Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160420 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fenny Etrawati
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara faktor psikososial dengan perilaku seksual berisiko pada siswa SMA/sederajat di Kabupaten Merauke (1364 responden). Hasil uji multivariabel menunjukkan perilaku seksual berisiko dipengaruhi oleh perilaku negatif peer group, self efficacy, kontrol orang tua dan keterpaparan program DAKU! sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual berisiko adalah perilaku negatif peer group. Oleh karena itu, disarankan untuk mengaktifkan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) guna memberikan keterampilan hidup (life skill), meningkatkan self efficacy remaja serta partisipasi aktif orang tua dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja sejak dini sebagai bentuk pengontrolan/langkah protektif terhadap perilaku seksual berisiko remaja.

The aim of this study is to prove the relationship between psychosocial determinant with sexual risk behavior among 1364 senior high school student in district of Merauke. The result of multivariable analysis indicated that sexual risk behavior was affected by negatif peer influence, self efficacy, parental controls and exposed by the DAKU! program then the most dominant factor affected to sexual risk behavior was negatif peer influence. Thus, it was suggested to activate UKBM in giving life skill, improving adolescent self efficacy and having parents participation in giving health reproductive information earlier to prevent sexual risk behavior among adolescent.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Junita Irianti
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Cross Sectional yang menganalisis lanjut data sekunder Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia tahun 2011. Lokasi penelitian di Kota Sorong dengan populasi penelitian seluruh siswa SMA/Sederajat di Kota Sorong pada tahun 2011 dan menggunakan total sampel pada survei yang berjumlah 403 orang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku seksual berisiko remaja pada siswa SMA/Sederajat di Kota Sorong, Papua Barat tahun 2011dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 40% remaja siswa SMU/Sederajat di Kota Sorong, Papua Barat tahun 2011 yang melakukan perilaku seksual berisiko tinggi, dimana 16.6% telah melakukan hubungan seksual melalui vagina. Pada analisis bivariat diperoleh variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko remaja di Kota Sorong tahun 2011 adalah jenis kelamin, umur dan konsumsi minumal beralkohol. Variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko remaja adalah konsumsi minuman beralkohol dengan OR 6.141 (95% CI : 3.396-11.105) setelah dikontrol oleh jenis kelamin.

This study is a descriptive analytic study used a quantitative approach with crosssectional design. The analysis was performed on the secondary data obtained from the National Survey of Developments Abuse and Illicit Drugs in Senior High School Students and College Students in Indonesia in 2011. Research location in Sorong in 2011 using total sample size amounting to 403 respondents senior high school/equivalent student. The purpose of the study is to get a description of adolescent sexual behavior at risk in Sorong, West Papua in 2011 and it's affecting factors.
The results showed that 40% of respondents have high-risk sexual behavior, where 16.6% vaginal intercourse. In bivariate analyzes, derived variables related to adolescent sexual behavior at risk in Sorong in 2011 are gender, age and alcohol consumption. The most dominant factor is the consumption of alcohol beverages with OR 6, 141 (95% CI: 3, 396-11, 105) after controlled by gender.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Etrawati
"Adolescents aged 10-24 years old are susceptible group to premarital sex, drugs abuse, and HIV/AIDS infection. Papua is the largest contributor to AIDS/HIV
number in Indonesia. To overcome such problem, Rutgers WPF formed Dunia Remajaku Seru! (DAKU!), an intervention program aimed towards adolescent
reproductive health at senior high school level. This study aimed to determine psychosocial determinants of risky sexual behavior among senior high school
students in Merauke District through cross-sectional approach. The sample included 1,364 second grade students that took the DAKU! program and pairing
was conducted with students from schools that did not take the DAKU! program. Data analyses included univariate analysis, bivariate (chi square test) and
multivariate (logistic regression test). Results showed that variables significantly related to adolescent risky sexual behavior were peer group with negative
behavior, self-efficacy, parental control, exposure to DAKU! program and sex. Meanwhile, based on multivariate analysis, peer group with negative behavior
(RP = 4.7 CI = 2.8 - 7.7) was the most dominant factor influencing risky sexual behavior.
Remaja usia 10-24 tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap perilaku seksual pranikah, penyalahgunaan narkoba dan infeksi HIV/AIDS. Papua merupakan
penyumbang angka HIV/AIDS terbesar di Indonesia. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut Rutgers WPF membentuk suatu program intervensi
kesehatan reproduksi remaja di tingkat sekolah menengah atas (SMA) yakni program Dunia Remajaku Seru! (DAKU!). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
determinan psikososial perilaku seksual berisiko pada siswa SMA di Kabupaten Merauke dengan menggunakan pendekatan potong lintang. Sampel
berjumlah 1.364 siswa SMA kelas dua yang mendapatkan program DAKU! dan dilakukan proses pencocokan pada sekolah yang tidak mendapat program
DAKU!. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat (uji kai kuadrat) dan multivariat (uji regresi logistik). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang
signifikan berhubungan dengan perilaku seksual berisiko remaja adalah kelompok teman sebaya dengan perilaku negatif, efikasi diri, kontrol orangtua, keterpaparan
dengan program DAKU! dan jenis kelamin. Sedangkan berdasarkan hasil analisis multivariat, kelompok teman sebaya dengan perilaku negatif (RP
= 4.7 CI = 2.8 - 7.7) merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi perilaku seksual berisiko."
Palembang; Jakarta: Sriwijaya University, Palembang, Indonesia, Public Health Faculty, Health Promotion Department, 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Wulan
"Nama : Widya Ratna WulanProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Determinan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Tunagrahitadi Sekolah Luar Biasa Kabupaten Semarang Tahun 2018Pembimbing : Dr. Dian Ayubi S.KM, M.QIHKehamilan tidak diinginkan dan pelecehan seksual pada remaja tunagrahita akibatperilaku seksual berisiko dilaporkan masih terjadi di Kabupaten Semarang sebesar55,6 . Sekitar 25 penduduk Kabupaten Semarang adalah remaja usia 10-24 tahundengan jenis ketunaan terbesar adalah tunagrahita sehingga mempengaruhi risikotingginya perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita.Tujuan penelitian ini adalahmengetahui determinan perilaku seksual berisiko pada remaja tunagrahita di SekolahLuar Biasa Kabupaten Semarang Tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif dengan desain cross sectiona lyang dilakukan di Kabupaten Semarang. Datadikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner pada 82 siswa-siswiremaja tunagrahita di 5 sekolah luar biasa tunagrahita. Data dianalisis menggunakan ujiregresi logistik sederhana dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menemukan43,9 siswa-siswi memiliki perilaku seksual berisiko tinggi dengan nilai median 80,0 skala 100 . Variabel pengetahuan p=0,001 , peran guru p=0,001 , dan self-efficacy p=0,017 dengan p-value

ABSTRACTName Widya Ratna WulanStudy Program Public Health ScienceTitle Determinant of Sexual Behavior Among Intellectual DisabilityAdolescents in Special School, Semarang Regency, 2018Counsellor Dr. Dian Ayubi S.KM, M.QIHThe sexual behavior that leads to unwanted pregnancy and sexual abuse amongintellectual disability adolescents occured in Semarang Regency of 55.6 due to lack ofsexual health knowledge and information. Approximately 25 of Semarang Regencypopulation is adolescents aged 10 24 years with the largest intellectual disability so thataffect the high risk sexual behavior among intellectual disability adolescents. This studyaimed to determine the determinant of sexual behavior among intellectual disabilityadolescents in Special School Semarang Regency 2018. This study was a quantitativestudy with cross sectional design conducted in Semarang regency. Data were collectedby interview using questionnaires on 82 intellectual disability adolescent students in 5special schools. Data were analyzed using simple logistic regression and multiplelogistic regression test. The results found 43.9 of students who had high risk sexualbehavior with a median value of 80.0 scale 100 . The analysis result proved thatknowledge p 0,001 , teacher role p 0,001 , and self efficacy p 0,017 yieldingp value.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rimawati
"Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi risiko kesehatan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perilaku seksual berisiko remaja dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhinya di Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri Kelas X dan XI di Kota Bengkulu Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 693 orang siswa dari Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri yang terpilih sebagai sampel penelitian ini. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Gambaran perilaku seksual remaja ditemukan sebanyak 5,3% remaja mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Hasil analisis menunjukkan bahwa niat remaja untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah, teman sebaya dan sikap remaja terhadap seksualitas memiliki hubungan dengan perilaku seksual berisiko yang dilakukan remaja (p value < α). Disarankan adanya kerjasama antara instansi pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi, khususnya layanan informasi, edukasi dan konseling yang turut melibatkan remaja secara langsung dalam program yang ramah remaja.

Adolescence is characterized by growth, change, the emergence of a variety of opportunities and often run the risk of reproductive health. This study was conducted to see the picture of adolescent risky sexual behavior and the factors that associated with in Three Public High School Grade X and XI in Bengkulu City in 2013. This study uses cross-sectional design with a sample size of 693 students from Three Public Senior High Schools that were selected as the study sample. Collecting data in this study using a structured questionnaire and was conducted in May 2013.
The result show that adolescents that engage with risky sexual behavior found as many as 5.3%. The results showed that adolescents intention to have sexual intercourse before marriage, peers and adolescent attitudes toward sexuality have relationships with adolescent risk sexual behavior (p value <α). The suggestion that could be given by this study is the collaboration between government agencies, schools, and communities to improve reproductive health services, especially information services, education and counseling that also directly involve youth in youth-friendly programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Munirah Bulqini
"Meskipun penelitian mengenai perilaku seksual remaja telah banyak dilakukan, namun gambaran perilaku seksual remaja di Kota Tasikmalaya belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada siswa SMA di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional (n = 373). Sebagian besar siswa berperilaku seksual risiko rendah (83,6%) sementara 16,4% siswa berperilaku seksual risiko tinggi. Variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah sikap, relijiusitas, komunikasi teman sebaya, jenis kelamin. Sedangkan variabel paling dominan adalah Sikap. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan program kesehatan reproduksi remaja sedini mungkin secara sinergi dan berkelanjutan.

Despite extensive research, little is known about the sexual behavior of adolescent high school students in 2013 Kota Tasikmalaya. The aim of this research is to establish a coherent understanding of sexual behavior among the adolescent. This research used a quantitative method with cross sectional design (n = 373). There were 83,6% students have low sexual behavior risk, while 16,4% students have high sexual behavior risk, in relation with variables such as: attitude,peer communication, gender and religious obedience.The most significant variable is attitude. It is imperative to encourage good partnership among stakeholders to initiate an adolescent reproductive health program synergically, sustainably and as imminent as possible."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Amelia
"Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian di SMA Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi dengan sampel 180 responden yang dipilih melalui simple random sampling. Tujuan penelitian adalah mengetahui determinan yang berpengaruh dan paling dominan terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Hasil penelitian menunjukkan adanya 34,4 remaja memiliki perilaku seksual pranikah dengan risiko tinggi yang diantaranya sekitar 33,9 telah melakukan cium bibir, 16,1 cium leher sampai dada, 13,3 meraba area sensitif, 7,2 menempelkan alat kelamin, dan 5,6 melakukan hubungan seksual. Variabel yang paling dominan adalah peran teman sebaya, dimana remaja yang memiliki peran teman sebaya tinggi memiliki peluang 4,6 kali lebih tinggi untuk melakukan perilaku sekspranikah berisiko tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki peran teman sebaya rendah setelah dikontrol variabel pengetahuan, sikap, dan keterpaparan media pornografi.

This research was conducted by using quantitative method and data analysis was based on cross sectional design. The location of this research was is Senior High School in Jatiasih Bekasi with 180 samples that was selected through simple random sampling. Theo bjectives of this study were to find out the relationship between the determinants with the premarital sexual behavior of adolescents and to find out the dominant variable of premarital sexual behavior of adolescents. The results showed that 34,4 of adolescents had high risk premarital sexual behavior, of which about 33,9 had kissed the lips,16,1 kissed the neck to the chest, 13,3 touched sensitive area, 7,2 had petting, and 5,6 had sexual intercourse. The most dominant variable is the role of peer group, where adolescents with high role of peer group have 4.6 times higher for having high risk premarital sexual behavior than adolescents who have low role of peer group after controlled by variables of knowledge, attitude, and exposure of pornographic media."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Fadhila
"Isu kesehatan reproduksi remaja menjadi isu penting karena fakta menyebutkan dampak pergaulan global. Hubungan seksual yang hanya boleh dilakukan oleh sepasang suami-istri sebagai fungsi reproduktif, kini dilakukan oleh remaja sebagai fungsi rekreatif (fun), yang merupakan gaya hidup hedonistik. UNFPA memperkirakan ada 15 juta remaja perempuan berusia 15-19 tahun di dunia yang melahirkan setiap tahunnya, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta remaja dunia terjangkit infeksi menular seksual (IMS) yang dapat disembuhkan. Selain itu, 40 persen kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda berusia 15-24 tahun. Laporan Epidemi Global HIV/AIDS pada tahun 1997 bahkan berani menyebutkan bahwa terjadi 7.000 infeksi HIV pada remaja di dunia setiap hari (UNAIDS, 1997). Salah satu cara orang tua untuk melindungi anaknya dari pergaulan yang buruk adalah dengan menyekolahkan mereka ke sekolah berbasis keagamaan. Dengan kurikulum keagamaan yang lebih mendalam, orang tua berharap agar anak-anaknya terlindung dari pergaulan berisiko. Religiusitas adalah faktor protektif terhadap aktivitas seksual yang dilakukan oleh remaja (McCullough, Hoyt, Larson, Koenig, & Thoreson, 2000; Wallace & Williams,1997).
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa prevalensi remaja yang bersekolah di sekolah berbasis keagamaan dan sudah melakukan aktivitas seksual lebih rendah dibandingkan dengan remaja yang bersekolah di sekolah umum (Donahue & Benson, 1995; Wallace & Williams, 1997). Efek protektif dari tingkat religiusitas terhadap penggunaan narkoba dan perilaku seks berisiko menunjukkan suatu mekanisme bahwa religiusitas seseorang mungkin berkontibusi pada kesehatan yang lebih berkualitas (cf. McCullough et al., 2000). Tujuan dan Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek religiusitas dan jenis sekolah terhadap perilaku seks pranikah remaja. Sampelnya adalah salah satu sekolah umum (selanjutnya disebut SMAN) dan salah satu sekolah keagamaan (selanjutnya disebut MAN) di Jakarta Timur, yaitu sebanyak 113 responden SMAN dan 123 responden MAN yang

Adolescent reproductive health becomes an important issue since facts show that its impact of globalization. Sexual activity, should only be practiced by spouses as a reproductive function, is also practiced by teenagers as a recreative function (fun factors) which is a hedonistic lifestyle. UNFPA estimates that there are 15 million of young women aged 15-19 years old giving birth each year, 4 millions of the same group purposively have induced abortion, and almost 100 millions of worldwide teenagers infected by curable STDs. Furthermore, 40 percents of HIV/AIDS cases happend to the youngsters aged 15-24 years old each year. Global Epidemic Report of HIV/AIDS in 1997 mentioned that 7000 cases of HIV infections occured to the worldwide teenagers each day (UNAIDS, 1997). One way for parents to protect their kids from a dangerous circumstances is to send them to religious-based school. With a deeper religious curriculum, parents hope that the children are protected from an unprotected commingling. Religiousity is a protective factor against sexual activities by adolescent (McCullough, Hoyt, Larson, Koenig, & Thoreson, 2000; Wallace & Williams, 1997).
A study says that the prevalence of teenagers who attend religious-based schools and have had sexual activities are lower than teenagers who attend regular school ((Donahue & Benson, 1995; Wallace & Williams, 1997). The protective effect of religiousity to substance use and risky sexual activities show a mechanism that it may contribute to improved health status (cf. McCullough et al., 2000). Objective and Method: The aim of this study is to investigate the effect of religiousity and type of school to adolescent sexual behavior. The chosen schools are one of regular schools (hereinafter referred to as SMAN) and one of islamic schools (hereinafter referred to as MAN) in East Jakarta, as many as 113 respondents from SMAN and 123 respondents from MAN randomly selected from first grade and second grade (social and natural science). Results: The students with lower level of
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Arihandayani
"Proporsi perilaku sedentari semakin meningkat pada semua kelompok umur baik pada orang dewasa dan anak-anak dari tahun ke tahun. Pada anak-anak dan remaja berbagai dampak kesehatan merugikan dapat terjadi akibat perilaku sedentari yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu lama. Beberapa faktor berhubungan dengan terjadinya perilaku sedentari pada anak-anak dan remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku sedentari pada siswa SMP di kecamatan Cibinong, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 312 siswa SMP kelas 7 dan kelas 8. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang sudah di uji validitas dan reliabilitasnya serta dianalisis menggunakan regresi logistik ganda. Regresi logistik ganda menunjukkan 50,6 responden melakukan perilaku sedentari lebih dari 6 jam.
Hasil analisis membuktikan faktor umur OR: 1,5, pola asuhorang tua OR: 3,0, dukungan teman sebaya OR: 1,5, fasilitas sekolah OR:0,4, dan peraturan sekolah OR: 5,0 berhubungan dengan perilaku sedentari. Pola asuh orang tua dan peraturan sekolah yang mendukung merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan perilaku sedentari. Responden yang mendapat pola asuh tidak baik berpeluang untuk melakukan perilaku sedentari 3,0 kali dibanding yang mendapat pola asuh baik. Responden yang bersekolah di sekolah dengan peraturan yang tidak mencukupi berpeluang untuk melakukan perilaku sedentari 5,0 kali dibanding yang bersekolah di sekolah dengan peraturan yang sudah cukup.
Untuk itu dalam upaya pencegahan perilaku sedentari pada siswa perlu melibatkan peran orang tua siswa disamping juga perlu didukung oleh peraturan dan fasilitas sekolah yang mencukupi. Adanya dukungan teman sebaya diantara siswa juga diperlukan untuk mendukung pencegahan perilaku sedentari pada siswa.

The proportion of sedentary behavior is increasing in all age groups in both adults and children year to year. In children and adolescents a variety of adverse health effects can occur as a result of continual perpetual behavior. Several factors are associated with the occurrence of sedentary behavior in children and adolescents.
This study aims to determine the factors associate dwith sedentari behavior in junior high school students in sub district Cibinong, Bogor regency, West Java. The research used cross sectional design with 312 students of 7th and 8th grade. Data were collected using questionnaires that have been tested for validity and reliability and analyzed using multiple logistic regression. The results showed 50.6 of respondents performing behavior sedentari more than 6 hours.
The results of the analysis prove the agefactor OR 1.5, parenting patterns OR 3.0, peer support OR 1.5, school facilities OR 0.4, and school rules OR 5.0 is associated with sedentary behavior. Parenting parenting and supporting school rules are the most dominant factors associated with sedentary behavior. Respondents who received poor upbringing had the opportunity to conduct behavior as much as 3.0 times compared to those who received good parenting. Respondents who attend school with insufficient regulations have the opportunity to conduct behavior 5 times less than those who attend school with sufficient regulation.
Therefore, in the effort of prevention of student's sedentari behavior, it is necessary to involve the parent's role as well as to be supported by adequate school rules and facilities. The presence of peer support among students is also needed to support the prevention of sedentary behavior in students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kustri Widaningsih
"Permasalahan remaja semakin Jama dirasakan semakin kompleks dan memprihatinkan Khususnya yang berkenaan dengan kesehatan reproduksi remaja. Selain berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja itu sendiri, faktor lingkungan sosial dan budaya yang negatif juga merupakan faktor risiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku yang bertsiko terhadap kesehatan dan keselamatan remaja.
Dewasa ini telah terjadi perubahan sejumlah nilai dari tradisional ke nilai yang oleh sebagian masyarakat disebut modern. Hubungan antar bangsa yang menjadi lebih mudah menyebabkan terbawanya budaya dan kebiasaan asing kedalam masyarakat kita. Pengaruh komunikasi-informasi yang begitu cepat dan tanpa hambatan juga mempercepat perubahan ini.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pandangan perilaku seksual pada remaja antara lain adalah pengawasan dan perhatian orang tua dan keluarga yang semukin longgar, orang tua yang mengizinkan pola pergaulan yang bebas lepas, lingkungan yang semakin permisif, semakin banyaknya hal-hal yang memberikan rangsangan seksual yang sangat mudah dijumpai dan fasilitas yang mendukung untuk itu yang sering kali diberikan oleh Keluarea itu sendirt tanpa disadari.
Tujuan dart penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja siswa SMAN di Kabupaten Tangerang dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual tersebut.
Manfaaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikun informasi kepada instansi terkait dalam merencanakan program promosi kesehatan, konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja.
Jenis penclitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional , populasinya adalah siswa SMAN di Kabupaten Tangerang dengan jumlah sampel 480 orang. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan uji regrest logistik dan uji interaksi.
Hasil analisis multivariat yang mempunyai hubungan bermakna adalah jenis kelamin, umur pubertas, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sikap terhadap kesehatan reproduksi. Sedangkan hasil uji interaksi menunjukan variabel sikap terhadap kesehatan reproduksi sebagai variabel yang dominan berhubungan dengan perilaku seksual remaja setelah dikontrol dengan variabel pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan program pendidikan seks dan reproduksi sebat perlu diberikan dikalangan remaja baik disekolah maupun diluar sekolah sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya. Selain itu perlu lebih memperketat sensor tayangan media elektronik yang bersifat pornografi melalui undang-undang penyiaran, memperketat akses terhadap situs porno di internet dan memperketat aturan tentang jual beli media cetak yang bersifat pornografi.

Teenagers problem is felt getting more complex and concerd especially which related to teenager repreduction health. Beside related to growth and development of the teenagers themseives, the factor of social and cultural environmenthat are negative which also is the riskful factor for teenagers to be trapped in some riskful behaviour to the teenagers health and savety.
Nowadays, there has been changes a number of traditional value to a value that by some people is called modern. The relation among nation become easier caused of communication — information which is so rapid and no delayed are also accelerated this changes.
The factor that caused of changing of sexual behaviour aspects on teenagers, one of the reasons is surveillance and attention from parents or family that is getting loose, parents who permit community pattern totally free, the environment which is getting permissive, the increasing of some things which give sexual attemtion that is so easy to be found and facility that support for that is many times given by the family itself without it’s being realized.
The purpose of this study is to gain the information about factors which related to teenagers sexual behaviour of State High School Students in Tangerang Regency and factors which related to the sexual behaviour itself.
The benefit of this study is excpected to be able to give information to the related institution/Departement in Planning of Health Promotion Program, Counselling and Teenagers reproduction health service.
The type of quantitative study with sectional cross approach, its population is state highschool students in Tangerang Regency in number of sample of 480 people. The data management is done by univariat analysis, bivariat wih chi square test and multivariat with logistic regressive test.
The result of multivariant analysis which has meaningful relation is gender, puberity ages, the knowledge of health reproduction and manners of healh reproduction which has ever had. The clarity of any printed medias and with media cf information, meanwhile the result of interaction test showed variable manners of healh reproduction of which have ever had as vartable that was dominant related to teenager sexual behaviour after the knowledge of health reproduction control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34294
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>