Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167142 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudo Trikartiko
"ABSTRAK
Pemberian sejumlah uang kepada petugas / polisi oleh
si pelanggar lalulintas agar ia dibebaskan dari tuntutan hukum
atau yang sering disebut sebagai tingkahlaku denda damai sudah
diakui keberadaannya oleh masyarakat. Sebenarnya Tingkahlaku
ini tergolong kedalam tindakan penyuapan yang melanggar hukum
dan idealnya tidak boleh dilakukan, namun berdasarkan fakta
dilapangan tingkahlaku ini ternyata sering dilakukan oleh
pengemudi kendaraan bermotor dan sudah menjadi alternatif yang
lebih menguntungkan daripada mengikuti prosedur Tilang, bahkan
kelompok mahasiswa yang seharusnya menjadi panutan dalam
masyarakat ternyata merupakan kelompok yang tergolong
mayoritas dalam melakukan pelanggaran lalulintas dan pada
penelitian yang dilakukan-terhadap mahasiswa Universitas
Indonesia (U.I) ditemukan bahwa mahasiswa U.I memiliki sikap
yang toleran pada penyuapan kecil.
Pada awalnya sikap dianggap sebagai antesenden yang
terdekat dengan tingkahlaku, namun setelah diteliti dan dikembangkan oleh para ahli ternyata peramalan sikap terhadap
perilaku kurang akurat. Beberapa ahli kemudian mengemukakan
teori yang menyatakan bahwa tingkahlaku dapat diramalkan
melalui besarnya intensi yang mereka miliki, intensi ini
sendiri dipengaruhi oleh sikap, Norma Subyektif (SN) dan PBC.
Kemudian para ahli lain berpendapat bahwa adanya Prior
Behavior pada individu dapat mempengaruhi sikap, SN, PBC dan
intensi yang dimiliki individu, jadi seseorang yang pernah
menampilkan suatu tingkahlaku akan memiliki variabel intensi
yang berbeda dengan orang lain yang tidak pernah melakukannya.
Berdasarkan asumsi tersebut penelitian ini mencoba untuk
mengetahui pengaruh Prior Behavior terhadap intensi mahasiswa
U.I untuk melakukan denda damai, bagaimana intensi mereka saat
ini dan diantara sikap, SN dan PBC variabel mana yang paling
berpengaruh terhadap intensi mereka.
Subyek yang di ikutsertakan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa U.I yang mengendarai kendaraan bermotor dan
rumus Statistik yang dipakai adalah t-tes dan regresi berganda.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada intensi, sikap, SN dan PBC antara kedua
kelompok subyek dan variabel yamg paling berpengaruh adalah
PBC ."
1995
S2325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Indah Budiono
"ABSTRACT
Kualifikasi minimum pendidikan bagi tenaga kesehatan adalah Diploma III berdasarkan Undang-undang Nomor 36 tahun 2014, namun Badan Kepegawaian Negara (2015) menyatakan bahwa masih terdapat 38.944 orang perawat yang belum memiliki kualifikasi pendidikan Diploma III. Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk meningkatkan pendidikan tenaga kesehatan melalui Program Percepatan Pendidikan Tenaga Kesehatan melalui Mekanisme RPL. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan analisis implementasi Program di Poltekkes Jakarta III mulai dari input, proses hingga output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik program RPL di Poltekkes Kemenkes Jakarta III telah berusia di atas 50 tahun,
dan berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta; hanya sebagian kecil peserta didik yang mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari institusi tempatnya bekerja; proses asesmen mengalami kendala teknis dalam kuantifikasi hasil asesmen. Masukan untuk Poltekkes Kemenkes Jakarta III berdasarkan hasil penelitian ini adalah sosialisasi kepada calon peserta terkait program RPL yang dilakukan melalui website; membentuk kelompok belajar untuk meningkatkan motivasi belajar para peserta didik yang sebagian besar usianya sudah lebih tua; menggunakan tutor sebaya dengan memberdayakan
peserta didik yang memiliki kemampuan atau pengalaman dalam mengatasi gap atau kesenjangan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan pekerjaan sehari-hari. Masukan bagi Kementerian Kesehatan adalah membuat pedoman kuantifikasi yang dapat dijadikan acuan oleh PT penyelenggara dalam melakukan asesmen dan kuantifikasi.

ABSTRACT
Based on Indonesia Health Workforce Act, the minimum qualification of education for health workforce is Diploma III. However, data of State Personnel Agency (2015) shows that there are still 38,944 nurses in Indonesia who do not yet have a Diploma III education qualification. As a commitment of the government in improving the education of health workforce, Ministry of Health launched Education Acceleration Program through the Recognition of Prior Learning (RPL) as mentioned in Permenkes No. 41 of 2016. This study analyzes the implementation of the Program in Health Polytechnic Jakarta III starting from input, process to output. This research is a qualitative research design using Rapid Assessment Procedure (RAP). The results showed that most of the
students were over 50 years old, and came from the DKI Jakarta Provincial Health Office; only a small proportion of learners receive educational tuition from the institution where they work; the assessment process has technical constraints in the quantification of assessment results. Input for Health Polytechnic Jakarta III is socialization to prospective participants related to RPL conducted through the website; forming learning groups to improve the learning motivation of learners who are mostly older; using peer tutors by empowering learners who have the ability or experience in overcoming knowledge gaps and experience based on daily work. Input for the Ministry
of Health is to make quantification guidelines that can be used as a reference by educational institution in conducting assessment and quantification."
2018
T50824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winarsih
"Free, prior and informed consent FPIC merupakan salah satu prinsip yang muncul dari deklarasi dan konvensi internasional. Indonesia merupakan negara yang aktif dalam beberapa konvensi dan deklarasi tersebut. Akan tetapi dalam regulasi nasional belum terdapat pengakuan yang secara eksplisit menyerap elemen-elemen FPIC secara utuh. Di sisi lain terdapat konflik yang berkepanjangan antara masyarakat Samin dengan pemrakarsa yang diakibatkan oleh berbagai macam permasalahan.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terkait FPIC dalam regulasi di Indonesia, pentingnya penerapan FPIC, dan analisis FPIC dalam pembangunan pabrik semen di masyarakat Samin. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan menggunakan bahan pustaka sebagai sumber utama dan wawancara sebagai data pendukung.
Hasil dari penelitian ini adalah: Pertama, FPIC pada dasarnya sudah mulai diakui dalam regulasi di tingkat pusat. Meskipun demikian pengakuan tersebut masih bersifat parsial dan implisit. Dalam regulasi di tingkat daerah beberapa elemen FPIC juga sudah mulai diserap dan diakui secara eksplisit. Hal ini ditandai dengan penyusunan pedoman umum pelaksanaan FPIC dalam bentuk Peraturan Gubernur. Kedua, FPIC merupakan suatu hal yang sangat penting dan fundamental dalam mementukan kesuksesan sebuah investasi di masyarakat adat atau lokal. Selain itu FPIC dapat memberikan keuntungan bagi masing-masing pihak baik pemrakarsa, masyarakat maupun pemerintah. Ketiga, FPIC dalam pembangunan pabrik semen belum dimaknai secara baik. Hal ini ditandai dengan proses penyampaian informasi yang hanya melibatkan masyarakat yang pro terhadap proyek dan pemrakarsa cenderung memaparkan dampak positif dari pembangunan. Selain itu saran, pendapat dan tanggapan dari masyarakat tidak dijadikan sebagai salah satu faktor untuk menetukan kebijakan atau keputusan terkait pendirian pabrik semen.

Free, prior and informed consent FPIC is one of the principles emerging from international declarations and conventions. Indonesia is a country which is active in several conventions and declarations. However, in national regulations there is no recognition that explicitly absorbs the elements of FPIC as a whole. On the other hand, there is a prolonged conflict between the Samin community and the project proponent caused by various problems.
This research aims to analyze FPIC on regulation in Indonesia, the importance of FPIC implementation, and FPIC analysis in the construction of cement factory in Samin community. This research uses normative juridical method by using library material as main source and interview as supporting data.
The results of this study are The first FPIC has basically been recognized in the regulation at the central level. However, the recognition is still partial and implicit. In regulation at the regional level, some elements of FPIC have also begun to be absorbed and acknowledged explicitly. This is marked by the making of general guidelines for the implementation of FPIC in the form of a Governor 39 s Regulation. The second, FPIC is a very important and fundamental in determining the success of an investment in indigenous or local communities. In addition FPIC can provide benefits for every party, both the the project proponent, the community and the government. The third, FPIC in the construction of a cement factory has not been well understood. This is characterized by a process of delivering information that involves only pro project communities and the project proponent tends to expose the positive impact of development. In addition, suggestions, opinions and responses from the communty are not used as one of the factors to determine the policy or decision related to the establishment of a cement factory."
2018
T51516
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oryza Yanuaristi
"Data Kementrian Kesehatan (2012) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(2012) menunjukkan bahwa infeksi menular seksual dan angka kehamilan tidak diinginkan
terbesar dialami oleh golongan remaja dan dewasa muda. Hal ini merupakan dampak dari perilaku
seksual pranikah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku seksual mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini
menggunakan data sekunder Survei Perilaku Sehat Mahasiswa Universitas Indonesia Tahun 2010.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian
adalah mahasiswa yang mewakili 12 fakultas dengan rentang umur remaja akhir (18-24 tahun)
yang berjumlah 1819 responden. Proporsi perilaku seksual berisiko tinggi pranikah adalah 137
(7,5%). Hasil analisis menunjukkan bahwa umur mempengaruhi perilaku seksual mahasiswa, lakilaki
lebih beresiko (OR=2,39) dibanding perempuan, rumpun fakultas yang memiliki resiko paling
besar adalah Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora (OR=15,46), mahasiswa yang pernah
berpacaran memilki resiko lebih besar (OR=2,31) daripada mahasiswa yang belum pernah
berpacaran

Data from the Ministry of Health (2012) and the National Population and Family Planning (2012) showed that sexually transmitted infections and unwanted pregnancies most common in adolescents and young adults group. This is the impact of premarital sexual behavior. The purpose of this research is to reveal premarital sexual behavior and factors that influence the students at the University of Indonesia. This study uses secondary data survey of health behavior 2010. The type of this research is quantitative with cross sectional approach. The study population was all students who represent 12 faculties with a lifespan 'late teens' (18-24 years) which amounted to 1819 respondents. The proportion of high-risk sexual behavior before marriage is the 137 (7,5%). The analysis showed that age affects the sexual behavior of college students, men are more at risk (OR = 2.39) than women, clumps of faculty who have the greatest risk is Clumps Social Sciences and Humanities (OR = 15.46), a student who was dating have the greater risk (OR = 2.31) than students who have not been dating."
2014
S55939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Nofita Sari
"Hampir dua puluh persen dari total populasi di Indonesia adalah remaja(15-24 tahun). Selain jumlahnya yang besar, remaja juga mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialaminya. Disi lain, pada masa ini, remaja mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan cenderung mencoba hal-hal baru. Salah satu masalah yang menonjol dikalangan remaja terkait perilaku seksual dan dampaknya seperti Penyakut Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS, kehamilan dan aborsi. Permasalahan ini tidak hanya berdampak pada kesehatan saja, tetapi juga dampak sosial, ekonomi dan psikologis.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperolah informasi tentang gambaran perilaku seksual dan faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa S1 Reguler Fakultas X. Disain penelitian ini adalah cross sectional. Alat pengumpulan data berupa kuesioner dengan jumlah sampel 124 orang.
Hasil penelitian menunjukkan 53,2% mahasiswa memiliki perilaku seksual berisiko. Dari hasil uji statitstik ditemukan tidak adanya hubungan kemaknaan antara jenis kelamin, umur, jurusan/departemen, angkatan, asal SMA, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, harga diri, pengendalian diri, pengetahuan, dukungan keluarga, norma keluarga, pola asuh, struktur keluarga, komunikasi kesehatan reproduksi dengan orang tua, umur mulai pacaran, frekuensi berpacaran, frekuensi jumpa pacar, lama pacaran, dan keterlibatan dengan kegiatan kampus. Sedangkan variabel yang signifikan adalah tempat tinggal (nilai p 0,039 dan PR 2,5), status sosial ekonomi ( nilai p 0,015 dan PR 2,7), gaya hidup (nilai p 0,038 dan PR 2,3), relijiusitas (nilai p 0,003 dan PR 3,5), aktivitas sosial (nilai p 0,000 dan PR 4,4), pengalaman berpacaran (nilai p 0,000 dan PR 11,5), paparan dengan media pornografi (nilai p 0,004 dan PR 3,1) dan teman sebaya (nilai p 0,000 dan PR 4,2).
Untuk hasil stratifikasi, responden yang mempunyai tingkat relijiusitas rendah dan gaya hidup modern mempunyai resiko 6 kali lebih besar melakukan perilaku seksual dibandingkan dengan responden dengan relijisitas rendah namun mempunyai gaya hidup tradisional. Kemudian pada stratifikasi pengaruh teman dan komunikasi kespro didapatkan responden yang mempunyai pengaruh teman yang besar mempunyai resiko 5,1 kali lebih besar dibandingkan dengan responden dengan pengaruh teman yang kecil. Responden yang mempunyai tingkat dukungan keluarga tinggi dan pengaruh teman besar mempunyai resiko 3,7 kali lebih besar melakukan perilaku seksual dibandingkan dengan responden dengan pengaruh teman kecil dan responden yang mempunyai dukungan keluarga rendah dan pengaruh teman besar mempunyai resiko 6,2 kali lebih besar dibandingkan dengan responden dengan pengaruh teman kecil.

Almost 20% of the total population in Indonesia are in adolescent age (15-24 years old). Beside its large number, they also have many complex issues related to transision phase that they are through. On the other side, in this transision phase, adolescent have great sense of curiosity and tend to try many new things. One of the biggest adolescent issue is sexual behavior and its impacts such as sexual transmited diseases, HIV/AIDS, pregnancy and abortion. This issue affect not only their health status but also their social interaction, economic and psychology.
This research is conducted in order to get the overview of adolescent?s sexual behavior and the influences factors in undergraduate students of Faculty X. This research uses the cross sectional design. The tool used to collect data is questionaire with 124 samples.
The results of this research shows 53,2% of the students engange in risk sexual behavior. From the statistic test are found there are no relation between?sex, age, study subject, years of attendant, high school, parents? level of educations, parents?s job, self esteem, self control, knowledge, family supports, family norms, nurturing pattern, family structur, parent-child?s communication of reproductive health, age of dating, dating frequency, dating time and the involvement with the campus activities. The significant variabels are neighborhood (p value 0,039; PR 2,5), socio-economic status ( p value 0,015 and PR 2,7), life style (p value 0,038 and PR 2,3), religious belief (p value 0,003 and PR 3,5), social activities (p value 0,000 and PR 4,4), dating experiences (p value 0,000 and PR 11,5), pornographic media exposures (p value 0,004 and PR 3,1) and peer?s influences (p value 0,000 and PR 4,2).
For stratification result, respondents who follow poor religious belief and modern life style have the tendency to engange in sexual behavior six times more likely than respondents with poor religious belief and more tradisional life style. About peer influences and reproductive health communication, respondents with greater influences have risk 5,1 times more likely than than respondents with less peer influences. Respondents who receives greater family support and great peer influences have tendency to engange in sexual behavior 3,7 times more likely than respondents with less peer influences. Respondent with poor family support and great peer influences have tendency to engange in sexual behavior 6,2 times more likely than respondents with less peer influences.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ghassani Salsabila
"Perilaku sehat penting untuk dilakukan tiap individu, salah satunya pada mahasiswa yang memiliki riwayat penyakit keturunan. Terdapat hal yang berpengaruh pada perilaku sehat dan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perceived threat dan self-efficacy dalam perilaku sehat pada perilaku sehat mahasiswa yang memiliki riwayat kerabat dengan penyakit mata keturunan. Penelitian ini melibatkan 109 partisipan dengan usia berkisar 18-25 tahun dan data dianalisis menggunakan regresi linear berganda serta independent sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived threat terhadap katarak dan glaukoma pada komponen perceived susceptibility dan perceived seriousness tidak berpengaruh signifikan dengan perilaku sehat. Kemudian, self-efficacy dalam perilaku sehat dengan perilaku sehat berpengaruh signifikan.
Hasil juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata perilaku sehat antara partisipan yang memiliki riwayat penyakit mata keturunan katarak dan glaukoma. Begitu juga dengan rata-rata self-efficacy dalam perilaku sehat. Berbeda dengan rata-rata kedua komponen perceived threat antara partisipan yang memiliki riwayat penyakit mata keturunan katarak dan glaukoma yang menunjukkan perbedaan signifikan. Hasil dan saran didiskusikan.

Health behavior is important for each individual, also for students with familial risk of inheritable eye disease. There are things affect health behavior, and this study aimed to investigate the effects of perceived threat and health behavior self-efficacy on health behavior among the students with familial risk of inheritable eye disease. This study involved 109 participants that were aged between 18-25 years and data were analysed using multiple linear regression and independent sample t-test.
Results indicated that the perceived threat to cataracts and glaucoma on perceived susceptibility and perceived seriousness had no significant effect on health behavior. Then, health behavior self-efficacy had significant effect on health behavior.
Results also indicated that there were no significant difference between the average of health behavior between participants with familial risk of cataract and glaucoma. Likewise with the average of health behavior self-efficacy. In contrast to the average of the two perceived threat components between participants with familial risk of cataract and glaucoma which indicated a significant difference. Results and recommendations are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fathimatuzzahra Shafira
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku gizi seimbang di kalangan mahasiswa Program Studi Gizi UI. Dalam penelitian ini, perilaku gizi seimbang sebagai variabel terikat sedangkan pengetahuan tentang gizi seimbang, variabel status gizi, citra tubuh, pengaruh teman, tempat tinggal, dan uang saku independen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 2019 untuk 117 siswa Program Studi Gizi UI diambil secara acak dari semester kedua hingga semester delapan. Data dikumpulkan dengan mengisi kuesioner, mewawancarai dua wawancara makanan 24 jam ingat, dan pengukuran tinggi dan berat badan. Hasilnya menunjukkan sebanyak itu 28,2% responden menerapkan perilaku gizi seimbang. Hasilnya menunjukkan Ada hubungan yang signifikan antara pengaruh teman dengan perilaku gizi seimbang (p value: 0,001), variabel ini juga muncul sebagai faktor dominan dalam perilaku gizi
siswa yang seimbang. Untuk meningkatkan perilaku mahasiswa disarankan kepada pihak fakultas menyediakan fasilitas seperti timbangan badan dan alat olahraga yang aman mudah dapat diakses dan gratis untuk siswa. Selain itu, untuk pelayanan kesehatan agar tertib mempromosikan gizi seimbang dengan menggunakan pendekatan pendidik sebaya

This study aims to determine the factors associated with balanced nutritional behavior among students of the UI Nutrition Study Program. In this study, the behavior of balanced nutrition was the dependent variable while knowledge of balanced nutrition was The variables of nutritional status, body image, influence of friends, place of residence, and independent allowance. This research is a quantitative study with a cross sectional design. Data collection was carried out in April-May 2019 for 117 students of the UI Nutrition Study Program who were taken randomly from the second semester to the eighth semester. Data were collected by filling out a questionnaire, interviewing two 24-hour recall food interviews, and measuring height and weight. The results showed that 28.2% of respondents applied balanced nutrition behavior. The results showed that there was a significant relationship between peer influence and balanced nutritional behavior (p value: 0.001), this variable also emerged as a dominant factor in nutritional behavior. balanced students. To improve student behavior, it is recommended that the faculty provide facilities such as scales and safe sports equipment that are easily accessible and free for students. In addition, for health services to promote balanced nutrition using the peer educator approach
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marella, Aenea
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pemberian intervensi Cognitive Behavior
Therapy (CBT) dapat mengurangi simtom-simtom depresi pada mahasiswa UI tahun pertama
penerima Bidikmisi. Penelitian ini menggunakan desain one group before and after study
design, dengan jumlah partisipan sebanyak tiga orang. Masing-masing partisipan mengikuti
sesi CBT sebanyak enam kali, disertai satu kali sesi follow up (2 - 3 minggu setelah sesi
terminasi). Proses screening awal dilakukan dengan memberikan Beck Depression Inventory
(BDI) kepada mahasiswa UI tahun pertama penerima Bidikmisi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa CBT efektif dalam mengurangi simtom-simtom depresi mahasiswa UI
tahun pertama penerima Bidikmisi. Didapati penurunan skor BDI yang signifikan dan level
depresi partisipan berubah dari "berat" menjadi "tidak ada tanda-tanda depresi" dan "ringansedang".
Selain itu, perubahan kualitatif juga dilaporkan dalam penelitian ini.

ABSTRACT
This study evaluated the efficacy of Cognitive Behavior Therapy (CBT) in reducing
depressive symptoms among Bidikmisi Freshmen in Universitas Indonesia (UI). Design of
the study is one group before and after study design, with three scholars as participants. Each
participant attended six sessions of CBT, followed by a follow up session (2 - 3 weeks after
termination). Beck Depression Inventory (BDI) was used in the screening process. Results
suggest that CBT reduced depressive symptoms among Bidikmisi freshmen in UI.
Participants' BDI scores reduced significantly, and their level of depression changed from
"severe" to "no symptoms of depression" and "mild - moderate". Qualitative changes were
also found and discussed."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Febrina
"Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada beberapa negara di dunia (WHO, 2010). Keselamatan lalu lintas di Indonesia adalah yang terburuk se-ASEAN (ADB, 2006) dan hampir setengah dari kasus kecelakaan sepeda motor disebabkan oleh perilaku tidak aman (Raymond, 2008).
Dalam prasurvei awal tahun 2012 yang dilakukan pada pengendara ojek stasiun Citayam, ditemukan hampir seluruhnya tidak menggunakan helm, +50% ugal-ugalan, +30% berkendara sambil menggunakan telepon genggam, dan sebagainya, sehingga sangat berbahaya dan tidak sesuai dengan regulasi UU Lalin No. 22/2009, PP No. 43/1993 mengenai batas kecepatan, dan tata cara berkendara motor dari Dirjen Perhubungan RI tahun 2005.
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran faktor resiko perilaku tidak aman pengendara ojek stasiun Citayam, Depok tahun 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Informan dari penelitian dipilih sebanyak 4 orang pengendara ojek, dan 2 orang penumpang serta 2 orang pejalan kaki untuk triangulasi data. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara, yang kemudian dikroscek sebagai validitas data. Data diolah dalam bentuk narasi dan tabel.
Penelitian ini menggunakan teori Safety Triad dari Geller (2001) dimana perilaku dipengaruhi oleh adanya faktor manusia dan faktor lingkungan. Teori ini digunakan karena dianggap cukup tepat dalam menganalisis perilaku tidak aman pengendara ojek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengendara ojek stasiun Citayam, Depok berperilaku tidak aman dalam berkendara. Faktor manusia yang mempengaruhi perilaku tidak aman adalah ketiadaan motivasi dalam bentuk pengalaman celaka, rendahnya pengetahuan mengenai regulasi berkendara, dan ketidaktahuan standar keterampilan berkendara yang baik, sedangkan kondisi fisik tidak terlalu berhubungan dengan perilaku tidak aman. Pada faktor lingkungan yang berhubungan dalam membentuk perilaku tidak aman adalah kondisi kendaraan, kondisi cuaca, dan intervensi penumpang, sedangkan kondisi jalan tidak berpengaruh.
Untuk itu disarankan ada penegakkan hukum yang konsisten dan melaksanakan penyuluhan melalui media sosialiasi, diskusi, poster, atau stiker yang berisi pengenalan regulasi berlalu lintas dan berkendara dan penjelasan mengenai bahaya resiko kecelakaan jalan raya.

Traffic accident is the one of the highest cause of death of several countries in the world (WHO, 2010). Road safety in Indonesia is the worst in ASEAN (ADB, 2006) and almost half of motorcycle accidents are caused by unsafe behavior (Raymond, 2008).
At the pra-survey in early 2012 on a ojek riders in Citayam railway station, found that almost entirely riders did not use helmet, +50% bad riding, +30% using their cell phone while riding, etc., so that really dangerous and not compliance with Traffic Act No.22/2009, PP about speed limit No. 43/1993, and safety riding procedures from Dirjen Perhubungan RI 2005.
This study intends to see the description of risk factors related with unsafe behavior of ojek riders in Citayam railway station, Depok 2012 by using descriptive approach and qualitative method. Informants was chosen amounted 4 ojek riders, 2 passengers, and 2 pedestrians for triangulated purposes. In collecting data, the study using observation and in-depth interview methods which later be cross-checked for validation. Then data being processed in narative and table.
This study is using Safety Triad Theory by Geller (2001) which explained that behavior is influenced by individual factor and environmental factor. It is used because it quite appropriate to analize unsafe behavior of ojek riders.
The result showed that almost all ojek riders in Citayam railway station, Depok, do unsafe behavior while riding. Individual factors that influenced unsafe behavior are lack of motivation in having a bad experience while riding, lack of knowledge about riding regulation, and the ignorance of standards in good riding skill, whereas the physical condition is not really related with unsafe behavior. Environmental factors that related with unsafe behavior are motorcycle condition, weather condition, and passengers intervention, whereas bad road condition is not really influenced in making an unsafe behavior.
It is recommended to consistently enforce the law and do a kind of counseling by using social media, discussion, poster, or sticker which contain the regulation of traffic and riding, and also about hazards & risks of road accidents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>