Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32451 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stefanus Kurniawan
"Skripsi ini membahas tentang pemaknaan yang dilakukan masyarakat Tionghoa terhadap ruko sebagai hunian. Pilihan untuk tinggal di ruko tersebut terkait dengan sejarah panjang masyarakat Tionghoa yang memiliki peran sebagai pedagang di Indonesia. Pemaknaan ruko sebagai hunian bagi masyarakat Tionghoa juga tidak bisa dilepaskan dari ruko sebagai transformasi rumah Cina yang merupakan akar kebudayaan mereka sebagai kelompok masyarakat diaspora di Indonesia. Saat ini ruko mengalami evolusi seiring dengan perkembangan dunia perdagangan dan seolah tidak menunjukan karakteristik masyarakat Tionghoa, namun nyatanya masyarakat Tionghoa tetap memiliki kecenderungan untuk tinggal di ruko. Karena itu, tujuan dari studi ini adalah menemukan konsep mendasar yang membuat masyarakat Tionghoa tetap tinggal di ruko, dan melihat apakah perkembangan/evolusi ruko mempengaruhi pemaknaan ruko sebagai hunian bagi masyarakat Tionghoa atau sebaliknya. Hasil studi menunjukan bahwa perbedaan identitas diaspora masyarakat Tionghoa di Indonesia telah mengakibatkan perbedaan pemaknaan rumah sehingga memunculkan beberapa pendekatan tipe ruko yang berbeda.

The study discuss about the conception of shop-house as home from the view point of Chinese. The decision to live in the shop-house is related to the long history of Chinese as the major trader in Indonesia. The conception of shop-house as home for Chinese also related to shop-house as the transformation of Chinese-house, as well as their root of culture as diaspora people in Indonesia. These days, the form of shop-house is transforming and it doesn't symbolize the character of Chinese people anymore. However, Chinese keep prefer to live in the shop-house. The purpose of this study focus on tracing the main concept that keep the Chinese to live in the shop-house, and to see if the transformation would change the conception of shop-house as home. The study shows that Chinese in Indonesia have different diaspora identities, that it makes different concepts of home. This also leads to several adaptations that form several type of shop-houses."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52255
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"In Medan, the shop-house (ruko) buildings are generally not engineered-designed property and
constructed in bad supervision; hence it has big risk to dynamic loads like earthquake. The low frequency
and long duration of earthquake vibrations were felt frequently in Medan due to earthquakes in Sumatra
subduction zones. Moreover, some houses and hotels have been cracked caused the tremor from Nias
earthquake in 2005. Therefore, a number of samples of fresh concrete, either ready-mix or mixed
manually, and the stick of steel reinforcement are taken from ruko construction site and tested in the tab.
The results of the material compression and tensile testing are used as material properties of ruko model.
The ruko model consists of 2, 3, and 4 stories and l, 2, and 3 bays. The inelastic analysis of reinforced
concrete structures are then applied by using IDARC2D program and employed synthetic ground motion
forces from Nias subduction earthquake scenarios. The result shows that mast of ruko buildings
experiencing cracks extensively even some of them show a high damage level with very low performance
and beyond repair.
"
Jurnal Teknologi, Vol. 21(1) Maret 2007 : 85-93, 2007
JUTE-21-2-Jun2007-85
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Nurqamariah
"Indonesia adalah negara yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Budaya ini perlu dilestarikan untuk mempertahankan identitas bangsa. Hunian etnik adalah wujud fisik kebudayaan yang juga layak dilestarikan. Namun gaya hidup telah mengalami perkembangan dan lingkungan mengalami perubahan. Hanya sedikit yang masih mau mempertahankan eksistensi hunian etnik ini, termasuk di antaranya masyarakat adat. Padahal hunian etnik adalah hunian yang dirancang dengan mengadaptasi keadaan lingkungan. Hunian ini mampu bertahan cukup lama dan memiliki kenyamanan termal yang cukup baik. Dengan menelusuri kearifan hunian etnik terhadap lingkungan alam kita dapat belajar dari masyarakat adat mengenai bagaimana mereka merancang hunian yang tanggap iklim.
Faktor lingkungan alam yang mempengaruhi rancangan suatu hunian adalah kondisi iklim, kondisi tapak dan peristiwa alam. Untuk mengetahui kearifan budaya pada hunian terhadap lingkungan alam, saya menelusuri hunian etnik pada kondisi tapak berbeda. Tapak terbagi dua yaitu daratan dan perairan. Bagaimana budaya pada hunian diterapkan pada kondisi tapak berbeda. Jika dibandingkan, apa yang sama dan apa yang terlihat berbeda pada rancangan hunian berbeda tapak ini. Studi kasusnya adalah hunian etnik milik suku Melayu Petalangan di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau. Dari studi kasus, saya menemukan bahwa perbedaan terdapat pada pencerminan nilai budaya pada ornamentasi dan konstruksi, sementara orientasi dan susunan ruang hampir sama.

Indonesia is a country that has a diverse cultures. This cultures should be preserved to maintain our national identity. Ethnic house is the physical appearance of culture which also deserve to be conserved. But the lifestyle has been progressing and environment is changing. Only a few are still willing to defend the existence of these ethnic house, including indigenous peoples. Yet ethnic house is a residential dwelling that is designed by adapting environmental circumstances. This ethnic house can survive long enough and have good thermal comfort. By tracing the ethnic residential wisdom to the natural environment we can learn from indigenous peoples about how they design a shelter that responses climate.
Natural environmental factors that affect the design of a shelter are climatic conditions, site conditions and natural events. To know the cultural wisdom of house for the natural environment, I trace the ethnic house at a different site conditions. Site divided into two, namely land and waters. How the culture applied to this two different site conditions. In comparison, what is the same and what looks different of the design. Case study is the ethnic house of Malays called Petalangan in Pelalawan Regency of Riau Province. From the case studies, I find that there are differences in the reflection of cultural values on ornamentation and construction, while the orientation and arrangement of space is almost the same.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Dimassajid
"Pasca ditetapkannya Keppres Nomor 17 Tahun 2023 tentang Penetapan Berakhirnya Status Pandemi Corona Virus Desease 2019, nyatanya kebiasaan untuk bekerja di luar kantor seperti di kafe, menjadi kebiasaan yang dilanjutkan pasca masa pandemic. Fenomena bekerja dari kafe menjadikan kafe sebagai tempat ketiga produktif atau Productive Third Place bagi para pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pekerja sebagai konsumen yang diukur dari usia, jenis pekerjaan, domisili tempat tinggal, dan lokasi bekerja terhadap pilihan coffee shop sebagai tempat bekerja. Untuk mengetahui hal tersebut metode tabulasi silang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen terhadap karakteristik site dan situation dari masing masing coffee shop. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan tujuan jawaban dijelaskan secara menyeluruh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen adalah pekerja usia produktif antara 24-39 tahun yang berdomisili di Jakarta Selatan. Adapun motif para konsumen memilih tempat work from coffee dilihat dari site yaitu café yang memiliki fasilitas penunjang yang lengkap dari variasi tempat duduk, variasi meja, variasi sumber pencahayaan, layanan internet, layanan stop kontak, pengatur suhu ruangan, toilet, dan kesediaan lahan parkir. Selain itu, aspek situation juga turut menjadi pertimbangan konsumen yang dilihat dari aksesibilitas tinggi dan berada di sekitar kawasan jasa dan usaha.

After the Presidential Decree Number 17 of 2023 concerning Determination of the End of the Corona Virus Disease 2019 Pandemic Status applied, in fact the habit of working outside the office such as in a cafe, became a habit that was continued after the pandemic. The phenomenon of working from cafes makes cafes a productive third place for workers. This study aims to determine the characteristics of workers as consumers as measured by age, type of work, domicile of residence, and work location on the choice of coffee shop as a place of work. To find out this, the cross-tabulation method was used to identify consumer characteristics for the site and situation characteristics of each coffee shop. The results obtained were analyzed using descriptive analysis with the aim of explaining the answers thoroughly. The results of this study indicate that most consumers are workers of productive age between 24-39 years who live in South Jakarta. As for the motives of consumers to choose a place to work from coffee, seen from the site, namely a café that has complete supporting facilities, from a variety of seats, a variety of tables, a variety of lighting sources, internet services, socket outlet services, room temperature control, toilets, and availability of parking space. In addition, the situation aspect is also a consideration for consumers, seen from high accessibility and being around service and business areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridawati
"This research aims was to obtain the active edible coating of with the addition of red rice
extract as meatballs coating. This research was conducted in four steps: extraction of
antimicrobial compounds from red rice, preparation the red rice edible coating, formulation
meatballs and application the red rice edible coating, and analysis of physical properties and
organoleptic. The quality of meatballs was strongly influenced by the quality of materials that
has been used and the process of production. The addition of red rice extract as much as
0,125%, 0,25% and 0,5% compared with the control and analysis by the sensory test.
Statistically, the addition of red rice extract on making meatballs did not effect the level of
panelists from the aspect of shape, flavor, color and aroma of the meatballs (α = of 0,05%).
The use of red rice extracts in the production of edible film for coating the meatballs affect the
texture of the meatballs that has been stored for 0, 6, 12 and 18 hours. Most of the panelists
mentioned meatballs controls have somewhat glutinous, dry, elastic and compact. After 18
hours of storage meatball has a glutinous, wet, slimy, less elastic and less compact,
especially meatballs controls (38,5%).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pelapis tipis aktif dapat di makan (active
edible coating) dari maltodekstrin dengan penambahan ekstrak angkak sebagai pelapis
bakso. Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap, yaitu ekstraksi senyawa antimikroba dari
angkak, pembuatan larutan active edible coating dengan penambahan ekstrak angkak,
pembuatan bakso dan pelapisannya dengan larutan active edible coating, dan analisis sifat
fisik, organoleptik produk bakso yang telah dilapis dengan active edible coating. Dari
penelitian ini diperoleh informasi tentang teknologi proses pembuatan active edible coating
dari maltodekstrin dengan penambahan senyawa antimikroba dari angkak, aktivitas
antimikroba dari larutan active edible coating yang dikembangkan, serta produk bakso yang
diberi active edible coating. Kualitas dari bakso daging sapi sangat dipengaruhi oleh kualitas
bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan serta proses pembentukan adonan.
Penambahan ekstrak angkak sebanyak 0,125%, 0,25% dan 0,5% dibandingkan dengan
control tetap disukai oleh panelis. Secara +statistik, penambahan ekstrak angkak pada
pembuatan bakso tidak berpengaruh terhadap tingkat kesukaan panelis dari aspek bentuk,
rasa, warna, dan aroma dari bakso (α=0,05%). Penggunaan ekstrak angkak dalam
pembuatan edible film untuk pelapis bakso berpengaruh terhadap tekstur dari bakso selama
penyimpanan 0, 6, 12 dan 18 jam. Sebagian besar panelis menyebutkan bakso kontrol memiliki tekstur agak lengket-lengket, kering, kenyal dan kompak. Setelah penyimpanan 18
jam bakso memiliki tekstur lengket, basah, berlendir, kurang kenyal dan kurang kompak,
terutama bakso kontrol (38,5%)."
Tanggerang: Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Universitas Terbuka, 2016
502 JMSTUT 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alif Pratama
"Penelitian ini membahas mengenai kedai kopi sebagai salah satu budaya perkotaan di Kota Bekasi, Jawa Barat. Kehadiran Kedai kopi di perkotaan dipengaruhi dengan digitalisasi dan penciptaan ruang publik perkotaan, lalu dengan jadwal aktivitas perkotaan yang padat dan kebutuhan akan tempat rekreasi, relaksasi dan hiburan untuk tetap produktif dan fleksibel. Dengan begitu kedai kopi menjadi tempat ketiga yang dibutuhkan masyarakat perkotaan, dengan berbagai fasilitas, suasana, lingkungan dan interaksi sosial yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan pada beberapa kedai kopi di Kota Bekasi, seperti Cotta Coffee, Fwb Coffee dan Kopi Prijaji dengan menggunakan metode etnografi dengan nongkrong langsung dan wawancara kepada pelanggan dan barista kedai kopi dan juga studi pustaka. Dalam penelitian ini menggambarkan budaya perkotaan yang ter manifestasikan ke dalam sebuah kedai kopi dengan melihat pola-pola interaksi didalamnya dan menganalisis pemikiran kedai kopi sebagai tempat ketiga.

This study discusses coffee shops as one of the urban cultures in Bekasi City, West Java. The presence of coffee shops in Indonesia is influenced by digitalization and creating urban public spaces, then with the busy schedule of urban activities and the need for recreation, relaxation and entertainment places to stay productive and flexible. That way the coffee shop becomes the third place needed by urban communities, with various facilities, atmosphere, environment and social interaction needed. This research was conducted in several coffee shops in Bekasi City, such as Cotta Coffee, Fwb Coffee and Prijaji Coffee using the ethnographic method by hanging out directly and interviewing customers and coffee shop baristas as well as literature study. This study describes urban culture that is manifested in a coffee shop by looking at the patterns of interaction in it and analyzing the thinking of a coffee shop as a third place."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Owen, Julian
"This book, written by an experienced self build architect provides practical, step-by-step advice and guidance on how to build your own high quality, stylish home. Aimed at those who aspire to live in a tailor-made home that expresses their own style because existing houses for sale are either too dull or expensive, but who are daunted by the prospect. It dispels the myth that self-built houses either require you to get your hands dirty or result in little more than brick boxes."
London: [RIBA , ], 2004
e20440282
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Ujianto Singgih Prayitno
"ABSTRAK
Secara konstitusional Dewan Perwalilan Rakyat adalah lembaga tinggi negara yang mewakili rakyat. DPR memiliki fungsi penetapan Anggaran Belanja Negara, bersama-sama Presiden membuat Undang-Undang, dan fungsi pengawasan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyerap aspirasi rakyat ini DPR memiliki hak, yaitu (1) hak meminta keterangan kepada Presiden, (2) hak mengadakan penyelidikan, (3) hak amandemen; (5) hak mengajukan pernyataan pendapat, (6) hak mengajukan RUU usul inisiatif, dan (7) hak mengajukan pertanyaan.
Melalui hak-hak itu, DPR memiliki posisi yang sangat strategis sebagai rantai penghubung usaha pemenuhan substansi aspirasi rakyat terhadap berbagai kebij aksanaan pemerintah. Keberanian para anggota DPR mempertanyakan kepada pemerintah terhadap berbagai masalah yang menjadi keprihatinan masyarakat merupakan kewajiban yang hares dipenuhi. Pelaksanaan hak-hak DPR yang demikian itu, merupakan kewajiban advokasi yang hams dilaksanakan oleh setiap Anggota untuk mengartikulasikan aspirasi masyarakat lemah kedalam bentuk kebijaksanaan nasional dan sekaligus mengadakan pengawasan atas kebijaksanaan itu. Keberhasilan DPR dalam melaksanakan Kewajiban Advokasi ini pada akhirnya akan membuat pemerintah menjadi peka terhadap aspirasi masyarakat.
Hal tersebut diyakini, karena tugas negara sesungguhnya adalah menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, bukan orang-perorang, atau golongan tertentu, dengan menciptakan basis kemakmuran bagi seluruh rakyat. Kemakmuran ditandai dengan ketersediaan barang dan jasa bagi masyarakat luas, terutama masyarakat lemah agar mereka dapat mencapai kemakmuran pribadinya.
Keberhasilan advokasi itu ditentukan oleh informasi yang diperoleh. Penyedia informasi tersebut adalah Peneliti di Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi, yang berfungsi sebagai "penghubung" keluhan masyarakat. Secara sosiologis, antara anggota DPR dan masyarakat yang diwakilinya memiliki latar belakang sosial yang berbeda. Anggota DPR muncul dari individu-individu yang memiliki daya tawar tinggi karena kemampuannya, memiliki ide-ide, dan semangat pembaruan, sehingga agar para Anggota DPR dapat memahami aspirasi masyarakat membutuhkan peneliti yang menerjemahkan aspirasi tersebut.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Kahvi
"Perkembangan pembangunan di Indonesia pada masa kini dapat terbilang masih tidak terlalu mengandalkan jasa arsitek, khususnya dalam membangun hunian. Profesi arsitek sebagai pemberi jasa belum dapat dijangkau oleh beberapa lapisan masyarakat. Dengan "ketidakterjangkauan" arsitek menyebabkan maraknya pembangunan hunian secara swadaya oleh masyarakat. Kebutuhan dasar, ekonomi, material, konstruksi, sosial, budaya dan kepercayaan (Religi) mempengaruhi terbentuknya sebuah hunian. Masyarakat tanpa latar belakang pendidikan arsitektur membangun berdasarkan pengetahuan empiris, yang dimaksud adalah berdasarkan pengalaman dan juga tradisi atau pengajaran informal. Tulisan ini mencoba menganalisis bagaimana proses perancangan pada hunian swadaya yang dilakukan oleh masyarakat dan hal apa saja yang mempengaruhinya.

Construction progresses in Indonesia currently disregard of architect services, especially in built a residential. Architect profession, as service providers have not been able to reach by some segments of society. With 'unreachable' architects led to the rise residential development by the society. Basic needs, economic, material, construction, social, cultural and faith (Religion) affects the appearance of occupancy. A society without architecture educational background construct based on empirical knowledge, which are based on the experience and the traditions or informal teaching. This paper is trying to analyze how the house is built by society without architect's role and what factor that influence it.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Remley, Jim
"In this cooling market, homes are becoming harder to sell. But with the right strategies, sellers can greatly increase their odds of success. "Sell Your Home in Any Market" gives readers the tools, techniques, and strategies used by the best real estate marketing experts in the nation to ensure their home is positioned to sell. The book reveals 10 ways to stage a home, 5 ways to maximize showings with MLS marketing, 25 items inspectors check, 200 ways to improve curb appeal, exactly how to emphasize a home's benefits to potential buyers, and much more. Packed with priceless tips and techniques, this is a book no one selling a home should be without."
New York: American Management Association;, 2008
e20447859
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>