Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149565 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bastendy
"Sarana transportasi memiliki peran penting dalam menunjang kehidupan manusia.. Pemerintah dan/atau swasta menyediakan sarana transportasi umum guna mempermudah aktifitas masyarakat. Keamanan, kenyamanan dan keselamatan terhadap diri pribadi penumpang transportasi umum dan harta benda yang dibawa oleh konsumen pengguna jasa transportasi umum kurang mendapat perhatian penyedia jasa transportasi umum. Perusahaan Penerbangan sebagai pelaku usaha tidak jarang melalaikan tugasnya dalam melakukan pengangkutan udara. Tidak adanya kejelasan informasi mengenai ganti rugi yang dilakukan oleh perusahaan penerbangan terhadap hilangnya barang bagasi penumpang angkutan udara dan nilai ganti kerugian yang ditetapkan sepihak oleh pelaku usaha penerbangan membuat konsumen pengguna jasa penerbangan sangat dirugikan. Pelaku usaha penerbangan haruslah bertanggung jawab atas kerugian yang dialami penumpang angkutan udara berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Penerbangan.

Means of transport has an important role in supporting human life. Government and/or private provide public transport facilities in order to facilitate community activities. Security, comfort, and safety of personal public transport passengers and its property are less attention from the public transport service providers. Many airlines have derelict their duties in air transporting. No clear information about passanger compensation in missing baggage and uniletary determined compensation by airlines was handicapped passangers. Airlines must be liable for damages suffered by passangers under the Consumer Protection Act and Aviation Act."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S25144
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Budi Utomo
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang ketentuan-ketentuan didalam peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah perlindungan konsumen dalam hal ini penumpang pesawat dan tanggung jawab pelaku usaha yaitu perusahaan penerbangan terhadap kasus kehilangan barang bagasi tercatat yang menjadi tanggung jawab perusahaan penerbangan. Dasar hukum Undang - undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen , Undang - undang No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara. Hubungan hukum antara pelaku usaha atau perusahaan jasa penerbangan dan konsumen atau penumpang dituangkan ke dalam bentuk tiket yang klausuinya sudah ditentukan oleh pelaku usaha dan pihak penumpang harus menyetujui terhadap isi perjanjian tersebut. Didalam tiket juga tercantum bahwa penumpang dianggap telah mengerti, membaca dan menyetujui perjanjian yang tercantum dalam tiket. Klausul eksoneris ini sangat membatasi tanggung jawab pelaku usaha jasa penerbangan dan dapat merugikan konsumen atau penumpang. Walaupun secara normatif telah terlindungi, tetapi pada kenyataannya masih banyak dijumpai keluhan dari penumpang. Permasalahan yang muncul adalah bahwa klausul yang tercantum di dalam tiket ini sangat merugikan penumpang apabila terjadi bentuk kasus yang menyangkut kerugian penumpang. Salah satunya adalah terjadinya bagasi penumpang tercatat yang terlambat yaitu tidak datang bersamaan dengan penumpang, barang yang hilang atau barang yang rusak. Penumpang tidak pernah terpuaskan hak-haknya apabila terjadi kasus seperti au. Hal - hal yang menjadi ketidakpuasan penumpang adalah penumpang diminta menunggu oleh perusahaan jasa penerbangan untuk mencari barang sampai Batas waktu yang tidak ditentukan, nilai barang yang menjadi ganti rugi atau kompensasi pelaku usaha tidak sesuai dengan nilai ganti rugi sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku. Kehilangan dan keterlambatan barang sudah diatur pertanggungjawabannya sesuai dengan Undang - undang No. 15 Tahun 1992 tentang penerbangan dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1995 tentang angkutan udara serta Undang - undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Penumpang dalam posisi yang lemah karena terikat perjanjian baku seperti tersebut dalam tiket dan terdapat klausul eksoneris yang membatasi tanggung jawab pelaku usaha serta adanya beberapa pasal Undang - undang No. 15 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1995 yang tidak tercantum dalam tiket yang merugikan maka dalam penelitian ini akan dilakukan kajian hubungan pasal - pasal yang termaktub dalam ketentuan tersebut dengan perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha penerbangan."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
T18469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Mulyana
"Perusahaan penerbangan selaku pengangkut memiliki tanggung jawab terhadap penumpang dikarenakan adanya hubungan kontraktual yang terjadi diantara mereka, yaitu melalui perjanjian pengangkutan yang dituangkan ke dalam tiket. Namun, kadang kala dalam melaksanakan kewajibannya tersebut, perusahaan penerbangan tidak terlepas dari adanya kelalaian-kelalaian, seperti hilang atau musnahnya barang bagasi. Hukum perdata mengenal dua jenis tanggung jawab, yaitu tanggung jawab berdasarkan wanprestasi dan tanggung jawab berdasarkan perbuatan melawan hukum. Dalam penulisan ini, Penulis mencoba menganalisa kasus gugatan perbuatan melawan hukum mengenai hilangnya barang bagasi antara Eunike Mega Apriliany selaku Penggugat melawan PT. Garuda Indonesia selaku Tergugat. Dalam kasus ini, Penggugat menggugat Tergugat dikarenakan barang bagasi Penggugat hilang dan di dalamnya terdapat barang-barang seharga $ 6.862 US. Majelis Hakim Pengadilan Negeri memutus Tergugat bersalah melakukan perbuatan wanprestasi dan menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi $ 3.556 US. Majelis Hakim pada tingkat banding dan kasasi menguatkan putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri. Majelis Hakim Pengadilan Negeri berpendapat bahwa Tergugat telah lalai dalam melaksanakan kewajibannya berdasarkan hubungan kontraktual, oleh karena itu Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi dan harus membayar ganti rugi kepada Penggugat. Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatoris. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif.

Airlines as a carrier have a responsibility toward passengers due to contractual relationships that occur between them through carriage agreements settled on the ticket. However,in carrying out these duties airlines are sometimes negligent.These negligence include loss or destruction of the passengers’ baggage. Civil law recognizes two types of liabilities, which are responsibility by default and liability under tort. In this paper, the author tries to analyze the case of tort lawsuit regarding the loss of baggage between Eunike Mega Apriliany as Plaintiff against PT. Garuda Indonesia as the Defendant. In this case, the Plaintiff sued the Defendant because the Plaintiff lost her baggage and included items costing $ 6,862 US. Assembly District Court Judge decided that the Defendant was guilty of breach of contract and orderedthe Defendant to pay damages of$ 3,556 US. The judges on appeal and cassation upheld the ruling Council of District Court Judges. The Judges of the District Court found that the Defendant was negligent in performing its obligations under the contractual relationship. Therefore,the Defendant committed a breach of contract and should pay damages to the Plaintiff. This research is explanatory and based on literature studies.The type of data used is secondary data. The data collection tool used is the study of documents. The data analysis methods used are qualitative methods."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S54483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Astrella
"Sarana transportasi sebagai sarana penghubung antar wilayah memiliki peran penting bagi masyarakat, khususnya di Indonesia. Seiring dengan peningkatan penggunaan jasa angkutan udara, muncul masalah perihal keamanan, keselamatan, dan kenyamanan pengguna jasa penerbangan sebagai konsumen yang merupakan akibat dari kurangnya perhatian perusahaan penyedia jasa penerbangan terhadap kualitas dari pelayanannya. Hal tersebut menimbulkan resiko-resiko dalam menggunakan angkutan udara yang mungkin akan diterima oleh konsumen. Kelalaian konsumen yang seringkali hanya menuntut hak dan lupa untuk menjalankan kewajibannya sebagai konsumen juga meningkatan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Kurangnya kejelasan informasi mengenai tanggung jawab perusahaan penerbangan sebagai pelaku usaha serta perihal ganti rugi terhadap kerugian barang bawaan penumpang membuat konsumen dirugikan. Pelaku usaha penerbangan seharusnya bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh penumpang angkutan udara berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

Transportation holds an important role in society for connecting the region in a country, especially in Indonesia. Along with the increasing number of air transportation services comsumption, some problem related with the security, safety and comfort for the passangers emerging as well. These issues occur since the flight company unconcern with their services quality. Hence, there are some risk in using air transportation for the cunsumers. In the other hand, the consumer neligence towards the regulation also the sourse of increasing risks. The lack of information about the corporate responsibility regarding reimbursement for lost passenger luggage harms the consumers. Supposedly, based on the consumer protection law and legislation, the flight company must be responsible for any consumers’ losses.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S46559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Marimbun Tania
"Dewasa ini kepercayaan masyarakat untuk meggunakan jasa angkutan udara semakin bertambah, hal tersebut dapat dibuktikan melalui munculnya beberapa maskapai penerbangan baru serta bertambahnya jadwal penerbangan domestik maupun internasional. Dalam perjanjian pengangkutan udara yang dilakukan oleh PT. Merpati Nusantara Airlines (PT. MNA), diambil beberapa pokok permasalahan seperti, apa hak dan kewajiban para pihak, apakah perjanjian yang dibuat secara standar baku telah sesuai dengan hukum pengangkutan udara yang berlaku, prinsip pembebanan resiko dan tanggung jawab dan upaya penyelesaian yang dapat dilaKukan apabila terjadi pelanggaran perjanjian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan secara eskriktif dan kualitatif, maka diketahui bahwa hak dan kewajiban para pihak timbul secara timbal balik berdasarkan hukum pengangkutan dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Perjanjian yang dibuat secara standar baku oleh PT. MNA telah sesuai dengan hukum pengangkutan yang berlaku yang dibuktikan melalui dokumen pengangkutan udara yang dikeluarkannya. Prinsip pembebanan resiko dan tanggung jawab dalam peristiwa pengangkutan udara adalah berdasarkan Presumption of Liability dan Fault Liability yang dianut oleh hukum pengangkutan Indonesia. Apabila terjadi pelanggaran perjanjian pengangkutan, maka upaya yang pertama kali dilakukan adalah melalui jalan damai antara para pihak, jika menghadapi jalan buntu baru diajukan ke pengadilan yang berwenang."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
S21128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Wirawan
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S25100
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lumban Toruan, Ronald
"Pengangkutan udara adalah salah satu faktor penting dari kekuatan negara di ruang udara yang tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga untuk mempersatukan bangsa dalam pengertian politis, sebagai sarana untuk membantu efektifitas pemerintahan serta pendorong lajunya pembangunan.
Transportasi udara semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan manusia yang selalu berkembang. Hal ini tentu saja membawa konsekwensi dibutuhkannya peraturan tentang pengangkutan udara yang sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Hukum pengangkutan udara merupakan lapangan hukum Baru yang perkembangnnya dimulai sekitar tahun sebelum dan sesudah perang dunia II. Khusus di Indonesia lapangan hukum ini kurang mendapat perhatian dibandingkan lapangan hukum lainnya. Hal ini dapat dilihat dari langkanya bahan bacaan dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah penerbangan atau pengangkutan udara yang dihasilkan ahli hukum Indonesia.
Bertitik tolak pada kenyataan tersebut, maka hukum pengangkutan udara merupakan suatu obyek yang menarik untuk diteliti. Selain itu karena sifat-sifatnya yang khusus sehubungan dengan adanya perkembangan yang pesat di bidang penerbangan dan kebutuhan masyarakat akan jasa angkutan udara semakin meningkat.
Atas dasar kenyataan-kenyataan tersebut, maka penulis terdorong untuk mempelajari serta mengadakan penelitian dalam bidang hukum pengangkutan udara, dengan mengambil salah satu aspek panting yakni ganti kerugian. Dengan demikian kiranya cukup beralasan kalau penulis memilih judul "Perlindungan Konsumen Terhadap Pengguna Jasa Pengangkutan Udara di Indonesia (Khususnya Masalah Ganti Rugi)".
Dalam pelaksanaan pengangkutan udara, masalah ganti kerugian merupakan salah satu aspek penting bagi pihak yang mengalami kerugian akibat dari kegiatan pengangkut. Ganti kerugian tersebut diberikan kepada pengguna jasa angkutan udara atau ahli warisnya dan pihak ketiga yang menderita kerugian sebagai akibat dan pengoperasian pesawat udara. Dari uraian sebelumnya penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana proses penyelesaian ganti kerugian dalam pengangkutan udara di Indonesia ?.
Pelaksanaan ganti kerugian dalam pengangkutan udara di Indonesia, prosesnya diawali dengan adanya tuntutan dari penumpang dan pengirim barang yang mengalami kerugian terhadap pengangkut. Kemudian pengangkut mempelajari dan mempertimbangkan tuntutan ganti kerugian tersebut untuk selanjutnya menetapkan besarnya jumlah ganti kerugian."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004
T18962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maramis, Eddy; Syahnun
"ABSTRAK
Salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan adalah
harga. Tidaklah tnudah untuk menetapkan suatu strategi penentuan barga. Kesalahan umum
yang sering teiadi adalah: penetapan harga yang terlalu berorientasi kepada biaya sehingga
untuk beberapa produk tertentu, misalnya jasa angkutan penumpang udara untuk kelas
ekonomi, dapat mengakibatkan harganya diluar jangkauan segmen pasar kelas ekonomi
sehingga kurang laku di pasar. Atau harga yang terlalu rendah jauh dibawah titik pulang
pokok bahkan tidak clapat menutup biaya marjinal yang timbul karena terlalu berorientasi
kepada pasar akan mengakibatkan kerugian yang dialami paling tidak untuk jangka pendek.
Kebijakan barga juga dapat merupakan saLah satu senjata yang tersedia bagi manajer
untuk bersaing, misalnya: strategi harga promosi untuk produk baru, dan strategi harga untuk
bauran produk berdasarkan produk uni, diferensiasi, dan lain-lain.
Penentuan harga dalam jasa angkutan penumpang udara selain dipengaruhi oleh faktor
internal perusahaan, juga sangat dipengaruhi oleh fakior eksternal yaitu IATA (International
Air Transport Association) sebagai badan dunia yang diberikan wewenang mengkoordinasikan
penetapan tarip internasional, pemerintah dengan wewenang persetujuannya (approval) yang
dimilikinya agar suatu tarip dapat dinyatakan berlaku, dan kondisi pasar serta persaingan yang
ada.
Didalam perulisan karya akhir ini, dibahas mengenai strategi penetapan harga jasa
angkutan penumpang udara pada pasar regional. Dan pasar regional yang dipilih adalab rute
Jakarta - Singapura pulang-pergi dengan mengambil studi kasus di PT Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia sebagai national carrier Indonesia, dipilib disini karena sumber
permintaan pasar Jakarta - Singapura adalab berasal clad Indonesia dan Garuda Indonesia
menguasal pangsa pasar yang terbesar, yaitu mencapai 36%. Disamping itu, yang menarik
adalah Garuda Indonesia sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga mempunyai misi
yang agak berbeda dengan penerbangan internasional lainnya pada sektor tersebut, yaitu
melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintab di bidang pembangunan dan
ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa perigangkutan udara dan bidang
Lainnya yang terkait. Sehingga nampaknya tidak terlalu berorientasi pada bisnis karena misi
yang diembannya tersebut.
Lingkup strategi penetapan barga yang dibahas dalam karya akhir ini dibatasi hanya
pada: identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi; kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki seperti penguasaan pangsa pasar, kualitas produk; analisis atas misi,
tujuan, strategi barga yang tepat; seda ramalan pasar, seperti open sky policy dan pemerintab
yang akan meningkatkan persaingan; dan kemungkinan kenaikan dan penurunan harga pasar.
Telab dilakukan analisa korelasi dan regresi terhadap data sejarab operasional Garuda
Indonesia dan STA pada tahun 1993 dan 1994 untuk rute Jakarta - Singapura pulang pergi
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Garuda Indonesia
seperti: strategi penetapan barga, pangsa pasar GA dan STA, dan nilai kurs dollar Singapura.
Ditemukan bahwa ada dua cara strategi barga, yaitu pertama dengan memberikan reduksi, dan
kedua dengan strategi menaikan harga, yang masing-masing berbeda untuk rute pergi dan
pulang.
Pada sektor Jakarta - Singapura, strategi barga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Ganada sebesar 11,7%, tetapi pangsa pasar naik sebesar 11,5%.
Sedangkan bila dilakukan strategi inenaikan barga, maka pendapatan Garucla akan tunan lebih
sedikit yaitu 7,9% tetapi pangsa pasar Garuda akan turun drastis 28%.
Pacla sektor Singapura - Jakarta, strategi barga dengan pemberian reduksi akan
menurunkan pendapatan Garuda sebesar 20,2% , tetapi pangsa pasar Garuda akan naik 8,3%.
Sedangkan dengan strategi menaikkan barga akan meningkatkan pendapatan sebesar 33,2%,
dan pangsa pasar juga akan naik sebesar 7,5%.
Dari temuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada pasar Jakarta -
Singapura sangat sensitif terhadap reduksi dan kenaikan barga. fiai ini cukup logis kareria
sebagian besar penumpang melakukan peijalanan pada rute tersebut untuk tujuan wisata.
Sedangkan pada pasar Singapura - Jakarta, tidak sensitif terhadap kenaikan barga, tetapi
sensitif terhadap penurunan harga.
Dengan mengetahui hat ini, maka strategi barga dapat dipilih berdasarkan obyektifitas
strategi bisnis Ganada dalam melakukan aictivitas usahanya. Jika obyektif strategi barga adalah
untuk tneningkatkan pendapatan maka pasar Jakarta- Singapura atau sebaliknya, dapat
dilakukan strategi kenaikan barga. Jika obyckiif dan strategi barga adalah untuk memperbesar
pangsa pasar, maka sebaiknya Garuda metakukan strategi reduksi barga untuk kedua pasar
tersebut.
Dengan memiliki pangsa pasar yang besar Ganada akan memiliki citra yang balk bagi
penumparig. Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaba berkelanjutan untuk jangka
panjang akan tercapal. Jadi keuntungan yang akan diperoleb Garuda adalah keuntungan untuk
jangka panjang bukan pada saat sekarang. Tetapi strategi harga reduksi oleh pesaing dan
mudahnya strategi ini ditiru oleh pesaing merupakan ancaman bagi Garuda. Oleh karena itu,
maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya melakukan strategi harga yang
terkait erat dengan differensiasi produknya. Dengan differensiasi produk dan tingkatan harga
yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat diharapkan Garuda akan mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
Salah satu strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan strategi harga
bundel (paket), yaitu harga gabungan tiket pesawat dengan jasa hotel dan kunjungan wisata
untuk memberikan kemudahan bagi kebutuhan konsumen, karena sebahagian besar konsumen
Jakarta-Singapura bertujuan untuk wisata termasuk dengan penerbangan lanjutan dan sebagian
dikombinasikari dengan bisnis.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>