully refers to the analysis of the text. This study applies the psychoanalysis theory by Jacque Lacan and theory of interpellation by Louis Althusser to show the dynamics of the main character Peter Parker. The conclusion of this study is the identity formation of Peter Parke is influenced by the condition of his subjectivity that is vulnerable to change. This subjectivity can show Peter's identity relates to the conflicts of his life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13960
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Yohanna Monica H.
"Soren Aabye Kierkegaard sebagai bapak eksistensialisme, menekankan manusia sebagai inti dari pemikiran eksistensialismenya. Pemikiran atas pemahaman eksistensi individu yang berdasarkan pada gairah atas pilihan_pilihan hidup, yang berjuang, bergulat, dan mengalami hasrat. Tegangan_tegangan eksistensial yang dirasakan oleh setiap individu menjadi landasan bagi subjek untuk memilih setiap pilihan yang ada di hidupnya. Ketidakpastian dalam hal ini merupakan salah satu hal yang pasti akan hadir pada setiap pilihan yang akan membuat setiap subjek merasakan kecemasan dan ketakutan. Semua pilihan yang mengandung ketidakpastian tersebut memerlukan adanya suatu keyakinan yang membuat individu lepas dari rasa cemas, sehingga keputusan yang telah dibuatnya membawa dia kepada keotentikan dan eksistensi dirinya. Isabella Swan dalam film Twilight merupakan sebuah contoh atas pemahaman eksistensialisme Soren Kierkegaard.Isabella Swan berhadapan dengan pilihan atas eksistensinya yang membutuhkan pertimbangan etis pada dirinya.

Soren Aabye Kierkegaard as the father of existentialism, emphasizes people as the core of the idea of existentialism. Thoughts on the understanding that the existence of individuals based on the passion for life choices, struggling, and experiencing desires. Existential tensions felt by every individual as a baseline for the subject to select any options in life. The uncertainty in this respect is one thing for sure will be present at every option that would make any subject feel the anxiety and fear. All the options that contain these uncertainties requires a belief that makes the individual free from anxiety, so the decision has been made to bring the subject to the authenticity and existence itself. Isabella Swan in the Twilight movie is an example of existentialism, Soren Kierkegaard's understanding. Isabella Swan faced with the option of requiring the existence of ethical considerations in her."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16019
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chintia Asmiliasari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang perjalanan Indiana dalam film Indiana Jones and the Last Crusade untuk menemukan cawan suci Yesus (the Holy Grail) dengan berbekal kebenaran objektifnya sebagai seorang arkeolog. Namun, penemuan the Holy Grail oleh Indiana telah memunculkan pertentangan di dalam diri Indiana untuk tetap
memegang teguh ideologinya sebagai seorang arkeolog atau mempercayai keberadaan the Holy Grail lebih dari sekedar artefak arkeologi semata. Oleh sebab itu, Indiana harus mampu keluar dari objektifitasnya dan membangun subjektifitasnya. Untuk mengetahui perjalanan Indiana membangun subjektifitas dan keyakinannya melalui pencariannya terhadap the Holy Grail, tiga tahapan eksistensialisme Soren Aabye Kierkegaard merupakan teori yang tepat untuk
mendeskripsikan perjalanan Indiana sekaligus sebagai bukti bahwa Indiana adalah representasi seorang individu yang eksis dan otentik.

ABSTRACT
The focus of the study is to show Indiana?s journey in Indiana Jones and the Last Crusade to discover the cup of Christ (the Holy Grail) by using his objective truth as archeologist. However, the discovery of the Holy Grail has led to Indiana?s despair whether to believe in his ideology as archeologist or to believe that the Holy Grail more than just archeological artifact. Therefore, Indiana should be able to put off his objectivity and build up his own subjectivity. To observe Indiana?s journey in building up his subjectivity and his faith through the discovery of the Holy Grail, three stages of existentialism by Soren Aabye Kierkegaard is the most appropriate theory to describe Indiana?s journey, and it also proves that Indiana represents an authentic individual for what he has been going through."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prayoga Rafila Dwikurnia
"Skripsi ini merupakan sebuah analisis filosofis terhadap eksistensialisme manusia. Dengan menggunakan Carl Allen sebagai tokoh utama dalam film Yes Man untuk dijadikan representasi, maka dapat terlihat tahapan-tahapan eksistensialisme yang dijalani oleh Carl Allen dalam kehidupannya dari pilihan-pilihan yang diambil. Analisis filosofis menaruh perhatian pada kehidupan Carl Allen sebagai manusia yang mencapai tahapan-tahapan eksistensialisme untuk dapat menemukan pemaknaan dalam dirinya. Penelitian dilakukan dengan mengamati perubahan passion yang ada dalam diri Carl Allen yang kemudian menjadi faith sebagai salah satu contoh kehidupan manusia, dan kemudian dianalisis untuk kemudian dapat diketahui tentang perpindahan tahapan-tahapan eksistensilisme yang dicapai.

This thesis is philosophical analysis towards to human existentialism. By applying Carl Allen, the main character of Yes Man, as the representation of human existentialism, we can see existentialism phases through Carl Allen’s life options. The philosophical analysis explains Carl Allen’s life as human that gets his existentialism phases to find the real of Carl Allen. This research analyzes the change of Carl Allen’s passion, which becomes faith that one of human life instances. Therefore, we can know the adjustment of the existentialism phases of Carl Allen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Achmad
"ABSTRAK
Salah satu kekuatan yang ikut menjadi penyebab absurditas (kekaburan) makna keberadaan manusia adalah pemahaman generalistis (menyamaratakan) terhadap manusia. Pemahaman ini membuka peluang bagi kepunahan makna individu manakala diikuti penilaian dan sikap yang senantiasa mengaitkan individu dengan keberadaan komunitasnya. Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855), fiLsuf berkebangsaan Denmark yang merupakan bapak eksistensialisme, telah menempatkan eksistensi manusia sebagai tema utama pemikiran kefilsafatannya. Dengan bercermin dari pengalaman hidupnya, Kierkegaard menjadikan predikamen (kedudukan sulit) kehidupan manusia sebagai approach system (cara pendekatan) dalam membebaskan makna 'ada' bagi konkresitas manusia yang telah lama terperangkap di dalam tirani ahstraksi (simpulan tak berwujud). Menurutnya, untuk kepentingan pembebasan tersebut, manusia hams dapat memahami bahwa hidup adalah sebuah perjuangan menjadi suhjektif (diri sendiri). Perjuangan menjadi subjektif (diri sendiri) ditujukan untuk memperjelas realitas keberadaan individu yang berbeda secara konkret dengan individu lainnya. Individu, sebagai wujud manusia konkret dengan dimensi kedirian individualnya, berkeleluasaan untuk bereksistensi secara bebas berdasar pada kesadaran akan tanggung jawab (consciousness of responsibility) atas pilihan tindakan yang dilakukan. Dimensi kedirian individual yang terdiri dari : dimensi fisikal, emosional, rasional, metafisikal dan spiritual, memberikan warna pembeda antara individu yang satu dengan lainnya. Perempuan dan laki-laki hanyalah term (istilah) yang membedakan individu secara fisikal. Persoalan kemampuan dan kesempatan bereksistensi sama sekali tidak terkait dengan perbedaan fisikal tersebut. Perbedaan antara keduanya hanya ada dalam tradisi perlakuan berbeda yang tentunya menjadi ancaman bagi eksistensi individu, khususnya perempuan. Pendidikan, merupakan ranah kehidupan yang potensial membangun kesadaran eksistensial manusia sebagai makhluk konkret. Melalui pendidikan, aku individual idcalnya dapat menata dan membangun kesadaran akan eksistensi kediriannya. Hanya pendidikan yang membebaskan, dalam artian memahamkan kehadiran manusia sebagai individu dan bukan sebagai kelompok atau gerombolan, yang mampu membuka peluang bagi proses pengungkapan eksistensi kedirian individu"
2007
T37492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Auriga
"Filsafat modern yang menjadikan suatu universalitas sebagai suatu kebenaran. Eksistensialisme hadir sebagai suatu reaksi atas ketidakpuasan terhadap terbelenggunya manusia di dalam suatu universalitas. Gabriel Marcel sebagai tokoh eksistensialis religius melihat bahwa kebebasan seorang individu dalam bertindak merupakan suatu bentuk eksistensi, yang mana sebagai individu yang bereksistensi kita berhak bebas dalam arti bukan bebas untuk melarikan diri terhadap problem yang tidak bisa kita atasi, tetapi mencoba merenungi dan mengahayati sebagai bentuk eksistensi diri.

Modern philosophy transform universality as a truth. Existentialism existed as a reaction to unsatifaction of human's entrapment within a universality. Gabriel Marcel, in his position as a religious existentialist, saw a person's freedom to act as a form of existentialism, which as existing person, we have a right to freedom, not in terms of freedom to escape problem we cannot handle, but to reflect and appreciate as a form of self-existentialism. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S214
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yeremia Putra Pradana
"Untuk mencapai eksistensi, manusia memerlukan pihak lain untuk menciptakan suatu relasi sosial. Dalam proses ini, manusia hendaknya mampu menerima dan berinteraksi dengan pihak lain demi mencapai eksistensi. Di jaman modern ini, teknologi menjadi bagian penting dalam kehidupan dan sangat mungkin bagi teknologi menjadi bagian dari ‘pihak’ lain. Jurnal ini berfokus pada relasi unik yang tercipta antara manusia dan teknologi dalam film Her (2013) oleh Spike Jonze. Ketika manusia bertemu dengan teknologi, hubungan mereka menjadi lebih kompleks sebab merupakan dua ciptaan yang berbeda. Meminjam pemikiran Martin Buber tentang eksistensialisme manusia, jurnal ini melakukan analisa terhadap kemungkinan dan keterbatasan interaksi hubungan eksistensial antara manusia dan teknologi. Menilik pada emosi dan logika pikir pihak teknologi untuk menjadi sama dengan manusia, jurnal ini hendak membedah bagaimana subyek, yaitu manusia dan teknologi dapat bersatu menjalin hubungan romantis yang bergantung pada sikap seseorang dalam menghadapi masalah dan kondisi suatu hubungan.

To exist, human being needs others to create social relations. In that process, human should accept and interact with others so that they can exist. In this modern era, technology becomes a significant part of human life, and, it is possible for technology to be “the others”. Examining a movie by Spike Jonze titled Her (2013), this essay spotlights a unique relationship between human and technology. When human creates relation with technology, the problem is more complex since the relation is between two different creatures. Using Martin Buber’s theory about human existentialism, this essay will analyze the possibility as well as the limit of human-technology interaction. By criticizing the subject’s emotion and logic in the process in which technology exist like a human being, this writing will highlight how the subjects, both human being and technology could coexist and engage in romantic relations, which depends on how humans reacts to the problems and conditions of the intimacy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sadam Wildan Aliffi
"Cinta merupakan hal absurd yang dapat dialami oleh manusia. Suatu hal kompleks yang terkadang tak dapat begitu saja dijelaskan melalui kata-kata. Akan tetapi, cinta sering disederhanakan sebagai hal yang mendatangkan kebahagiaan. Hal tersebut merupakan kenyataan yang menjadi persepsi orang-orang miliki terhadap cinta. Namun, realitas dapat mengatakan yang berbeda bahwasannya cinta juga dapat berupa penderitaan yang menyebabkan kesedihan mendalam. Penderitaan tersebut menunjukkan sisi lain mengenai cinta yang selama ini jarang disadari oleh orang-orang. Meskipun begitu, terlalu prematur untuk sekadar mengatakan bahwa cinta hanya seputar kebahagiaan serta penderitaan karena cinta lebih kompleks dari hal tersebut. Dengan menggunakan metode autoetnografi, penelitian ini hendak menelaah realitas lain melalui pengalaman pribadi penulis atas pengalaman pahit cinta sebagai titik berangkat. Kemudian menelaah hal tersebut melalui pendekatan eksistensialisme Søren Kierkegaard untuk menunjukkan bahwa cinta merupakan hal absurd nan kompleks dengan segala bentuknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cinta merupakan pilihan eksistensial yang diambil oleh setiap individu yang ingin merasakannya.

Love is an absurd thing that can be experienced by humans. A complex thing that sometimes is not enough to be explained through words. However, love is often simplified as the thing of full happiness. That’s the notion that people have about love. However, reality can say something different, that love can also be in the form of suffering which causes deep sadness. The suffering shows the other side of love that many people rarely realize. Even so, it’s too premature to say that love is only about happiness and suffering because love is more complex than that. Through the use of the autoethnographic method, this study seeks to examine other realities through the author's personal experience of the bitter experience of love as a starting point. Then examines it through Søren Kierkegaard's existentialism approach to show that love is an absurd and complex thing with all its forms. Which concludes that love is an existential choice taken by every individual who wants to feel it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>