Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151770 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Ayu Trepti Pratiwi
"Dari pengamatan penulis bila mengunjungi rumah sakit pada umumnya, maka banyak pendamping pasien yang duduk-duduk menunggu di selasar ruang rawat inap pasien. Padahal selasar tersebut merupakan jalur lalu-Iintas penting yang harus bebas hambatan. Sehingga bila dipakai untuk duduk-duduk, selain mengganggu kelancaran alur gerak pasien, staf maupun peralatan, juga merubah esensi dan selasar tersebut. Kondisi ini jelas tidak nyaman baik bagi pendamping maupun orang yang hendak melewati seIasar tersebut.
Disini penulis ingin meneliti latar belakang yang menyebabkan fenomena ini ditinjau dan segi kultur budaya maupun sosio-psikologis masyarakat Indonesia pada umumnya. Apabila hal ini terbukti merupakan suatu kultur atau tradisi yang bersifat baik, artinya dapat mendukung kesembuhan keluarganya yang sedang dirawat, maka pendamping pasien ini perlu diperlakukan secara lebih manusiawi dengan menyediakan tempat untuk beristirahat dan melakukan kegiatan sehari-hari."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rahma Bintari
"Kehidupan manusia tidak mungkin lepas dari konteks budaya dan norma yang ada dalam iingkungan kehidupannya sehari-hari. Kepribadian seseorang tidak lepas dari pengaruh lingkungan budayanya. Kepribadian itu dibentuk oleh pengalaman yang didapat individu dalam mengadakan hubungan dengan seterotipi-stcreotip kebudayaan Pengaruh budaya tidak hanya berlaku pada individu yang sehat, namun juga pada kepribadian yang terganggu. Salah satu nilai yang ada dalam kebudayaan adalah kepercayaan. Penggunaan agama sebagai cara untuk menyelesaikan masalah dapat berdampak baik maupun buruk pada individu. Namun disisi lain terlihat pula adanya gangguan kejiwaan yang memiliki tema keagamaan sebagai hasil dari penggunaan agama oleh individu dalam proses penyelesaian masalah. Salah satu fenomena yang nampak adalah adanya waham- wa ham yang berisi ajaran-ajaran agama pada penderita psikosis di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan mengetahui apa saja bentuk dan bagaimana waham keagamaan terjadi pada penderita psikosis di Rumah sakit Jiwa di Jakarta sehingga dapat disusun bentuk pertanyaan serta deteksi awal pada pola kehidupan yang menyebablcan gangguan kepribadian psikosis dengan waham keagamaan. Motode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan melakukan kategorisasi dari data hasil pemeriksaan psikologis terhadap penderita psikosis dengan waham keagamaan, yang ada di Bagian Klinis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sejak tahun 1998 hingga 2002. Fenomena waham keagarnaan dianalisa dengan menganalisa penyebab dan faktor keagamaan yang berpengaruh pada subyek.
Hasil penelitian menunjukkan strulaur dan tipe waham yang dimilil-ti penderita psikosis dengan waham keagamaan: Kebanyakan subyek mcmiliki slruktur waham yang non sistematis. Ada 8 tipe waham keagamaan yang muncul dan 5 tipe waham lain. 8 tips waham keagamaan yang muncul yaitu waham kehebatan, waham kejaran, waham kemiskinan (poverty), waham berdosa (SIG), waham somatis, waham ketiadaan (nihilistic), waham dikontrol, dan waham referensi. Waham lain yang timbul adalah waham kejaran, waham kehebatan, waham referensi, waham somatis, dan waham ketiadaan.
Pada Etiologi, 3 penyebab yang banyak dialami subyek adalah khilangan atau ancarnan kehilangan dari rasa aman dasar, suatu peningkatan dorongan erotis atau permusuhan, peningkatan yang tiba-tiba dalam rasa bersalah, karena reaksi superego atau karena sikap menyalahkan dari orang-orang lain. Pada falctor agama hal yang mempengaruhi kegagalan dalam penyelesaian masalah adalah kesalahan dalam tujuan, yaitu: kesatu-sisian dalam beragama, Pengkhianatan terhadap agama, dimana agama dijadikan penutup dari motivasi yang sebenamya serta kesalahan dalam cara, kesalahan dalam penjelasan agama, kesalahan dalam menyeimbangkan agama.
Penyebab waham keagamaan yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah kehilangan atau ancaman kehilangan dari rasa aman dasar, suatu peningkatan dorongan erotis atau perm usuhan, peningkatan yang tiba-tiba dalam rasa bersalah, karena reaksi superego atau karena sikap menyalahkan dari orang-orang lain yang cuba diatasi dengan cara beragama yang salah seperti kesatu-sisian dalam beragama, penggunaan agama sebagai penutup dari motivasi yang sebenarnya, kesalahan dalam penjelasan agama, serta kesalahan dalam menyeimbangkan agama; sehingga menyebabkan timbulnya waham keagamaan pada penderita psikosis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadar Abidin
"LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan di Indonesia mengalami pcrubahan struktural yang sangat berarti di dekade tahun 1990-an. Ada peran pembahan yang mencolok pada dekade ini yaitu semakin besarnya peran swasta dalam penyediaan pelayanan berteknologi tinggi yang menyebabkan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang akan ditanggung oleh masyarakat. Semakin mahalnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan diikuti oleh tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini merupakan hal yang sangat dilematis bagi organisasi-organisasi pelayanan kesehatan yang disatu flhak dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi kesehatan yang makin cepat dan mahal dan dilain fihak tuntutan pelayanan yang memuaskan yang juga merupakan tugas pokok organisasi pelayanan kesehatan.
Pada saat ini pemerintah Indonesia mengeluarkan kira-kira Rp. 2,5 sampai Rp. 3 triliun (dari berbagai departemen). Diluar itu, masyarakat mengeluarkan Rp. 7 sarnpai 9 triliun untuk belanja kesehatan dalam setahun, baik yang langsung dibayarnya maupun yang dibayarkan oleh majikannya. Secara keseluruhan kita mengeluarkan sekitar Rp. 10 triliun (2,8 % dari Produk Domestik Bruto untuk sektor kesehatan, yang sebenarnya masih relatif rendah
dibandingkan dengan yang disyaratkan oleh WHO yaitu sebesar 5 % dari PDB) ( Hasbullah Thabrani, 1977)
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi sctiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Sasaran program mjukan dan rumah sakit dalam Pelita VI diantaranya adalah meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan di berbagai kelas rumah sakit dengan jalan pemanfaatan sumberdaya yang ada secara efisien dan efektif dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya.
Meningkatkan mutu pelayanan dipakai sebagai salah satu program sangat tepat karena dari data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI (Profil Kesehatan Indonesia) tentang beberapa basil kegiatan sampai dengan tahun 1997 belum mencapai sasaran. Ini dapat dilihat dari beberapa indikator, khususnya untuk rumah sakit yang dikelola oleh Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah antara tahun 1989 - 1997 antara lain : Tingkat hunian rumah sakit (BOR / Bed Occupancy Ratio) rata-rata menunjukkan kecenderungan menurun dari 63 % menjadi 59 % , sedangkan angka idealnya adalah 70 - 85 %. Angka kematian bersih (NDR / Net Death Rate) masih lebih besar dari 25 per 1.000 pasien keluar, dimana angka nasionalnya adalah 19 per 1.000. Angka kematian umum (GDR / General Death Rate) sebesar 45,3 per 1.000 kasus, dimana angka nasionalnya adalah 40,9 per 1.000 kasus. Angka
kematian ibu sebesar 4,8 per 100 kelahiran hidup, dimana angka nasional
«
sebesar 3,5 per 100 kelahiran hidup. Angka kematian balita 71,8 per 1.000
pcnderila keluar sedangkan angka nasional adalah 60,8 per 1.000 penderita keluar. (Pusat Data Kesehatan, 1997).
Mutu pelayanan kesehatan suatu rumah sakit merupakan produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang saling terkait antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu sistem. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan , perlu dilakukan usaha yang terus menerus untuk perbaikan pelayanan yang diberikan kepada pasien / konsumen. Untuk melakukan perbaikan-perbaikan tersebut, perlu diketahui kekurangan dan kelemahan pihak rumah sakit, yang dapat dilaksanakan dengan melakukan survai kepuasan pasien yang merupakan salah satu aspek dari mutu pelayanan rumah sakit. Sedang bila dilihat dari aspek pemasaran, rumah sakit pemerintah di Indonesia selama ini terasa masih kurang memperhatikan kepuasan pasien, dimana sangat berbeda dengan pelayanan lainnya seperti hotel, biro perjafanan, perbankan dan restoran yang sangat memperhatikan kepuasan pelanggan.
Kini pasien atau masyarakat sudah tidak puas lagi dengan sikap paternalistik para tenaga medis atau paramedis, dimana segala kebutuhan pasien ditentukan oleh petugas tersebut. Pasien sudah jauh lebih banyak mendapatkan informasi dan telah menyadari hak-haknya yang perlu dihargai oleh pihak pemberi pelayanan. Bagi pasien, mutu pelayanan yang baik tidak hanya dikaitkan dengan kesembuhannya dari suatu pcnyakit secara fisik atau meningkalkan derajat kesehatannya, tetapi juga rnenyangkut kepuasan pasien"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, M. Yusuf Hanafiah
"Saat ini kasus kanker paru meningkat jumlahnya dan menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia juga di Indonesia. Data yang dikemukakan World Health Organization (WHO) menunjukkan kanker pare adalah penyebab utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki-laki tetapi juga pada perempuan. Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat ke-3 atau ke-4 di antara tumor ganas yang paling sering ditemukan di beberapa rumah sakit. Jumlah penderita kanker paru di RS Persahabatan 239 kasus pada tahun 1996, 311 kasus tahun 1997 dan 251 kasus di tahun 1998. Lebih dari 90% penderita kanker paru datang berobat pada keadaan penyakit yang sudah lanjut, hanya 6% penderita masih dapat dibedah.
Prognosis buruk penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan penderita yang jarang datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam tahap awal. Hasil penelitian pada penderita kanker pare pascabedah menunjukkan bahwa rerata angka tahan hidup 5 tahun stage 1 jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan penderita kanker pare stadium lanjut. Masa tengah hidup penderita kanker part stage lanjut yang diobati adalah 9 bulan.
Kanker pare adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis ini membutuhkan keterampilan dan sarana yang tidak sederhana serta memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerjasama yang erat dan terpadu antara ahli pare dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radioterapi, ahli bedah toraks dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksanaan penyakit ini sangat tergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker part pada stage dini akan sangat membantu penderita dan penemuan diagnosis dalam waktu lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualiti hidup yang lebih baik.
Diagnosis pasti penyakit kanker ditentukan oleh basil pemeriksaan patologi anatomi. Dasar pemeriksaan patologi anatomi adalah pemeriksaan mikroskopik terhadap perubahan sel atau jaringan organ akibat penyakit. Terdapat dua jenis pemeriksaan patologi anatomi yaitu pemeriksaan histopatologi dan sitologi. Pemeriksaan histopatologi bertujuan memeriksa jaringan tubuh, sedangkan pemeriksaan sitologi memeriksa kelompok sel penyusun jaringan tersebut. Pemeriksaan histopatologi merupakan diagnosis pasti (baku emas). Pemeriksaan sitologi mampu memeriksa sel kanker sebelum tindakan bedah sehingga bermanfaat untuk deteksi pertumbuhan kanker, bahkan sebelum timbul manifestasi klinis penyakit kanker.
Diagnostik kanker paru memang tidak mudah khususnya pada lesi dini. Pemeriksaan sitologi sputum merupakan satu-satunya pemeriksaan noninvasif yang dapat mendeteksi kanker pare tetapi nilai ketajamannya rendah. Pengambilan bahan pemeriksaan sel/jaringan pare banyak dilakukan dengan cara invasif seperti biopsi pare tembus dada (transthoracic biopsy/TTB), bronkoskopi atau torakoskopi. Teknik ini jauh lebih noninvasif dibandingkan biopsi pare terbuka dengan cara pembedahan yang sudah banyak ditinggalkan. Di RS Persahabatan jumlah penderita kanker paru yang dapat dibedah masih dibawah 10%, angka ini masih sangat kecil dibandingkan negara lain yang dapat mencapai angka sekitar 30%. Data yang belum dipublikasi dari bagian bedah toraks RS Persahabatan dari tahun 2000-2004 mencatat 33 kasus kanker paru yang dibedah, rata-rata hanya sekitar 6-7 pasien pertahun, itupun bukan untuk tujuan diagnostik tetapi untuk penatalaksanaan. Hal ini menjadikan pemeriksaan sitologi masih akan tetap menjadi alat utama untuk diagnostik kanker paru.
Berbagai teknik pemeriksaan sitologi dan histopatologi memberikan akurasi basil yang berbeda-beda dan umumnya tidak membandingkan akurasi berbagai teknik pemeriksaan sitologi tersebut dengan baku emas pemeriksaan histopatologi. Perbandingan akurasi basil berbagai teknik pemeriksaan tersebut akan berguna untuk menentukan pilihan pemeriksaan yang paling efektif dan efisien."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Layanan keperawatan yang bermutu adalah layanan yang tidak hanya melihat dari hasil akhir yaitu kesembuhan pasien tetapi juga dari proses pemberian layanan. Kepuasan pasien dapat memberi manfaat terhadap beberapa hal yaitu hubungan antara institusi layanan dan pasien menjadi harmonis, pasien akan datang kembali dan mendorong keluarga serta orang lain untuk memanfaatkan layanan kesehatan/rumah sakit. Penelitian ini bertujuan membandingkan tingkat kepuasan pasien yang mendapat pelayanan keperawatan oleh perawat yang belum mendapat pelatihan komunikasi terapeutik dan yang sudah mendapat pelatihan komunikasi terapeutik. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah responden 23 pasien untuk diminta pendapathya tentang kepuasannya pada pelayanan keperawatan. Tempat penelitian di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purpose sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepuasan dengan pelatihan dimana kepuasan pasien terhadap perawat yang sudah pelatihan lebih tinggi dibanding dengan yang belum pelatihan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya pelatihan komunikasi terapeutik secara reguler dan evaluasi berkala terhadap kepuasan pasien untuk menjaga alas meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sehingga membuat pasien senang dan ingin kembali memanfaatkan jasa rumah sakit."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5722
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Zetira Muchtar
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26611
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Betty
"Pasien dengan hemodialisa ( HD ) memerlukan jangka waktu yang lama dalam terapinya yang memungkinkannya untuk menjadi stres. Stres dapat hersumber dari internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran sumber- sumber stres pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa di RS. PGI. Cikini. Desain yang digunakan adalah desain deskriptif sederhana. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, dirnana jumlah responden sebanyak 53 orang, pasien hernodialisa diminta untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner penelitian. Dari hasil analisis didapat sumber internal yang rnempengaruhi timbulnya stres pda pasien yang menjalani terapi hemodialisa yaitu yang berusia 35-39 tahun dan 45-49 tahun (18,9% ), pendidikan SLTA (37,7%], kepercayaan yang baik (64,2%), emosi yang baik (50,9% ), hidup penuh arti ( 54,7% ), tingkat pengetahuan yang baik (50,9%). Sumber eksternal yang mempengaruhi timbulnya stres pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa yaitu dukungan keluarga ( 75,5 %), dukungan sosial ( 54,7 %), status ekonomi yang memadai (54,7%)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5884
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ardiansyah
"Tingginya biaya pengobatan dan perawatan membuat sebagian orang tidak mampu membayar biaya pengobatan dan perawatan secara keseluruhan, akibatnya pasien menjadi debitur bagi rumah sakit karena utang tersebut. Rumah Sakit Haji Jakarta sebagai salah satu rumah sakit yang menyelenggarakan fasilitas bagi pasien umum dan keluarga miskin ikut terkena dampaknya berupa banyaknya tagihan piutang kepada pasien. Kebijakan rumah sakit untuk membuat perjanjian dan pengikatan jaminan merupakan Salah satu upaya agar terdapat kepastian hukum dalam pembayaran serta adanya jaminan bagi pelunasan utangnya. Untuk menganalisa perjanjian utang pasien yang dibuat RS Haji Jakarta penulis melakukan penelitian dan observasi terhadap formulir yang digunakan serta menanyakan langsung kepada pejabat/ pegawai terkait mengenai kebijakan yang diambil dalam pelaksanaannya. Bahwa dari hasil pengamatan dan penelitian tersebut peran pembuatan perjanjian pengakuan utang, penjaminan dan kuasa penjualan cukup efektif dalam penagihan karena dengan dibuatnya formulir tersebut menyadarkan pasien atau penjaminnya ada akibat hukum yang harus ditanggung setidaknya benda jaminan bisa terjual jika utang tidak dilunasi, dibanding saat sebelum dibuatnya perjanjian pengakuan utang dimana upaya penagihan tanpa pengetahuan hukum dan ikatan tertulis antara rumah sakit dan pasien. Namun demikian beberapa hal pokok dalam pengikatan perjanjian tetap mesti dicantumkan seperti pernyataan persetujuan dari teman kawin atau ahli waris dan pelepasan hak sebagai penjamin untuk meminta agar harta debitur disita dan dijual lebih dahulu untuk melunasi utangnya."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
T16304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>