Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217382 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irawati Soemarnoto
"ABSTRAK
Komunikasi periklanan dimaksud sebagai proses penyampaian sharing pesan yang dibiayai produsen, lewat persen sarana massa dan ditujukan kepada khalayak pembaca yang menjadi sasarannya. Maksud dan tujuan komunikasi periklanan ialah mendapatkan seperangkat respons yang diinginkan terjadi pada konsumen dari segmen tertentu suatu pasar. Dalam skripsi ini, penulis ingin mengetahui perbandingan tingkat respons pengetahuan khalayak pembaca majalah Ayah Bunda terhadap pesan iklan dengan dan tanpa ilusrasi model, yang dilihat dari 3 segi yaitu ; 1 awareness knowledge, 2 how-to-knowledge, dan 3 princples knowledge. Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan pihak biro lapangan. Sedangkan iklan, studi kepustakaan, dan penelitian sampel diambil secara sengaja purposive . Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan mayoritas responden dari iklan Susta- gen Mama tanpa ilustrasi model pada tahap aw&reness knowledge lebih tinggi dibanding tingkat pengetahuan mayoritas responden dari iklan Prenagen dengan ilustrasi model. Tingkat pengetahuan mayoritas responden pada tahap how-to knowledge, baik dari iklan Prenagen maupun Sustagen Mama berada pada tingkat sedang. Hal ini berarti mayoritas responden belum mencapai tahap how-to knowledge. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan ilustrasi model pada suatu iklan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan terhadap iklan tersebut, melainkan hanya sampai tingkat perhatian saja."
1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawati Soemarnoto
"Komunikasi periklanan dimaksud sebagai proses penyampaian (sharing) pecan yang dibiayai produsen, lewat sarana massa dan ditujukan kepada khalayak pembaca yang menjadi sasarannya. Maksud dan tujuan komunikasi periklanan ialah mendapatkan seperangkat respons yang diinginkan terjadi pada konsumen dari segmen tertentu suatu pasar. Dalam skripsi ini, penulis ingin mengetahui perbandingan tingkat respons pengetahuan khalayak pembaca majalah Ayah Bunda terhadap peran iklan dengan dan tanpa ilusrasi model yang dilihat dari 3 segi yaitu (1) awareness knowledge, (2) "how-to"-knowledge, dan (3) princples knowledge. Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan pihak biro iklan, studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Sedangkan sampel diambil secara sengaja (purposive) . Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan mayoritas responden dan iklan Sustagen Mama ( tanpa ilustrasi model) pada tahap awareness knowlege, lebih tinggi dibanding tingkat pengetahuan mayoritas responden dari iklan Prenagen (dengan ilustrasi model). Tingkat pengetahuan mayoritas responden pada tahap how-to knowledge, baik dan iklan Prenagen maupun Sustagen Mama berada pada tingkat sedang. Hal ini berarti mayoritas responden belum mencapai tahap how-to knowledge. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan ilustrasi model pada suatu iklan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan terhadap iklan tersebut, melainkan hanya sampai tingkat perhatian saja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S4285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S3996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kussusilowati Trihandayani
"Dalam pasar persaingan bebas, merek lokal bersaing ketat dengan merek global. Pembangunan merek global memiliki keunggulan utama yaitu economies of scale, khususnya dalam iklan dan promosi, public relations, kemasan, dan kegiatan-kegiatan pemasaran lainnya. Dengan menggunakan satu wajah tunggal perusahaan atau produk, keputusan-keputusan desain menjadi lebih mudah dan lebih hemat dalam produksi, penelitian, dan pengembangan. Sedangkan keunggulan pembangunan merek lokal mempunyai kebebasan untuk mengembangkan nama-nama merek, unsur-unsur visual, asosiasi untuk masing-masing konsumen, dan memproduksinya secara lokal. Salah satu cara membangun merek suatu produk untuk memenangkan persaingan adalah dengan beriklan.
Dalam tesis ini, penulis menganalisis makna tanda dalam iklan merek lokal dan global, dan strategi penyusunan pesan iklan merek lokal dan merek global. Iklan yang digunakan adalah iklan kosmetik Sariayu versi Kharisma Jogja dan versi Bunga Khatulistiwa dan iklan kosmetik Revlon versi Animal Instinct dan versi James Bond 007.
Penelitian deskriptif ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik analisis semiotik-Dalam melakukan analisis semiotik, penulis menggunakan konsep strategi penyusunan pesan iklan dari Philip Kotler. Untuk itu penulis menggabungkan konsep analisis semiotika iklan dari Roland Barthes dengan konsep elemen-elemen iklan dari Gilson dan Berkman serta konsep signeme non verbal dari Arthur Asa Berger. Selain itu, penulis juga menggunakan konsep teknik pengambilan gambar dari Arthur Asa Berger.
Paduan antara konsep-konsep tersebut menghasilkan rumusan baru yang dikemukakan oleh penulis, yaitu Analisis Semiotika Iklan Kosmetik Terpadu yang mangandung unsur (1) pesan linguistik: a. headline, subhead, body copy, slogan, (2) pesan ikonik terkodekan: a. gaya rambut, b. struktur wajah, c. ekspresi wajah, d. tata rias, e. desain iklan, f warna, (3) pesan ikonik tak dikodekan: a. gaya rambut, b. struktur wajah, c. ekspresi wajah, d. tata rias, e. desain iklan, f. warna, (4) teknik pengambilan gambar.
Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa makna tanda iklan kosmetik merek lokal lebih menonjolkan unsur-unsur tradisional dan potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Sedangkan iklan merek global lebih menonjolkan hal-hal yang sifatnya universal dan trend dunia. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa strategi penyusunan pesan iklan kosmetik lokal dan global adalah: (1) Menggunakan gaya citra (image), (2) menggunakan pendekatan seksual dan emosional, (3) menggunakan beberapa kata asing, (4) menggunakan model wanita cantik, (5) menggunakan teknik pengambilan gambar secara close up.
Dan hasil analisis, penulis mencoba memberikan beberapa rekomendasi praktis, yaitu (1) Iklan merek lokal dapat tetap menonjolkan unsur-unsur tradisional dan potensi yang dimiliki oleh Indonesia, sedangkan iklan merek global sebaiknya menyesuaikan isi pesan dengan budaya Indonesia, agar tercipta kedekatan dengan konsumen. (2) desain iklan dibuat menarik dan unik, (3) teknik pengambilan gambar dibuat secara close up yang melambangkan keintiman antara model dengan pembaca. Sedangkan rekomendasi akademisnya adalah dibuat penelitian lanjutan yang menggali seberapa efektif strategi penyusunan pesan iklan kosmetik terpadu bagi khalayak, karena berhasil tidaknya suatu kampanye iklan adalah bila iklan tersebut berpengaruh terhadap khalayak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T12401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Nurhandayani
"ABSTRAK
Makin banyaknya organisasi bisnis yang bersedia melakukan kegiatan lLM, membawa angin segar dalam dunia periklanan di Indonesia. Karena pada hakekatnya iklan tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk tujuan bisnis dan komersil saja, tetapi iklan juga dapat digunakan sebagai sarana menunjang pembangunan. ILM yang be1um memasyarakat ini, merupakan suatu hasil kerjasama antara pihak media dan organisasi tertentu. Kerjasama tersebut didasarkan pada pertimbangan non komersil. Media menyediakan ruang/halaman yang sedang kosong, dan organisasi menyediakan art work iklannya, tanpa ada yang membayar atau dibayar. Akibatnya jika kita lihat penampilan sebuah ILM, terdapat beberapa kelemahan. Frekuensi penerbitan yang jarang serta tidak pasti, karena menunggu kesediaan media menyediakan ruangan, serta gambar yang tidak berwarna merupakan beberapa diantara kelemahan tersebut. Sehingga muncul pertanyaan, apakah dengan keadaan yang demikian masyarakat akan mampu untuk mengerti mengenai ILM dan mengetahui pesan-pesan yang disampaikannya. Apalagi jika mengingat beberapa pendapat· yang menyatakan, bahwa pengulangan suatu iklan dan penampilan iklan yang berwarna, merupakan faktor yang perlu diperhatikan guna mendapat hasil yang baik. Dengan berbekal kerangka pemikiran yang diambil dari berbagai sumber, pertanyaan tersebut ingin dijawab melalui penelitian. Sebagai sampel diambil 100 orang pelanggan Termpo. Kemudian dipertimbangkan beberapa faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi hasil penelitian. ~aktor tersebut ndalah, jenis kelamin, umur, pendirlikun dan lumanyu reaponden berlangganan Tempo, serta frekuensi membaca iklan. Penelitian ini menghasilkan jawaban, bahwa sebagian besar dari sampel ternyata pernah melihat mengenal lLM. Sayangnya pengenalan ini tidak diikuti dengan pengertian dan pengetahuan yang baik mengenai ILM. Tidak banyak responden yang mengerti secara benar apa yang dimaksud dengan ILM dan tujuan serta manfaat ILM Selain itu, ternyata sebagian besar dari sampel hanya mengingat satu atau dua pesan ILM saja. Bahkan terdapat beberapa responden, yang tidak ingat sama sekali pesan yang pernah dimuat ILM pada majalah Tempo. Begitu pula untuk ILM di majalah/surat ka~ar lain, tidak banyak responden yang mengetahui dan pernah melihatnya. Melihat hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat disampaikan. Pertama, perlu ada perbaikan dari segi penampilan lLM seperti: dengan frekuensi yang lebih sering, dan berwarna. Kedua, harus ada kerja sama antara organisasi sosial dan organisasi bisnis dalam pembuatan lLM. Ketiga, seba±kriya ILM tidak hanya terbatas di media cetak saja, tetapi dap~t juga menggunakan media luar ruang lainnya. Keempat, saran terakhir ini untuk mereka yang berniat mengadakan penelitian ulang ataupun lanjutan, sebaiknya mengambil sampel yang lebih besar, sehingga dapat kita membuat kesimpulan secara nasional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyanti
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruby Gautami Sudoyo
"Persepsi masyarakat terhadap penyakit AIDS cukup beragam. Mulai dari AIDS sebagai penyakit hoino, AIDS hanya mengenai WTS hingga AIDS sebagai penyakit yang dapat menularkan dirinya. Adanya persepsi yang keliru acapkali disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai apa yang menularkan dan tidak menularkan virus HIV, juga karena individu tidak merasa isyu AIDS dekat dengan dirinya. Menurut teori Social Judgement, kedekatan diri terhadap isyu berhubungan dengan keterlibatan ego individu tersebut. Individu dengan keterlibatan ego yang tinggi memiliki sikap yang ekstrem dan sulit menerima perubahan, sementara individu dengan keterlibatan ego rendah memiliki ruang tanpa keputusan yang cukup besar sehingga besar pula kemungkinan menerima perubahan. Timbul pertanyaan, bagaimana bila terdapat dua khalayak dengan tingkat keterlibatan ego yang berbeda diterpakan pada pesan AIDS. Satu kelompok eksperimen berasal dari kelompok resiko tinggi (homoseksual) dan kelompok lainnya dari kelompok masyarakat awam (heteroseksual). Pesan pun dibedakan menjadi pesan dengan pendekatan rasional dan pesan dengan pendekatan emosional. Sehingga terdapat dua kelompok resiko tinggi dan dua kelompok heteroseksual yang memperoleh pesan yang berbeda: Rasional yang mengandung informasi dan Emosional yang menggunakan unsur menyeramkan. Tak hanya homoseksual lebih terterpa informasi AIDS, mereka juga merasa beresiko tinggi sehingga isyu AIDS dianggap lebih dekat dengan diri mereka. Sehingga diasumsikan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara kelompok homoseksual (keterlibatan ego rendah) dengan kelompok heteroseksual (keterlibatan ego tinggi), dan bahwa skor anchor homoseksual lebih tinggi. Metodologi penelitian adalah eksperimen lapangan dengan desain after-only, no control group. Dengan menggunakan tes statistik, terbukti bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok homoseksual dengan kelompok heteroseksual dan antara terpaan treatment rasional dengan yang terterpa treatment emosional. Kesimpulan tentang ini adalah bahwa tidak banyak perbedaan antara persepsi subyek eksperimen homoseksual dan subyek eksperimen heteroseksual, dan tidak benar bahwa tingkat keterlibatan ego mereka berbeda. Kelompok eksperimen mungkin akan lebih sesuai bila dibagi berdasarkan perilaku resiko tinggi dan perilaku resiko rendah. Pendekatan pesan juga tidak terlalu berpengaruh karena pada dasarnya seluruh subyek eksperimen memiliki tingkat pengetahuan yang sama tinggi dan dengan begitu subyek eksperimen yang terterpa treatmen emosional tidak menelan pesan begitu saja. Bila pengetahuan cukup rendah, mungkin akan lebih terlihat bagaimana informasi claim pesan rasional dapat mempengaruhi persepsi individu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S4170
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Meutia Sandra Dewi
"Studi ini mempelajari interpretasi khalayak terhadap suatu tanda yang merupakan bagian dari kajian Semiotik. Semiotik mempelajari sistem tanda beserta maknanya. Sebuah tanda dapat diinterpretasi secara berbeda tergantung pada individu yang menginterpretasikannya. Makna tanda yang sama dapat berbeda pada setiap individu. Perbedaan makna terhadap tanda ini karena makna sebenarnya berada di kepala atau kognisi orang yang menafsirkannya. Makna tidak berada pada tanda itu sendiri.
Keberadaan iklan di Indonesia semakin ramai semenjak kehadiran stasiun televisi swasta (RCTI, ANTeve, SCTV, Indosiar, TPI). Khususnya iklan televisi yang menggunakan identitas etnik di Indonesia semakin gencar kira-kira setahun terakhir ini. Identitas etnik tersebut diwujudkan dalam atribut-atribut budaya yang dapat berupa obyek nyata maupun konsep atau nilai budaya dan etnis yang bersangkutan. Atribut budaya sebagai tanda ini diasumsikan sebagai sesuatu yang telah tersosialisasi dalam diri individu, dengan demikian diasumsikan bahwa individu dapat memperoleh makna komprehensif dari atribut budaya tersebut. Berangkat dari asumsi tersebut dan proposisi semiotik bahwa makna tidak berada pada tanda itu sendiri namun pada kepala orang yang menafsirkannya, maka studi ini hendak mengkaji bagaimana khalayak menginterpretasi sistem tanda dalam iklan televisi yang menggunakan pendekatan budaya.
Pada kenyataannya interpretasi individu sangat bervariasi terhadap atribut budaya sebagai tanda dalam pesan iklan yang menggunakan identitas etnik. Hal ini karena pada tiap tahapan proses kognitif, terjadi proses signifikansi terhadap suatu tanda yang dipengaruhi oleh wilayah makna yang terdiri dari makna denotatif dan konotatif (menyangkut pengalaman dan kedekatan individu dengan tanda) serta makna kontekstual dan struktural (menyangkut pengetahuan individu dan cara penggunaan sistem tanda yang ada dalam pesan untuk memperoleh makna).
Dari temuan di lapangan, fungsi atribut budaya dalam iklan etnik dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan signifikansi tanda dari atribut budaya tersebut, yaitu (1) atribut budaya sebagai obyek fisik atau referent, dan (2) atribut budaya sebagai nilai budaya yang menyangkut konsep individu yang ada dalam reference-nya.
Identitas etnik yang digunakan dalam iklan-iklan televisi yang diteliti dengan demikian dilihat sebagai `tempelan' yang lebih berfokus pada daya tarik saja, atau sebagai sarana untuk menyampaikan nilai budaya suatu etnis kepada khalayak sasaran, dengan harapan mereka dapat mengasosiasikan karakteristik produknya dengan nilai budaya tersebut. Selain itu terdapat pendapat bahwa iklan yang menggunakan atribut budaya nyata/fisik tidak bisa dikatakan ildan budaya karena budaya hanya menyangkut nilai dan bukan materi. Opini ini berangkat dart pandangan budaya terutama sebagai sistem nilai. Dalam tesis ini budaya pertama dilihat dart obyek nyata dan kemudian dipelajari nilai-nilai yang terkandung di dalam obyek-obyek nyata tersebut.
Asumsi yang mengatakan bahwa budaya tradisional menghambat laju modernisasi dan globalisasi ternyata tidak beralasan, sebaliknya iklan-iklan beratribut budaya tradisional ini merupakan iklan yang paling diminati dan sangat mendongkrak penjualan produkrasa yang diiklankan. Penjualan produkrasa meningkat berarti tingkat konsumerisme meningkat. Tingkat konsumerisme yang tinggi menandakan masyarakat modern versi Rostow. Dengan demikian, budaya tradisional justru merupakan faktor pendukung modernisasi dan globalisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T1589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Anggraini
"Banyaknya produk sejenis di pasaran menimbulkan per- Iklan dibutuhkan untuk mengkomunikasikan pro duk guna mendukung penjualan. Dengan banyaknya produk yang diiklankan, iklanpun menjadi beragam baik dari segi jumlah maupun penampilan. saingan ketat. Penulisan skripsi ini bermaksud melihat preferensi konsumen terhadap iklan-iklan yang mengenainya. Iklan seperti apa dan bagaimana yang mereka sukai. Data untuk itu diperoleh 'dengan penelitian lapangan menggunakan kuesioner. Adapaun responden penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Cipinang Besar, Jakarta Timur dari golongan menengah yang membaca salah satu atau lebih majalah wanita Femina, Kartini, Pertiwi dan Sarinah.
Dari penelitian diperoleh hasil, pilihan . iklan yang disukai maupun tidak terbanyak karena ilustrasi ik - lan yang bersangkutan. Kedua terbanyak karena copy,lalu lay-out dan kemudian warna. Dalam iklan shampoo disukai bila tampil dengan model yang cantik dan menarik berambut indah, dengan copy yang memuat keterangan lengkap mengenai shampoo dengan menggunakan kata yang tidak berlebihan serta berkesan sederhana. Bila iklan disukai hal katapilihan iklan dilihat menurut usia, pendidikan dan pengeluaran rumah tangga per-bulan responden, ada perbedaan yang secara umum dapat dikatakan perbedaan tersebut tidak banyak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>