Ditemukan 188914 dokumen yang sesuai dengan query
Donna Riyani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5968
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Arwendria
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji korelasi antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial (SJS) dan motivasi siswa terhadap kredibilitas informasi Islami yang dipublikasikan di Facebook. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X) adalah intensitas penggunaan SJS oleh mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang dan variabel terikat (Y) adalah motivasi mahasiswa terhadap kredibilitas informasi Islami yang terdapat di Facebook. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive random sampling. Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa IAIN Imam Bonjol yang kurikulumnya menawarkan kajian Islam lebih banyak yaitu sebanyak 210 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas penggunaan Facebook maka semakin tinggi pula validitas media tersebut menurut pengguna. Melalui penguasaan keterampilan tersebut, mahasiswa tidak hanya sekedar pengguna media sosial khususnya Facebook, namun juga dapat menjadi sumber rujukan bagi pengguna media sosial lainnya terhadap informasi keislaman. Bagi pengambil kebijakan pengembangan kurikulum sudah saatnya untuk memasukkan (menanamkan) kemampuan literasi pada seluruh kurikulum di setiap program studi di IAIN Imam Bonjol"
Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan IPI, 2017
020 JIPIN 2:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Rani Sutari
"Skripsi ini membahas tentang situs jejaring sosial twitter yang mempunyai efek viral pada pemasaran dewasa ini, atau biasa juga disebut eWom (electronic word of mouth) Skripsi ini diadopsi dari penelitian sebelumnya oleh peneliti asal Malaysia di tahun 2010. Penelitian bersifat kuantitatif ini memiliki variabelvariabel yang mendukung kecepatan penyebaran pesan pemasaran atau rapid diffusion to audience reach, yaitu: playfulness, critical mass, community driven, peer pressure, perceived ease of use, dan perceived usefulness. Hasilnya adalah semua variabel terbukti mendukung kecepatan penyebaran pesan kecuali community driven. Untuk penelitian selanjutnya lebih baik spesifik kepada satu kasus pemasaran yang menggunakan twitter sebagai alat pemasarannya agar lebif focus pada variabel yang ada dan bisa mendapat hasil yang lebih spesifik juga.
This research is pointing out to the main factors of why twitter facilitates viral marketing or what's usually also known as electronic word of mouth marketing. It aims to the main reason of a modern day marketing that uses social networking websites to market their products and services. This research is adopted from a 2010 research done by Malaysian scholars. It's a quantitative research with some certain variables that induced viral marketing or rapid diffusion to audience reach, such as: playfulness, critical mass, community driven, peer pressure, perceived ease of use, and perceived usefulness. All the independent variables are proved to be the factor of rapid diffusion to audience reach, except for community driven. For the next research it's best to focus to one specific case where the marketer use only twitter for their marketing tool as it will be more representing what's the most significant of all variables and will have more specific result."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Mourene Iga Farriny
"Skripsi ini membahas mengenai sufiks -teki sebagai hedge (pagar) dalam cuitan (tweet) yang diposting dalam situs jejaring sosial Twitter pada bulan Oktober 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memerikan sufiks -teki sebagai hedge (pagar). Dengan memerikan sufiks -teki sebagai hedge (pagar), dapat diketahui penggunaan dan fungsi sufiks -teki sebagai hedge (pagar). Selain itu, dapat diketahui sikap pencuit yang menggunakan sufiks -teki dalam cuitannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan 21 data yang dianalisis, penggunaan sufiks -teki sebagai hedge (pagar) dapat dikelompokkan berdasarkan posisi, yaitu penggunaan sufiks -teki pada pronomina persona pertama, sufiks -teki pada kuotasi, dan sufiks -teki (na) pada modifikator nomina. Sufiks -teki berfungsi untuk menghaluskan ujaran. Hal ini dipicu oleh sikap pencuit yang berupaya untuk menghindari konflik dengan pembaca cuitan.
The focus of this study is the use of the suffix -teki as a hedge found on tweets posted on October 2016 on the social media site Twitter. The purpose of this research is to describe the suffix -teki as hedge. By describing the suffix -teki as hedge, the use of suffix -teki as hedge and its functions will be discovered. Moreover, the tweeter (the person who tweeted) attitude toward their tweets will be found out. Based on the 21 tweets analyzed, the suffix -teki used as hedges can be divided into three groups based on its position in the sentence, which are the use of the suffix -teki after first person pronouns, suffix -teki after quotation, and suffix -teki (na) after noun modifier. The use of the suffix -teki as a hedge implies that the tweeter (the person who tweeted) weakens the assertion of the speech. The use of the suffix -teki as a hedge is motivated by the attitude of tweeter who attempted to avoid conflicts with the readers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65987
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jaya Wijaya
"Perhatian utama dari makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai perbedaan jumlah kata yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan Belanda, Tujuannya adalah untuk melihat kelompok mana yang lebih efisien dalam mengungkapkan pikirannya dalam Twitter yang memiliki ruang tulis yang terbatas. Dengan menganalisis korpus berupa sepuluh tweet laki-laki dan sepuluh tweet perempuan Belanda yang dilakukan secara random dan membandingkannya dengan teori Dede Brouwer berkenaan dengan perbedaan bahasa pria dan perempuan, diharapkan dapat ditarik kesimpulan kelompok mana yang menggunakan kata lebih banyak dan apakah dengan adanya media Twitter yang memiliki ruang tulis terbatas membawa perubahan pada karakteristik berbahasa pada laki-laki dan perempuan Belanda.
The main focus on this paper is to give information about the differences between Dutch males and females in terms of the amount of words, used by them. The main goal is to see which group is more efficient in terms of expressing their feelings on Twitter which has limited space. The tweets of ten Dutch males and females will then be compared with the theory of Dede Brouwer in terms of differences between the language used by males and females. I hope I can come to conclusion which group uses more words and whether Twitter with limited writing space bring changes to the language characteristic among the two genders."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Muhammad Topan Nixon
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5967
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Karina Ayu Ningtyas
"Skripsi ini membahas mengenai pola penggunaan situs jejaring sosial Facebook dengan kerentanan viktimisasi pada anak dengan menggunakan teori aktifitas rutin dan teori gaya hidup, dimana dimulai dengan hipotesa bahwa dengan tingkat gaya hidup online yang tinggi dan perlindungan online yang rendah akan membuat resiko menjadi korban cyber harrasment seperti online bullying, unwanted sexual material and solicitation, dan cyber identity theft and cyber impersonation akan menjadi tinggi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini adalah terbuktinya hipotesa bahwa gaya hidup online anak yang tinggi dan perlindungan yang lemah akan mengakibatkan viktimisasi cyber harrasment pada anak.
This thesis discusses patterns in the use of social networking sites (in this case focusing on Facebook) by adolescents, and these patterns' relationship with the vulnerabilities towards being victimized online using routine activiy theory and life-style exposure theory. It begins with a hypothesis that high level of online lifestyle and absence of capable guardians will create a higher risk of becoming victim of cyber crimes such as online bullying, unwanted sexual material and solicitation, also cyber identity theft and cyber impersonation. This research uses a quantitative method with descriptive design. The result of this research is that despite the high level of exposure towards online lifestyle exposure, the presence of high level guardianship is capable of controlling the level of cyber harassment experience, and places it in a medium level."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Githa Farahdina
"Sejak perkembangan teknologi informasi, situs jejaring sosial menjadi lingkungan baru bagi manusia. Lingkungan baru ini mengkonstruksi sebagian dunia manusia sebagai realitas virtual. Keberadaan kita di dalam realitas virtual tersebut turut mempengaruhi pembentukan self. Hal ini dikarenakan self tidak terkurung di dalam tubuh manusia, tidak pula terisolasi dari dunia luar, melainkan berada di dalam yang sosial, dan pembentukannya berlangsung dalam relasi seseorang dengan yang lain. Oleh karena self tidak memiliki esensi, maka pembentukan self merupakan sebuah proses penciptaan diri yang tidak pernah berhenti. Virtualisasi di dalam situs jejaring sosial inilah yang menjadi salah satu medium bagi penciptaan self tersebut.
Since the development of information technology, site of social networking has been becoming a new environment for human-being. This new environment constructs a part of human-world as virtual reality. Our existence in this virtual reality also influences the self forming. It is because of self that is not prisoned in human body, nor self is isolated from external world, but existing within the social, and its forming is going on relation to the others. Because of self has no essence, self forming is a process of self-creation which never stop. Virtualization in this site of social networking is a kind of media for that self-creation."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S16048
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Nur Azizah Rakhmani Razak
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara penggunaan situs jeajring sosial dengan identitas diri pada remaja. Pembentukan identitas diri adalah merumuskan segala kemampuan serta belief yang dimiliki pada masa kanak-kanak, agar dapat digunakan sebagai petunjuk pada masa dewasa (Marcia, 1993). Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 137 remaja usia 15-24 tahun, sebagai partisipan. Partisipan kemudian dibagi kedalam dua kelompok usia, yaitu usia 15-18 tahun, dan usia 19-24 tahun. Bentuk penelitian ini adalah kuantitatif. Untuk itu, peneliti menyebarkan kuesioner yang digunakan untuk mengukur penggunaan situs jejaring sosial yaitu GPIUS2 yang dimodifikasi, dan EOM-EIS II untuk mengukur identitas remaja. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada sebagian besar aspek identitas diri pada remaja, dengan penggunaan situs jejaring sosialnya. Temuan dalam penelitian ini penting untuk dibahas, karena saat ini penggunaan situs jejaring sosial sangat tinggi, terutama pada remaja, sehingga dihawatirkan dapat mempengaruhi aspek-aspek perkembangan remaja.
This study aim to see if there any relationship between social networking site problematic usage and identity in adolescent. Identity is defined as a synthesis of childhood skills, beliefs, and identifications into a more or less coherent, unique whole that provides the young adult with both a sense of continuity with the past and a direction for the future (Marcia, 1993). This study involving 137 adolescents aged 15-24 years as participants. Participants then divided into two age groups, the 15-18 years groups, and 19-24 years groups. Using a quantitative method, researcher distribute GPIUS2 that has been modified and EOM-EIS II questionnaire to measure social networking site usage and identity status in adolescent. Result shows that there is a significant correlation between in most aspects of identity status in adolescence, and the use of social networking sites. The findings in this study important to discuss, because the current use of social networking sites is very high, especially in adolescents, so it is feared may affect aspects of adolescent development"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65783
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fatiha Hansa Aulia
"Situs Jejaring Sosial (SNS) telah menjadi tempat bertemunya orang-orang dengan latar belakang ataupun minat yang sama, salah satunya adalah pada orang dengan eating disorder (ED). Beberapa studi berpendapat bahwa motivasi orang dengan ED bergabung ke jejaring sosial online ED di SNS Twitter (edtwt) adalah untuk mendapatkan social support, sebagai sarana ekspresi diri, dan untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki identitas yang sama sebagai orang dengan ED. Penelitian sebelumnya juga melihat bahwa orang dengan ED bergabung ke jejaring sosial tersebut karena tidak mendapatkan dukungan sosial di jejaring offline seperti keluarga dan teman. Penulis pada dasarnya setuju dengan studi-studi tersebut, tetapi studi-studi tersebut kurang membahas bagaimana terbentuknya collective illness identity pada edtwt serta bagaimana bentuk-bentuk social support yang didapatkan. Peneliti berargumen bahwa collective illness identity yang ada dalam edtwt berperan dalam pemberian dan penerimaan social support. Temuan dalam studi ini adalah bahwa collective illness identity yang terdapat pada edtwt dan membantu mobilisasi social support di dalamnya. Bentuk social support yang terdapat pada edtwt ada lima, yaitu: informational support, tangible aid, esteem support, emotional support, dan network support dan semuanya dirasakan oleh tujuh informan penelitian ini kecuali tangible aid yang hanya terdapat pada satu informan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang menggunakan wawancara mendalam dan etnografi virtual.
Social Networking Sites (SNS) have become a meeting place for people with similar backgrounds or interests, one of which is people with ED. Several studies have argued that the motivation for people with ED to join ED's online social network on SNS Twitter (edtwt) is to get social support, as a means of self-expression, and to meet other people who share the same identity as ED. Previous study has also seen that people with ED join these social networks because they don't get social support on offline networks such as family and friends. The author basically agrees with these studies, but these studies did not discuss how the forms of social support are obtained and how the collective illness identity is formed in edtwt. Researcher argues that the collective illness identity exists in and helps providing social support. The findings in this study is that collective illness identity is found in edtwt and proven to help mobilize social support in it. There are five social support forms in edtwt, namely: informational support, tangible aid, self- esteem support, emotional support, and network support and all of them were felt by seven informants in this study except for tangible aid which was only found in one informant. This study uses qualitative methods with data collection techniques using in-depth interviews and virtual ethnography. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library