Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193634 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chandradewi Kusristanti
"ABSTRAK
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang paling sering muncul di dunia. Banyaknya regimen yang harus dipatuhi penderita DM, adanya risiko komplikasi, dan lain sebagainya merupakan faktor yang dapat memengaruhi munculnya diabetes-related distress pada penderita DM. Melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa diabetes-related distress memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi fisik ataupun psikologis penderita DM. Pengaruh negatif tersebut juga dialami oleh penderita DM, yang juga diperburuk oleh karakteristik lanjut usia.
Melihat pengaruh negatif dari diabetes-related distress pada penderita DM yang tergolong lanjut usia (lansia) tersebut, peneliti tertarik untuk memberikan intervensi untuk mengurangi diabetes-related distress dengan menggunakan pendekatan Cognitive Behavior Therapy. Penelitian dilakukan kepada dua orang lansia yang mengalami diabetes-related distress. Kedua partisipan yang menjalani intervensi Cognitive Behavior Therapy mengalami penurunan tingkat diabetes-related distress. Hal tersebut didapatkan melalui wawancara dan observasi, serta pengukuran menggunakan alat ukur PAID (Problem Areas In Diabetes). Setelah intervensi selesai diberikan, para partisipan sudah mampu mempraktikkan teknik-teknik intervensi yang diberikan dalam rangkaian intervensi. Para partisipan juga memahami bahwa keberhasilan intervensi ditentukan oleh kemandirian dan niat mereka untuk menjalankan teknik-teknik tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is one of the most frequent diseases to appear globally. Too many regimens to adhere, complication risks, and so on can endorse diabetes-related distress in DM patients. Many studies have found that the presence of diabetes-related distress gives negative impacts to patients, physically and psychologically. In older DM patients, those negative impacts is worsen by the characteristics of older adults.
Knowing those negative impacts to older DM patients, I decided to conduct a study that consists of delivering intervention with cognitive behavior therapy approach to lessen diabetes-related distress for older adults with DM. There are two participants in this study, both are older adults with high level of diabetes-related distress. All participants experienced decreased level of diabetes-related distress from their participation in this intervention, as shown in interview, observation, and an assessment using PAID (Problem Areas In Diabetes). After all the intervention sessions have been delivered, all participants are able to practice the interventions techniques that were given. All participants also understand that the therapeutic success is determined by their independence and their willingness to change by practicing the techniques in daily life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Kusuma Putri Mahdi
"ABSTRAK
Latar belakang Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit kronis yang perawatannya sangat bergantung kepada kemampuan penderitanya untuk mematuhi regimen medis berupa pengaturan pola makan, berolahraga, pengecekan kadar glukosa darah, dan meminum obat sesuai anjuran. Ketidakpatuhan terhadap regimen medis dapat mengakibatkan kontrol glukosa darah memburuk dan memperbesar resiko komplikasi penyakit, seperti gangguan mata dan hipertensi. Pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2, kepatuhan medis menjadi suatu isu yang lebih kompleks, karena semakin bertambah usia seseorang maka regimen medis yang dimiliki juga akan menjadi lebih kompleks, sedangkan kemampuan kognitif dan memori mengalami penurunan. Oleh karena itu, peneliti mencoba menjawab permasalahan tersebut dengan memberikan Cognitive Behavioral Therapy kepada 2 (dua) orang lansia dengan diabetes melitus tipe 2 yang bermasalah dengan kepatuhan medis. Desain penelitian ini menggunakan single subject design. Pengukuran dilakukan saat pra-intervensi, pertengahan intervensi, dan pasca-intervensi. Hasil pengukuran intervensi melalui pengisian 8-Item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), wawancara dan observasi, serta pengukuran kadar glukosa darah, menunjukkan kenaikan tingkat kepatuhan medis dari rendah menjadi menengah pada kedua partisipan. Kesimpulan penelitian ini membuktikan bahwa Cognitive Behavioral Therapy efektif untuk meningkatkan kepatuhan medis pada para lansia dengan penyakit diabetes melitus tipe 2. Partisipan juga merasa mendapatkan manfaat dari teknik-teknik yang diajarkan dalam terapi ini dan memahami bahwa untuk mempertahankan kepatuhan medis yang mereka miliki, partisipan perlu untuk selalu menerapkan teknik-teknik tersebut dalam keseharian mereka.

ABSTRACT
Background Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease which its treatment heavily depend on patients ability to adhere to their medical regimens. Type 2 diabetes mellitus medical regimen consists of healthy diets, frequent exercises, blood glucose level control, and regular taking of medications. Non-adherence to medical regimen could lead to worse blood glucose control and result in the increase of another disease complication, such as glaucoma and hypertension. In older adults with type 2 diabetes mellitus, medical adherence becomes a more complex issue, because as people grow old, their medical regimen will become more complex. Meanwhile, their cognitive and memory ability decrease. In this research, the researcher will provide Cognitive Behavioral Therapy for 2 (two) older adults with type 2 diabetes mellitus and have problems with their medical adherence. Research design use single subject design. There are three assessments that were taken, pre-intervention, mid-intervention, and post-intervention. Result assessments through 8-Item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), interview, observation, and blood glucose control showed increase in medical adherence levels, from low medical adherence to medium medical adherence in both participants. Conclusion this research proved that Cognitive Behavioral Therapy is effective to increase medical adherence in older adults with type 2 diabetes mellitus. All participants also experienced the benefits from techniques that were given during therapy and understood that to maintain the medical adherence they achieved; they need to keep applied those techniques into their daily life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Mutiara
"ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering dialami
lanjut usia di Indonesia. Mereka yang menderita diabetes tidak hanya memiliki
masalah dalam hal fisik, namun juga bermasalah secara psikologis. Kondisi fisik
yang lemah memiliki korelasi dengan tingkat harapan (hope) pada individu.
Harapan yang rendah berdampak pada rendahnya kebahagiaan serta kesejahteraan
hidup. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menguji efektivitas cognitivebehavioral
therapy (CBT) dalam meningkatkan harapan pada lanjut usia yang
menderita diabetes melitus.
Penelitian dilakukan di Panti Werdha Bina Bhakti, Serpong, Tangerang.
Desain penelitian berupa kuasi eksperimen dengan desain pretest-posttest dan
within-subjects, dengan jumlah partisipan sebanyak tiga orang (berusia 65 sampai
85 tahun). Dari hasil penelitian, dua dari tiga partisipan mengalami peningkatan
untuk skor harapan dan disertai dengan penurunan kadar gula dalam darah.
Peningkatan harapan ini diwujudkan dengan kepatuhan (adherence) terhadap
aturan medis yaitu pengontrolan konsumsi makanan yang mengandung glukosa.
Disamping itu, peningkatan harapan juga diwujudkan dengan perasaan yang
tenang dan bahagia, serta merasa diperhatikan dan dipedulikan. Kondisi tersebut
juga dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan kadar gula dalam darah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa CBT cenderung efektif dalam
meningkatkan harapan pada lanjut usia yang menderita diabetes melitus.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is one of the most common chronic disease suffered by the
elderly in Indonesia. Those who suffered from diabetes are not only physically
impaired, but psychologically impaired as well. Weak physical condition has a
correlation with the level of individual hope. Low level of hope has an impact on
the low level of well being. The aim of this research was to measure the
effectiveness of cognitive-behavioral therapy (CBT) in enhancing hope for older
adults who suffered from diabetes melitus.
The research was conducted in Panti Werdha Bina Bhakti, Serpong,
Tangerang. Research design was made in the form of quasi experiment with
pretest-posttest and within-subjects design, and with the three participants (aged
65 to 85 years). From the research, two out of three participants increased their
level of hope and decreased their sugar levels in blood. This increasing level of
hope was manifested with the adherence of medical rules in controlling food
consumption containing glucose. Besides that, the higher hope was also
manifested with a calm and happy feeling, and also feel cared for. Such conditions
could give a contribution to the decreased sugar levels in blood. Thus, it could be
concluded that CBT tends to be effective in increasing the level of hope for older
adults who suffered from diabetes mellitus."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elga Oktavia
"Diabetes-related distress rentan dialami oleh dewasa muda dengan Diabetes Mellitus (DM) karena mereka berada dalam usia produktif dan memiliki harapan hidup yang tinggi. Distres yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat mengakibatkan kecemasan dan berujung pada depresi yang akan mengganggu peran mereka dalam kehidupan sehari-hari. Solution-Focused Brief Therapy (SFBT) merupakan salah satu pendekatan intervensi yang mengarahkan klien untuk lebih terfokus pada potensi yang dimiliki. Desain penelitian ini termasuk dalam one group pretest-posttest design (before and after) yang diawali dengan pretest dan asesmen awal.
Sebagai hasilnya pemberian 4 sesi intervensi dengan pendekatan SFBT dapat menurunkan tingkat diabetes-related distress pada partisipan, dimana secara kuantitatif terjadi penurunan skor PAID. Partisipan juga mengalami perubahan aspek kognitif dan perilaku. Partisipan merasa percaya diri dan optimis terhadap potensi dan solusi yang dimiliki untuk mengatasi distres yang dihadapi. Partisipan memperoleh solusi yang konkret dalam upaya untuk keluar dari masalahnya terkait kondisi DM. Untuk semakin memperkuat komitmen dalam menjalankan solusi, intervensi lanjutan berupa terapi keluarga atau support group akan sangat membantu.

Diabetes-related distress are commonly experienced by young adults with Diabetes Mellitus (DM), because on their age they have to be productive. Untreated distress provokes anxiety and depression that will influence they daily activities. Solution-Focused Brief Therapy (SFBT) help the participants to focus on their potencies. With the one group pretest-posttest design (before and after), this study will be started with pretest and pre-assesment in the begining of the intervention.
As the results, 4 sessions of intervension are effective to decrease diabetes-related distress on participants, and decrease the PAID instrument scores. Qualitative result indicated that participants experienced changes in cognitive and behavior aspects. Participants felt confident and optimist either about their potencies or their solutions to face the distress. They got concrete solutions for their effort to deal with their DM problems. Family therapy or support group can help participants to build their commitment on doing the solutions the have built before.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hapsarini Nelma
"ABSTRAK
Latar Belakang Penyakit kronis Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang
banyak ditemui pada masyarakat Indonesia. Penderita penyakit ini membutuhkan
penanganan jangka panjang yang tidak hanya meliputi pengobatan namun juga
perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup membutuhkan adaptasi yang
terkadang menimbulkan stress bagi penyandang penyakit ini. Stress yang tidak
dikelola dengan baik dapat menyebabkan penderita masuk dalam kondisi depresi
Metode Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain single subject design
dan pengambilan sample menggunakan metode purposive sampling. Partisipan
terdiri dari 2 subjek yang memiliki kriteria GDS>150, divonis menyandang
Diabetes Mellitus, dan hasil ukur berdasarkan Beck?s Depression Inventory berada
pada golongan depresi berat atau golongan depresi ringan-sedang. Pertemuan
berjalan 6 kali ditambah 1 pertemuan untuk asesmen awal. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu cognitive behavior therapy. Hasil
Berdasarkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah intervensi diperoleh hasil
partisipan mengalami penurunan tingkat depresi yang diindikasikan dengan
partisipan yang lebih tenang setelah intervensi dan penurunan skor pada Beck?s
Depression Inventory serta adanya perubahan pada pikiran negatif. Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa pendekatan cognitive behavior therapy efektif
dalam menurunkan tingkat depresi dan mengubah pikiran negatif pada penderita
Diabetes Mellitus tipe 2. Partisipan juga menyampaikan bahwa pendekatan ini
memberikan manfaat karena dapat melatih partisipan mengendalikan isi
pikirannya.

ABSTRACT
Background Chronic illness Diabetes Mellitus has been found as big cases in our
country. People who has this illness has to take a long time period of treatments,
not only use drugs for long period but also change their life style. Changing life
style sometimes stressful for people who has this illness. If they can?t handle
stress properly, they will down to depression. Method This research use single
subject design and purposive sampling to take participants who can join this
research. Criteria that use in this research are people who has Diabetes Mellitus
type 2, GDS>150, and people in mild-moderate group or severe group of
depression based on Beck?s Depression Inventory. This research consist of 6
sessions and 1 session for assessment. Cognitive behavior therapy was used in this
research. Result Based on before and after intervention measurement, participant
showed decrease of depression and change negative thoughts. It can be seen by
decrease of scores Beck?s Depression Inventory and participant?s reports.
Conclusion This research has proven that cognitive behavioral therapy effective
to decrease depression and change negative thoughts Diabetes Mellitus type 2
patients."
2012
T31698
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Utari Hanum Ayuningtyas
"ABSTRAK
Penurunan jumlah aktivitas pada lansia biasa dikaitkan dengan pengalaman tidak menyenangkan seperti tidak memiliki teman, perasaan hampa dan kesepian. Pengalaman tersebut didefinisikan sebagai loneliness yang sifatnya subjektif dan mempengaruhi kualitas hidup serta kesehatan individu. Loneliness ditemukan dapat mempengaruhi tekanan darah sistolik pada lansia yang mengarahkan lansia pada gangguan hipertensi.
Fenomena terkait loneliness dapat ditemukan pada para lansia di Depok. Peneliti memberikan Cognitive Behavior Therapy (CBT) pada 3 (tiga) orang lansia untuk menurunkan tingkat loneliness yang dialaminya. Jika loneliness telah menurun, maka peneliti juga mengharapkan tekanan darah lansia dapat turun dan stabil. Penelitian dijalankan dengan menggunakan desain single-subject repeated measures dengan melakukan tiga kali pengukuran di awal, pertengahan dan akhir rangkaian intervensi untuk melihat pengaruh pemberian terapi terhadap loneliness yang dialami partisipan.
Hasil dari penelitian adalah ketiga partisipan mengalami penurunan loneliness yang terlihat dari wawancara, observasi, dan pengukuran menggunakan The Revised UCLA Loneliness Scale, The De Jong Gierveld Loneliness Scale, dan Personal Definitions of Loneliness. Seluruh partisipan juga mengalami penurunan tekanan darah menurut hasil pemeriksaan menggunakan tensi meter digital. Penurunan loneliness diperkirakan terjadi karena ketaatan partisipan dalam menjalani terapi terutama dalam melakukan perubahan perilaku serta adanya motivasi yang tinggi dalam pelaksanaan terapi. Penurunan loneliness akan lebih signifikan jika partisipan memiliki dukungan sosial untuk mempertahankan perilaku positif serta kemampuan bahasa yang lebih baik. Selain itu, Partisipan telah mampu mempraktikkan teknik-teknik yang diberikan dalam terapi seperti mengenali loneliness yang dialami, relaksasi, pemecahan masalah, dan melawan pikiran buruk.

ABSTRACT
In older adults, reduced activities often related to unpleasant experiences, such as having no friends, feeling of emptiness and loneliness. Feeling of loneliness is subjective to individuals and affects their health and quality of life. It is found that loneliness can have impact on systolic blood pressure among older adults and result in hypertension.
Phenomena related to loneliness happen among older adults in Depok. This study evaluated the efficacy of Cognitive Behavior Therapy (CBT) in reducing level of loneliness among older adults, so that their blood pressure would get lower and stay in a stable condition. Design of the study was single-subject repeated measures with three participants, and three times measurement (initial, middle, final).
Results of the study suggest that all three participants' level of loneliness reduced, which can be seen from interview, observation, and scores of quantitative inventories (The Revised UCLA Loneliness Scale, The De Jong Gierveld Loneliness Scale, and Personal Definitions of Loneliness). Participants' blood pressure also reduced. Participants' compliance to therapy processes, such as high motivation and changes in behavior, contributed to the reduced level of loneliness. It is assumed that loneliness scores would be reduced more significantly if participants had better social support, maintained positive behaviors, and had better verbal capacity. Despite of lack of verbal capacity, participants were able to practice some techniques, such as identifying loneliness, relaxation, problem solving, and countering negative thoughts.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanny Ngatidjan
"Kaki diabetik merupakan komplikasi pada diabetes melitus (DM) tipe 2 tersering yang menyebabkan pasien menjalankan perawatan di rumah sakit. Penyulit lain pada DM tipe 2 berkontribusi terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien. Terapi medik gizi pada pasien DM tipe 2 dan kaki diabetik dengan berbagai penyulit berperan penting dalam kontrol glikemik, mencegah perburukan status gizi, serta perbaikan penyembuhan luka. Serial kasus ini melibatkan empat pasien DM tipe 2 dan kaki diabetik dengan berbagai penyulit yang diberikan terapi medik gizi berupa asupan energi, makronutrien, mikronutrien, nutrien spesifik, dan edukasi gaya hidup. Pasien dilakukan pemantauan selama 19 hari sesuai fase proliferasi penyembuhan luka. Satu pasien dengan ketoasidosis diabetikum, satu pasien dengan hipertensi, dan dua pasien dengan diabetic kidney disease. Kontrol glikemik keempat pasien tercapai pada akhir perawatan di rumah sakit dan tidak didapatkan penurunan berat badan yang bermakna selama masa pemantauan. Penyembuhan luka berupa luka mengering, edema berkurang, dan timbulnya jaringan granulasi didapatkan pada tiga diantara empat pasien. Satu pasien tidak didapatkan penyembuhan luka yang signifikan karena adanya stenosis multipel pembuluh darah arteri di tungkai kiri. Terapi medik gizi pada pasien DM tipe 2 dan kaki diabetik dengan berbagai penyulit berperan pada perbaikan kontrol glikemik, mencegah perburukan status gizi, dan penyembuhan luka.

The most common cause of complication and hospitalization in type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients are those associated with diabetic foot (DF). Complication of T2DM contribute to increasing morbidity and mortality. Medical nutrition therapy in patients with T2DM and DF with various complication plays an important role in management of glycemic control, worsening nutritional status, and repair wound healing. This case series include four patients T2DM and DF with various complication that given nutritional medical therapy consisting of energy intake, macronutrients, micronutrients, spesific nutrient, and healthy lifestyle education. Patients was monitored for 19 days according to the proliferation phase of wound healing. One patient with diabetic ketoacidosis, one patient with hypertension, and two patients with diabetic kidney disease. All patients got glycemic control during hospitalization. No significant weight loss was observed during monitoring period. Wounds in three of the four patients appeared to heal with dry wound, reduced edema, and formation of granulation tissue. One patient found insignificant wound healing due to multiple arterial stenosis in the left leg. Medical nutrition therapy with type 2 diabetes and diabetic foot with various complications plays an important role in management of glycemic control, preventing worsening nutritional status, and repair wound healing.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fandiar Nur Isdiaty
"Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang banyak terjadi di masyarakat perkotaan. Karakteristik masyarakat perkotaan yang heterogen rentan terhadap perubahan gaya hidup sehat yaitu pola makan tinggi kalori dan pola aktivitas rendah yang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan munculnya komplikasi mikrovaskuler, salah satunya adalah ulkus kaki diabetik. Ulkus kaki diabetik yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami proses penyembuhan yang lama bahkan dapat muncul dampak lanjut yaitu amputasi kaki. Penyembuhan ulkus kaki memerlukan sirkulasi yang adekuat pada kaki untuk menyalurkan nutrisi ke sel-sel. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk melakukan analisis keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dikaitkan dengan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan intervensi ROM ankle dalam mengatasi masalah sirkulasi pada pasien dengan ulkus kaki diabetik. Rekomendasi penulisan ini adalah perawat perlu mengajarkan dan menerapkan ROM ankle pada pasien dengan ulkus kaki diabetik untuk meningkatkan sirkulasi ke kaki sehingga mendukung percepatan proses penyembuhan luka.

Diabetes mellitus is one of non-communicable disease that happens in urban people. The heterogeneous urban people are susceptible to health behavior changes such as high calorie eating and low level activity pattern which can cause type 2 diabetes mellitus. Uncontrolled diabetes can cause micro vascular complication named diabetic foot ulcer. Diabetic foot ulcer with poor management promotes delayed of healing process even can cause foot amputation. The healing process of diabetic foot ulcer needs adequate circulation to distribute nutrition into cells. This study aimed to analyze urban health nursing linked to nursing care of type 2 diabetes mellitus patient with intervention of ankle ROM to accelerate wound healing process in diabetic foot ulcer. This study recommends nurses to teach and apply ankle ROM in diabetic foot ulcer patients due to increase foot circulation so that support acceleration of wound healing process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kwan Francesca Gunawan
"ABSTRAK
Diabetes melitus DM merupakan suatu epidemik global. Obesitas merupakan faktor risiko tersering pada terjadinya DM tipe 2. Salah satu komplikasi yang sering dialami oleh penderita DM ialah kaki diabetik. Pada pasien DM dengan obesitas dan kaki diabetik, terapi medik gizi penting untuk mencapai target berat badan, menjaga kadar glikemik, serta mencegah komplikasi DM. Selain itu pemberian nutrisi yang adekuat juga penting untuk mendukung penyembuhan luka. Pasien pada serial kasus ini berusia antara 41 ndash;59 tahun dengan dengan proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Keempat pasien memiliki status gizi obes dengan IMT sebesar 26-54,4 kg/m2. Awitan DM pada keempat pasien diketahui bervariasi antara 1-13 tahun. Terapi medik gizi diberikan sesuai dengan klinis, hasil laboratorium, dan asupan terakhir masing-masing pasien. Dari hasil pemantauan didapatkan bahwa dengan terapi nutrisi yang diberikan terjadi penurunan berat badan sebesar 3,2-4,8 kg 3,2-5,8 dan penurunan nilai HbA1c sebanyak 0,3-0,7. Selain itu juga didapatkan ukuran luka yang mengecil dan gejala neuropati berkurang. Pada pasien DM tipe 2 dengan obesitas dan kaki diabetik, terapi medik gizi yang adekuat berkaitan dengan penurunan berat badan, perbaikan kontrol glikemik, dan penyembuhan luka yang baik.

ABSTRACT<>br>
Diabetes mellitus is now a global epidemic. Obesity is a common risk factor in the occurrence of type 2 diabetes. One of the complications that are often experienced by people with diabetes is diabetic foot. In diabetic patients with obesity and diabetic foot, medical nutrition therapy is important to achieve targeted body weight, maintain glycemic levels, and prevent diabetes complications. Good nutrition is also essential for wound healing. This case series consists of four patients who are between 41-59 years old and obese with BMI of 26-54.4 kg/m2. The onset of DM in all four patients is known to vary between 1-13 years. Nutritional therapy is given in accordance with the clinical, laboratory outcomes, and patients' daily intake. It was found that medical nutrition therapy can lead to weight loss of 3.2-4.8 kg (3.2-5.8%) and decreased HbA1c by 0.3-0.7%. It was also observed that the wound size and neuropathy symptoms are reduced. Adequate medical nutrition therapy in type 2 DM patients with obesity and diabetic foot is associated with weight loss, improved glycemic control, and good wound healing."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Alex Saputri
"Malondialdehida merupakan produk peroksidasi lipid yang diduga bertanggung jawab sebagai penyebab terjadinya nefropati diabetik. Penelitian ini menilai hubungan antara kadar malondialdehida serum dengan UACR dan laju filtrasi glomerulus sebagai parameter fungsi ginjal. Penelitian ini menggunakan 54 pasien diabetes melitus tipe 2 sebagai sampel (3 laki-laki dan 51 perempuan, rentang usia 42-74 tahun).
Kadar malondialdehida serum diukur secara spektrofotometri menggunakan asam tiobarbiturat. Laju filtrasi glomerulus diperoleh dari nilai kreatinin serum. Kreatinin urin diukur dengan metode Jaffe dan albumin urin diukur dengan metode bromkresol hijau. Kadar malondialdehida pasien diabetes diperoleh sebesar 2,46 ± 2,58 nmol/mL; nilai UACR sebesar 42,32 ± 76,67; dan nilai laju filtrasi glomerulus sebesar 104,75 ± 46,16 (Cockroft-Gault); 89,52 ± 25,86 (MDRD study); dan 99,49 ± 46,11 (CKD-EPI).
Hasil analisis hubungan antara malondialdehida dengan Cockroft-Gault (p = 0,491, r = -0,096); MDRD study (p = 0,618, r = -0,069); CKD-EPI (p = 0,611, r = -0,071); UACR (p = 0,583, r = 0,076). Ditemukan hubungan yang bermakna antara nilai UACR dengan laju filtrasi glomerulus Cockroft-Gault (p = 0,019, r = -0,318); MDRD study (p = 0,007, r = -0,361); CKD-EPI (p = 0,010, r = -0,348). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara malondialdehida dengan laju filtrasi glomerulus dan UACR.

Malondialdehyde is a product of lipid peroxidation that is suspected as a cause of diabetic nephropathy. This study assessed the relation between malondialdehyde level with UACR and glomerular filtration rate as renal function parameters. This study is using 54 patients type 2 diabetes mellitus as samples (3 men and 51 women, age range 42-74 years).
Malondialdehyde was measured by spectrophotometry using tiobarbiturat acid. Glomerular filtration rate was obtained from serum creatinine value. Urine creatinine was measured based on Jaffe method and urine albumin was measured with bromcressol green. Malondialdehyde level of diabetic patients was 2.46 ± 2.58 nmol/mL; UACR was 42.32 ± 76.67; and glomerular filtration rate were 104.75 ± 46.16 (Cockroft-Gault); 89.52 ± 25.86 (MDRD study); and 99.49 ± 46.11 (CKD-EPI).
The analysis result of the relationship between malondialdehyde and Cockroft-Gault (p = 0.491, r = -0.096); MDRD study (p = 0.618, r = -0.069); CKD-EPI (p = 0.611, r = -0.071); and UACR (p = 0.583, r = 0.076) . There were significant correlation between UACR and glomerular filtration rate Cockroft-Gault (p = 0.019, r = -0.318); MDRD study (p = 0.007, r = -0.361 ); CKD-EPI (p = 0.010, r = -0.348). There were no significant correlation between malondialdehyde level and glomerular filtration rate or UACR.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>