Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128188 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Elizabeth Josephine
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tentang kompetensi komunikasi lintas budaya staf Sekretariat ASEAN Jakarta dalam menghadapi konflik lintas budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Informan utama merupakan staf ekspatriat dan lokal di Sekretariat ASEAN Jakarta. Sumber data diperoleh dari wawancara mendalam, pengamatan, dan dokumentasi. Secara keseluruhan hasil penelitian ini memperkuat keberadaan Model Dimensi Kompetensi Komunikasi Antarbudaya yang dikemukakan Chen dan Starosta (Turnomo, 2005). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa para staf memiliki sensitivitas budaya yang tinggi pada konteks sosial formal dalam menghadapi konflik lintas budaya. Penulis berharap keberadaan model komunikasi lintas budaya semakin berkembang di Indonesia.

This study aims to analyze the competence of intercultural communication of the ASEAN Secretariat's employees in dealing with intercultural conflict. This study uses qualitative descriptive approach and study case research. Key informants are expatriate and local employees at the ASEAN Secretariat. Data sources are retrieved from in-depth interview, observation and documentation. The finding indicates which principally reinforce the existence of Intercultural Competence Dimension Model of Chen and Starosta (Turnomo, 2005). The finding shows that the employees possess a high level of cultural sensitivity in the formal social context in dealing with intercultural conflict. The author hopes that the existence of the models of intercultural communication is growing in Indonesia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T31022
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga Maulana
"Penelitian ini menunjukkan bagaimana proses pembelajaran budaya di LPK Putra Maju Lembang, Jawa Barat. Penelitian ini berargumen bahwa proses pembelajaran budaya sudah dilakukan sejak masa pelatihan di Indonesia dan melatarbelakangi pembentukan kompetensi lintas budaya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi di antaranya pengamatan terlibat, pengumpulan data sekunder, dan wawancara mendalam kepada tujuh informan yang terdiri dari lima trainee dan dua sensei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran budaya dilakukan dengan cara memberikan materi nihonjijjou baik di dalam maupun luar kelas LPK Putra Maju Lembang. Strategi pembelajaran budaya menekankan kepada peran senpai, pensuasanaan tempat kerja, cerita kesuksesan senpai hingga musik dan film sebagai media pembelajaran. Proses pembelajaran budaya berdampak terhadap pembentukan kompetensi lintas budaya. Trainee mampu untuk mengidentifikasi dan menerima kebudayaan korporasi Jepang pada kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini menawarkan siklus pembelajaran budaya yang terjadi selama pelatihan trainee di Indonesia maupun di Jepang.

This study shows the cultural learning process at LPK Putra Maju Lembang, West Java. This study argues that the cultural learning process has been carried out since the training period in Indonesia and prompt the formation of intercultural competencies. This study used ethnographic methods, including participant observation, secondary data collection, and in-depth interviews with seven informants consisting of five trainees and two sensei. The results show that the cultural learning process was carried out by providing nihonjijjou materials both inside and outside of the LPK Putra Maju Lembang classes. The cultural learning strategies emphasize senpai's role, workplace atmosphere, senpai's success stories, also music and films as learning media. The cultural learning process has an impact on the formation of intercultural competencies. Trainees are able to identify and accept the Japanese corporate culture in their daily life. This study offers a cultural learning cycle that occurs during trainee training in Indonesia and Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerry Wahyu Dewatara
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi bagaimana pasangan courtship antar budaya beda agama dalam menegosiasikan identitas mereka. Di Indonesia, khususnya Jakarta, seseorang akan sering kali bertemu dan berinteraksi dengan seseorang yang mempunyai latar belakang yang berbeda, hasil dari meningkatnya aktivitas hubungan antar budaya adalah jatuh cinta dengan seseorang dari latar belakang budaya yang berbeda. Maka dari itu, seseorang yang jatuh cinta dengan seseorang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda akan menjumpai halangan pada perjalanan mereka, terutama penolakan dari lingkungan sosial. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah identitas seseorang dalam hal ini agama tidaklah selalu menjadi alasan penolakan dari lingkungan sosial mereka terutama keluarga, tetapi ada juga masalah status sosial ekonomi maka dari itu negosiasi identitas akan bergantung pada hal apa yang menjadi penolakan lingkungan sosial mereka.

This study aims to analyze and find out how intercultural interfaith couple negotiate their identities with each other. In Indonesia, especially Jakarta, someone will often meet and interact with other people who have different backgrounds, the result of increasing activities between intercultural relationships is falling in love with someone who has a different cultural background. Therefore, people who have a love relationship with someone who have different culture will encounter obstacles in their journey, especially resistance from the social environment. This study uses a constructivist paradigm with a qualitative research approach. The results of this study is, identity in this case religion is not always an obstacle for informants to proceed to the stage of marriage but there are other reason like social economy status that depends on informant famlily background. Therefore identity negotiation will depend on what is the reason behind the resistance of informant social environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T55186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Febriyani
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T52447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Diercie Dwyarie
"Artikel ini membahas gagasan lintas budaya yang dikemukakan dalam esai Place Cliche karya Jacques Godbout. Pemaparan artikel ini berpusat pada posisi narator-tokoh Aku yang berada di antara dua budaya. Pembahasan menunjukkan bagaimana konsep-konsep yang berhubungan dengan gagasan lintas budaya dikemukakan dalam teks, terutama dalam fokalisasi narator-tokoh Aku. Identitas narator-tokoh Aku yang berhubungan dengan kedua budaya diungkap melalui simbol-simbol yang merepresentasikan kedua budaya itu. Budaya Prancis dan Amerika yang menjadi bagian dari lintas budaya dihadirkan dalam stereotip-stereotip yang diungkapkan melalui fokalisasi tokoh dan struktur teks. Gagasan lintas budaya seperti identitas hibrid dan identitas in-between akan ditemukan dalam konstuksi identitas narator. Keberadaan unsur-unsur budaya tersebut menjadi landasan pembentukan identitas hibrid narator-tokoh Aku. Identitas in-between narator-tokoh Aku terbentuk dari adanya budaya Prancis dan Amerika. Identitas hibrid yang dimiliki narator-tokoh Aku membentuk identitas Quebec (Quebecois). Hal-hal tersebut diperoleh dari teori cultural studies yang dikemukakan Homi K. Bhabha dan Stuart Hall. Metode yang digunakan untuk mengungkap hal-hal tersebut adalah metode kualitatif dengan teori Analisis Wacana Kritis oleh Teun Van Dijk dan semiologi oleh Rolland Barthes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Arianto
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan program intervensi untuk
mengatasi masalah konflik lintas budaya antara karyawan yang terjadi di
organisasi. Penelitian ini mengunakan metode action research dalam melakukan
diagnosis dan rencana tindakan/intervensi. Hasil penelitian membuktikan bahwa
konflik terjadi disebabkan karena rendahnya kecerdasan budaya karyawan.
Berdasarkan hal tersebut maka dirancang intervensi berupa program pelatihan dan
pengembangan kecerdasan budaya karyawan baik melalui pelatihan di kelas
maupun pengembangan melalui proses belajar dari pengalaman (experiential
learning).

ABSTRACT
The aim of the study is to develop an intervention program to manage intercultural
conflict among staff within organization. This study using action research model
to diagnosis problem and propose an intervention. The study prove that the
conflict happened resulted from the gaps of staff's cultural intelligence. Based on
that we develop a training and development program to improve staff cultural
intelligence both by class room training and experiential learning program."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzanah Fauzan El Muhammady
"Penelitian ini dilakukan di wilayah Pasar Mayestik Jakarta Selatan dan dipilih sebagai lokasi penelitian karena terdiri dari para kaum pedagang yang berasal dari berbagai multietnik yang mana sehari-harinya mereka sering melakukan kontak budaya dan telah lama berjualan secara turun-temurun serta dapat hidup berdampingan secara damai dengan pedagang lain yang berbeda budaya.
Penelitian ini berangkat dari permasalahan bagaimana tingkat kompetensi komunikasi antarbudaya kaum pedagang di Pasar Mayestik, yakni kaum pedagang yang berasal dari etnis Padang dan pedagang etnis Sunda dalam menjalani proses interaksi, dan bagaimana pengaruh budaya asli mampu mempengaruhi pengaktualisasian kompetensinya dalam menjalani aktifitas sehari-hari di Pasar Mayestik tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi gambaran secara mendalam bagaimana tingkat kemampuan atau kompetensi kaum pedagang Pasar Mayestik khususnya etnis Padang dan etnis Sunda dalam mengaktualisasikan perilaku komunikasi antarbudayanya dalam berinteraksi, dan bagaimana peran budaya asli sangat mampengaruhi perilaku komunikasinya.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan komunikasi antarbudaya dalam lingkup penelitian berupa ideographic yang mencari "a truth"(kebenaran) dari objek penelitian dan menggunakan metode kualitatf yang berupa studi kasus. Sedangkan teknik pengumpulan datanya adalah dengan mengumpulkan bahan-bahan tertulis yang relevan dengan judul penelitian, menggunakan teknik wawancara, dan pengamatan dalam versi aliran interaksonisme. Adapun populasi penelitian ini adalah para informan pedagang yang berasal dari etnis yang mendominasi wilayah Pasar Mayestik yakni etnis Padang dan Sunda yang dipilih berdasarkan kriteria penilaian kualitas penelitian dan paradigma konstruktivistis, di mana tingkat kualitas kebenaran (validity) dan kepercayaan (reliability) penelitian ini menggunakan dasar kriteria "trustworthiness" (tingkat nilai kepercayaan) dan "authenticity' (keaslian).
Pada proses interaksi kaum pedagang etnis Padang dan pedagang etnis Sunda di Pasar Mayestik, terlihat suatu proses komunikasi antarbudaya yang cukup potensial. Meskipun dengan latar-belakang kultur yang berbeda dan dipengaruhi oleh faktor internal (motivasi, pengetahuan, dan keterampilan) dan faktor eksternal (Situasi lingkungan, posisi tempat berdagang, dan jenis barang dagangan), namun mereka mampu mengaktualisasikan kompetensi komunikasi antarbudayanya secara efektif (effectiveness) dan layak (appropriateness) sehingga mampu secara berdampingan hidup rukun dan damai dalam menciptakan hubungan sosial antar sesama pedagang lainnya hingga dalam kurun waktu yang cukup lama.
Dengan mengaktualisasikan kompetensi komunikasi antarbudaya yang mereka miliki baik itu dari segi tie affective process, the cognitive process, dan the behavioral process, maka secara tidak langsung mereka telah mampu mereduksi hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau konflik dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perbedaan yang timbul dari hasil hubungan interaksi yang terjadi antar sesama pedangang dengan secara baik pula.
Dan dengan kompetensi komunikasi antarbudaya tersebut mereka mampu memahami perbedaan-perbedaan yang muncul dan pertemuan berbagai kebiasaan dan perilaku yang mereka bawa dari kultur mereka masing-masing pada saat berinteraksi, dan kemudian menciptakan nuansa-nuansa baru dalam pola-pola komunikasi tertentu antar sesama mereka sehingga pola-pola tersebut dapat mereka pahami, akui, dan disepakati secara bersama-sama sehingga membentuk suatu keselarasan dalam berkomunikasi dalam menjalani aktifitas kehidupan interaksinya.

The research is performed in Pasar Mayestik area, a traditional market in South Jakarta. The merchants of Pasar Mayestik consist of multiethnic traders who have made daily cultural contact in merchandising activities for years. Although they come from different cultural background, the merchants have stayed side by side in the community.
Beside to measure the competency level of intercultural of intercultural communication between the Padangnesse and Sundanesse merchants, this research is aimed to find out the impact of original culture in competency actualization.
This is a descriptive research using intercultural communication approach in ideographic scope. Data gathering techniques case study chosen for the research are: interview and observation. The population of the research are the Pasar Mayestik merchants coming from dominant ethnics; Padangnesse and Sundanesse. These ethnics is selected based on validity and reability level using criterion "trustworthiness" and "authenticity".
Intercultural communication between Padangnesse and Sundanesse merchants in Pasar Mayestik have been running effectively. The differences between these ethnics such as internal factors (motivation, knowledge, and skills) and external factors (environment, position, and merchandising goods) can be reduced significantly so that they can form an effective communication.
By actualizing the competency of intercultural communication through the effective process, the cognitive process and the behavioral process, these merchants can prevent the potential conflict. Furthermore, they can create a unity in difersity among the merchants come from various culture in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karunia Khairunnisa
"ABSTRAK
Berdiri dan berkembangnya perusahaan startup multikultural membuat komunikasi antarbudaya dalam konteks tempat kerja tidak terelakkan. Penelitian kualitatif dengan tipe studi kasus empiris ini bertujuan untuk memahami pengalaman adaptasi dalam komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh karyawan asal Chengdu pada salah satu perusahaan startup di Jakarta dan bagaimana pengalaman adaptasi tersebut berperan dalam pembentukan budaya organisasi yang ada. Dalam studi ini ditemukan bahwa terdapat suatu pola adaptasi yang terbentuk dan berperan penting dalam pembentukan budaya organisasi; dan dengannya pula karyawan asal Chengdu berhasil melakukan proses adaptasi guna menjalankan pekerjaannya dan mencapai tujuan perusahaan.


The establishment and growth of multicultural startup company urge intercultural communication in work place context becomes inevitable. This qualitative research uses empirical case study attempts to comprehend the adaptation experience within intercultural communication that applies to Chengdu employee in a startup company in Jakarta and how the adaptation experience is taking role in order to form the existent organization culture. The study shows the pattern of adaptation and its significance in forming organization culture; within the adaptation pattern, Chengdu employee succeeding the adaptation process to run their job well and achieve the company goals.

"
2019
T52538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Eko Wicaksono
"ABSTRAK
Kompetensi komunikasi antarbudaya diartikan sebagai suatu kesan bahwa
perilaku dalam suatu interaksi itu efektif dan layak dalam konteks yang ada. Suatu
interaksi dikatakan efektif dan layak selama tujuan atau hasil yang diharapkan dapat
terpenuhi dengan pengorbanan yang relatif rendah dan dilakukan dengan cara-cara
yang selaras dengan nilai, norma, dan ekspektasi dari suatu hubungan. Kompetensi
komunikasi antarbudaya relevan untuk dibicarakan, terutama bagi pemeriksa BPK,
karena mereka sering berinteraksi dengan terperiksa yang memiliki latar belakang
budaya yang berbeda dengan dirinya. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
gambaran mengenai bagaimana kompetensi komunikasi antarbudaya yang dimiliki
oleh pemeriksa BPK, khususnya mereka yang bertugas di Kantor Perwakilan BPK
Provinsi Jawa Timur, ketika melakukan interaksi dan komunikasi dengan terperiksa
yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sampang pada kegiatan pemeriksaan
terinci atas LKPD TA 2015.
Menggunakan strategi studi kasus dan pendekatan kualitatif dengan paradigma
interpretif, penelitian ini meminjam teori atau model kompetensi komunikasi
antarbudaya Brian H. Spitzberg untuk memperoleh pemahaman tentang tema yang
dikaji. Penelitian ini menemukan bahwa, dalam konteks kegiatan pemeriksaan
sebagai tempat kerja atau workplace, pemeriksa BPK telah memiliki motivasi,
pengetahuan dan keterampilan yang efektif dan layak. Kesimpulan ini diperkuat oleh
penilaian terperiksa yang menganggap interaksinya dengan pemeriksa BPK selama
ini telah berjalan dengan layak sehingga hubungan diantara keduanya pun, baik
sebelum ataupun setelah interaksi terjadi, selalu berjalan dengan baik

ABSTRACT
Intercultural communication competence is considered broadly as an
impression that behavior is appropriate and effective in a given context. An
interaction considered to be effective and appropriate as long as the valued goal or
rewards can be accomplished at the minimum costs or alternatives and doing so in an
appropriate manner, based on values, norms, and expectations of a relationship. An
intercultural communication competence is a competence that has relevancy with the
nature of the job of the BPK auditors because they usually interact with an auditee
that culturally has a different background with them. This research is expected to
give a broad picture about how the intercultural communication competence of the
BPK auditors, especially the ones who work in The East Java Representative Office
of BPK, when they are interacting and communicating with the auditee in Sampang
regency, as part of audit work on a local government financial statement of fiscal
year 2015.
Using a case study as a research strategy and a qualitative approach with an
interpretive paradigm, this research elaborate the theme of the study using the Brian
H. Spitzberg?s Model of Intercultural Competence to get an understanding about it.
Later, this research found that, in a given context, the auditors of BPK already have
an effective and appropriate motivation, knowledge, and skills. This conclusion is
being strengthened with the auditee judgmenet that considered his relationship with
the BPK auditors, before or after the interaction took place, has always been good."
2016
T45627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Yuanita
"Ekspatriat yang bekerja di Jakarta dituntut untuk memiliki kemampuan beradaptasi dan mengatasi hambatan antarbudaya agar dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik. Keberhasilan adaptasi ini adakalanya membuat ekspatriat menjadikan dirinya culture broker yang menjembatani interaksi antarbudaya dari dua budaya yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan proses adaptasi dan mengidentifikasi kompetensi antarbudaya para ekspatriat industri hulu migas di Jakarta. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif penelitian ini melakukan wawancara terhadap lima subjek penelitian. Kelima subjek dipilih menggunakan metode purposive recruitment dengan pertimbangan tertentu (deliberate) dan juga bersifat luwes (flexible). Hasil penelitian menemukan bahwa tidak semua ekspatriat di Jakarta mengalami culture shock, namun pada akhirnya semua ekspatriat mencapai akulturasi yang ditandai dengan merasa betah bekerja di Jakarta. Keberhasilan adaptasi antarbudaya ini menghasilkan kompetensi antarbudaya yang membuat ekspatriat ada yang mengambil peran sebagai culture broker. Culture broker di Jakarta secara spesifik memiliki ciri-ciri yaitu bilingual, bikultural, multikultural, tertarik pada budaya tuan rumah, yakin bahwa budaya tuan rumah memiliki nilai-nilai khusus, mau mendengarkan pekerja tuan rumah dan mencintai negara tuan rumah. Sebagai catatan tambahan, mereka harus juga memiliki posisi dengan wewenang tertentu secara hierarki dalam organisasi perusahaan (misalnya merupakan pimpinan selevel manajer) untuk dapat menegaskan pengaruh dalam komunikasi walaupun perannya sebagai culture broker dijalani secara kasual dan informal.

Expatriates who work in Jakarta are required to have the abilities to adapt and to overcome intercultural barriers in order to carry out their duties properly. The successful adaptation most likely nurtures expatriates into culture brokers that bridges intercultural interaction of two different cultures. This study aims to describe the process of intercultural adaptation and identify the intercultural competence of expatriates in the upstream oil and gas industry in Jakarta. By using an exploratory qualitative approach, this study convey in-depth interview to five of research subjects It selects five subjects using purposive recruitment with certain considerations (deliberate) and flexibilities. The result of the study states that not all expatriates experienced culture shock, however all expatriates managed to get through culture shock and completed acculturation to the level of enjoying their assignments in Jakarta. This success also allows expatriates to obtain good cultural competencies and take the role as culture brokers. Culture brokers in Jakarta have shown special characteristics, namely being bicultural, bilingual, multicultural, have a high interest to host country’s culture, certain that host country culture has special values, willing to listen the locals employee, and developed a love towards the host country. As an additional note, they must have positions with certain hierarchical authority in the corporate organizations (i.e. leaders at the manager level) to be able to assert impacts in communication even though their role as culture brokers is carried out casually and informally."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>