Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177109 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryaningtyas Tri Hapsari
2003
S3265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Satria Utama
"Perkembangan teknologi digital telah mendorong peritel untuk beralih dari saluran ritel berupa gerai fisik menjadi gerai online. Namun demikian, core retail competencies tetap sama dan sebuah survei oleh Oxford Institude of Retail menunjukkan bahwa sebagian besar peritel masih menganggap gerai fisik sebagai saluran ritel terpenting. Ketika penelitian yang berkaitan dengan sikap dan intensi pembelian konsumen ritel sangat penting untuk memastikan profitabilitas dan pertumbuhan peritel ritel, di Indonesia, penelitian dengan topik ini masih sangat langka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh 1 self-congruity, retailer awareness, retailer association, dan retailer perceived quality terhadap sikap konsumen terhadap peritel dan 2 sikap konsumen terhadap peritel terhadap intensi pembelian. Penelitian dilakukan di Indonesia, tepatnya di wilayah Jabodetabek, kepada 211 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa self-congruity, retailer awareness, dan retailer association memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap sikap konsumen terhadap peritel. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap peritel secara positif mempengaruhi intensi pembelian mereka. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti merekomendasikan kepada peritel, terutama department store, untuk mengembangkan strategi pemasaran yang bertujuan menciptakan imej yang sesuai dengan imej diri konsumen self-congruity , meningkatkan kesadaran konsumen awareness , dan menawarkan atribut dan karakteristik retailer association yang digemari konsumen.

Research related to retail consumers attitude and purchase intention is imperative to ensure retailers profitability and sustainable growth. In Indonesia, however, it remains a rare research subject. This study aims to determine the impact of 1 self congruity, retailer awareness, retailer association, and retailers perceived quality on consumers attitudes toward retailers and 2 consumers attitudes toward retailers on their purchase intention. The study was conducted in Indonesia, precisely in Jabodetabek area, to 211 respondents. The results show that self congruity, retailer awareness, and retailer association have significant positive impacts on consumers attitudes toward retailer. The results also indicated that consumers attitude toward retailers positively influences purchase intentions. Based on these results, researcher recommend retailers, especially department stores, to develop marketing strategies aimed at creating images that are congruent or in line with consumers self image self congruity , enhancing consumer awareness, and offering attributes and characteristics retailer association favored by consumers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S69357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrian Fanani
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat sikap Sales Executive terhadap uang dikaitkan dengan prestasi kerja mereka. Penelitian tentang sikap Sales Executive terhadap uang penting dilakukan untuk melihat seberapa efektif uang dapat mendorong prestasi kerja mereka Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara sikap terhadap uang dan prestasi kerja pada Sales Executive PT X. PT X merupakan perusahaan distribusi consumer goods yang didirikan pada tahun 1987. Saat ini PT X menjadi distributor dari produk-produk Wyeth Ayerst, Nutricia, Produgen, Cl P, Kaori, Scotch Brite, dan Sari Husada.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan responden sebanyak 48 dari sekitar 200 Sales Executive PT X, yang tersebar di seluruh Indonesia, yang kemudian dibedakan antara kelompok Sales Executive yang berprestasi tinggi dan Sales Executive yang berprestasi rendah. Penelitian ini menggunakan alat ukur Money Ethics Scale bagian Attitude Toward Money (Tang, 2002) untuk melihat sikap Sales Executive tertiadap uang. Alat ukur prestasi kerja diambil dari data penjualan pribadi selama setahun yang menjadi dasar pemberian insentif. Korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan yang signifikan antara sikap terhadap uang dan prestasi kerja. T-test digunakan untuk melihat perbedaan dua kelompok (kelompok prestasi rendah dan tinggi) dalam sikap terhadap uang dan komponen-komponennya. One-way Anova digunakan untuk melihat perbedaan lebih dari dua kelompok dalam sikap terhadap uang dan komponen-komponennya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap Sales Executive terhadap uang dan prestasi kerja. Dari uji Ttest ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Sales Executive yang berprestasi tinggi dan Sales Executive yang berprestasi rendah dalam sikap mereka terhadap uang.
Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya meneliti hal yang sama pada jenis pekerjaan lain yang menggunakan insentif sebagai pendorong prestasi kerja, contohnya profesi pelayan restauran, room servis hotel atau supir taxi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Rachmawati
"Uang merupakan kebutuhan setiap manusia. Selain memiliki dampak positif, uang juga bisa berdampak negatif. Evaluasi positif atau negatif atau sikap seseorang terhadap uang akan menentukan bagaimana perilakunya dengan uang. Salah satu perwujudan sikap seseorang terhadap uang adalah bagaimana ia berperilaku terhadap uang. Salah satu perilakunya yang berkaitan dengan uang, misalnya : bekeija untuk menghasilkan uang. Karyawan seperti pekerja lain mengharapkan uang sebagai imbalan keijanya. Imbalan ini diharapkan mencukupi kebutuhan karyawan dalam hidupnya, sehingga kepuasan hidup karyawan yang dipengaruhi oleh uang terpenuhi. Namun apa yang terjadi jika karyawan memiliki orientasi terhadap uang yang tinggi, yang mungkin terjadi adalah akhirnya setinggi apapun gaji yang diterima tidak akan menimbulkan kepuasan kerja karyawan, sehingga akhirnya menurunkan kepuasan hidup karyawan. Jika kedua hal ini terjadi maka akhirnya karyawan yang tidak dapat menahan dirinya dapat melakukkan tindakan tercela seperti korupsi. Hal ini diteliti pada populasi karyawan bank. Dimana karyawan bank terpapar secara intensif baik secara fisik maupun tidak terhadap uang. Keadaan ini dapat menimbulkan stress pada karyawan apabila karyawan tersebut tidak memiliki kepuasan kerja atau kepuasan hidup yang baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana hubungan antara sikap terhadap uang, kepuasan kerja karyawan serta kepuasan. hidup karyawan bank. Sikap terhadap uang terbagi kedalam tiga ranah, yaitu afektif, beha\>ior dan cognitive. Sedangkan kepuasan kerja terbagi dalam dua faktor pembentuk, yaitu kepuasan kerja intrinsic, yaitu yang berasal dari dalam diri karyawan dan kepuasan kerja ekstrinsik, yaitu kepuasan kerja berasal dari luar diri karyawan tersebut. Sedangkan kepuasan hidup karyawan merupakan bagaimana karyawan tersebut memandang tingkat kepuasan hidupnya secara menyeluruh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Yaitu metode penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesionel skala sikap yang diadaptasi dari Money Ethic Scale (Tang&tang 2002).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap uang dengan kepuasan kerja maupun kepuasan hidup karyawan bank. Namun ada hubungan yang berarti antara kepuasan kerja dengan kepuasan hidup. Selain itu ternyata dalam faktor pembentuk sikap terhadap uang, terutama pada faktor behavior, berhubungan secara signifikan dengan kepuasan kerja karyawan, terutama dalam kepuasan kerja intrinsik karyawan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa sikap terhadap uang secara keseluruhan tidak mempengaruhi kepuasan kerja dan kepuasan hidup karyawan. Ini mungkin terjadi karena karyawan tersebut mendapatkan kepuasan kerjanya bukan dari imbalan yang ia peroleh, namun dari hal lain diluar hal tersebut. Ini juga mungkin terjadi karena karyawan bank tempat dimana penelitian dilakukan memberikkan gaji yang mencukupi sehingga sikap terhadap uang tidak tidak mempengaruhi kepuasan kerja maupun kepuasan hidup karyawan.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penelitian awal yang perlu dikembangkan lagi agar dapat lebih digeneralisasikan pada kelompok subyek penelitian. Ini menjadi penting karena maraknya perilaku korupsi pada karyawan bank di Indonesia, terutama pada level jabatan menengah keatas. Untuk studi yang lebih mendalam, maka penelitain dapat dilanjutkan dengan menkombinasikkan penelitian dengan metode kualitatif dengan metode kuantitaif. Peneliti juga menyarankan agar penelitian dilakukkan lebih intensif pada karyawan dengan jabatan yang sudah cukup tinggi dan dengan sampel yang berasal dari bank yang lebih variatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Luhut Haposan
"Sebagai alat pembelian dan pertukaran yang sah uang selalu ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-pengalaman seseorang terhadap uang secara tidak langsung membentuk persepsi orang itu terhadap uang. Dari persepsi yang dihasilkan akan membentuk sikap tertentu terhadap uang, apakah orang tersebut menganggap uang sebagai hal yang menyenangkan atau tidak. Uang adalah sesuatu yang simbolis dan emosional dalam bentuk besaran yang berbeda-beda pada masing-masing individu (Lynn, dalam Fumham, 2000). Arti-arti simbolis itu menjadi penting, karena ada orang yang berpikir uang sebagai hal yang baik (good) atau jahat (evil). Uang merupakan salah satu motivator orang bekeija (Robbins, 1993). Orang dapat saja beketja pada perusahaan besar atau kecil maupun swasta atau negeri. Kesesuaian antara nilainilai dan tujuan orang tersebut bekerja dengan nilai-nilai dan tujuan perusahaan dinamakan komitmen organisasi.
Carolina (2003) dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan yang signifikan antara besarnya penghasilan dengan komitmen organisasi. Seseorang yang memiliki penghasilan yang besar akan mempunyai komitmen organisasi yang tinggi terhadap perusahaannya. Besar atau kecilnya gaji seseorang sangat bergantung dari kemampuan tiap perusahaan. Untuk perusahaan negara, dalam hal ini BUMN sumber pembiayaan berasal dari perusahaan itu sendiri sama halnya dengan perusahaan swasta. BUMN sendiri mempunyai tujuan perusahaan untuk mencari keuntungan dan pelayanan masyaratkat. Prestasi pengukuran kerja di BUMN sulit disebabkan memiliki tujuan perusahaan yang bersifat ganda tersebut. Maksud dari peneitian ini adalah melihat bagaimana hubungan antara sikap terhadap uang dengan komitmen organisasi pada karyawan BUMN yang memiliki gaji yang tidak sebaik karyawan swasta pada umumnya dan bekeija dengan pengukuran prestasi keija yang sulit.
Penelitian mengenai sikap terhadap uang dan komitmen organisasi dilakukan pada subyek yang beketja pada perusahaan BUMN sebanyak 54 orang. Dalam penelitian ini digunakan non probability sampling, yaitu tidak semua anggota populasi mendapat kesempatan yang sama sebagai subyek penelitian. Alat ukur yang digunakan berbentuk kuesioner. Pengukuran sikap terhadap uang dalam penelitian ini menggunakan Money Ethic Scale pada bagian Altitude Toward Money terdiri dari 58 item dan alat ukur yang digunakan untuk komitmen organisasi adalah Organizational Commitment Quesionnaire (OCQ) oleh Porter & Smith ( Mowday et al., 1982) yang memiliki jumlah item sebanyak 15 buah.
Hasil dari pengolahan data yang dilakukan serta analisisnya dapatlah didapatkan, ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap uang, faktor behavior, faktor cognitive dengan komitmen organisasi dan tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor affective sikap terhadap uang dengan komitmen organisasi pada karyawan BUMN. Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa karyawan yang bekerja di BUMN memandang uang sebagai hal yang menyenangkan dan mereka juga memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaannya. Penambahan metode kualitatif seperti wawancara akan lebih baik untuk menghindari kelemahan metode kuesioner, dan menambah jumlah sampel agar hasil penelitian lebih maksimal dalam nilai reliabitas dan validitas sehingga gambaran hasil penelitian dapat lebih digeneralisasi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Fathia
"Penelitian ini berusaha mengeksplorasi fenomena metroseksual yang terjadi di tanah air beberapa waktu belakangan inl. Bagaimana karakteristik dan dasar pemilihan gaya hidup mereka, juga, alasan serta latar belakang pengambilan keputusan mereka terhadap produk perawatan tubuh dan penunjang penampilan.
Pada kerangka konsep dijabarkan mengenai definisi-definisi dan teoriteori yang digunakan dalam penelitian, antara lain mengenai metroseksual, perilaku konsumen, gaya hidup, dan merek.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif/eksploratif, menggunakan metode pengumpulan data melalui studi literatur, data sekunder, dan depth-interview terhadap beberapa informan yang dilakukan secara purposive. Metode analisa data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang didapat dari berbagai sumber Iisan dan tertulis. Data yang didapat kemudian dianalisa dan dicocokkan dengan pola teoritis yang digunakan sebagai acuan untuk menemukan perilaku pengambilan keputusan konsumen metroseksual dalam memilih merek produk-produk perawatan tubuh dan penunjang penampilan.
Hasil data yang didapat berdasarkan penelitian antara lain mengenai karakteristik metroseksual dan dasar pemilihannya, motivasi pembelian produk perawatan tubuh dan penunjang penampilan mereka, juga alasan dan pola pengambilan keputusan pembelian mereka.
Kesimpulannya, bahwa metroseksual merupakan pria-pria yang sangat memperhatikan dan menjaga penampilan disebabkan dorongan dari dalam diri mereka sendiri, menggunakan sejumlah produk perawatan tubuh dan penunjang penampilan yang disesuaikan dengan kecocokan pribadi. Tidak sungkan mengunjungi salon, namun bukan merupakan rutinitas wajib. Mereka ingin tampil trendi, tetapi tidak selalu menerapkan tren fesyen pada penampilan, dan mempunyai kecenderungan 'tidak ingin tertinggal dalam hal teknologi'. Mereka merupakan orang-orang yang sangat rasional dan selektif dalam memperhitungkan pengeluaran, dan berasal dari golongan Social Economic Status (SES) A dan A+. Perilaku pengambilan keputusani mereka terhadap pembelian produk perawatan tubuh dan penunjang penampilan merupakan kombinasi dari Keputusan keteriibatan tinggi (High-Involvement Decision), perspektif pengalaman (Experiental Perspective), dan perspektif pengaruh perilaku (Behavioral lnfluencePerspective).
Temuan fakta dalam penelitian ini adalah bahwa istilah metroseksual yang dikemukakan oleh Mark Simpson, dirasa kurang tepat jika disamaratakan dengan pria metroseksual yang dijadikan sebagai informan penelitian. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa mereka gemar memperhatikan penampilan dan perawatan tubuh disebabkan faktor kepuasan pribadi, tanpa embel-embel narsis.
Implikasi yang diperoleh bahwa mereka cukup antusias menanti kemunculan produk perawatan tubuh khusus pria, karena itu, komunikasi yang dibutuhkan untuk menjangkau mereka adalah yang melibatkan panca indera, tidak memaksa atau lebih tepatnya memberikan mereka waktu untuk berpikir, menimbang segala kebaikan dan keburukan dari produk, menumbuhkan dan membangun kepercayaan terhadap produk, sehingga produk Anda dipercaya bahkan dicintai oleh mereka.
Direkomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk melaksanakan penelitian lanjutan yang tujuannya memperdalam penelitian mengenai masalah-masalah yang berkembang tentang metroseksual dan gaya hidup yang dinamis, juga metroseksual yang cenderung narsis. Sementara itu untuk para praktisi yang mengincar seg men metroseksual diharapkan untuk mengembangkan strategi pemasarannya dengan menggunakan pendekatanpendekatan khusus agar tepat sasaran.

This research tried to explore about metrosexual phenomenon that recently happened in researcher homeland. How are their characteristics and their base of this life style choosing, and also their reason and background of their decision taking about toiletries and appearance enhancing product.
In the concept base, it was explained in detail about definitions and theories used in this research, some of them are about metrosexual, consumer behavior, life style and brand.
Research was being done by using qualitative/explorative approach, using data collecting method through the literature study, secondary data and depth-interview with some informers which was done purposively. Data analyzing method was done by deepening all data collected from direct resource and indirect resource. These collected data, then were being analyzed and confirmed with theoretical pattern which is used as a base to find the behavior of metrosexual consumer as decision maker in choosing the brand for toiletries and appearance enhancing product.
Data result that had been collected was based on research about metro sexual characteristics and their base of choosing, motivation on buying toiletries and appearance enhancing product, also the reason and their motivation of taking decision to buy product,
As conclusion, that metro sexual are the guys that really concern about and maintain their appearance and this is caused by internal private desire from their own self to use toiletries and appearance enhancing product that suit to their personal taste. They are not shy to visit the salon, but that is not must routines. They want to appear in style, but not always follow the newest trend in fashion and they have the tendency for "not being left behind in technology sideĀ°. They are very rational and very selective in counting their spent; they come from Social Economic Status (SES) A dan A+ group. Their behavior in decision making of buying toiletries and appearance enhancing product is a combination High-Involvement Decision, Experiental Perspective, and Behavioral Influence Perspective.
Factual finding in this research is the acknowledgement of metrosexual launched by Mark Simpson is not that correct if being confirmed with the metrosexual guys who are the direct informers in this research. The result of interviews showed that the concerning of appearance and treating the body is caused by private self-satisfaction and there is no narcism involved in here.
Implications that can be gathered from this are that they are quite enthusiastic enough to wait the new launching of man special body treatment product, and for that purpose, the communication ways should be done to reach their attention are some ways connected to human's essential five senses, not to push them or in precise way, to give them some time to think, to consider all the goods and bads from the products offered, your ability to raise and to develop their trust to the product offered so your product will be trusted, even will be loved by them.
It is recommended for the next researcher to do a further research which purpose is to deepen the problems arousing the metrosexual and dynamic life style, also a research about the metrosexual guy who has the tendency to be a narcist. Meanwhile, the practicians who set the metrosexual segment as their market target, hopefully will develop their marketing strategy by using special approach, so their strategy can be effectively straight forward to this group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Pandutomo
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah persepsi yang timbul dari pribadi konsumen terhadap suatu produk perbankan, yaitu produk SMS Banking Mandiri, berpengaruh pada pembentukan sikap konsumen terhadap produk SMS Banking Mandiri itu sendiri. Sehubungan dengan tujuan tersebut hipotesis yang diajukan adalah untuk mengetahui apakah variable TAM (Technology Acceptance Model) yaitu : Usefulness, Ease of Use, Compatibility, Credibility, Self Efficacy, Risk, dan Cost mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Attitude serta apakah variabel Attitude memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Intention to Use.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh nasabah Bank Mandiri. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling, dan penentuan besarnya sampel adalah dengan menggunakan convenience sampling yaitu sebesar 200 orang. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer adalah dengan metode kuesioner. Analisis penelitian ini dengan menggunakan pengujian instrumen (uji validitas dan reliabilitas) dan analisis kuantitatif (Regresi Linier Berganda, Uji R2, Uji Statistik-t, Uji F).
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua variabel TAM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Attitude, namun variabel Attitude memiliki pengaruh yang relatif signifikan terhadap Intention to Use. Sebesar 64,6% pembentukan Attitude dipengaruhi oleh variabel TAM tersebut dan untuk variabel Attitude terhadap variabel Intention to Use mempunyai pengaruh sebesar 44,5%.

The objective of this research is to discover if the personal perception of a consumer toward a Banking product, which is SMS-Banking Mandiri, have a relation in creating consumer attitude toward SMS-Banking Mandiri it self. According to the objective, the hipotesis is to find if TAM (Technology Acceptance Model) with variable: Usefulness, Ease of Use, Compatibility, Credibility, Self-Efficacy, Risk, and Cost have a significant relation toward variable Attitude, and does variable Attitude have a significant relation toward Intention to Use.
The population in this research is the customers of Bank Mandiri. The sampling technique is using non probability sampling and number of sampel decided by using convenience sampling which is 200 respondents. Data resources come from primary and secondary data. The primary data collected using questionaire. The analysis is using instrumen test (validity and reliability test) and quantity test (Multiple Linear Regresion, R2 test, T-test, F-test).
The result of research is showing that not all TAM variables have significant relations with Attitude variable, however, the Attitude variable have a relatively significant relation with variable Intention to Use. About 64,6% Attitude variable influenced by TAM variables and Attitude variable have influence toward Intention to Use variable around 44,5%.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T30229
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Pradipta
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak persepsi similaritas dengan konsumen lain pada suatu mal terhadap diskonfirmasi, afeksi, kepuasan, serta loyalitas konsumen dengan memperhitungkan motivasi konsumen ketika mengunjungi mal tersebut. Ialah mal kelas atas dan menengah atas di DKI Jakarta yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini sedangkan responden dalam penelitian ini adalah para pengunjung mal yang menjadi objek penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Model SEM . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi similaritas secara langsung dan tidak langsung melalui diskonfirmasi positif mempengaruhi kepuasan dan selanjutnya loyalitas konsumen terhadap mal secara positif. Namun, afeksi positif tidak mampu memediasi pengaruh positif persepsi similaritas dengan konsumen lain terhadap kepuasan pada mal tanpa bantuan motivasi hedonis.

ABSTRACT
This study was conducted to analyze the effect of perceived similarity to other customer in a shopping mall on disconfirmation, affection, satisfaction, and loyalty while investigating the motivation of the consumer on visiting the shopping mall. Upper class and upper middle class shopping mall in DKI Jakarta became the research object while the respondents in this study were the visitors of those shopping malls. Structural Equation Model SEM is used as data processing method. The results of this study indicate that perceived similarity on other customer is the positive indicator of shopping mall satisfaction and loyalty. Disconfirmation also plays role to mediates the effect while affection needs moderation from hedonic motives to mediates the effect."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriati Suryadewi Soejanto
"Perkembangan industri luxury fashion menunjukan peningkatan ditandai dengan banyaknya gerai luxury fashion yang masuk dan berkembang di pasar Indonesia. Masyarakat Indonesia dikenal dengan gaya konsumerisme khususnya pada kelas menengah sebagai penggerak ekonomi. Hal tersebut menjadikan Indonesia target bagi merek-merek luxury fashion untuk mengembangkan pasar Indonesia. Untuk meningkatkan penjualan, pelaku bisnis luxury fashion harus mengetahui faktor-faktor pendorong pembelian sehingga dapat membuat strategi untuk meningkatkan penjualan. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang mendorong sikap terhadap barang luxury fashion pada kelas menengah yaitu: brand consciousness, materialism, social comparison, fashion innovativeness, fashon involvement, dan need for uniqueness. Hasilnya adalah brand consciousness, materialism, fashion involvement dan need for uniqueness terbukti signifikan sebagai faktor yang dapat mendorong sikap kelas menengah terhadap barang luxury fashion sedangkan social comparison dan fashion innovativeness tidak mempengaruhi terhadap sikap terhadap barang luxury fashion.

The development of luxury fashion industry showed an increase in the number of luxury fashion brands that expand in Indonesian market. Indonesian people are famous of their consumerism behaviors especially in the middle class as an economic driver. It makes Indonesia as a target for luxury fashion brands to develop their brand in the Indonesian market. To increase sales, business people in luxury fashion should know the factors driving the purchase so they can make strategies to increase their sales. Therefore, this study was conducted in order to determine the factors that encourage attitude towards luxury fashion goods in the middle class. Factors to be tested are brand consciousness, materialism, social comparison, fashion innovativeness, fashon involvement, and need for uniqueness. The result is brand consciousness, materialism, fashion involvement and need for uniqueness proved as significant factors that can encourage attitudes towards luxury fashion goods in the middle class while social comparison and fashion innovativeness does not affect the attitude towards luxury fashion good. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Kusumawardhani
"Persaingan antar merek setiap produk semakin tajam dalam merebut konsumen. Produsen berlomba-lomba untuk membuat serta memasarkan produk mereka, khususnya produk-produk yang dikategorikan dengan 'consumer goods'(barang konsumsi). Kategori produk cologne di Indonesia sangat pesat perkembangannya, dan pengguna produk cologne ini cukup bervariasi, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Produk Colonge ini dapat dikategorikan sebagai produk kecantikan/kosmetika.
Cologne termasuk dalam pilihan produk konsumsi remaja wanita karena cologne dipersepsikan sebagai salah satu produk yang mendukung penampilan mereka. Cologne memberikan keharuman dan membuat mereka menjadi lebih percaya diri. Bila dilihat dari sudut kuantitas saja, jumlah remaja di Indonesia jelas merupakan target pasar yang sangat potensial. Karena potensi ini pula maka para pemasar berlomba-lomba untuk merebutnya.
Produsen atau para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkan mereka, apa seleranya, dan bagaimana mereka mengambil keputusan. Apa yang tepat untuk target konsumen yang satu belum tepat untuk target konsumen lainnya. Salah satu strategi pemasaran adalah dengan menggunakan iklan.
Salah satu media bagi produsen untuk beriklan yang dianggap masih cukup efisien adalah Televisi. Tayangan iklan televisi saat ini sudah sangat banyak (cluttered). Tidak tertutup kemungkinan bagi pemirsa televisi memindahkan channel/saluran pada saat iklan berlangsung. Bagaimana iklan yang ditayangkan oleh produsen tersebut dapat mempengaruhi konsumennya, khususnya remaja. Bagaimana pemahaman dan sikap target market remaja ini terhadap iklan yang ditayangkan oleh produsen cologne merek Pucelle.
Subyek penelitian berjumlah 322 orang, terdiri atas remaja putri kelas 1 dan 2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang dipilih dari 3 SLTP di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan secara kuesioner, dengan metode penelitian survey.
Secara umum hasil pnelitian menunjukkan bahwa pemahaman dan sikap remaja terhadap ikian produk kosmetika pada target konsumen remaja wanita dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan mereka sendiri. Sedangkan tingkat konsumsi media, persepsi kreatif tentang ikian, terpaan ikian, proses pembelajaran pesan ikut mempengaruhi brand awareness produk tersebut pada target konsumen remaja wanita tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>