Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miftah Khairuza
"Pada program pembangunan, penting untuk diketahui bagaimana pengaruh yang dihasilkan oleh program mampu bermanfaat oleh masyarakat dimasa kini dan masa yang akan datang. Secara sederhana inilah yang melatarbelakangi penulisan tesis ini. Tesis ini bertujuan untuk menganalisis “Pengaruh Program Kemitraan terhadap Tingkat Kualitas Hidup Mitra Binaan PT. Pertamina (Persero) Region I Sumatera Utara dan mencoba memberikan rekomendasi atas hasil analisis pada tujuan pokok tersebut. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa 66,3% responden menilai bahwa pengaruh program kemitraan terhadap tingkat kualitas hidup mitra binaan masuk dalam kategori “cukup baik”. Dari analisis regresi linear sederhana didapatkan hasil nyata antara program kemitraan dan tingkat kualitas hidup Mitra Binaan PT. Pertamina Persero Region I Sumbagut dengan nilai R2 (koefisien determinan) = 0,379 atau 37,9%.

It is important for the society to understand the influence of a development program in the present time and in the future. This is the reason behind the writing of this thesis. This thesis aims to analyze “The Influence of Partnership Program against The Level of Life Quality partner of PT. Pertamina Region I North Sumatera” and tries to give a recommendation based on the result. The result shows that 66.3% respondents appraise that the effect of partnership program against the life quality of SME partner of PT. Pertamina Region I North Sumatera is in category of “good enough”. The Simple Linear Regression analysis shows that the significant value between partnership program and level of life quality of SME Partner is at R2 (determinant coefficient) = 0,379 or 37,9%."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T36778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waktu Karo Sekali
"Pertambahan penduduk yang terlalu cepat di perkotaan merupakan masalah bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagai ilustrasi jumlah penduduk yang bermukim di kebanyakan kota di Indonesia telah bertambah dengan cepat sekali, bahkan lebih cepat bila dibandingkan dengan pertambahan rata-rata penduduk di seluruh tanah air dalam masa tahun tujuh puluhan ini. Apabila pertambahan penduduk selama ini adalah sekitar 2% setahun, maka dalam banyak kota penduduk yang bertambah 3,3% setahun. Bahkan beberapa kota penting, seperti Jakarta dan Surabaya, naik dengan 4,8% setahun lebih dari dua kali lipat pertambahan rata-rata di tingkat nasional.
Selanjutnya akibat dari pertambahan penduduk ini banyak pandatang dari desa yang pekerjaannya sebagai petani, dengan kemampuan yang serba terbatas baik modal maupun pengetahuan harus dapat menyesuaikan diri dengan tata kehidupan perkotaan.
Karena ketiadaan modal dan ketrampilan yang sesuai, mereka harus tinggal di tempat pemukiman yang berkualitas rendah, di mana kepadatan penduduknya tinggi dan letak pemukiman tidak teratur. Masalah menonjol yang timbul dari keadaan seperti itu dapat dilihat pada kualitas hidup yang masih rendah terlihat dari rendahnya derajat kesehatan, rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya kualitas perumahan, kemiskinan dan sebagainya.
Dalam kondisi kehidupan secara terus menerus kurang baik akan menimbulkan pemukiman yang buruk ( slum area ), yang mana kondisi demikian tidak sesuai dengan rencana induk kota, sehingga sebagai akibatnya terjadi pembongkaran, penggusuran dan penampungan terhadap pemukiman tersebut, sehingga di dalam kenyataannya membawa penduduk dalam kondisi yang kurang baik.
Masalah pokok dalam penelitian dari studi ini adalah apakah ada pengaruh tingkat pendapatan terhadap kualitas hidup masyarakat khususnya pada daerah penelitian di lingkungan RW 05 Kelurahan Serdang Kecamatan Kemayoran.
Dalam penelitian ini ada tiga hipotesis yang akan diujikan yaitu :
1. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan pendidikan ?.
2. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan kondisi kesehatan ?.
3. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan kondisi tempat tinggal ?.
Untuk menguji hipotesis itu, suatu penelitian lapangan telah dilakukan yang meliputi 78 kepala rumahtangga sebagai unit analisis yang dipilih secara random di antara penduduk Kecamatan Kemayoran. Untuk mendapatkan data sosial ekonomi, responden dibagi menjadi tiga strata kategari pendapatan, yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan di lapangan. Pada tahap pendahuluan, beberapa pertemuan adalah dengan pejabat lurah yang mane lokasi penelitian tersebut berada, dilanjutkan dengan kunjungan kepada RW dan RT. Tahap berikutnya meliputi wawancara di lapangan dengan responden. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan uji statistik non parametrik, yaitu menggunakan chisquare dengan koefisien kontingensi. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan pendidikan, pendapatan dengan kondisi kesehatan, dan pendapatan dengan kondisi tempat tinggal. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan mempunyai pengaruh besar pada variabel tingkat sosial ekonomi, dan dengan demikian sektor kritis yang perlu diperbaiki adalah meningkatkan tingkat pendapatan yang juga meningkatkan tingkat pendidikan, kondisi kesehatan dan kondisi tempat tinggal.

Population increase very fast in the urban areas is a problem for the developing countries including Indonesia. As a illustration the number of people living in the cities has been fastly increasing, even faster compared to the average population increase in Indonesia within the period of 1970s. With the total population growth around 2% per year, in many cities the population has increased by 3,3% annually. Even in some major cities such as Jakarta and Surabaya, population increased by 4,8% per year, or twice the national average population growth.
Furthermore the effect of population increase many people from rural areas who work as farmers with limited of capital and skill must just with city environmental life.
Having no capital and appropriate skills, they have to live in some poor quality settlements, where population density is high and the lay out housing is unorganized. Salient problems arising from such condition can be observed on the low level of quality of life can be measured by the low level of health, education, housing and poor living conditions, etc. Such poor condition of living settlements are continuously creating slums areas. That such condition is not suit to the master plan of city, it causes to unpack, eviction and relocation, in fact it condition bring about people living in bad.
The main enquiry of this study is whether there an influence of the level of income on the quality of life of the people in RW 05 as specially in the research region subdistrict of Kemayoran, Central Jakarta.
In the study there are three hypothesis will be test namely
1. What is there a correlation between people's level of income and their level of education?;
2. What is there correlation between people's level of income and their health condition ?
3. What is there a correlation between people's level of income and their housing condition?
To test the hypothesis a field survey was conducted, involving 78 heads of household as units of analysis selected randomly among the Kecamatan Kemayoran population. In order to obtain socio-economic data, the respondents were divided into three strata of income categories, i.e. high, medium and low.
Data collection was conducted through several stages of field activity. At initial stage, some meetings were held with the head of the subdistrict and village in which area of study is located, followed with visits to the concerned community (RW) and neighborhood (RT) association. The following stage covered field interview with the respondents. Quantitative data analysis was carried out with using non-parametric statistical data, i.e. chi-square and coefficient of contingency.
Results of data analysis indicates that weak correlations exist between income and educational level, income and level of education, income and level of health condition, and income and housing condition. It show that the income variable, having determinant influence on the other socio-economic status variables, constitutes the crucial sector which necessitates treatments, as increase on the level of income will bring about increases on the level of education, health status, and housing condition of the people.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Menurut penulis artikel ini, salah satu aspek dari pembangunan kota adalah masalah kualitas hidup dari masyarakatnya. Sehingga untuk melihat seberapa jauh kebrhasilan pembangunan suatu kota harus dilihat melalui kualitas hidup masyarakat kota tersebut dalam kurun waktu tertentu. Dalam membahas artikel ini, Edie Toet Hendrato mengambil masalah kualitas hidup masyarakat Kotamadya Padang, Sumatera Barat, antara rentang waktu tahun 1990 sampai tahun 1994. Kajian masalah ini merupakan hasil dari studi literatur yang telah dilakukan."
Hukum dan Pembangunan Vol. 26 No. 3 Juni 1996 : 191-201, 1996
HUPE-26-3-Jun1996-191
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Adzani
"Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang menggambarkan kualitas hidup klien Program Terapi Rumatan Metadon di Puskesmas Bogor Timur. Secara umum, temuan dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan temuan pada penelitian lain yang membahas efektivitas PTRM yang dinilai secara subjektif melalui penilaian kualitas hidup klien PTRM. Persepsi klien PTRM di Puskesmas Bogor Timur terhadap kualitas hidupnya cenderung positif selama berada dalam program. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa PTRM berpengaruh pada kualitas hidup pengguna opiat suntik ke arah yang lebih baik.
Hasil penelitian ini menyarankan agar evaluasi rutin pada klien secara komprehensif perlu lebih ditingkatkan dalam hal: kondisi medis, perilaku berisiko penggunaan Napza, perilaku seksual berisiko, masalah psikososial dan masalah seksual klien. Sehingga diharapkan PTRM di Puskesmas Bogor Timur dapat mencapai hasil dan tujuan program secara maksimal.

The study was designed to describe the quality of life among clients of Methadone Maintenance Therapy Program in Community Health Center Bogor Timur. In general, the findings in this study was not much different from the findings in other studies related to the effectiveness of MMT which was considered subjectively through the assessment of quality of life for MMT clients. Client's perception of the quality of life in general tend to be positive while in the program. It captures that MMT effect on the quality of life of opiate users injecting into a better direction.
The results of this study suggest that routine evaluation of a comprehensive among client needs to be improved in terms of: medical conditions, drug use risk behaviors, sexual risk behaviors, psychosocial and sexual problems. Thus expected MMT in Community Health Center Bogor Timur can achieve outcomes and objectives of the program to its full potential.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Fitriana
"[Latar belakang : Kelompok geriatri memiliki karakteristik khusus yang berpotensi meningkatkan lama masa rawat dan menurunkan kualitas hidup dan terbukti dapat diperbaiki dengan Pendekatan Paripurna Pasien Geriatri (P3G). Terdapat kemungkinan adanya perbedaan antara lama masa rawat dan kualitas hidup pasien geriatri dengan P3G sebelum dengan sesudah adanya sistem pembiayaan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
Tujuan: melakukan evaluasi pelaksanaan sistem JKN terhadap lama rawat, quality adjusted life days (QALD) dan efektivitas biaya pasien geriatri yang dirawat di ruang rawat geriatri akut RSCM.
Metode: Penelitian kohort retrospektif dengan kontrol historis dilakukan pada pasien geriatri ≥ 60 tahun dengan ≥ 1 sindrom geriatri yang dirawat di ruang rawat geriatri akut RSCM periode Juli-Desember 2013 (era non JKN) dan Januari-Juni 2014 (era JKN). Perbedaan dua rerata lama rawat dan QALD era non JKN dengan JKN dianalisis dengan uji-T tidak berpasangan. Dilakukan juga penghitungan incremental cost effectivity ratio (ICER) program JKN dengan outcome lama rawat dan QALD yang akan dipresentasikan dalam skema ICER.
Hasil: Dari total 225 subjek, 100 subjek berada di era non JKN dan 125 subjek di era JKN dengan karakteristik relatif sama. Rerata usia adalah 70 [60-86] tahun dan 68 [60-85] tahun secara berurutan. Tidak ada perbedaan lama rawat antara era non JKN dan JKN dengan median 12 [2-76] dan 12 [2-59] hari, p= 0,974. Begitu juga tak ada perbedan QALD antara kelompok non JKN dan JKN dengan median 0,812[-3,1 – 24,37] dan 0,000 [-7,37 – 22,43], p= 0,256. Biaya per satu kali rawat pada era non JKN adalah Rp. 19.961,000 [Rp.2.57 juta –Rp. 100 juta] dan JKN Rp. 20.832.000,- [Rp.3.067 juta - Rp.100 juta]. Skema ICER memperlihatkan biaya rawat lebih mahal Rp. 1.500.000,- untuk mendapatkan lama rawat lebih pendek 0,91 hari. Berdasarkan QALD, biaya rawat lebih murah Rp.3.484.887,- dengan 0,25 QALD lebih rendah dibanding era non JKN.
Simpulan: Tidak ada perbedaan lama rawat dan kualitas hidup pasien yang dirawat pada era non JKN dengan era JKN.;Background: Geriatric population with special characteristics tend to have longer average length of stay and lower quality of life. CGA (comprehensive Geriatric Assesment) was proven to improve the outcomes and has already be the standard procedure in RSCM. There were concerns on the difference between length of stay and quality of life before and after NHIP (National Health Insurance program) applied.
Objectives: To evaluate the implementation of NHIP system according to length of stay, quality adjusted life days and cost effectiveness of care in geriatric patients in acute care for elderly Cipto Mangunkusumo Hospital
Method : This is a retrospective cohort study with historical control. The subjects were geriatric patients ≥60 years old with one or more geriatrics giants between Juli to Desember 2013 (Non NHIP) and Januari to Juni 2014 (NHIP). We used independent T test to compare between two mean of length of stay and QALD.
Results : The characteristics were relatively similar between 100 subject in non NHIP group and 125 subject in NHIP group. the median of age were 70 [60- 86] dan 68 [60- 85] years old respectively. There was no significant difference between length of stay in non NHIP, median 12[2-76] days and NHIP group, median 12[2-59] days, p= 0,974. Quality of life which described as QALD proved that there was also no significant difference between non NHIP, median 0,812[-3,1 – 24,37] and NHIP group, median 0,000 [-7,37 –22,43], p= 0,256. The cost spent for one admission was Rp. 19.961,000 [Rp.2.57–Rp. 100 millions] in non NHIP and Rp. 20.832.000,- [Rp.3.067-Rp.100 millions] in NHIP group. Incremental cost effectiveness ratio (ICER) scheme showed NHIP is more expensive Rp.1.500.000,- to have 0,91 shorter days than non NHIP system. For QALD, the cost was cheaper Rp.3.484.887,- to have 0,25 QALD lower than non NHIP.
Conclusion: There were no difference in length of stay and quality of life of patients who admitted in acute geriatric Cipto Mangunkusumo hospital with CGA approach before and after National Health Insurance program implementation., Background: Geriatric population with special characteristics tend to have longer average length of stay and lower quality of life. CGA (comprehensive Geriatric Assesment) was proven to improve the outcomes and has already be the standard procedure in RSCM. There were concerns on the difference between length of stay and quality of life before and after NHIP (National Health Insurance program) applied.
Objectives: To evaluate the implementation of NHIP system according to length of stay, quality adjusted life days and cost effectiveness of care in geriatric patients in acute care for elderly Cipto Mangunkusumo Hospital
Method : This is a retrospective cohort study with historical control. The subjects were geriatric patients ≥60 years old with one or more geriatrics giants between Juli to Desember 2013 (Non NHIP) and Januari to Juni 2014 (NHIP). We used independent T test to compare between two mean of length of stay and QALD.
Results : The characteristics were relatively similar between 100 subject in non NHIP group and 125 subject in NHIP group. the median of age were 70 [60- 86] dan 68 [60- 85] years old respectively. There was no significant difference between length of stay in non NHIP, median 12[2-76] days and NHIP group, median 12[2-59] days, p= 0,974. Quality of life which described as QALD proved that there was also no significant difference between non NHIP, median 0,812[-3,1 – 24,37] and NHIP group, median 0,000 [-7,37 –22,43], p= 0,256. The cost spent for one admission was Rp. 19.961,000 [Rp.2.57–Rp. 100 millions] in non NHIP and Rp. 20.832.000,- [Rp.3.067-Rp.100 millions] in NHIP group. Incremental cost effectiveness ratio (ICER) scheme showed NHIP is more expensive Rp.1.500.000,- to have 0,91 shorter days than non NHIP system. For QALD, the cost was cheaper Rp.3.484.887,- to have 0,25 QALD lower than non NHIP.
Conclusion: There were no difference in length of stay and quality of life of patients who admitted in acute geriatric Cipto Mangunkusumo hospital with CGA approach before and after National Health Insurance program implementation.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Fajar M. Nofitri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kualitas hidup penduduk dewasa pada lima wilayah di Jakarta. Responden penelitian adalah 255 orang penduduk dewasa yang tinggal di Jakarta dengan rentang usia 18 hingga 55 tahun. Peneliti menggunakan alat ukur SEIQoL-DW yang telah diadaptasi. Hasil penghitungan statistik deskriptif mendapatkan mean skor global quality of life sebesar 77,12 (dari rentang 1-100), menandakan bahwa sebagian besar penduduk dewasa di Jakarta memiliki kualitas hidup yang baik. Selain itu, ditemukan lima aspek kehidupan paling penting bagi sebagian besar penduduk dewasa di Jakarta dalam kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu aspek keluarga, aspek spiritual/ agama, aspek kesehatan, aspek keuangan/ ekonomi, dan aspek hubungan sosial.

The purpose of this study is to descript the quality of life among adult citizen in five area of Jakarta. The participants of this research are 255 adult citizen who live in Jakarta, with age ranging from 18 to 55 years old. The instrument used in this study is adapted SEIQoL-DW. Descriptive statistic computation resulting a global quality of life mean score 77,12, indicating that most of adult citizen in Jakarta have a good quality of life. Meanwhile, the five most important life aspects according to adult citizen in Jakarta are family aspect, spirituality/ religion aspect, health aspect, monetary/ economic aspect, and social relationship aspect."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
155.92 NOF g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Herlan
"Latar Belakang: Gastrektomi, baik proksimal, gastrektomi distal dan gastrektomi total kerap diterapkan di RSUPN dr. Cpto Mangunkusumo, Jakarta untuk kanker, ulkus peptikum, nekrosis pada lambung dan kelainan-kelainan lainnya. Namun, sejauh ini belum pernah ada evaluasi gastrektomi dan etiologi penyakit terhadap kualitas hidup. Kami melakukan evaluasi pascagastrektomi melalui survei menggunakan kuesioner untuk tujuan evalausi.
Metode: Penelitian dilakukan dengan desain kohort restropektif mengambil data rekam medis. Pasien pascagastrektomi proksimal, distal, dan total atas indikasi tumor ataupun non-tumor (infeksi, kelainan bawaan dan lain-lain) pada periode Juli–September 2020 diikutsertakan dalam penelitian. Uji hipotesis dilakukan untuk melihat pengaruh jenis gastrektomi dan etiologi penyakit terhadap kualitas hidup yang dinilai berdasarkan kuesioner (World Health Organization Quality of Life questionnaire abbreviated version (WHOQOL-BREF).
Hasil: Enam puluh enam subjeck dengan rerata usia 47,12±14,5 tahun, diikutsertakan dalam studi. Ditemukan perbedaan signifikan antara kelompok proksimal, distal, dan total, hanya pada domain lingkungan dan nilai total WHOQOL-BREF. Median skor untuk domain lingkungan adalah sebesar 63 (50–88), 69 (50–88), 56 (50–75), secara berturut-turut untuk kelompok proksimal, distal, dan total. Rerata skor total WHOQOL-BREF untuk kelompok dengan gastrektomi proksimal, distal, dan total adalah sebesar 64,42±9,34, 67,19±9,44, dan 59,12±8,04. Subjek dengan etiologi keganasan memilki median skor WHOQOL-BREF yang cenderung lebih rendah pada sebagian besar domain. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor WHOQOL-BREF antara kelompok non-tumor dengan kelompok tumor.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna kualitas hidup subjek pascagastrektomi total dengan distal dan proksimal, pada domain lingkungan dan nilai total WHOQOL-BREF. Tidak terdapat perbedaan bermakna kualitas hidup subjek pascagastrektomi dengan etiologi tumor dan non-tumor, pada seluruh domain WHOQOL-BREF.

Background: Gastrectomy of proximal–, distal–and total gastrectomy referred to procedures indicated for cancer, peptic ulcer, gastric necrosis, and another disorder that frequently carried out in dr Cipto Mangunkusumo General Hospital. However, no evaluation was carried out before. Thus, we run a survey evaluating the quality–of–life following gastrectomy.
Method: The study was conducted using a retrospective cohort based on medical record. Those who underwent proximal, distal, or total gastrectomy for a tumor or any non-tumor indications were included in the research. A quality-of-life evaluate using the WHOQOL-BREF questionnaire and subjected to analysis.
Result: Sixty-six subjects with a mean age of 47.12 ± 14.5 years, were enrolled in the study. Significant differences were found between the proximal, distal, and total groups, only in the environmental domain and the WHOQOL-BREF total values. The median scores for the environmental domain were 63 (50–88), 69 (50–88), 56 (50–75) for the proximal, distal, and total groups, respectively. The mean WHOQOL-BREF total score for proximal, distal, and total gastrectomy group was 64.42 ± 9.34, 67.19 ± 9.44, and 59.12 ± 8.04. Subjects with an etiology of malignancy had a median WHOQOL-BREF score that tended to be lower in most domains. However, there was no significant difference in WHOQOL-BREF scores between the non–tumor and tumor group.
Conclusion: There are significant differences in patients quality-of-life after total gastrectomy with distal and proximal, in the environmental domain and the total WHOQOL-BREF values. There was no significant difference in postgastrectomy patients quality-of-life between non-tumor and tumor groups in all WHOQOL-BREF domains.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Julaeha
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan di
Kabupaten Pesawaran. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien TB di Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik klien dan pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga dengan kualitas hidup klien TB paru. Desain deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross-sectional digunakan dalam penelitian pada 41
pasien TB berumur 18-59 tahun pada fase intensif pengobatan dari bulan April
sampai Mei 2014. Hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup klien TB
terganggu. Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan (p = 0,034), tugas
kesehatan keluarga (p = 0,005), pendapatan (p = 0,030) dan dukungan keluarga (p
= 0,012) dengan kualitas hidup klien TB. Pengembangan program yang
terintegrasi antara program TB dan perawatan kesehatan masyarakat dan program
lainya untuk meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan tugas kesehatan
keluarga.

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is a major public health problem in Indonesia as well as in
Pasawaran. The family health tasks implementation may affect Health Related
Quality Of Life (HRQOL) among TB patients in Pesawaran. This study aims to
determine the corelation of characteristics of patients and family health tasks to
HRQOL TB patients. The descriptive correlative design with cross-sectional
approach was applied to this study to 41 patients. The inclusion criteria for the
respondents are aged range at18-59 years old and under the initial phase of TB
treatment from April to May 2014. The results showed that HRQOL among TB
patients generally were impaired. The characteristics associated to HRQOL
among TB patients were occupation (p = 0.034), family health tasks (p = 0.002),
income (p = 0.034) and family support (p = 0.012) . An integrated program need
to be developed to increase family’s ability to improve family health tasks."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasni Triana Putri
"ABSTRAK
Meningkatnya mobilitas ulang alik yang dilakukan masyarakat untuk beraktifitasmengakibatkan peningkatan penggunaan KRL commuter line. Masyarakat Bodetabekyang melakukan perjalanan untuk tujuan bekerja pada tahun 2014 sebesar 79,28 .Secara umum terjadi peningkatan jumlah penumpang KRL commuter lineJabodetabek sebesar 13,80 setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuikualitas hidup pengguna KRL commuter line dan faktor-faktor apa saja yangmempengaruhinya. Penelitian ini ingin mengukur kualitas hidup pada pengguna KRLcommuter line di stasiun Depok untuk tujuan bekerja di Jakarta dengan menggunakaninstrument WHOQOL-BREF. Wilayah penelitian berada di stasiun Depok, desainstudi penelitian adalah potong lintang cross-sectional , data yang digunakan adalahdata primer dimana penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017. Sampel penelitianyang digunakan adalah 113 orang berdasarkan perhitungan besar sampel. Diketahuihasil dari penelitian ini kualitas hidup pengguna KRL commuter line untuk tujuanbekerja di stasiun Depok memiliki kualitas hidup baik sebesar 61,9 . Faktor yangmempengaruhi kualitas hidup pengguna KRL commuter line adalah ketidaknyamananfisik dan psikologis. Sedangkan pengguna KRL commuter line yang mempunyaikualitas hidup yang baik adalah usia lebih tua, berstatus belum menikah, tidakmempunyai anak usia < 12 tahun, menggunakan KRL commuter line 2-4x dalamseminggu, dan mempunyai tingkat ketidaknyamanan fisik dan psikologis yangrendah.

ABSTRACT
Increased mobility of the shuttle to the community resulted in increased use of KRLcommuter line. Bodetabek people who travel for the purpose of working in 2014amounted to 79.28 . In general, the number of Jabodetabek KRL commuter lineusers increased by 13.80 per year. The purpose of this research is to know thequality of life of KRL commuter line users and what factors influence it. This reseachwanted to measure the quality of life of KRL commuter line users at Depok stationfor the purpose of working in Jakarta using the WHOQOL BREF instrument. Theresearch area was in Depok station, The research used design cross sectional study,the data used were primary data where the research was conducted in March 2017.The research sample used is 113 people based on the calculation of the sample size.The result of this research the quality of life of KRL commuter line users for thepurpose of working in Depok station has a good quality of life of 61,9 . Factors thataffect the quality of life of KRL commuter line users are physical and psychologicaldiscomfort. While KRL commuter line users who have good quality of life are older,unmarried, have no children "
2017
T47593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Aryant
"Hemodialisis dapat menimbulkan efek samping pada sistem tubuh, salah satunya adalah kelemahan otot yang berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik akan mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan kualitas hidup pasien hemodialisis. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional menggunakan sampel pasien menjalani hemodialisis rutin sebanyak 104 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup (p value = 0,659). Walaupun demikian aktivitas fisik mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien hemodialisis. Sehingga hasil ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat yaitu pentingnya mengkaji aktivitas fisikdan kualitas hidup pasien hemodialisis sebagai bagian dari intervensi keperawatan.

Hemodialysis may have side effect of muscle weakness that affects on daily activities of hemodialysis patients. Physical activity influences the quality of life of hemodialysis patients. This study aims to explore the relationship between physical activity and quality of life in hemodialysis patients. Design research used descriptive correlation with cross sectional approach, recruited 104 samples of hemodialysis patients. The result showed that there was no relationship between physical activity and quality of life (p value = 0,659). It has been realized that physical activity has important contribution for quality of life of hemodialysis patients. Therefore, nurses should perform assessment related to physical activity and quality of life in hemodialysis patients as a part of intervention to the patients."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>