Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90553 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Djoko Sulistijo
"ABSTRAK
Tata Nama Jabatan adalah nama-nama jabatan yang ada di dalam suatu perusahaan. Penyusunan nama jabatan adalah proses pembagian fungsi untuk tiap jabatan yang dijalankan oleh seorang karyawan. Pemanfaatan tata nama jabatan yang ada ini adalah untuk menyusun perangkat kepegawaian lainnya seperti misalnya Job Description, Job Specification dan lain sebagainya. Selain itu tata nama jabatan ini dapat juga dimanfaatkan bagi penyusunan program kepegawaian lain seperti Pengadaan Pegawai, Penyusunan Program Pendidikan dan Latihan dan lain sebagainya. PT X, khususnya Biro Personalianya, saat ini sedang giat melaksanakan penataan dan pembenahan bidang Sumberdaya Hanusia. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa unsur manusia adalah elemen pokok dari satu perusahaan yang harus terus dibina, di tata dan dikembangkan terus. Hal ini dapat terlihat pada Rencana Kerja Strategis Perusahaan untuk tahun 1988 - 1992. Sejalan dengan hal tersebut dan mengingat Biro Personalia PT X belum memiliki Tata Nama Jabatan bagi unsur pelaksana, maka penulis menyampaikan usulan Susunan Tata Nama Jabatan bagi unsur pelaksana yang diwujudkan dalam skripsi ini dengan judul "Penyusunan Tata Nama Jabatan Pada Biro Personalia PT X". Dalam menyusunan Tata Nama Jabatan dimaksud, digunakan metode penelitian lapangan dan studi kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan blanko isian dan wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang mempunyai kaitan yang erat dengan permasalahan yang ada. Jumlah blanko isian yang disebarkan dalam kegiatan ini adalah 45 blanko isian (sejumlah karyawan yang ada di Biro Personalia PT X). Dari blanko isian ini lebih lanjut dilakukan kompilasi. Kompilasi yang dilakukan adalah dengan mengelompokkan tugas-tugas/kegiatan sejenis untuk kemudian dimasukkan ke dalam satu Potition Titles. Selanjutnya setiap Potition titles yang sama dimasukkan ke dalam satu Job titles. Hasil akhir yang diperoleh dari kompilasi tersebut adalah tersusunnya 19 nama jabatan baru untuk jenjang non manajemen ( 12 nama jabatan untuk jenjang manajemen lainnya sudah ada.sebelurnnya) dilengkapi dengan Uraian Jabatan sebagai penjabaran dari masing-masing Nama Jabatan yang dimaksud. Adapun saran yang dapat diberikan untuk hal lnl adalah bahwa untgk kegiatan eelanjutnya pihak PT X diharapkan selalu mengaca pada tata nama jabatan beserta uraiannya yang telah tersusun, seperti misalnya untuk kegiatan pengadaan pegawai, penY.usunan program pendidikan dan latihan dan lain sebagainya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Mujihartati
"ABSTRAK
PT X merupakan sebuah perusahaan ritel, dengan department store sebagai salah satu pilar bisnis utama. Untuk menciptakan keunggulan bersaingnya secara terus menerus, PT X mulai menggunakan pendekatan kompetensi dalam pengelolaan sumber daya manusia.
PT X sedang mengalami permasalahan terkait dengan kinerja supervisor
personalia (SP). Sebagai ujung tombak pengelolaan sumber daya manusia di department store, SP diharapkan mampu menunjukkan kinerja unggul. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa SP belum dapat menjalankan tuntutan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.
Menurut Spencer & Spencer (1993), kinerja seseorang dipengaruhi oleh
kompetensi yang dimilikinya. Untuk mengetahui apakah permasalahan kinerja SP juga bersumber dari kompetensinya, diperlukan suatu model kompetensi yang digunakan sebagai standar untuk melakukan assessment terhadap kompetensi aktual yang dimiliki oleb SP. Dari basil assessment tersebut dapat ditentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan
terkait kinerja SP.
Identifikasi kompetensi yang dilakukan oleb PT X masib sebatas
kompetensi inti yang barus dimiliki oleb setiap karyawan (customer focus, drive for result, act with integrity, value diversity, dan teamwork). Hal ini dirasa belum Iengkap, apalagi kompetensi inti tersebut belum dilengkapi dengan leveling dan indikator perilaku untuk setiap levelnya. Oleh karena itu penulis mengusulkan untuk menyusun model kompetensi jabatan supervisor personalia,
baik kompetensi inti maupun spesifik, sebagai langkah awal dalam mengatasi permasalahan kinerja supervisor personalia.
Berdasarkan basil diskusi denganjob expert dan analisa terbadap data-data
yang diperoleh, diusulkan tujuh kompetensi spesifik jabatan supervisor personalia, yaitu analytical thinking, communication skill, develop others, monitoring, planning & organizing, human resource management skill and knowledge, dan government regulation knowledge"
2007
T38442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaen, Ratna Juwita
"Tujuan dari penulisan proposal ini adalah memberikan usulan kepada PT X dalam usahanya meningkatkan efektivitas kinerja karyawannya sejalan dengan salah satu sasaran pokok yang terdapat pada rencana strategis perusahaan yang disusun pada tahun 2006 yaitu menciptakan kualitas SDM yang handal (lampiran 3) melalui rancangan formalisasi jabatan dan rancangan model kompetensi (lampiran : Bab IV).
Berkaitan dengan perubahan fungsi PT X sejak tahun 1998 dari operator penyedia air minum menjadi pengawas Mitra swasta (lampiran I), didapatkan sejumlah masalah yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusianya. Dalam beberapa hal, perubahan fungsi tersebut sudah disikapi manajemen dengan melakukan beberapa perubahan, misalnya perubahan struktur organisasi, perubahan peraturan perusahaan dan juga penetapan uraian tugas yang jelas sampai pada level sub divisi. Akan tetapi, perubahan-perubahan tersebut belum diikuti dengan perubahan sistem pengelolaan kinerja karyawan yang lebih professional (lampiran : Bab I).
Berdasarkan studi yang dilakukan terhadap PT X, permasalahan kekaryawanan yang timbul antara lain adalah :
1. Sebagian karyawan belum mampu menarnpilkan kinerja yang diharapkan meski sudah diseleksi dengan asesmen potensi oleh konsultan SDM dan diberikan pelatihan oleh perusahaan.
2.Masih adanya orang-orang yang tidak pas duduk di jabatan tertentu karena ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki kurang mendukung sehingga kurang mampu menampilkan kinerja yang baik dalam bekerja.
3.Proses seleksi dan promosi jabatan belum memiliki acuan yang baku sehingga bagi sebagian karyawan dianggap tidak transparan.
4.Program pelatihan yang dilakukan belum didasari oleh analisa kebutuhan pelatihan yang cukup baik.
5.Uraian pekerjaan yang ada masih sebatas tingkat divisi, sementara di dalam setiap divisi tidak ada pembagian peran atau fungsi. Akibatnya, pembagian pekerjaan yang dilakukan oleh kepala divisi hanya didasarkan kebiasaan yang tidak tertulis sehingga penanggung jawab suatu tugas di dalam divisi juga tidak jelas.
Masalah-masalah tersebut di atas menghambat efektivitas kerja karyawan yang pada saat ini berstatus karyawan BUMD untuk berperan mendukung langkah strategis perusahaan dalam fungsinya sebagai pengawas mitra swasta (Lampiran : Bab III).
Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan di atas, rnaka perusahaan perlu melakukan hal-hal sebagai berikut (Lampiran bab Ill) :
1. Melakukan formalisasi jabatan untuk memperjelas dan mempertegas peran karyawan dalam mendukung strategi perusahaan. Dengan peran yang jelas, perilaku kerja karyawan diharapkan lebih terarah dan lebih efektif.
2. Menetapkan kompetensi yang perlu dimiliki oleh karyawan PT X balk yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi spesifik sesuai dengan tuntutan masing-masing jabatan. Penempatan seseorang dalam suatu jabatan menuntut persyaratan orang tersebut harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan jabatannya, agar yang bersangkutan handal dalam menjalankan tugas yang diberikan. Berdasarkan kompetensi tersebut nantinya akan disusun berbagai sistem pengelolaan karyawan.
Pada bagian akhir penulisan tugas skhir dijelaskan langkah-langkah formalisasi jabatan yang dimulai dari tahap diferensiasi horizontal pada level sub divisi dan dilanjutkan dengan menentukan tingkat formalisasi yang akan diberikan untuk suatu jabatan. Berdasarkan deskripsi pekerjaan yang sudah diformalisasi, disusun model kompetensi untuk tiap-tiap jabatan. Tahapan penyusunan model kompetensi dimulai dengan (1) persiapan; (2) penyusunan model kompetensi; (3) pengumpulan data dengan cara in depth interview dan focus group discussion, (4) analisis data dan kesimpulan hasil, dan diakhiri dengan (5) finalisasi model kompetensi (Lampiran Bab IV)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Ema Essyyani
"Dari hasil diskusi dengan pihak manajemen biro iklan X didapati keluhan akan produktivitas dari pekerja kreatif Pekerja kreatif yang oleh manajemen dikatakan cenderung egois, yaitu tidak dapat menerima saran dari orang lain serta mudah terganggu mood-nya bila mendapat saran atau kritik dapat dikatakan sebagai sifat.
Menurut Spencer &. Spencer (1993), sifat merupakan salah satu karakteristik kompetensi. Menurut model gunung es, sifat tidak mudah diidentifikasi, dan lebih sulit serta membutuhkan waktu lebih lama untuk memperbaiki atau mengembangkannya. Melihat pada hal tersebut, maka akan sulit bagi manajemen untuk memperbaiki kondisi yang ada saat ini. Akan lebih mudah untuk menyaringnya dari awal melalui proses seleksi.
Selain masalah tersebut di atas, seiring dengan bertambahnya klien yang dimiliki oleh biro iklan X dan semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis periklanan, maka ada peningkatan kebutuhan jumlah pekerja kreatif dengan karakteristik yang lebih sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Untuk menjawab permasalahan yang dialami oleh biro iklan X serta rencana ke depan dari biro iklan X, maka penulis mencoba mengajukan rancangan wawancara seleksi yang terstruktur dan berdasarkan kornpetensi. Rancangan ini dirasa perlu mengingat metode seleksi yang selama ini digunakan kurang berhasil untuk menyeleksi kandidat yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Selain itu tersedianya pedoman wawaneara terstruktur dapat membantu pihak manaiemen yang tidak memiliki kualifikasi sebagai psikolog atau pewawancara profesional untuk melakukan wawancara secara obyektif. Dengan berdasarkan kompetensi maka diharapkan diperoleh kandidat yang memiliki kompetensi seperti yang dibutuhkan perusahaan.
Untuk membuat rancangan wawancara tersebut terlebih dahulu penulis melakukan analisa terhadap jabatan art director dan copywrirer di biro iklan X. Analisa jabatan tersebut dilakukan dengan behavioral event interview untuk mendapatkan kompetensi apa yang kritikal dan membedakan antara pekerja superior dengan rata-rata.
Kompetensi tersebut kemudian disusun menjadi sebuah model kompetensi untuk jabatan kreatif sebagai dasar untuk berbagai sistem SDM biro iklan X. Selanjutnya dari model kompetensi itu disusun rancangan wawancara seleksi untuk jabatan kreatif.
Rancangan wawancara ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen biro iklan X agar dapat meningkatkan efisiensi serta efektivitas proses seleksi yang dilakukan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadipoerwono
Jakarta: Djambatan, 1979
658.3 Had t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yosiemond
"PT. X. bergerak hampir di seluruh sektor kelistrikan dan elektronik, komunikasi, peralatan kesehatan dan sistem pengendalian industri. Pelayanan PT. X meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, uji cuba, uji fungsi dan pelayanan terkait lainnya yang menyangkut sistem dan alat komunikasi serta pelayanan terkait lainnya yang menyangkut sistem dan alat komunikasi serta peralatan kesehatan. Salah satu strategi yang digunakan untuk menghadapi tantangan dan perubahan lingkungan adalah dengan meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan sehingga dapat meningkatkan efektifitas perusahaan. Pembahasan ini difokuskan mengenai rancangan penyusunan Job description sehingga dapat memberikan kejelasan tugas kepada karyawan PT.X khususnya pada jabatan Section head untuk meningkatkan motivasi dan kinerja sehingga perusahaan yang lebih efektif dalam menghadapi tantangan dan perubahan lingkungan. Masalah yang dihadapi PT. X adalah tidak jelasnya tugas dan tanggung jawab setiap jabatan di business unit. Tidak ada kejelasan mengenai standar kerja yang harus dicapai maupun penghargaan terhadap hasil kerja karyawan. Akibatnya motivasi karyawan menurun sehingga sikap kerja negatif dan unjuk kerjanya tidak maksimal. Hal ini sangat mempengaruhi pada efektifitas perusahaan sehingga perlu dicari alternatif penyelesaian masalah. Oleh karena itu perlu adanya rancangan Job analysis untuk pembuatan Job Description untuk jabatan Section Head di PT. X. Untuk membuat Job Description, terlebih dahulu perlu dilakukan Job Analysis untuk mendapatkan informasi dan gambaran mendalam mengenai suatu jabatan. Metode yang akan digunakan untuk mendapatkan informasi tersebut adalah dengan melakukan wawancara dengan pejabat Section Head di PT. X. Responden merupakan karyawan dari business units yang telah bekerja minimal 1 tahun di PT. X dan dipilih berdasarkan tingkatan jabatan dan pekerjaan yang dilakukannya. Dalam wawancara digunakan jenis pertanyaan terbuka mengenai tugas dan tanggung jawab. Pengolahan data wawancara dilakukan dengan cara koding dan mengkategorisasikan sesuai dengan form job analysis. Setelah job analysis dilakukan perlu dilakukan validasi dan evaluasi terhadap hasil analisa sebelum dibuat job description. Persiapan yang dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi pekerjaan dan sosialisasi terlebih dahulu terhadap karyawan di perusahaan sebelum melakukan wawancara."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahid Hasyim
"Transformasi organisasi dengan mengubah proses bisnis dari portofolio based (unit kerja berdasarkan portofolio produk) menjadi value chain (unit kerja berdasarkan fungsi unit dan pelanggan) menuntut adanya keterhubungan antar unit dan direktorat sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan struktur, unit dan jabatan, tugas dan tanggung jawab, serta proses kerja pada Direktorat OI PT X.
Transformasi tersebut tidak didukung oleh kesiapan yang matang, salah satunya terkait kejelasan peran sehingga menghambat pekerjaan karyawan dan berakibat pada kurangnya komitmen karyawan terhadap perubahan sehingga transformasi tersebut tidak berjalan dengan optimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut hubungan antara ketidakjelasan peran dan komitmen terhadap perubahan pada karyawan Direktorat OI PT X (Studi 1). Pada studi 1, sampel penelitian berjumlah 164 orang yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian studi 1 menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara ketidakjelasan peran dan komitmen terhadap perubahan (r = -.540, p<.001). Selanjutnya, hasil tersebut menjadi acuan peneliti untuk melakukan studi 2 dengan membuat dan mengevaluasi efektivitas pemberian intervensi analisis jabatan dan sosialisasi untuk menurunkan ketidakjelasan peran dan meningkatkan komitmen terhadap perubahan. Sampel penelitian pada studi 2 berjumlah 14 orang (kelompok intervensi dan pembanding) yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil studi 2 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan skor ketidakjelasan peran (z=-2.37, p<.005, r= .018) dan komitmen karyawan terhadap perubahan (z=-2.37, p<.005, r= .018) sebelum dan setelah intervensi. Selanjutnya, peneliti juga melakukan analisis perbandingan skor kelompok intervensi dan kelompok pembanding untuk membuktikan intervensi tersebut tepat dan efektif. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skor ketidakjelasan peran (z=-3.0, p<.005, r= .003) dan komitmen terhadap perubahan (z=-2.95, p<.005, r= .003) pada kelompok intervensi dan kelompok pembanding. Dengan demikian, dapat disimpulkan intervensi analisis jabatan dan sosialisasi tergolong efektif.

Organization transformation in business processes from portfolio based (product portfolio) to value chain (unit and customer functions) requires linkages between units and directorate resulting in change structure, units and positions, responsibilities and duties, and work processes at Directorate OI PT X.
The transformation is not supported by thorough readiness, one of which is related to clarity of roles which hinders employee performance and resulted in a lack of employee commitment to change so that the transformation did not run optimally. This research was conducted to find out more about the relationship between role ambiguity and commitment to change in Directorate OI PT X (Study 1). The research sample in study 1 consisted of 164 people who were taken using accidental sampling technique. The results of study 1 showed a negative
and significant relationship between role ambiguity and commitment to change (r
= -.540, p<.001). These results become a reference for researchers to conduct study 2 by creating and evaluating job analysis and socialization intervention to reduce role ambiguity and are expected to increase commitment to change. The research
sample in study 2 consisted of 14 people (intervention and comparison group)
who were selected using purposive sampling technique. The results of study 2 showed a significant difference in the role ambiguity (z = -2.37, p<.005, r=
.018) and employee commitment to change scores (z = -2.37, p<.005, r= .018)
before and after the intervention. Furthermore, the researcher also conducted a comparative analysis of the scores of the intervention group and the comparison group to prove the intervention was appropriate and effective. The results of the analysis indicated that there were significant differences in the role ambiguity (z = -3.0, p<.005, r= .003) and commitment to change scores (z = -2.95, p<.005, r= .003) between intervention group and comparison group. Thus, it can
be concluded that job analysis and socialization interventions are classified as effective interventions.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arvidyani Anindita
"Persaingan di industri menara telekomunikasi Indonesia tergolong cukup ketat, sehingga perusahaan perlu memiliki performa yang baik agar dapat bersaing dan kontribusi dari setiap karyawan di dalamnya memiliki peranan penting. Perilaku kewargaan organisasi (PKO) adalah perilaku ekstra di luar tanggung jawab utama karyawan yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Meskipun demikian, kemunculan PKO dapat terhambat apabila karyawan mengalami ketidakjelasan peran. Studi 1 penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketidakjelasan peran dan PKO pada karyawan Direktorat B PT X. Data studi 1 dikumpulkan dari 58 karyawan menggunakan alat ukur RHS Scale (Rizzo, House, & Lirtzman, 1970) dan skala PKO (Nugraha, 2013). Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara ketidakjelasan peran dan PKO (r = -0,511, p < 0,01). Hasil ini ditindaklanjuti melalui studi 2 untuk mengetahui pengaruh intervensi penyusunan dan sosialisasi uraian jabatan dalam menurunkan ketidakjelasan peran serta meningkatkan PKO. Hasil evaluasi pada tujuh karyawan menunjukkan bahwa setelah mendapat intervensi, terdapat penurunan ketidakjelasan peran yang signifikan (z = -1,983, p < 0,05, r = -0,75) namun tidak terdapat perubahan yang signifikan pada PKO (z = -0,631, p > 0,05). Selanjutnya penelitian ini membandingkan perubahan tingkat ketidakjelasan peran dan PKO antara kelompok intervensi dan kelompok pembanding. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada ketidakjelasan peran (U = 6, z = - 2,432, p < 0,05, r = -0,65) namun tidak terdapat perbedaan PKO yang signifikan (U = 23, z = -0,192, p > 0,05) antara kelompok intervensi dan kelompok pembanding. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa intervensi penyusunan dan sosialisasi uraian jabatan efektif dalam menurunkan ketidakjelasan peran namun tidak efektif dalam meningkatkan PKO.

Competition in the Indonesian telecommunications tower industry is quite tight, thus companies need to have good performance in order to be competitive and the contribution of each employee has an important role. Organizational citizenship behavior (OCB) is extra-role behavior outside employee's main responsibility that can increase organizational effectiveness. However, the emergence of PKO can be hampered if employees experience role ambiguity. Study 1 aimed to see the relationship between role ambiguity and OCB among employees of Directorate B PT X. Data for study 1 was collected from 58 employees using RHS Scale (Rizzo, House, & Lirtzman, 1970) and OCB scale (Nugraha, 2013). The results showed that there was a negative and significant relationship between role ambiguity and OCB (r = -0.511, p < 0.01). These results were followed up through study 2 to see the effect of job description redesign and socialization to reduce role ambiguity and increase OCB. The results of the evaluation on seven employees showed that after receiving intervention, there was a significant decrease in role ambiguity (z = - 1,983, p < 0.05, r = -0.75) but there was no significant change in OCB (z = -0.631, p > 0.05). Furthermore, this study compared changes in the level of role ambiguity and OCB between the intervention group and the comparison group. The results showed that there was a significant difference in role ambiguity (U = 6, z = -2.432, p < 0.05, r = -0.65) but there was no significant difference in OCB (U = 23, z = - 0.192, p > 0.05) between the intervention group and the comparison group. Thus, it can be concluded that the job descriptions redesign and socialization were effective in reducing role ambiguity but were not effective in increasing OCB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safril Nahar
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priti Pratiwi Bakti
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S16795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>