Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154164 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhaena
"ABSTRAK
Hampir setiap orangtua di dunia memandang anak
sebagai anugerah yang tak ternilai sehingga menganggap
penting untuk menyediakan perawatan dan perhatian pada
bulan dan tahun pertama kehidupan mereka. Sebagai
lingkungan pertama bagi anak, orangtua memainkan peran
utama untuk memicu aktualisasi potensi dan perkembangan
bayi dan anak kecil. Orangtua terdiri dari ayah
dan ibu, dengan demikian peran sebagai pengasuh yang
merangsang perkembangan anak seoptimal mungkin tidak
saja ada pada ibu tetapi juga merupaakan tugas dan
tanggung jawab ayah. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai keterlibatan ayah dalam
menjalankan perannya sebagai pengasuh bayi dan anak
kecil. Untuk tujuan tersebut akan digambarkan pula
bentuk dan saat keterlibatan dilakukan para ayah.
Subyek dalam penelitian ini adalah 59 pasangan suamiistri
yang baru mempunyai seorang anak berusia antara 1 bulan sampai 3 tahun yang diambil secara insidental.
menggunakan kuesioner berisi
mengandung item-item dalam hal pemberian
perawatan dan kegiataan bermain yang
Pengumpulan data 120
item yang
kasih sayang,
dilakukan pada saat pagi hari, saat makan, tidur
siang, jalan-jalan, saat ayah pulang, saat mandi, saat
tidur malam dan libur. Pada setiap item, subyek diminta
menilai seberapa sering para ayah melakukan kegiatan
tersebut berdasarkan enam alternatif jawaban yang
bersifat graduil. Hasil penelitian adalaah para ayah
dalam penelitian ini cukup terlibat dalam pengasuhan
berupa perawatan namun kurang terlibat dalam pemberian
kasih sayang. Penilaian yang diberikan para istri
menunjukkan bahwa para suami lebih banyak terlibat
dalam pemberian kasih sayang dan kurang terlibat
dalam merawat anak. Keterlibatan tertinggi dilakukan
oleh para ayah pada saat libur atau cuti dan kurang
terlibat saat anak bangun pagi dan tidur siang.
Perhitungan nilai rata-rata skor total subyek menunjukkan
keterlibatan yang berbeda diantara subyek
dengan karakteristik berbeda. Namun dari penghitungan
chi-square terlihat bahwa perbedaan karakteristik di
antara, subyek tidak menimbulkan tingkat keterlibatan
yang berbeda. Hasil penelitian ini menggambarkan
adanya sejumlah gejala yang menarik mengenai keterlibatan para ayah dalam pengasuhan bayi dan anak kecil.
Oleh karena penelitian mengenai keterlibatan ayah
dalam pengasuhan masih sangat sedikit, maka hasil
penelitian ini dapat dijadikan
basis dasar bagi penelitian lanjutan."
1995
S2924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Puspita Sari
"Latar Belakang: Orangtua perlu berperan aktif dalam pengasuhan dimulai sejak masa awal kehidupan bayi. Sejauh ini, pengasuhan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan ibu daripada ayah. Hal ini membuat ayah kurang terlibat dalam pengasuhan bayi. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sikap ibu terhadap pengasuhan oleh ayah.
Metode: Penelitian ini akan melihat perbandingan sikap dan gambaran jarak sikap orangtua terhadap pengasuhan oleh ayah yang memiliki bayi 0 ? 12 bulan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan cara accidental sampling sebagai metode sampling. Peneliti menganalisis 102 data pasangan ayah dan ibu.
Analisis Statistik: Peneliti menggunakan uji T-Test dependent sample untuk membandingkan sikap orangtua terkait pengasuhan oleh ayah pada bayi usia 0 - 12 bulan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dalam sikap orangtua terhadap pengasuhan oleh ayah yang memiliki bayi 0 ? 12 bulan. Selanjutnya, mayoritas pasangan tidak memiliki perbedaan sikap terhadap pengasuhan oleh ayah. Hal ini berarti jika ibu memiliki sikap yang positif terhadap pengasuhan bayi oleh ayah, maka ayah cenderung memiliki sikap positif. Begitu juga sebaliknya, jika ibu memiliki sikap yang negatif terhadap pengasuhan bayi oleh ayah, maka ayah cenderung memiliki sikap yang negatif pula.
Kesimpulan: Di dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ibu memiliki sikap yang lebih positif terhadap pengasuhan oleh ayah daripada ayah. Sikap ayah yang rendah bisa dikarenakan kurang percaya diri terhadap kemampuannya dalam merawat bayi dan juga karena kurangnya umpan balik positif atas aktifitas perawatan bayi yang dilakukannya. Berdasarkan analisis tambahan, sikap ayah terhadap pengasuhan tidak dipengaruhi oleh pengetahuan ayah. Ayah juga memiliki sikap positif pada beberapa kegiatan di dalam pengasuhan anak, seperti mengetahui penyakit bayi, mengantarkan bayi ke dokter, mengetahui makanan yang dikonsumsi bayi dan mengajak bayi bermain.

Background: Parents need to be active in child rearing activities from the beginning of the baby?s life. So far, child rearing activities more related to mother than father. That?s why fathers not involved in baby rearing activities. Many factor influenced father involvement in child rearing activities, one of the factor is mother's attitude toward father involvement.
Methods: this research will compare attitude difference and gap between fathers and mothers toward father involvement in child rearing activities among couples with 0-12 months old babies. This research used quantitative methods with accidental sampling as sampling methods. Researcher analyzed 102 data of fathers and mothers.
Statistical analysis: researcher used T-Test dependent sample for compare fathers and mothers attitude toward father involvement in child rearing activities.
Result: research showed significance difference in parents attitude toward father involvement in child rearing activities among couples with 0-12 months old babies. Most of the couples didn?t have difference attitude toward father involvement in child rearing activities. It means if mothers have positive attitude toward father involvement, fathers will also have positive attitude. And if mothers have negative attitude toward fathers involvement in child rearing activites, fathers will have negative attitude.
Conclusion: this research found that mothers had more positive attitude toward father involvement rather than father. The reason why fathers have lower attitude rather than mothers because of lack of confidence and lack of positive feedback in child rearing activities. Based on additional analysis, father's attitude in child rearing activities not affected by fathers knowledge. Fathers also positive attitude in some child rearing activities, such as knowing child disease, accompany baby to the doctor, knowing which food that can be consume by baby and play with baby.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vitriani Sumarlis
"Menumt Erikson (dalam Hamner & Turner, 1990) krisis perkembangan yang dialami anak pada masa usia sekolah adalah industry vs inferiority. Keberhasilan anak mengatasi krisis in! akan menimbulkan rasa industri yang akan membentuk konsep diri yang posltif. Rasa industri seorang anak pada masa ini sangat ditentukan oleh prestasi belajamya di sekolah (Erikson dalam Hjelle & Ziegler 1991). Prestasi belajar anak di sekolah ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah keluarga karena dalam perkembangan seorang anak tidak ada pengalaman lain yang bisa mempengaruhi anak sebanyak pengaruh hubungan orangtua dan anak (Turner & Helms, 1991). Orangtua melalui interaksinya dengan anak dalam proses pengasuhan dapat berperan dalam upaya pencapaian prestasi' belajar anak.
Berkaitan dengan peran orangtua, secara tradisional pengasuhan dalam arti mendidik dan membesarkan anak lebih dibebankan kepada ibu. Peran ayah lebih dikaitkan dengan peran sebagai pendukung ekonomi yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan intelektual (Signer, 1994; Hamner & Turner, 1990; Parsons & Bales dalam Signer 1994; Phares, 1996) sehingga keterllbatan ayah dalam pengasuhan anak tidak mendalam. Namun jaman berkembang dan jumlah wanita yang bekerja meningkat. Ayah pun mulai dituntut untuk terlibat dalam pengasuhan anak.
Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa ayah memiliki kemampuan yang sama dengan Ibu dalam mengasuh anak. Penelitian lain pun menunjukkan bahwa keteriibatan ayah dalam pengasuhan dapat berpengaruh terhadap keseluruhan perkembangan sosial, emoslonal dan Intelektual anak (Crouter & Jenkins 1987)^ Khususnya bag! anak usia sekolah pengaruh ayah lebih ditekankan pada perkembangan intelektual anak dalam kaltannya dalam pencapaian prestasi belajar. Karakteristik-karakteristik tertentu yang ditampilkan ayah selama proses pengasuhan -hangat atau kontrol- akan berpengaruh bagi pencapaian prestasi belajar anak. Dari beberapa peneiitian yang dilakukan oleh Radin (1981) terhadap ayah anak prasekolah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kehangatan yang diberikan ayah dengan fungsi intelektual dan prestasi belajar anak. Sedangkan kontrol ayah berhubungan negatif dengan prestasi belajar anak. Di Indonesia, peneiitian Yusuf (1996) menunjukkan bahwa kebanyakan orangtua siswa yang berprestasi unggul memiliki pengasuhan yang cenderung demokratis maupun tidak demokratis. Oleh karena itu, peneiitian ini akan melihat bagaimanakah karakteristik pengasuhan ayah anak usia sekolah yang berprestasi belajar tinggi dan rendah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai dua kelompok sampel yaitu para ayah yang memiliki anak usia sekolah berprestasi belajar tinggi dan rendah. Subjek peneiitian ini adalah 65 orang ayah. Mereka memiliki anak yang duduk di kelas Vl sekolah dasar dan tergolong siswa yang berprestasi belajar tinggi dan rendah. Pengambilan sampel akan dilakukan dengan menggunakan metode purposive. Mat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada para ayah dari kedua kelompok ayah tersebut.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kebanyakan ayah dalam peneiitian ini memiliki tingkat kehangatan dan kontrol yang tinggi dalam pengasuhan. Saran bagi peneiitian yang akan datang adalah menyeimbangkan jumlah item pengasuhan ayah yang hangat dan kontrol serta membandingkan tingkat pendidikan, tingkat pendidikan yang diharapkan maupun yang diharuskan ayah dan ibu. Untuk peneiitian serupa, diharapkan dapat memperbesar jumlah sampel sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang variabelvariabel yang berkaitan dengan pengasuhan ayah seperti faktor budaya, pengalaman bersama ayah atau karakteristik kepribadian ayah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Suciati
"
ABSTRAK
Desakan ekonomi merupakan salah satu faktor yang memaksa kedua orang
tua harus mencari nafkah, dapat menimbulkan masalah jika mereka memiliki bayi
yang masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian mereka secara utuh. Salah
satu alternatif solusi adalah mempekerjakan seorang Pembantu Rumah Tangga
(PRT) untuk membantu mereka mengasuh dan merawat anaknya. Solusi ini pun
menimbulkan masalah baru. PRT yang diharapkan dapat menggantikan orang tua
yang bekerja dalam merawat dan mengasuh anaknya memiliki pendidikan yang
rata-rata rendah (SD). Hal ini memungkinkan adanya kekurangan stimulasi
(rangsangan) pada anak dan dapat menurunkan kualitas pengasuhannya, sehingga
ada kemungkinan anak tidak dapat menyeiesaikan tugas perkembangannya,
termasuk sosioemosional. Salah satu bentuk perkembangan sosioemosionai adalah
terbentuknya hubungan kelekatan yang aman (secure) antara anak dan orang yang
berarti, baik orang tua maupun pengasuh (PRT) sebagai orang tua pengganti.
Klein memperkenalkan suatu metode yang dapat digunakan pengasuh agar
dapat menghasilkan kualitas pengasuhan dan interaksi yang baik dengan anak.
Metode itu disebut MLE (Mediated Learning Experience). Dalam metode ini
pengasuh bertindak sebagai mediator antara anak dan lingkungan. Mediasi dapat
tercapai melalui proses matching/ menyesuaikan hal yang dimediasikan dengan
respon anak. Untuk dapat melakukan hal itu, seorang mediator harus sensitif/ peka
dan berespon pada keinginan dan kebutuhan bayi. Dengan demikian ia baru dapat
memberikan rangsangan yang tepat bagi bayi.
Oleh karena itu, ada kemungkinan jika PRT menggunakan metode MLB
tersebut, maka akan terbentuk suatu hubungan kelekatan yang cenderung aman/
secure pada anak/ bayi yang diasuhnya.
Selain pendidikan tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku pengasuhan seseorang, baik internal maupun eksternal, seperti diri
pengasuh, diri anak, konteks sosial (Belsky, 1984). Sedangkan dalam Hamner &
Turner, 1990 ditambahkan faktor kebudayaan dan media massa.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran perilaku pengasuhan
PRT sebagai dampak dari faktor-faktor internal dan eksternal pengasuh sekaligus dinamikanya sehingga terjadi pembentukan hubungan kelekatan pada anak yang
diasuhnya.
Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai ibu dan PRT serta
mengobservasi perilaku anak dan PRT dalam interaksi mereka sehari-hari. Teknik
pengambilan sampel adalah dengan menggunakan kasus tipikal dengan
karakteristik PRT yang sudah bekerja minimal tujuh bulan pada keluarga yang
bersangkutan dan bayi berusia 18-24 bulan pada golongan sosial ekonomi
menengah di wilayah Jabotabek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PRT yang telah menggunakan
metode MLB (Mediated Learning Experience) dengan memenuhi tiga kriteria
minimalnya pada kegiatan bermain anak dan memberi perhatian intensif,
membawa dampak kelekatan yang cenderung aman (secure) pada anak yang
diasuhnya.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa cara ibu mengorganisasikan rumah
tangganya berpengaruh penting pada pola asuh PRT, maka disarankan kepada
para ibu untuk mengorganisasikan, mendelegasikan, dan mengkontrol rumah
tangganya secara tepat dan proporsional. Di samping itu, agar pola pengasuhan
PRT lebih terarah dan berkualitas, sebaiknya para ahli mulai memikirkan cara
untuk mensosialisasikan metode MLE kepada ibu untuk kemudian dapat di
transfer kepada PRT.
"
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhi Cintaka
"Pada terapi anak, terdapat peran orang tua yang biasanya mengambil keputusan terkait terapi. Ekspektasi orang tua terhadap terapi anak merupakan salah satu faktor yang ditemukan berkontribusi pada hambatan dalam terapi, kehadiran, dan terminasi dini, sehingga berpotensi juga berkaitan dengan hasil terapi anak. Namun, penelitian terkait hal tersebut masih sangat terbatas, khususnya di Indonesia. Ekspektasi orang tua dapat berkaitan dengan karakteristik yang dimiliki mereka, salah satunya adalah bagaimana cara mereka mengasuh anak. Gaya pengasuhan sendiri merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan terapi anak. Dengan demikian, ekspektasi dan gaya pengasuhan orang tua dapat menjadi penunjang atau sebaliknya, hambatan dalam mengoptimalkan hasil terapi anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspektasi orang tua dan hasil terapi anak, serta peran gaya pengasuhan terhadap hubungan tersebut. Terdapat 97 partisipan orang tua dari anak yang mengikuti terapi di Klinik Tumbuh Kembang atau Biro Psikologi di Jabodetabek, yang diukur ekspektasinya dengan Parents Expectancies for Therapy Scale (PETS, Nock & Kazdin, 2001), hasil terapi anak dengan Outcome Rating Scale (ORS, Miller & Duncan, 2000), dan gaya pengasuhannya dengan The Parenting Styles and Dimensions Questionnaire-Short Version (PSDQ-Short Version, Robinson, Mandleco, Olsen, & Hart, 2001). Hasil penelitian tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara ekspektasi orang tua dan hasil terapi anak, r(97) = .040, p > .05, dan gaya pengasuhan tidak memoderasi hubungan tersebut. Meskipun demikian, ekspektasi orang tua ditemukan memiliki hubungan positif yang signifikan dengan gaya pengasuhan authoritative, r(97) = .28, p < .01, dan permissive, r(97) = .22, p < .05. Selanjutnya, hasil terapi anak ditemukan memiliki hubungan positif yang signifikan dengan salah satu dimensi gaya pengasuhan authoritative, yaitu autonomy granting, r(97) = .25, p < .05. Hasil yang tidak signifikan dapat berkaitan dengan kekurangan pada penelitian ini, yaitu durasi dan waktu pengambilan data, pemilihan alat ukur, dan partisipan yang sangat bervariasi. Hasil penelitian dapat memberikan manfaat bagi peneliti selanjutnya, khususnya dalam memberikan saran terkait metodologi. Selain itu, hasil penelitian juga dapat bermanfaat secara praktis bagi praktisi anak dan orang tua dalam mengoptimalkan hasil terapi anak.

Parent expectancy and parenting styles can support or become an obstacle in optimizing outcome therapy. The purpose of this quantitative correlational study is to examine the relationship between parent expectancy and outcome therapy, also the role of parenting style as a moderator. Participants were 97 parents of children who participated in therapy located in Jabodetabek. Parent expectancy was measured with Parents Expectancies for Therapy Scale, outcome therapy with Outcome Rating Scale, and parenting style with The Parenting Styles and Dimensions Questionnaire. Results show no significant correlation between parent expectancies and outcome therapy, and parenting style does not moderate the relationship. Although, parent expectancies have a positive significant correlation with authoritative and permissive parenting. Furthermore, outcome therapy has a positive significant correlation with one of the authoritative dimensions, which is autonomy granting. The insignificant result could be related to the limitations in this study, such as duration and time of data collection, selection of measuring tools, and different criteria of participants. However, this study has implications for research and practice, regarding methodology and what practitioners and parents can do to optimize outcome therapy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini ditulis oleh Chai’s Play, yaitu tim yang terdiri dari para ahli di bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), berpengalaman dalam mengobservasi proses tumbuh kembang dan perilaku anak. Jadi dapat dipastikan informasinya kredibel dan sangat bermanfaat untuk para ayah dan bunda baru. Buku ini bisa jadi bekal ilmu pengetahuan parenting sebelum si kecil lahir nantinya. Tapi juga bisa jadi pendamping untuk para orang tua baru yang sedang di masa melelahkan, bingung dan galau dalam proses pengasuhan si kecil. Pembahasannya lengkap mengenai panduan merawat anak, menyusui, MPASI, pola tidur anak, imunisasi, tips praktis bermain bersama si kecil, peran keluarga dalam pengasuhan anak, sampai kesehatan mental ayah dan bunda. Isinya juga menarik dilengkapi dengan illustrasi berwarna yang membuat lebih mudah dipahami."
Jakarta: Grasindo, 2022
649.1 BEC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rose Mini Adi Prianto
"Penelitian ini dilaksanakan untuk menguji tesis mengenai pentingnya peran gaya pengasuhan dalam perkembangan moral anak. Latar belakang masalah menunjukkan bahwa dibutuhkan bengembangan moral sejak anak-anak, dan pentingnya stimulasi moral diberikan oleh ibu.
Dari berbagai pustaka diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor psikologis ibu (empati, nurani, perkembangan moral ibu) berperan dalam meningkatkan perkembangan moral anak (antara lain Berkowitz, 1982; Eisenberg, dalam Bigner, 1994). Namun demikian, faktor-faktor tersebut saja tidak cukup membuat anak berkembang moralnya, terutama bila ditinjau dari perkembangan moral berdasar tahap-tahapnya (Kohlberg, 1984; Rest, 1994). Melalui gaya pengasuhan, yaitu induction, demandingness, responsiveness, dan modeling, (Hoffman, 1998; Baumrind, dalam Berk, 1994; serta Hetherington & Parke, 1993).
Faktor-faktor psikologis ibu berperan dalam meningkatkan pertimbangan moral anak agar optimal (sesuai usianya). Penelitian ini juga dilakukan untuk menguji bahwa gaya pengasuhan induction yang paling besar perannya dalam menstimulasi perkembangan moral anak. Menggunakan gaya pengasuhan induction seorang ibu akan mejelaskan mengapa suatu tindakan diperbolehkan dengan penekanan pada akibatnya pada orang Iain. Jadi, ada komunikasi dua arah pada saat ibu mengajarkan moral kepada anak. lni menyebabkan anak lebih memahami sebab akibat tindakan, bila dibandingkan dengan ibu yang mengajarkan moral melalui menuntut, merespons, dan meneladani demandingness, responsiveness, dan modeling).
Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 191 orang anak (usia sepuluh sampai 12 tahun) dan ibu dari anak-anak tersebut. Sampel penelitian, yang diambil dengan teknik nonprobability sampling, berasal dari dua sekolah dasar swasta. Data variabel empati, nurani, dan perkembangan moral ibu (diukur dengan The Defining Issues Test, disingkat DIT) diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh ibu. Data gaya pengasuhan diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh anak (jadi berdasar persepsi/penerimaan anak) untuk menghindari faking good. Perkembangan moral anak diukur melalui kuesioner yang diisi sendiri oleh anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model teoritik yang dluji dalam penelitian ini terbukti sesuai (Ht) dengan data. Dengan demikian empati, nurani, dan perkembangan moral ibu memiliki pengaruh yang bermakna terhadap perkembangan moral anak melalui gaya pengasuhan (induction, responsiveness, demandingness, modeling). Gaya pengasuhan induction memberi sumbangan yang paling besar dalam perkembangan moral anak.
Dalam diskusi dibahas antara lain mengenai DlT yang sulit dikerjakan. Padahal DIT ini menuntut konsistensi jawaban yang tinggi. Akibatnya, cukup banyak sampel ibu yang terpaksa digugurkan akibat jawaban DlT di bawah tuntutan konsistensi. Saran yang diajukan untuk penelitian Iebih Ianjut adalah penggunaan sampel penelitian yang Iebih bervariasi dan lebih luas wilayah penelitiannya agar dapat digeneralisasikan secara Iebih Iuas. Saran praktis adalah membuat modul-modul penelitian untuk orang tua (pendidik) agar dapat belajar cara menstimulasi moral anak dengan benar.

This research carried out was to test the theses about the important role of parenting style for children moral development. The background of the problem shows that stimulating moral development is needed during childhood, and the importance of mothers in the role of this stimulation.
Various literature obtained gave conclusion that psychological factors belong to the mother (i.e. her empathy, conscience and moral development) contribute in enhancing the moral development of her child (e.g. Berkowitz, 1982; Eisenberg, in Bigneh 1994). However these factors only are not enough to elevate the moral development stage of the child (Kohlberg, 1984; Rest, 1994). Style of parenting, i.e. induction, responsiveness, demandingness, and modeling (Hoffman, 1998; Baumrind, in Berk; 1994; and Hetheiington & Parke, 1993) must be the mediators of mothers psychological factors in increasing the optimal stage of moral development (suitable to the age of the child). This research also tested that among the styles of parenting, induction has the most important role in stimulating the moral development of a child. Through induction, a mother explains why a given action is wrong, with emphasis on its consequences to others. lt gives the child more understanding of the reasons and consequences of action, compared with the child whose mother use other parenting styles (demanding, responding and modeling).
Using a non probability sampling technique, the research data were collected from 191 children (10 to 12 years of age) and their mothers, this sample came from two private elementary schools in Jakarta. Data obtained through questionnaires that measure empathy, conscience and moral development of mothers (the later by The Denning Issues Test, shortened as Dil] filled by the mothers. Data of the parenting styles obtained through a questionnaire tilted by the children (based on perception of the children) to avoid mothers faking good. The children moral development measured through a questionnaire tilted by the children themselves.
The result of the research showed that the tested theoretical model in this research fits with the data. So, empathy, conscience, and moral development of mothers have a significant influence on the moral development of children through the mother parenting style (induction, responsiveness, demandingness, and modeling), and induction gives a biggest contribution to the moral development of children.
The difficulty of obtaining a big sample is discussed in relation to the difficulty of answering the DIZ with its high demands of consistency resulting many DIT protocols had to be discarded,. As a consequence it decreased the sample size of mothers (and the whole sample).
One of the suggestions is that further researches are needed to extend the external validity of the theses. A practical suggestion includes constructing training modules for parents and educators, to enable them to stimulate children's morality properly.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
D685
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiyana Eka Nurilla
"Depresi merupakan kondisi psikologis yang paling umum terjadi dan banyak memengaruhi wanita, terutama seorang ibu. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menggali dampak kondisi depresi ibu pada fungsi kognisi anak. Namun demikian, hasil penelitian mengenai dampak simtom depresi ibu dalam kaitannya dengan peran figur ayah dalam pengasuhan dan fungsi kognitif anak, khususnya Executive Function (EF), masih ditemukan inkonsistensi. Penelitian ini ditujukan untuk melihat kontribusi simtom depresi ibu dan keterlibatan ayah dalam memprediksi EF anak di usia dini. Sekitar 101 anak usia 4-6 tahun beserta kedua orang tuanya diikutsertakan dalam penelitian ini. Beberapa tes EF diberikan pada anak dan kuesioner simtom depresi ibu dan keterlibatan ayah diberikan masing-masing pada ibu dan ayah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya simtom depresi ibu yang berkontribusi secara signifikan untuk memprediksi EF anak setelah dilakukan pengontrolan pada jenis kelamin dan usia anak, status bekerja ibu, dan SES. Penelitian ini menggagas pentingnya memperhatikan kondisi psikologis ibu saat akan melakukan intervensi untuk mengoptimalkan EF anak di usia dini.

Depression is most common psychological condition and affects largely in women, particularly in mothers. Numerous studies have been conducted to specify the impact of maternal depressive symptoms on preschool children cognitive functioning. Nonetheless, the result of the studies regarding maternal depressive symptoms in relation to the role of father figure in parenting and children cognition, especially in Executive Function (EF) have found inconsistency. This study aimed to assess the contribution of maternal depressive symptoms and father involvement in predicting children EF. About 101 preschool children aged 4-6 and their parents were involved in this study. Several EF tests were delivered to children, while maternal depressive symptoms and father involvement questionnaire were given to mother and father respectively.
Result found that only maternal depressive symptoms predicted EF performance on children above and beyond the influences of child gender and age, maternal work status, and family socioeconomic level. This study points out the importance to consider maternal psychological condition while targeting intervention for promoting EF in preschool.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riki Mahendra
"Individu pada masa kanak-kanak madya semakin matang dalam perkembangannya, terutama perkembangan kognitif dan sosial. Perkembangan tersebut membuat individu semakin mampu dalam bersosialisasi seiring dengan bertambahnya aktivitas sosial yang dihadapi oleh individu. Meskipun kejujuran menjadi aspek penting dalam bersosialisasi yang secara umum diturunkan oleh orang tua, individu pada tahap ini juga mampu untuk berperilaku sesuai yang diharapkan oleh orang lain dan memunculkan perilaku berbohong untuk menguntungkan orang lain atau biasa disebut sebagai prosocial lying. Selain kognitif anak, perilaku prosocial lying juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial, salah satunya gaya pengasuhan orang tua. Gaya pengasuhan dapat dikategorisasikan berdasarkan dua dimensi, yaitu demandingness dan responsiveness. Dimensi demandingness dan responsiveness yang cenderung tinggi menunjukkan gaya pengasuhan orang tua yang authoritative. Gaya pengasuhan authoritative umumnya ditemukan mendukung perkembangan anak secara optimal, tetapi hubungannya dengan perilaku prosocial lying ditemukan masih bervariasi antar budaya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara persepsi anak mengenai gaya pengasuhan authoritative orang tua dan perilaku prosocial lying di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga meneliti hubungan antara persepsi anak pada tiap dimensi pembentuk gaya pengasuhan dan perilaku prosocial lying. Sampel penelitian terdiri dari anak usia 9—12 tahun (N = 76). Hasil analisis point biserial menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara persepsi gaya pengasuhan authoritative dan perilaku prosocial lying pada anak usia 9—12 tahun. Namun, dimensi responsiveness memiliki hubungan positif secara signifikan dengan perilaku prosocial lying. Lalu, dimensi demandingness memiliki hubungan negatif secara signifikan dengan perilaku prosocial lying. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa anak yang mempersepsikan gaya pengasuhan orang tua dengan responsiveness tinggi dan demandingness rendah lebih cenderung untuk melakuan perilaku prosocial lying. Faktor-faktor lain seperti nilai budaya keluarga serta lingkungan budaya anak juga perlu dipertimbangkan.

Individuals in mid-childhood become increasingly mature in their development, especially in cognitive and social aspects. This development enables individuals to become more capable in socializing as they face growing social activities. Although honesty is an important aspect of socializing generally instilled by parents, individuals at this stage are also capable of behaving according to others' expectations and exhibiting prosocial lying, which is lying for the benefit of others. Prosocial lying behavior in addition to children's cognitive abilities is also influenced by the social environment, one of which is parenting style. Parenting styles can be categorized based on two dimensions: demandingness and responsiveness. High levels of demandingness and responsiveness indicate an authoritative parenting style. Authoritative parenting style is generally found to support optimal child development, but its relationship with prosocial lying behavior varies across cultures.This study aims to investigate the relationship between children's perceptions of authoritative parenting style and prosocial lying behavior in Indonesia. Additionally, the study examines the relationship between children's perceptions of each dimension forming parenting style and prosocial lying behavior. The research sample consists of children aged 9-12 years (N = 76).The results of the point biserial analysis indicate that there is no significant relationship between children's perceptions of authoritative parenting style and prosocial lying behavior in children aged 9-12 years. However, the responsiveness dimension shows a significant positive relationship with prosocial lying behavior. Conversely, the demandingness dimension shows a significant negative relationship with prosocial lying behavior.This study implies that children who perceive their parents' parenting style as highly responsive and low in demandingness are more likely to engage in prosocial lying behavior. Other factors such as family cultural values and the child's cultural environment also need to be considered."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Laksono Abdhillah
"Kualitas hubungan antara orang tua dengan anak menjadi faktor yang penting bagi keterlibatan anak kelas VI sekolah dasar dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal tersebut menjadi dasar tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara Kualitas hubungan orang tua-anak (parent-child relationship) dengan keterlibatan anak dengan sekolah (school engagement). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 77 siswa dan 77 orang tua siswa tersebut di sekolah dasar negeri, Kelurahan Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Pianta, parent-child relationship berdasarkan persepsi orang tua dan kuesioner Child Trends, school engagement berdasarkan persepsi siswa terhadap sekolah.
Hasil analisis menunjukan bahwa ada hubungan antara kualitas hubungan orang tua-anak dengan keterlibatan anak dengan sekolah dengan R : 0,52 (hubungan orang tua-anak (kedekatan) dengan keterlibatan anak di sekolah) dan 0,39 (hubungan orang tua-anak (konflik) dengan keterlibatan anak di sekolah). Rekomendasi bagi penelitian selanjutnya yaitu untuk lebih memperdalam komponen yang berpengaruh pada kualitas hubungan antara orang tua-anak kaitannya dengan keterlibatan anak dengan sekolah seperti interaksi, keterlibatan orang tua dalam kegiatan anak di sekolah dan status perkawinan orang tua.

The quality of relationship between parent and child is an important factor to primary school children engagement. This reason underlies of this study to identify the relationship between quality of parent-child relationships with school engagement. This study used a descriptive correlation design with cross sectional approach. Samples of this study were 77 students and 77 parents of sixth grade students (2014/2015) in public elementary schools, Gunung, Kebayoran Baru, South Jakarta. The instruments used in this study are Pianta (parent-child relationship questionnaire), based on the parent perceptions towards their children and Child Trends (school engagement questionnaire), based on student perceptions of their school activities.
Results showed that there is a strong relationship between quality of parent-child relationship (closeness variable) with school engagement, with R-pearson: 0,52 and an adequate relationship between quality of parent-child relationship (conflict variable) with school engagement, with R-pearson: 0,39. Recommendation for future researchis : widening the components that affect the quality of the relationship between parent-child relation such as interaction, parents involvement in school and parents marital status.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>