Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168263 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raninditha
"ABSTRAK
Manajemen servis merupakan suatu proses transferring kegiatan operasional harian yang
berkaitan dengan kegiatan operasional dalam mengatur kegiatan operasional perusahaan agar
bisa mengefektifkan dan mengefisienkan kegiatan operasional perusahaan tersebut sehingga,
dapat membantu suatu perusahaan untuk dapat berkonsentrasi kepada bisnis utamanya.
Pada aplikasinya manajemen servis dapat menjadi solusi bagi provider telekomunikasi, dan
dapat menjadi peluang bagi provider network agar dapat tetap bernisnis di dunia
pertelekomunikasian Indonesia. Selain itu manajemen servis akan menjadi suatu ancaman bagi
provider telekomunikasi apabila tidak ada kontrol dari perkembangan dan persaingan pada
provider network keamanan data, dan sebagainya.
Saat ini kerjasama antara kedua belah pihak ini diikat dan diatur oleh kerjasama dan
kesepakatan antara kedua belah pihak saja. Campur tangan pemerintahan untuk mengatur
sistem ini, dengan membuat regulasi sangat diperlukan,dan saran regulasi yang bagaima agar
dapat bermanfaat dari manajemen servis ini, dan akan berdampak pada pertelekomunikasian
Indonesia dan masyarakat.

ABSTRACT
Management of Services have a pivotal role to play in support of the core business
and must be closely coupled with the organisation's overall strategy. Management service is
simply a process of transferring the daily operations related to the company services and
maintenance to set up operations in order to make the overall process effective and efficient.
That will allow time to focus in core areas that matter most for the development and growth
of business.
Application of Management of Services can be a solution for
Telecommunications providers, and can be an opportunity for Network providers in order to
remain in the Indonesian Telecommunication business. However, at the same time it has to be
well controlled in terms of market competitiveness, development pace and security systems
etc, in order to protect and minimize any threat to Telecommunications providers.
The current rules between the two sides are bound and regulated only by the
agreement between both parties only (Telecommunication provider and Network
provider).Government intervention to regulate this system is needed, by making the
appropriate and adequate Regulations for this service, considering the benefits of
management service that will have an impact on Pertelekomunikasian Indonesia in particular
and the community in general."
2012
T31184
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mursiyana Mulatsih
"Beralihnya fungsi telekomunikasi dari utilitas menjadi komoditi perdagangan akan merangsang munculnya operator baru yang bergerak pada bisnis telekomunikasi, khususnya penyelenggaraan telekomunikasi tetap lokal dan SLJJ. Munculnya operator baru ini menjadikan bisnis telekomunikasi yang semula monopoli menjadi kompetisi dan memerlukan penetapan tarif yang seobyektif mungkin dan adil baik antar operator maupun antar pengguna layanan. Penetapan tarif yang demikian ini diharapkan merangsang tumbuhnya kompetisi yang sehat. Kemungkinan adanya subsidi silang antar layanan yang diselenggarakan sedapat mungkin dihindari, karena akan memungkinkan suatu operator mensubskdi operator lain yang merupakan saingan bisnisnya.
Penelitian ini diarahkan pada permasalahan perhitungan dan penetapan tarif dari segi ekonomi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti tingkat efisiensi biaya operator telekomunikasi incumbent dalam menyediakan jasa telekomunikasi lokal dan SLJJ, meneliti kemungkinan adanya subsidi silang antar layanan dan dampaknya terhadap pemerataan pelayanan telekomunikasi. Metode yang digunakan antara lain metode regresi sederhana, metode incemental costing dan metode NICK test.
Data-data yang diperlukan diambil dari laporan keuangan, laporan kinerja sentral, laporan produksi pulsa, laporan perfomansi perusahaan, SISYANET yang dikeluarkan oleh PT Telkom dan laporan studi sentral pleb AT&T/Lucent Technologies selaku konsultan Telkom.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa selama ini operator tidak efisien dalam membelanjakan uangnya untuk penyediaan telekomunikasi. Subsidi silang terjadi antara layanan lokal dan layanan SLJJ dan antar wilayah/divisi regional. Dampak dari kondisi ini, tarif yang ditetapkan menjadi lebih tinggi, karena biaya yang dikeluarkan operator tinggi. Bagaimanapun operator ingin mendapatkan keuntungan, sehingga tarif yang ditetapkan secara keseluruhan harus bisa menutup seluruh biaya yang dikeluarkan, Adanya subsidi silang menyebabkan kompetisi tidak terbuka secara penuh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T4517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursiyana Mulatsih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
TA3315
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ida I Dewa G. Utama
"Penggelaran layanan GPRS oleh operator komunikasi bergerak di Indonesia menimbulkan berbagai tantangan baru. Salah satu hal yang menarik untuk dibahas adalah permasalahan tarif layanan ini. Data operator menunjukkan terjadinya penurunan trafik GPRS setelah dikenakan pentarifan, dibandingkan dengan kondisi sebelum dikenakan tarif pada satu tahun pertama penggelarannya.
Skema pentarifan yang optimum untuk meningkatkan kembali minat pasar serta profitabilitas layanan GPRS di Indonesia, diperoleh melalui metode pendekatan value-based pricing, dikombinasikan dengan pendekatan proactive pricing yang mempertimbangkan respon pasar terhadap perubahan ataupun penetapan suatu harga layanan. Serta melalui suatu perbandingan terhadap beberapa skema pentarifan oleh operator GPRS di negara lain.
Skema pentarifan yang dihasilkan disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pengguna. Dimana pentarifan tersebut berdasarkan volume data serta jenis layanan yang diakses, dengan kombinasi paket-paket pentarifan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pengguna.

The deployment of GPRS service in Indonesia presents mobile operators with many new challenges. One of the challenges that are interesting to be analyses is the pricing for this service. The operator's data shows that the traffic of this service is decreasing significantly after the tariff scheme introduced.
The optimum tariff scheme, which can stimulate demand and profitability for the Indonesian market, is identified by using the Value Based Pricing approach combined with the Proactive Pricing approach, which takes the market response in to consideration. And also does a comparative study to the tariff scheme of other operators in some different country.
The tariff scheme obtained is the tariff scheme based on the Data Volume and Services, which have some packet-tariff combination where user can choose, as they needs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyardi Widodo
"Penelitian ini menganalisis exit strategy perusahaan telekomunikasi dari industri yang sedang menurun dengan mengambil studi kasus keluarnya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dari industri CDMA (code division multiple access). Penelitian menggunakan pendekatan post positivis dengan metode pengumpulan data campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini mengacu pada pendapat Porter yang dimodifikasi mengenai strategi bersaing dengan fokus membahas exit barrier dan upaya mengatasinya.
Penelitian menemukan bahwa perkembangan ekosistem teknologi CDMA global, penurunan jumlah pelanggan Flexi, penurunan pendapatan, serta kerugian usahatelah mendorong Telkom untuk keluar dari industri CDMA. Adapun hambatan keluar yang dihadapi mencakup aset berupa infrastruktur, lisensi dan frekuensi, biaya terkait SDM dan pelanggan, hambatan emosional karyawan dan manajemen, hambatan pemerintah dan sosial terutama terkait dengan aspek politik sebagai BUMN, serta mekanisme penjualan harta kekayaan. Hambatan berupa aspek politik merupakan hambatan terbesar.
Telkom dapat mengatasi berbagai hambatan keluar karena dukungan pemerintah melalui penataan frekuensi, memiliki beragam portofolio bisnis sehingga mudah dalam memindahkan SDM, dan Telkom memiliki anak usaha yang kuat di bidang telekomunikasi nirkabel.

This research analyzes the exit strategy of telecommunication companies from a declining industry with a case study on the exit of PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) from code division multiple access (CDMA) industry. The research uses a post positivist approach with a mixed data collection method between quantitative and qualitative. This research refers to modified Porter?s notion of competitive strategy with a focus on discussing exit barrier and effort to overcome the barrier.
This research found that Telkom exited from CDMA industry due to the development of global CDMA technology ecosystem along with the declining number of Flexi subscribers and revenue as well as loss of business. Meanwhile, the exit barriers faced by the company include assets such as infrastructure, license and frequencies, human resources and customer-related cost, employee and management emotional barriers, government and social barriers primarily associated with political aspect as a state-owned company, and mechanism of asset sales. Political aspect became the biggest barrier.
Telkom was able to overcome the exit barriers due to government support through the arrangement of frequency alocation. Moreover, the company has a diverse business portfolio to facilitate redeployment of human resources, and the company has a strong subsidiaries in the field of wireless telecommunication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Fithria
"Penggunaan internet di Indonesia diperkirakan akan didominasi oleh layanan Over The Top Internet OTT Video, atau juga disebut dengan Internet Video. Diperkirakan traffic Internet di Indonesia akan mencapai 2.1 Exabytes per bulan di tahun 2020, dengan 72 traffic internet atau 1.5 Exabytes per bulan, untuk Internet Video. Permasalahan yang muncul yaitu penggunaan layanan ini memakan bandwidth yang tinggi di jaringan telekomunikasi serta belum diregulasi, sehingga menimbulkan kompetisi tidak sehat dengan operator telekomunikasi.
Pada penelitian ini dilakukan analisis kebijakan kerjasama penyedia layanan OTT Video dengan operator telekomunikasi di Indonesia dengan menggunakan Regulatory Impact Analysis RIA . Proses analisis meliputi validasi dengan Forum Group Discussion, penentuan usulan kebijakan, dan penilaian usulan terbaik dengan Soft-Cost Benefit Analysis dan Multi Criteria Analysis MCA. Proses penilaian MCA berdasarkan survey ke berbagai stakeholder terkait.
Dari hasil analisis tersebut, didapatkan usulan 'tidak dikeluarkannya kebijakan' tidak dapat diterima, sedangkan untuk usulan lain 'penyedia Layanan OTT Video tidak harus bekerjasama dengan operator telekomunikasi namun harus memiliki izin tertentu yang khusus diterbitkan bagi penyedia layanan OTT Video untuk dapat beroperasi', usulan'penyedia layanan OTT Video harus bekerjasama dengan operator telekomunikasi', dan usulan tidak wajib ada kerjasama namun operator telekomunikasi diberikan izin untuk memberikan charging atau penyesuaian kecepatan atas layanan OTT Video' tetap dapat diterima dan diperbolehkan untuk diimplementasikan.

Internet usage in Indonesia is expected to be dominated by Over The Top Internet OTT Video, also known as Internet video. It is estimated that Internet traffic in Indonesia will reach 2.1 Exabytes per month in 2020, with 72 of Internet traffic or 1.5 Exabytes per month, will be used for Internet Video. The problems that arise are these services consume high bandwidth of telecommunication networks, and also not yet regulated, resulting in unfair competition with telecom operators.
This study analyzes policy of cooperation beetwen OTT video service provider and telecommunication operator in Indonesia by using Regulatory Impact Analysis RIA . The analysis process includes criteria validation through Forum Group Discussion, policy alternatives determination, and best policy alternative assessment with Soft Cost Benefit Analysis and Multi Criteria Analysis MCA . MCA assessment process based on survey to various stakeholders.
Based on the results of the policy analysis, alternative 'no policy to be released' must not be applied. Another policy alternatives such as 'OTT Video Service providers do not have to cooperate with telecom operators, but must obtain special permit issued for OTT video service providers to operate' , alternative 'OTT Service provicer should cooperate with telecom operator' , and alternative 'cooperation is not mandatory, but telecom operators are granted permission to charge or adjust user speed to OTT Video service' can be accepted and allowed to be implemented.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati Laksairini
"Teknologi Enhanced data for global evolution (EDGE) adalah teknologi mobile data dengan kecepatan tinggi yang merupakan pengembangan dari generasi kedua untuk komunikasi Global System for Mobile (GSM) dan jaringan Time Division Multiple Access (TDMA) yang mentransmisikan data hingga 384 kbps. Teknologi EDGE dapat meningkatkan kecepatan data rate dengan mengubah jenis modulasi yang digunakan dan efisiensi jenis carrier yang digunakan. Teknologi EDGE juga mendukung evolusi menuju generasi ketiga (sistem IMT-2000) seperti untuk sistem UMTS (Universal Mobile Telephone System) dengan mengimplementasikan beberapa perubahan di jaringan yang nantinya akan diimplementasikan di generasi ketiga (3G).
Teknologi EDGE merupakan pengembangan dari teknologi General Packet Radio Service (GAS) dan juga teknologi High Speed Circuit Switched Data (HSCS) yang sudah diimplementasikan dibeberapa operator GSM di dunia. Layanan ini dapat mentransmisikan data dengan kecepatan yang lebih tinggi pada posisi dekat dengan Base Station dengan menggunakan Eight Phase Shift Keying (8PSK) yang merupakan pengembangan dari Gaussian Minimum Shift Keying (GMSK).
Modulasi 8PSK dapat beradaptasi dengan mudah untuk menawarkan data rate yang lebih tinggi pada posisi dekat dengan BTS. Layanan ini dapat menawarkan data rate 48 Kbps per timeslot dibandingkan pada teknologi GPRS yang hanya 14 Kbps dan 9,6 Kbps pada HSCSD. Dan jika digunakan konfigurasi 8 timeslot maka data rate yang ditawarkan hingga 384 2 Kbps.

Enhanced data for global evolution (EDGE) is a high-speed mobile data standard, intended to enable second-generation global system for mobile communication (GSM) and time division multiple access (TDMA) networks to transmit data up to 384 kilobits per second (bps) EDGE provides speed enhancements by changing the type of modulation used and making a better use of the carrier currently used EDGE also provides an evolutionary path to third-generation IMT 2000-compliant systems, such as universal mobile telephone systems (UMTS), by implementing some of the changes expected in the later implementation in third generation systems.
EDGE built upon enhancements provided by general packet radio service (GAS) and high-speed circuit switched data (HSCS) technologies that are currently being tested and deployed It enables a greater data-transmission speed to be achieved in good conditions, especially near the base stations, by implementing an eight-phase-shift keying (8 PSG) modulation instead of Gaussian minimum-shift keying (GMSK).
8PSK modulation automatically adapts to focal radio conditions, offering the fastest transfer rates near to the base stations, in good conditions. It offers up to 48 7Kbps per channel, compared to 14 Kbps per channel with GPRS and 9.6 Kbps per channel for GSM. By also allowing the simultaneous use of multiple charmers, the technology allows rates of up to 384 Kbps, using all eight GSM channels.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Fahmi Tadjuddin
"FWA atau fixed wireless access adalah suatu penyelenggaraan jaringan lokal tetap tanpa kabel dengan mobilitas yang terbatas. Dimana mobilitas yang terbatas adalah mobilitas jaringan akses pelanggan tetap lokal tanpa kabel yang dibatasi pada satu daerah operasi tertentu dengan satu kode area layanan jaringan tetap lokal. PT. Telkom sebagai operator jaringan FWA cdma2000-1X di Cirebon selalu berupaya memberikan kinerja jaringan yang baik. tingginya angka drop call jaringan FWA di Cirebon yang mencapai rata-rata 4,37 %, membuat PT. TELKOM mengusulkan optimasi guna memperbaiki kinerja jaringan FWA di Cirebon dengan dengan merujuk pada sebelas indikator dengan nilai standar tertentu yang disebut Key Performance Indikator (KPI). Optimasi dilakukan sebagai usaha untuk mencapai kondisi kinerja jaringan yang lebih baik. Karena berdasarkan data drive test, kinerja jaringan FWA di Cirebon belum memenuhi standar KPI. Melalui analisa data, rekomendasi dan implementasi perubahan parameter untuk memecahkan masaiah yang berasal dari sistem internal jaringan, diperoleh suatu kinerja jaringan yang secara umum lebih baik dari kondisi sebelumnya, meskipun belum semua indikator yang ada memenuhi standar KPI. Hal ini disebabkan karena selain faktor dalam jaringan sendiri, ada juga faktor luar yang tidak dapat dihilangkan seketika sehingga menyebabkan kinerja jaringan tidak dapat memenuhi seluruh standar nilai dalam KPI. Setelah pelaksanaan optimasi, secara keseluruhan kinerja jaringan menjadi lebih baik dengan luas cakupan area yang lebih baik dari sebelumnya dan drop call berhasil ditekan hingga mencapai rata-rata 2,27%.

FWA or fixed wireless access is an implementation of fixed wireless local network with limited mobility. Limited mobility means limited accessibility at only one operation area or one area code of fixed local network service. PT, Telkom as Fixed Wireless Access (FWA) cdma2000-1X network operator in Cirebon try to achieve a good network performance. High drop call rate in Cirebon's FWA network with average 4.37% makes PT.TELKOM give optimization solution to improve network performance based on eleven indicators with definite standardized value that called Key Performance Indicator (KPI). Optimization is implemented as en effort to achieve a better network performance, because based on drive test data, FWA's network performance in Cirebon has not met KPI's standard. By data analyzing, recommendation and implementation of hardware parameter changing to solve internal system problem, generally, better network performance has achieved after optimization has done, even though not all of indicators meet KPI standards. This is caused by the existence of some internal and external problems that could not eliminated at once, so that cause network performance could not meet all of standard value in KPI. At least after optimization has done, overall, FWA network performance in Cirebon improve better with wider coverage and drop call rate success to be pressed to average value 227%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veny Sesanria
"ABSTRAK
Perkembangan telekomunikasi yang sangat pesat menyebabkan
pertumbuhan jumlah pelanggan seluler terus meningkat sehingga trafik pun
meningkat namun ternyata tidak sebanding dengan cost dan power yang
dikeluarkan dan revenue yang diperoleh. Hal ini terjadi pada PT XYZ yang
merupakan salah satu operator telekomunikasi di Indonesia. Melihat kondisi
keuangan perusahaan saat ini, maka Tim Transmission Backbone harus jeli
menentukan teknologi yang akan digunakan untuk mereduksi CAPEX dan OPEX
sehingga bisa meningkatkan revenue. Di beberapa daerah di Sumatera saat ini
memiliki traffic demand yang besar. Selain itu juga adanya pertimbangan untuk
kebutuhan proteksi trafik skala besar di wilayah Sumatera. Namun jaringan
eksisting saat ini di dareag tersebut dan mayoritas Pulau Sumatera masih
menggunakan teknologi SDH dan traditional WDM sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan tersebut. Akibatnya diperlukan pembangunan jaringan
backbone optik baru dengan teknologi baru yaitu OTN yang dengan kelebihankelebihannya
dapat membantu kondisi keuangan perusahaan namun tetap
memperhatikan kelebihan dalam sisi teknisnya.
Laporan tesis ini menganalisa tingkat profitabilitas dan tingkat risiko
investasi implementasi teknologi OTN pada penyelenggaraan jaringan backbone
optik di beberapa daerah di Sumatera menggunakan metode Analisa Tekno
Ekonomi. Implementasi teknologi OTN pada penyelenggaraan jaringan backbone
optik diharapkan dapat mereduksi nilai CAPEX, OPEX, serta dapat meningkatkan
revenue namun tetap mempertimbangkan kualitas jaringan yang dibangun.
Parameter yang digunakan dalam tesis ini adalah First Installed Cost
(FIC), Life Cycle Cost (LCC), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), dan Payback Period (PBP). Untuk periode investasi 5 tahun, kelima
parameter tersebut mengindikasikan kerugian bagi perusahaan. Namun jika
periode investasi diperpanjang menjadi 10 tahun, maka memberikan indikasi
untung bagi perusahaan. Jika dibandingkan dengan teknologi traditional WDM,
maka teknologi OTN mengindikasikan hasil yang lebih baik yang ditunjukkan
oleh kelima parameter yang digunakan. Berdasarkan analisa risiko, dapat
disimpulkan bahwa NPV berbanding lurus dengan tarif layanan dan total trafik,
tetapi berbanding terbalik terhadap nilai tukar Dollar, nilai OPEX, dan discount
rate. Dapat dismipulkan juga bahwa PBP berbanding lurus tarif layanan dan total
trafik tetapi berbanding terbalik dengannilai tukar Dollar dan OPEX. Sedangkan
discount rate tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap PBP investasi.

ABSTRACT
Telecommunication development causes rapid growth in the number of
mobile subscribers continues to increas, so that traffic growth has increased too.
But the increased of traffic growth is not balance to the cost incurred and the
power and revenue earned. This occurs in PT XYZ which is one of
telecommunication operator in Indonesia. Looking at this company financial
condition now, then Transmission Backbone team should determine which
technology will be used to reduced CAPEX, OPEX buat can increase revenue
with also best quality in network performance. Today, in some areas in Sumatera
have large traffic demands. There is also consideration for the need of large-scale
traffic protection accross Sumatera area. However, the existing network in that
areas is still using SDH technology. And existing network in Sumatera area in
majority is also still using SDH and traditional WDM technology that cannot meet
those needs. Consequently, it is required the development of new optical
backbone network with new technology is that with the OTN strenghts can help
the company’s financial condition but still consider the advantages of the
technical side.
This thesis analyze profitability analyze the level of profitability and the
level of investment risk of OTN technology implementation in optical backbone
network development in several areas in Sumatera using Techno-Economic
analysis method. The implementation of OTN technology From this analysis, it
will be known whether the OTN technology in optical backbone network
development is expected to reduce CAPEX and OPEX, and also can improve
revenue, but still considering quality of network that is built.
Parameters that are used in this tesis are First Installed Cost (FIC), Life
Cycle Cost (LCC), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period (PBP). For investment period 5 years, all five parameters indicate
suffer a financial loss for company. However, if investment period is extended to
10 years, then all five parameters indicate profit for company. If it is compared
with traditional WDM technology, then OTN techonology indicates better result
that is showed from all five parameters. Based on the result of risk analysis, it can
be concluded that the sensitivity of NPV is proportional to the tariff and traffic,
but it is inversely related to Dollar exchange rate, OPEX, and discount rate. And it
also can be concluded that the sensitivity of PBP is propotional with tarif and
traffic, but is is inversly related to Dollar exchange rate and OPEX. But discount
rate not give any changes to PBP."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T39363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifin Djauhari
"Faktor kenyaringan suara dalam percakapan telepon merupakan faktor yang sangat penting dalam penentuan kualitas hubungan telepon. Hambatan yang dapat mengurangi nyaringnya suara atau level suara seperti redaman perlu diperhatikan dalam perencanaan teknis jaringan transmisi.
Alokasi redaman yang diuraikan pada naskah ini merupakan pendistribusian rugi-rugi (losses) transmisi diantara sederetan sirkit telekomunikasi, dimana untuk setiap sirkit internasional, nasional dan lokal harus memenuhi persyaratan transmisi yang telah direkomendasikan CCITT.
Pengalokasian redaman ini dususun sebagai modifikasi rekomendasi CCITT dan menjadi dasar perencanaan teknis (Fundamental Tehcnical Plan) transmisi di Indonesia yang mendefinisikan rencana transmisi dengan sasaran kualitas transmisi yang dihasilkan dan bagaimana cara mencapainya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>