Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151327 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunie Armiyati
"Masuknya anak kedalam ancaman peran sakit pada rentang hidup dan mati dapat mengancam dan mengubah homeostasis keluarga untuk beberapa alasan. Demikian pula keadaan anak yang dirawat di ruang perawatan intensif (ICU) dapat menyebabkan stres pada orang tua. Reaksi orang tua terhadap anak yang dirawat di ruang perawatan intensif ini akan lebih besar dibandingkan dengan reaksi orang tua terhadap anak yang dirawat di bangsal biasa. Lebih dari rasa takut yang nyata tentang kematian, pengaruh akibat anak dirawat di ruang perawatan intensif sangat dirasakan oleh orang tua. Keadaan tersebut akan mengakibatkan terjadinya krisis pada orang tua yang pada akhirnya dapat menimbulkan stres, dan untuk mempertahankan keseimbangan dalam keluarga , maka orang tua perlu beradaptasi terhadap stres. Adaptasi tersebut diwujudkan dengan melakukan strategi / mekanisme koping. Wacana inilah yang mendorong untuk dilakukannya penelitian dengan judul “ Mekanisme koping yang digunakan oleh orang tua dengan anak yang dirawat di ruang perawatan intensif (ICU) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta” Penelitian ini dilakukan dari tanggal I2 - 31 Desember 2001 menggunakan desain diskriptif sederhana dengan desain di diskriptif tipikal, yang bertujuan menggambarkan mekanisme koping yang digunakan oleh orang tua dalam menghadapi masalah akibat anak yang dirawat di ruang perawatan intensif (ICU). Alat pengumpul data yang di gunakan adalah kuesioner dan angket yang diberikan pada 31 responden yang sesuai dengan kriteria. Proses analisa data dilakukan dengan penghitungan skore terhadap koping orang tua kemudian dianalisa dengan mencari nilai mean serta standar deviasinya, dan akhirnya data disajikan dalarn bentuk tabel distribusi frekuensi dengan membuat kesimpulan umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua orang tua dengan anak yang di rawat di ruang perawatan intensif menggunakan mekanisme koping yang konstruktif dengan nilai rata-rata 4,18. Skor rata-rata tertinggi strategi koping yang digunakan orang tua ditunjukkan dengan menghadapi masalah dan melakukan kegiatan ibadah (4,87) dan bemerah diri pada Tuhan serta berdoa selama menunggu anak yang sakit (4,87), sedang skor rata-rata terendah adalah meminta bantuan dan kemurahan hati tetangga (3,35). Seharusnya penelitian ini tidaklah berhenti sampai disini, maka untuk pengembangan terhadap penelitian ini agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih besar atau dilakukan penelitian lebih lanjut den gan memperhatikan hasil-hasil penelitian ini. Sehingga diharapkan dapat mendukung perbaikan pelayanan keperawatan dimasa datang."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5254
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rohani
"Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang digunakan
oleh orang tua dengan anak toddler yang pertama kali dirawat di rumah sakit.
Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah “ Mekanisme koping apa yang
digunakan oleh orang tua dengan anak toddler yang pertama kali dirawat di rumah
sakit ‘? “.
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptis Sederhana Responden yang
diteliti sebanyak 30 orang tua yang sedang mendampingi atau menunggu di rumasa sakit
Kriteria responden ditetapkan secara ketat, yang mempunyai anak toddler yang pertama
kali dirawat di rumah sakit.
Instrumen pengumpulan data berupa kuisioner yang diolah dari variabel
penelitian mekanisme koping adaptif 10 item dan mekanisme koping maladaptif 10 item,
yang dibuat sendiri oleh peneliti.Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme
koping yang sering digunakan oleh orang tua toddler yang pertama kali dirawat di rumah
sakit adalah : mencari informasi dengan nilai rata -rata : 3,9, memecahkan masalah
dengan anggota keluarga yang lain dengan nilai rata - rata : 3,71 , dan over proteksi
dengan nilai rata - rata: 3,55.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : mekanisme koping yang sering digunakan
oleh orang tua toddler yang pertama kali dirawat di rumah sakit adalah : mekanisme
koping adaptif dengan tingkat variabel atau Standar Deviasi sebesar : 2,81.
Peneliti merekomendasikan untuk penelitian selanjutnya, dengan menambah
jumlah sample, mengembangkan variabel yang lebih spesifik dan diujicobakan beberapa
kali agar lebih valid. Metode kuasi eksperimen dapat juga digunakan agar diketahui
faktor - faktor apa yang menyebabkan orang tua menggunakan mekanisme koping
tertentu."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4981
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sudjiati
"Intensive Care Unit (ICU) adalah ruangan dimana terdapat usaha perjuangan hidup melawan kematian (Hudak dan Gallo, 1997). Anggota keluarga yang dirawat di ruang ICU mempakan salah satu stressor bagi keluarga karena perasaan tidak pasti, tidak berdaya, situasi tidak tercluga yang dirasakan sebagai suatu ancaman bagi kehidupan anggota keluarga.
Penelitian ini bertuj uan untuk mengetahui faktor-faktor yang, rnempengaruhi stres pada keluarga, meliputi faktor internal (pendidikan, pekerjaan, pengalaman) dan faktor eksternal (prosedur tindakan medis, support sistem, dan komunikasi). Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) minggu pada 30 orang responden, yakni pada tanggal 11-23 Desember 2005 di ruang rawat ICU RS Cipto Mangunkusumo.
Metodologi penelitian menggunakan metode deskriptif sederhana dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Analisis data yang digunakan adalah distribusi Frekuensi dan persentase.
Hasil penelitian menemukan bahwa faktor internal khususnya pengalaman tidak rnerubah stres pada kelurga. Faktor eksternal, khususnya support sistem dan komunikasi meningkatkan stres pada keluarga. Peneliti berharap untuk peneliti selanjutnya agar memperluas area penelitian seperti keseriusan penyakit, lama hari rawat yang terkait dengan biaya, dll."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5468
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Monintja, Aleta K.P.
"Mempunyai anak yang tidak normal seperti tuna rungu dapat menjadi sumber stres dalam keluarga (Suran &, Rizzo, 1979). Oleh karena ibu adalah tokoh yang selalu atau diharapkan siap mengasuh anaknya setiap waktu, maka tidak terelakkan ia mengalami stres. Usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi keadaan yang menekan, menantang atau mengancam, serta emosi-emosi yang tidak menyenangkan disebut sebagai tingkah laku coping (Lazarus, 1976).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatitif dengan tipe metodelogi penelitian Studi kasus pada 3 orang ibu. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara (indepth interview).
Hasil telaahan menunjukkan bahwa para subyek mengalami stres yang bervariatif dan khas, sebagai akibat dan kondisi ketunaan yang disandang anaknya. Mereka pun berusaha untuk mengatasi stresnya tersebut. Stres yang diterima dan tingkah laku coping yang dilakukan timbul setelah melwati proses penilaian dari subyek yang dipengaruhi faktor-faktor internal (kontrol personal, hardy personality, pola perilaku) dan eksternal (ienis stres, kehadiran stres lain, dukungan sosial) masing-masing. Selain ilu, ada 6 faktor lain diluar kedua faktor temebut yang muncul pada setiap subyek penelitian yailu karakteristik individu/ibu (kepribadian, pendidikan), karakteristik anak (usia, tingkah laku anak), dan kondisi finansial, dukungan sosial, dan keyakinan agarna.
Kemampuan mengatasi keadaan stres bukanlah sualu kemampuan yang terberi, melainkan hams dipelajari oleh orangtua. Oleh karena itu, dalam upaya untuk dapat rnenghadapi stres yang timbul dari situasi anak yang menyandang ketunarunguan, orangiua perlu secara aktif mencari dan membekali diri dengan informasi yang dibutuhkan (berkaitan dengan ketunarunguan). Pihak orangtua (dalam hal ini ibu) juga tidak berarti semata-mata hanya mendedikasikan seluruh waktunya bagi anak tersebut. Meluangkan waktu bagi pribadi, mencari atau menciptakan cara yang sesuai untuk terlepas dari rutinitasnya. sehari-hari akan sangat membantu mengurangi intensitas stres."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanesthi Hardini
"Saat ini perempuan berjilbab bukan merupakan hal yang aneh lagi. Padahal sekitar tahun 1980-an, banyak kejadian tidak menyenangkan yang menimpa para perempuan berjilbab, misalnya tekanan dari pihak sekolah yang melarang para sisiwi muslim untuk berjilbab, isu-isu yang tidak benar tentang perempuan berjilbab atau juga teror yang ditujukan pada mereka. Selain itu ada juga para perempuan berjilbab yang mendapat tekanan dari orang tuanya berupa larangan untuk berjilbab. Larangan in diwujudkan dalam berbagai pedakuan dengan tujuan agar anak perempuannya itu tidak lagi berjilbab.
Pedakuan-pedakuan tidak menyenangkan sebagai bentuk dad larangan bisa Hiniki oleh perempuan berjilbab tersebut sebagai hal yang menekan atau mengancam keberadaannya. Penilaian atas keadaan ini bisa menimbulkan stres, terutama bila perempuan tersebut tidak memJliki kemampuan dan dukungan untuk mengatasi hal ini (Sarafino, 1994). Munculnya frustrasi dan konflik akibat adanya larangan orang tua merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan stres (Lazarus, 1969). Perlakuan orang tua yang kemungkinan besar berubah juga merupakan hal yang potensial menyebabkan stres, apalagi bila hal ini bedangsung dalam jangka waktu yang cukup lama (Mirowsky dan Ross, 1989).
Untuk dapat memahami stres ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan yang berorientasi stimulus, pendekatan yang berorientasi respon, dan yang ketiga adalah pendekatan transaksionaL Pendekatan transaksional memandang stres sebagai basil interaksi antara individu dan lingkungan, sehingga dalam proses ini individu merupakan pihak yang aktif yang dapat mempengaruhi akibat dari stres melalui strategi-strategi tingkah laku, kognitif maupun emosi (Sarafino, 1994).
Interaksi antara individu dan lingkungannya menimbulkan penilaian kognitif yang dilakukan individu untuk mengevaluasi situasi atau tuntutan yang potensial menyebabkan stres. Selain menilai situasi yang potensial menyebabkan stres, penilaian ini juga mengevaluasi sumber-sumber yang dimilikinya untuk mengatasi tuntutan tersebut (Lazarus dan Folkman, dalam Johnson, 1986). Perbedaan individual yang memperngaruhi proses penilaian kognitif ini menyebabkan perbedaan dalam mengevaluasi stces dan sumber-sumber yang dimilikinya untuk mengatasi stres tersebut.
Betdasatkan uraian di atas, akan diteliti lebih lanjut bagatmana proses stres yang oleh perempuan berjilbab yang pemah mendapat larangan dari orang tua untuk berjilbab serta perilaku coping apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalab tersebut.
Dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan kualitatif, karena dengan pendekatan ini akan didapatkan pemahaman yang mendalam atas suatu fenomena (Poerwandari, 1998). Selain itu karena masalah yang akan diungkap merupakan masalab yang unik dan sensitif, maka pendekatan kuabtatif merupakan pendekatan yang sesuai (Patton, dalam Perwandari, 1998). Subyek penebtian berjumlab empat orang dan pengambilan sampel akan dilakukan secara purposif. Pengambilan data akan Hilalcnkan dengan metode wawancara mendalam.
Dari basil wawancara dapat disimpulkan babwa tiga orang subyek sudab mengalami stres pada masa sebelum berjilbab dan terus berlanjut sampai mereka sudab berjilbab (pada masa pelarangan). Sedangkan satu orang subyek yang lain baru mengalami stres setelab berjilbab (pada masa pelarangan). Tuntutan-tuntutan yang dibadapi pada masa sebelum berjilbab adalab tuntutan internal, berupa keingman yang kuat untuk berjilbab; dan tuntutan ekstemal, berupa larangan dari orang tua untuk berjilbab. Sumber-sumber stres yang ditemui adalab terjadinya konflik internal, konflik ekstemal, dan anggapan orang tua yang negatif tentang perempuan berjilbab.
Reaksi-reaksi yang muncul pada masa ini adalab sedib dan kecewa, dan timbul keragu-raguan, dan bingung karena ada konflik internal. Adapun strategi coping yang banyak dipakai pada masa ini adalab prohkm-focused coping^ yaitu active coping dan seeking social support for instrumental reasons strategi emotional-focused coping juga dilakukan, yaitu seeking social srtpportfor emotional reasotr, ada pula subyek yang melakukan strategi coping maladaptif, yaitu mental disengagement. Pada masa pelarangan, tuntutan utama yang barus dibadapi oleb keempat subyek adalab ketidaksetujuan orang tua atas kepututsan mereka untuk berjilbab.
Dari tuntutan ini sumber-sumber stres yang ditemiai adalab perlakuan orang tua yang tidak menyenangkan pada subyek, dan anggapan orang tua yang negatif terbadap perempuan berjilbab. Reaksi-reaksi yang muncul adalab rasa sedib, malas pulang ke rumab, kecewa dan kesepian. Strategi coping yang HilaVukan adalab prohkm-focused coping^ yaitu active coping dan seeking social stppori for instrumental reason^ strategi emotion-focused coping yang dilakukan bersamaan dengan prohkm-focused coping adalab turning to religion, seeking social support for emotional reason, denial, acceptance, dan beberapa perilaku coping unik dari masing-masing subyek.
Untuk penebtian selanjutnya disarankan imtuk menggab masalab ini dari sudut pandang orang tua yang peraab melarang anaknya untuk berjilbab, jadi tidak banya dari sudut pandang perempuan berjilbab yang mempunyai masalah ini saja, sehingga basilnya akan lebih kaya dan komprebensif. Ada baiknya juga bUa dalam penebtian lanjutan dimasukkan teori-teori perkembangan, terutama yang berbubungan dengan psikologi keluarga, sebingga bisa digab dinamika bubungan orang tua dan anak ketika keluarga tersebut sedang mengalami masalab ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastasia
"Stres sudah menjadi masalah kesehatan secara global karena dampaknya terhadap kesehatan. Penelitian tentang stres yang dialami pengasuh di panti jompo di Indonesia belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran stres pengasuh di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan karakteristik pengasuh, status psikologis pengasuh, karakteristik lansia dan panti jompo serta faktor yang berhubungan dengan stres pada pengasuh. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dari bulan Desember 2012 - Januari 2013. Penelitian menggunakan total sampling berjumlah 57 orang.
Penelitian menunjukkan prevalensi stres sebesar 77,2%. Kebanyakan pengasuh berumur ≥ 34 tahun (50,9%), berjenis kelamin laki-laki (59,6%), tinggal di wilayah Jakarta (68,4%), menempati rumah sendiri (36,8%), tamat SMA (64,9%), sudah menikah (75,4%), memiliki anak ≥ 2 (54,4%), berpendapatan tinggi (50,9%) dan berpengeluaran tinggi (50,9%), melakukan strategi koping adaptive (94,7%) dan merasa puas (78,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1%, yang mengasuh selama ≥ 4 jam per hari sebanyak 52,6%. Kebanyakan pengasuh tidak memiliki jadwal kerja malam yang rutin (68,4%) dan tidak pernah mengikuti pelatihan khusus mengasuh lansia (50,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1% dan rata-rata jumlah lansia demensia yang diasuh adalah 11 lansia, lansia demensia yang paling banyak diasuh adalah lansia demensia berumur > 70 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Sementara faktor yang berhubungan dengan stres pada pengasuh adalah kepuasan bekerja (nilai p = 0,05).
Kesimpulannya, stres pengasuh di panti jompo cukup tinggi dan berhubungan dengan kepuasan bekerja.

Stress has become a global health problem because of its impact on health. Research on the stress experienced by caregivers in nursing homes has not been done. The purpose of this research is to describe stress of caregivers in nursing homes in Province of DKI Jakarta based on the characteristics of caregiver, psychological status of caregiver, characteristics of the elderly and nursing home and factors related to stress of caregiver. The research design used was cross sectional from December 2012 - January 2013. Research using total sampling amounted to 57 people.
Research shows the prevalence of stress amounted to 77,2%. Most caregiver ≥ 34 years (50.9%), male (59.6%), living in Jakarta (68,4%), living in their own home (23%), finished high school (64,9%), married (75.4%), having child ≥ 2 (54.4%), high-income and high expenses (50.9%), do adaptive coping strategy (94,7%) and feel satisfied (78,9%). Caregiver who directly caring ≥ 20 elderly was 56.1%, caring ≥ 4 hours per day was 52.6%. Most caregiver also does not have regular night work schedule (68,4%) and never follow a special training in caring for the elderly (50.9%). Caregiver who directly caring ≥ 20 elderly was 56.1% and the average number of elderly dementia that is taken care of is 11 elderly, elderly dementia who the most widely taken care of are elderly dementia with age > 70 years and women are the most. While factors related to stress of caregivers is the satisfaction of working (p = 0.05).
In conclusion, the stress of caregivers in nursing homes is quite high and is associated with the satisfaction of working.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu stressor yang dihadapi mahasiswa pada semester akhir program akademik
adalah penyusunan laporan penelitian. Stressor tersebut mengakibatkan mahasiswa
tampak mengalami stress. Mekanisme koping yang digunakan meliputi mekanisme
koping konstruktif dan mekanisme koping destruktif. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi mekanisme koping mahasiswa FIK UI regular 2003 dalam menghadapi
stress saat penyusunan laporan penelitian. Jumlah responden dalarn penelitian ini
sebanyak 54 orang. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana.
Kuesioner terdiri dari data demografi dan mekanisme koping rnahasiswa. Pada uji coba
kuesioner didapatkan r Alpha 0,8104 dan r tabel 0,36. Analisa data yang digunakan
adalah analisa univariat Dari hasil penelitian didapatkan sebesar 42,6% mahasiswa
menggunakan mekanisme koping konstruktif dan 57,4% mahasiswa menggunakan
mekanisme koping destruktif Saran bagi penelitian selanjutnya adalah perlu
penggunaan desain penelitian yang lain sehingga dapat mengeksplorasi faktor - faktor
yang berhubungan dengan mekanisme koping, area penelitian yang lebih luas dan
pengembangan instrumen yang lebih spesifik."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5580
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Permata Sari
"Stres merupakan fenomena kehidupan yang pasti dialami semua orang. Stres yang terjadi pada anak usia sekolah memberikan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan anak, bahkan dapat mendorong anak melakukan tindakan bunuh diri. Begitu banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami stres, baik faktor internal maupun eksternal di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya stres pada anak usia sekolah di sekolah.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Populasi penelitian adalah anak usia sekolah kelas enam SDN Pondok Cina I Depok. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 responden, dengan menggunakan metode purposive sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Chi-Square (p = 0,05).
Penelitian ini mendapatkan hasil tidak adanya pengaruh antara hubungan dengan teman dan beban tugas sekolah terhadap terjadinya stres pada anak usia sekolah di sekolah. Sedangkan sikap guru mempengaruhi terjadinya stres pada anak usia sekolah di sekolah. Peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya. untuk memilih tempat penelitian yang Iebih sesuai, melakukan uji validitas dan reliabilitas lengkap terhadap instrumen, serta memperbanyak jumlah responden penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5496
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trinzi Mulamawitri
"ABSTRAK
Masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia adalah suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi apalagi dengan semakin maraknya globalisasi. Namun bertugas di luar negeri apalagi jika negara tersebut memiliki latar belakang budaya berbeda adalah hal yang tidak mudah. Selama tinggal di luar negeri, TKA akan mengalami akulturasi psikologis yaitu perubahan yang terjadi pada diri individu akibat kontak dengan budaya lain yang berlangsung secara terus menerus (Graves dalam Berry & Kim, 1988). Selama proses akulturasi inilah acap kali muncul berbagai sumber stres yang diakibatkan adanya perubahan tersebut (Berry, 1994). Adanya nilai-nilai budaya yang bertentangan antara negara asal dan negara yang didatanginya juga meningkatkan stres akulturatif yang dihadapinya (Adler, 1991). Penelitian ini akan melihat gambaran sumber stres akulturatif serta strategi coping yang dilakukan TKA Amerika ketika bekerja di Indonesia. Negara asal Amerika dipilih sebab jumlah ekspatriat terbanyak dari negara Barat berasal dari negara ini (Depnaker, 2002).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui wawancara dan observasi. Subyek yang diperoleh adalah 3 orang manajer Amerika yang telah tinggal di Indonesia selama 1,5 tahun hingga 2,8 tahun. Berbagai masalah dalam pekerjaan yang diakibatkan perbedaan budaya yang dikemukakan oleh Shuetzendorf (1989 dalam Ruky, 2000) serta permasalahan lainnya ternyata dialami oleh semua subyek. Sumber stres utama yang ditemukan pada ketiga subyek adalah adanya penekanan pada hubungan baik dan harmonitas kelompok saat bekerja daripada kinerja individu. Sumber stres lain adalah masalah kurangnya keterbukaan karyawan dalam berkomunikasi, kurangnya inisiatif karyawan dan kurangnya rasa tanggung jawab personal karyawan.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan teori Hofstede (1995), Ruky (2000) dan Koentjaraningrat (1997 dalam Ruky, 2000) maka memang terbukti bahwa masalah-masalah tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dimensi nilai dalam budaya kerja Amerika dan Indonesia yang mengganggu TK A saat melaksanakan pekerjaannya. Perbedaan utama terlihat dari dimensi individualisme dan kolektivisme antara dua negara yang saling bertentangan. Kemudian adanya kesenjangan power distance juga kerap menimbulkan berbagai masalah. Dalam penelitian ini berdasarkan strategi coping yang dikemukakan oleh Carver, Scheier & Weintraub (1989) ditemukan bahwa strategi coping yang sering digunakan semua subyek untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah strategi active coping.- Strategi emotion focused coping berbentuk acceptance juga sering digunakan secara bersamasama dengan active coping.
Adanya kesamaan latar belakang budaya Amerika dan budaya perusahaan asing tempat mereka bekerja kemungkinan mempengaruhi stressor akulturatif yang dihadapi. Untuk mendapatkan gambaran stressor akulturatif yang lebih kaya maka penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan subyek yang berasal dari berbagai negara dan bekerja untuk perusahaan dalam negeri. Saran terutama diberikan pada perusahaan agar memberikan informasi lebih lanjut tentang budaya kerja Indonesia pada TKA untuk mendorong keterbukaan terhadap budaya lain. Kegiatan konseling bagi TKA untuk mengatasi stres akulturatif juga akan sangat bermanfaat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Aswanti Tjakrawiralaksana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>