Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50873 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Turita Indah Setyani
"ABSTRAK
Siapa yang tak kenal tokoh Rara Jonggrang. Sebagai suatu tokoh cerita namanya diabadikan melalui satu bagian area yang terdapat dalam candi Prambanan. Rara Jonggrang adalah nama untuk satu tokoh perempuan. Melalui deskripsi fisik yang terdapat dalam teks cerita sudah dapat dipastikan bahwa Rara Jonggrang adalah tokoh cerita yang cantik. Pertanyaannya sekarang siapa sebenarnya tokoh tersebut citranya sebagai satu tokoh dalam teks naskah Babad Prambanan? Untuk menjawab pertanyaan ini secara lengkap bukanlah hal yang mudah diperlukan suatu penelitian yang besar dan lengkap. Untuk itu dalam penelitian yang agak terbatas ini akan diungkapkan bagaimanakah citra tokoh Rara Jonggrang berdasarkan satu sumber yaitu teks naskah Babad Prambanan tertentu pula.
Penelitian ini tidak dilakukan berdasarkan kerja filologi tetapi di sini justru memanfaatkan hasil kerja filologi dalam kepentingan selanjutnya yaitu penelitian sastra. Oleh karena itu yang dipentingkan disini adalah hasil penelitian terhadap isi teks naskah tersebut sebagai data penelitian sastra.
Rara Jonggrang adalah tokoh cerita yang sudah melegenda. Sebagai tokoh cerita yang sudah melegenda, keberadaannya di masyarakat sebagai individu yang nyata sangat dipercayai. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan apakah keberadaannya ini hanya merupakan simbol atau tanda atau lambang dari suatu peristiwa yang pernah terjadi di masyarakat ataukah ini merupakan sudut pandang masyarakat yang diserap oleh juru cerita dalam menghadapi situasi masyarakat. Yang jelas jawaban pertama diperoleh setelah membaca dan mengamati teks naskah Prambanan, Rara Jonggrang bukan tokoh utama cerita.
Ketika pengamatan terhadap tokoh Roro Jonggrang di dalam cerita yang muncul dari kemelut pergolakan perebutan kekuasaan antar kelompok-kelompok elit kesatrya yang memiliki kekuasaan pada jamannya.
Ketika tokoh Rara Jonggrang mulai muncul dalam cerita, tokoh ini sudah dibebani untuk membawa suatu misi yaitu pandangan tentang kedudukan perempuan dan peran perempuan dalam suatu kemelut kekuasaan. Citra yang diberikan pada tokoh Rara Jonggrang adalah sebagai tokoh yang tragis. Rara Jonggrang diibaratkan sebagai tokoh perempuan yang harus ditampilkan untuk mengakhiri suatu periode kekuasaan dari negri tertentu. Sebagai tokoh perempuan Rara Jonggrang memiliki deskripsi fisik yang lengkap, yaitu cantik, pandai dan sakti.
Tetapi gambaran pandai dan sakti ini diluluhkan oleh gambaran watak seorang perempuan yang diberikan kepada tokoh tersebut. Digambarkan dalam cerita untuk menghadapi kemelut situasi pada saat itu tokoh Rara Jonggrang digambarkan hanya mengandalkan kecantikannya saja, bukan kepandaian dan kesaktian. Dari sudut ini saja sudah dapat dipastikan betapa tragisnya tokoh Rara Jonggrang ini digambarkan dalam teks naskah Babad Prambanan tersebut.
Memang terlepas dari hasil pengamatan dan interpretasi setiap orang, tetapi inilah yang dapat ditemukan dari hasil pengamatan dan pembahasan terhadap cerita Rara Jonggrang yang ada dalam teks naskah Babad Prambanan.
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I., 1981
899.222 BAB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi cerita legendaris tentang sejarah terjadinya Candi Prambanan, yang diawali dengan silsilah Dananjaya hingga Prabu Jayabaya, dan keturunan berikutnya. Selain itu, teks ini juga berisi kisah kerajaan Pengging yang mengalami kejayaannya ketika diperintah oleh Prabu Darmamaya. Keterangan penulisan teks ini tidak ditemukan. Bandingkan Serat Cemporet, karangan Ranggawarsita, yang meliputi masa sejarah yang sama. Bandingkan pula FSUI/LS.3, dan LS.4, untuk versi lain cerita tentang asal-usul Candi Prambanan. Menurut keterangan di h.l, penyalinan naskah dimulai pada hari Sabtu Wage, 18 Rabingulawah, Ehe 1836 (14 Mei 1906). Setiap pergantian pupuh diawali dengan tanda berhias (rubrikasi), serta ditandai dengan angka Jawa yang menyebutkan nomor pupuh, suatu gejala kodikologis yang cukup moderen. Pigeaud mendapatkan naskah ini dari M. Cakradiharja di Yogyakarta, pada tanggal 21 Desember 1932. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) asmarandana; (4) dhandhanggula; (5) kinanthi; (6) durma; (7) megatruh; (8) sinom; (9) pucung; (10) asmarandana; (11) durma; (12) dhandhanggula; (13) asmarandana; (14) pangkur; (15) sinom; (16) durma; (17) dhandhanggula; (18) asmarandana; (19) megatruh; (20) kinanthi; (21) pangkur; (22) sinom; (23) dhandhanggula; (24) pucung; (25) dhandhanggula; (26) asmarandana; (27) mijil; (28) megatruh; (29) maskumambang; (30) kinanthi; (31) sinom; (32) pangkur; (33) pucung; (34) sinom; (35) dhandhanggula; (36) mijil; (37) asmarandana; (38) pangkur; (39) megatruh; (40) pucung; (41) sinom; (42) kinanthi; (43) dhandhanggula; (44) mijil; (45) asmarandana; (46) pangkur; (47) durma; (48) sinom; (49) kinanthi; (50) dhandhanggula; (51) mijil; (52) gambuh; (53) pangkur; (54) asmarandana; (55) sinom; (56) dhandhanggula; (57) durma; (58) pangkur; (59) asmarandana; (60) dhandhanggula; (61) gambuh; (62) pangkur; (63) mijil; (64) durma; (65) sinom; (66) asmarandana; (67) dhandhanggula; (68) durma; (69) dhandhanggula; (70) kinanthi; (71) asmarandana."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LS.2-NR 228
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Cerita legendaris tentang sejarah terjadinya Candi Prambanan ini, diawali dengan silsilah Prabu Jayabaya dari kerajaan Kediri. Teks secara garis besar menceritakan pertempuran antara Pengging dengan Prambanan hingga berdirinya Candi Prambanan. Dilanjutkan dengan cerita tentang Ajisaka, dan cerita Panji Asmara Bangun/Inu Kertapati. Bandingkan FSUI/LS.2 untuk versi lain cerita tentang asal-usul Candi Prambanan. Sedangkan versi yang sama dengan naskah ini terdapat pada LS.4. Keterangan tentang penyalinan naskah dapat dijumpai pada h.v, yaitu disalin pada hari Jumat Kliwon, 13 Jumadilawal, Wawu 1833 (7 Agustus 1903). Nama Narsapranaka juga tertulis dalam naskah ini, kemungkinan keterangan ini menunjukkan nama penyalin naskah (atau pemilik?). Pada setiap pergantian pupuh selalu diawali dengan tanda berhias (rubrikasi), namun lebih sederhana dibandingkan dengan naskah FSUI/LS.4. Naskah ini juga dilengkapi dengan uittreksel (terlampir) yang dibuat oleh Mandrasastra pada bulan Februari 1938. Pigeaud memperoleh naskah ini pada tahun 1937, di Surakarta. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) pangkur; (4) pucung; (5) durma; (6) kinanthi; (7) sinom; (8) mijil; (9) asmarandana; (10) dhandhanggula; (11) pangkur; (12) mijil; (13) pucung; (14) asmarandana; (15) megatruh; (16) durma; (17) kinanthi; (18) pangkur; (19) asmarandana; (20) dhandhanggula; (21) pucung; (22) sinom; (23) gambuh; (24) durma; (25) mijil; (26) megatruh; (27) asmarandana; (28) pangkur; (29) durma; (30) dhandhanggula; (31) pucung; (32) asmarandana; (33) jurudemung; (34) megatruh; (35) sinom; (36) kinanthi; (37) pucung; (38) dhandhanggula; (39) gambuh; (40) durma; (41) kinanthi; (42) asmarandana; (43) sinom; (44) megatruh; (45) pucung; (46) kinanthi; (47) gambuh; (48) dhandhanggula; (49) pangkur; (50) durma; (51) asmarandana; (52) dhandhanggula; (53) sinom; (54) maskumambang; (55) mijil; (56) asmarandana; (57) pucung; (58) gambuh; (59) jurudemung; (60) pangkur; (61) asmarandana; (62) durma; (63) pangkur."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LS.3-NR 309
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah Babad Prambanan ini sangat mirip dengan versi naskah FSUI/LS.3, yaitu pupuh 1-58 dalam kedua naskah ini sama. Namun pupuh 59-63 menunjukkan beberapa perbedaan. Lihat deskripsi naskah tersebut untuk keterangan selanjutnya. Naskah disalin oleh Wirsungun, di wilayah Mangkunagaran, pada tahun 1885, atas prakarsa B.R.Ng. Wiryatani. Setiap pergantian pupuh diawali dengan tanda berhias (rubrikasi), kadang dengan pensil berwarna. Menurut keterangan pada h.v, naskah ini didapat Pigeaud dari Sastrapandawa, di Yogyakarta, pada tanggal 19 Juli 1939 Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) pangkur; (4) pucung; (5) durma; (6) kinanthi; (7) sinom; (8) mijil; (9) asmarandana; (10) dhandhanggula; (11) pangkur; (12) mijil; (13) pucung; (14) asmarandana; (15) megatruh; (16) durma; (17) kinanthi; (18) pangkur; (19) asmarandana; (20) dhandhanggula; (21) pucung; (22) sinom; (23) gambuh; (24) durma; (25) mijil; (26) megatruh; (27) asmarandana; (28) pangkur; (29) durma; (30) dhandhanggula; (31) pucung; (32) asmarandana; (33) jurudemung; (34) megatruh; (35) sinom; (36) kinanthi; (37) pucung; (38) dhandhanggula; (39) gambuh; (40) durma; (41) kinanthi; (42) asmarandana; (43) sinom; (44) megatruh; (45) pucung; (46) kinanthi; (47) gambuh; (48) dhandhanggula; (49) pangkur; (50) durma; (51) asmarandana; (52) dhandhanggula; (53) sinom; (54) maskumambang; (55) mijil; (56) asmarandana; (57) pucung; (58) gambuh; (59) megatruh; (60) jurudemung; (61) pangkur; (62) asmarandana; (63) pangkur."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LS.4-NR 379
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Mustikawati
"ABSTRAK
Hal yang dapat dilihat dari Babad Prambanan adalah adanya unsur dan aspek sastra sebagai kesatuan yang membentuk struktur karya sastra, khususnya jenis babad. Unsur sastra yang disorot dalam analisis ini adalah alur, tokoh, tema dan amanat. Sedanqkan dalam aspek sastra yang manjadi pusat peneitian adalah genealogi, mitos, legenda, hagiografi, sugeati dan simbolime. Setelah itu melihat kaitan antara unsur dan aspek sastra dalam Babad Prambanan sebagai satu kesatuan yang membentuk struktur karya sastra.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengupas makna yang terkadung di dalam Babad Prambanan sehigga dapat diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data bagi penelitian bidang ilmu lain.
Penelitian ini menggunakan pendekatan instrinsik, karena karya sastra yang penulis gunakan adalah karya sastra sejarah. Untuk meneliti karya sastra sejarah jenis babad digunakan pendekatan model sastra dengan cara kerja Darusuprapto.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam karya sastra sejarah di dalamnya terkadung unsur dan aspek sastra hubungan antara unsur dan aspek sastra ini cukup erat. Adanya unsur dan aspek sastra menunjukkan adanya suatu kekhasan yang dimiliki karya sastra sejarah.
Babad Prambanan ini lebih condong pada jenis babad yang menitikberatkan pada model sastra daripada fakta sejarah. Karena titik berat terfokus pada model sastra maka peranan unsur dan aspek sastra sangat menonjol untuk membentuk sebuah cerita.

"
1995
S11375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jordan, Roy E.
Leiden: Vakgroep Talen en Culturen Zuidoost-Azie en Oceanie Rijksuniversiteit te Leiden, 1993
726.143 JOR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iddah Bio Watti
"Skripsi ini membahas citra moral Wiralodra yang tercermin dalam Babad Darmay (BD), sebagai sastra sejarah BD dijadikan alat penyampaian moral bagi masyarakat Indramayu. BD yang disalin oleh H.R Sutadji pada tahun 1988 menceritakan tentang perjalanan Wiralodra dalam membangun cikalbakal Indramayu (Darmayu). Citra moral Wiralodra dibangun dalam setiap aspek BD. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini adalah citra moral Wiraldora dalam BD dapat dijadikan pedoman moral bagi masyarakat Indramayu, karena BD masih relevan dengan masyarakat masa kini.

This papaer is study about Wiralodra_s moral images that refelcted on Babad Darmayu (BD). As history literature, BD is used for moral dissemination of the Indramayu people. BD that copied by H.R. Sutadji on 1988 are talk about the journey of Wiralodra on creating the very BD_s aspect. This qualitative research with descriptive design. This research is try to extract the Wiralodra_s moral images so that can be used as moral deirective for Indramayu_s society, becouse BD are still relevant with nowdays people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11674
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lalitia Apsari
"Kosmos merupakan hal yang kompleks, memahaminya berarti mengerti betui akan eksistensi kita dan segala substansi yang 'hadir' di alam semesta sebagai mahluk Al Khalik yang fana sifatnya. Dalam memahami kosmos manusia memiliih untuk berorientasi terhadap sesuatu yang terkadang tidak lepas dari dogma-dogma yang terbentuk akan panutan mengenai sosok-sosok yang disucikan atau diagungkannya. Sosok-sosok tersebutlah yang disebut dengan ikon yang surgawi dan bersifat abadi. Manusia perlu penghayatan tinggi terhadap suatu kepercayaan?yang sifatnya 'hadir' bukan 'nampak'?sehingga dalam kehidupannya di dunia manusia mengejawantahkan kosmos menjadi bentuk-bentuk yang kasat mata?dalam penulisan ini adalah bentuk-bentuk arsitektural. Konversi ini tidak jarang meng'hadir'kan ikon yang selain menjadi orientasi terhadap pemujanya juga menjadi inti yang bertindak sebagai 'jiwa' dari bentuk arsitekturalnya. Lalu bagaimana arsitektur merespon terhadap ikon sebagai inti ruangnya? Bagaimana esensi 'ruang' yang dibentuknya dan apa dampaknya bagi manusia yang mengalami? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang ingin saya kaji dalam penulisan skripsi ini yakni pemahaman mengenai ikon sebagai inti bentuk arsitektural selaku simbol kosmologis. Untuk memahaminya saya mengkaji berdasarkan pengertian tiap-tiap unsurnya dan melakukan pengalaman ruang dengan metode fenomenologi.

Cosmos is exceedingly intricate, to comprehend it means to grasp and became conscious of our existence and all substances that is 'presence' in universe as God's mortal creation. In understanding cosmos human being prefer to orient themselves to things and ideas that occasionally related to values that constructed from their adulation of figures they considered to be sacred and divine afar human. These figures are what we entitled as icons?heavenly and perpetual. Human requires high discernment to respect religion?which is classified as something 'presence' yet with a vague way of manifestation. Hence in human life, cosmos is converted to factual and tangible forms and figures, and by that I choose the paradigm of architectural figures. This alteration likely to 'bestow' icons?in addition as a point of reference to their worshippers and also revealed as the staple that acts as the 'spirit' of its architectural form. Thus how architecture responded to the icon as their crux? How does the 'space' assembled and what effect does ft bring to human who experience it? These inquiries are what I expected to answer by conferring an outlook about icon as the crux of architectural form as a cosmologic symbol. The assessment is based on the recognition of every aspect and experiencing the space with phenomenology method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tifa Hanani
"

Trunajaya adalah salah satu tokoh sejarah di Indonesia. Naskah Babad Trunajaya yang saya teliti ini merupakan karya sastra Jawa baru dari Jawa Timur koleksi Museum Mpu Tantular bernomor 07.17 M, tertulis pada lontar yang telah menghitam dan merekam kisah hidup Trunajaya. Penelitian ini berfokus pada teks dan kajian struktur teksnya dengan tujuan menyajikan suntingan teks agar dapat terbaca masyarakat awam dan menemukan citra tokoh Trunajaya dalam teks Babad Trunajaya versi Jawa Timur. Untuk menyunting teks diterapkan metode penelitian filologi, sedangkan untuk mengkaji citra tokohnya dilakukan pendekatan struktur.  Dari analisis data dapat diketahui bahwa Trunajaya yang dalam pandangan teks versi Jawa Tengah dianggap sebagai pemberontak yang bengis, dalam teks versi Jawa Timur ia merupakan pahlawan yang memiliki ciri pemimpin ideal.

 


Trunajaya is one of the historical figures in Indonesia. This manuscript of Babad Trunajaya is a New Javanese literary work from East Java collected by Mpu Tantular Museum with manuscript number 07.17 M, written on the blackened Lontar and recorded the life story of Trunajaya. The study focuses on the text and its text structure with the aim to present text editing in order to be read by today`s society and portray the character image of Trunajaya in the East Javanese version of Babad Trunajaya text. This research utilises philological method to edit the text and structural approach is used to study the character image. From the intrinsic structural analysis, it is known that Trunajaya, in the text of the Central Java version, is regarded as a very rebellious rebel, in the text of the East Java version, it is a hero who has the characteristics of the ideal leader.

 

"
2019
T53948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>