Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159662 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Kardela
"Kerasionalan penggunaan obat berdasarkan indikator WHO merupakan penilaian rasionalitas penggunaan obat berdasarkan indikator peresepan, pelayanan pasien dan fasilitas kesehatan. Perencanaan dan pengadaan obat di Jakarta dilakukan oleh puskesmas kecamatan, sedangkan di kota Depok dilakukan oleh Dinkes Kota Depok. Penelitian ini bertujuan membandingkan kerasionalan penggunaan obat di puskesmas kota Jakarta Selatan dan Depok. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) dilakukan di empat puskesmas yaitu puskesmas Kecamatan dan Kelurahan Tebet Jakarta Selatan serta Kecamatan dan Kelurahan Pancoran Mas Depok pada bulan Maret - Oktober 2011. Kerasionalan penggunaan obat di empat Puskesmas belum cukup baik, terutama untuk rata-rata jumlah obat per-pasien 3.96, rata-rata peresepan antibiotik 47.83%, rata-rata persentase obat dengan pelabelan cukup 48.33% dan rata-rata persentase pasien yang memahami regimen obat 58.33%.
Hasil uji statistik Mann-Whitney menunjukan ada perbedaan bermakna (p<0.05) indikator peresepan dan pelayanan pasien. Rata-rata waktu penyiapan obat Puskesmas Kecamatan Tebet lebih tinggi dari pada Kecamatan Pancoran Mas. Peresentase antibiotik Puskesmas Kecamatan Tebet lebih tinggi dari pada Kelurahan Tebet Timur. Rata-rata waktu konsultasi Puskesmas Kelurahan Tebet Timur lebih tinggi dari pada Kecamatan Tebet, sedangkan untuk rata-rata waktu penyiapan obat lebih rendah. Rata-rata waktu konsultasi Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas lebih rendah dari pada Kelurahan Depok Jaya. Tersedianya DOEN / Formularium disetiap puskesmas dan ketersediaan obat penting sebesar 98.75%."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T39374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Auliya Yusuf
"Indikator pelayanan pasien sebagai standar WHO dalam evaluasi penggunaan obat rasional belum diterapkan di Indonesia. Menurut penelitian, umur dan pendidikan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan pasien tentang penggunaan obat benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan obat berdasarkan indikator pelayanan pasien WHO di Puskesmas Pancoran Mas tahun 2020. Penelitian menggunakan desain observasional dan rancangan cross-sectional. Sampel berjumlah 60 responden, terdiri dari 30 responden hasil observasi dan 30 responden hasil wawancara. Analisis data univariat yang dilakukan menunjukkan rata-rata waktu konsultasi medis adalah 3,7 ± 2,0 menit; rata-rata waktu penyiapan dan penyerahan obat adalah 3,0 ± 0,3 menit; kesesuaian penyerahan obat adalah 96,6% ± 18,2%; pelabelan obat yang cukup adalah 97,5 ± 7,6%, dan pasien dengan pengetahuan obat benar adalah 87,5 ± 12,7%. Analisis bivariat inferensial dilakukan dengan metode Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov yang didapatkan hasil data tidak terdistribusi normal dan Uji Korelasi Spearman yang didapatkan hasil bahwa adanya hubungan sedang antara umur (p = 0,028; r = -0,402) dan pendidikan (p = 0,035; r = 0,387) terhadap pengetahuan pasien. Hanya satu dari lima parameter indikator pelayanan pasien yang memenuhi standar WHO. Sehingga penggunaan obat di Puskesmas Pancoran Mas dianggap tidak rasional.

Patient care indicators as WHO standard in the evaluation of rational drug use have not been applied in Indonesia. According to research, age and education have a significant relationship to patients' knowledge about the appropiate of drugs. The study was conducted to evaluate the rationality of drug use based on WHO patient care indicator at the Pancoran Mas Public Health Center in 2020. The study used an observational and cross-sectional design. The sample comprises of 60 respondents, consisting of 30 respondents from the observation results and 30 respondents from the interviews. The univariate data analysis carried out estimated that the average time for medical consultation was 3.7 ± 2.0 minutes; the average time of preparation and delivery of the drug was 3.0 ± 0.3 minutes; suitability of drug delivery was 96.6% ± 18.2%, adequate drug labeling was 97.5 ± 7.6%, and patient with correct drug knowledge was 87.5 ± 12.7%. Inferential bivariate analysis was performed using the Kolmogorov Smirnov Normality Test method, where the results were not normally distributed, and where the Spearman Correlation Test results reflected a medium relationship between age (p = 0,028; r = -0,402) and education level (p = 0,035; r = 0,387) met patient knowledge. After all, only one of five parameters corresponded to the WHO standards, concluding that the use of drugs in the Pancoran Mas Public Health Center is considered irrational."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irlinda Fitraisyah Ardhianti
"ABSTRAK
Penggunaan obat rasional merupakan salah satu elemen penting dalam mencapai kualitas kesehatan yang baik bagi masyarakat. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan terdepan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar di tingkat masyarakat, sehingga penggunaan obat yang tidak rasional di puskesmas dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan untuk menilai dan membandingkan rasionalitas penggunaan obat yang ditinjau dari indikator peresepan menurut WHO di dua puskesmas terakreditasi madya Kota Depok pada tahun 2019. Metode yang digunakan adalah metode potong lintang dimana data sampel berasal dari data resep pada periode bulan Januari-Desember 2019 di Puskesmas Abadi Jaya dan Sukmajaya Kota Depok. Hasil penelitian dibandingkan dengan target kerasionalan yang telah ditetapkan oleh WHO. Pada hasil penelitian, didapatkan total sampel sebanyak 216 resep dengan jumlah obat yang diresepkan sebanyak 693 obat. Karakteristik demografi sampel penelitian adalah pasien wanita sebanyak 64,4% dan pasien pria sebanyak 35,6% pada rentang usia 18-59 tahun. Pada Puskesmas Abadi Jaya dan Sukmajaya, nilai masing-masing parameternya adalah: jumlah obat tiap pasien 3,32 dan 3,09; peresepan obat generik 99,16% dan 98,50%; peresepan antibiotik 17,59% dan 25%; peresepan injeksi 0; dan peresepan obat Fornas 97,77% dan 95,21%. Terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada parameter persentase obat yang diresepkan dari formularium. Sedangkan pada parameter rata-rata jumlah obat, persentase peresepan obat generik, persentase pasien yang diresepkan antibiotik, dan persentase pasien yang diresepkan injeksi tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Dari studi dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat di kedua puskesmas pada seluruh parameter indikator peresepan tidak rasional, kecuali pada parameter peresepan antibiotik dan injeksi.

ABSTRACT
Rational use of drug is an important element in achieving good health qualities for community. Public Health Centers is a leading health service in the organization of primary health care at the community level, so irrational use of drug at Public Health Centers can cause harm to the wider community. Therefore, Public Health Centers should apply the rational use of drug according to the existing standards. This study was designed to assess and compare the rationality of drug use at two accredited Public Health Centers in Depok City through prescribing indicators according to WHO. Method of this study was cross-sectional observation where the sample was derived from prescription data in the period of January-December 2019 at two Public Health Centers in Depok City. The results of the study were compared with rational targets by WHO. The total number of samples was 216 prescriptions with 693 drugs. The demographic characteristics of the sample were 64.4% women and 35.6% men in the age range 18-59 years. In both Public Health Centers, the values of each parameter were: average drug prescribed 3,32 and 3,09; medicines prescribed by generic name 99,16% and 98,50%; antibiotic prescribed 17,59% and 25%; injection prescribed 0; and medicines prescribed from formulary 97,77% and 95,21%. Significant difference between Public Health Centers were only found in the percentage of formulary drug prescriptions (p < 0,05). It can be concluded that the use of drugs in both Public Health Centers was still irrational except for the use of antibiotics and injection."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felmina Lathifatuzahra
"Penggunaan obat yang rasional memiliki peran yang sangat penting dalam tercapainya kesehatan pasien. World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat sekitar 50% dari seluruh penggunaan obat di dunia tidak tepat dalam peresepan, penyiapan, maupun penjualannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rasionalitas penggunaan obat di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok ditinjau dari indikator peresepan menurut WHO. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis secara deskriptif dan inferensial dengan menggunakan desain potong lintang. Pengumpulan sampel menggunakan metode retrospektif, dengan total sampel sebanyak 324 resep yang berasal dari bulan Januari-Desember 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat tiap pasien adalah 3,79±1,04, rata-rata persentase peresepan obat generik adalah 99,76%, rata-rata persentase peresepan antibiotik 8,95%, rata-rata peresepan injeksi 0,31%, dan rata-rata persentase peresepan obat Formularium Nasional adalah 98,72%. Data menunjukkan bahwa penggunaan obat di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok belum rasional, kecuali pada parameter peresepan antibiotik dan injeksi. Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada parameter rata-rata jumlah obat tiap pasien, peresepan obat generik, dan peresepan formularium di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok. Berdasarkan target yang ditetapkan WHO, penggunaan obat di tiga puskesmas terakreditasi dasar Kota Depok pada tahun 2019 belum rasional, kecuali pada parameter peresepan antibiotik dan peresepan injeksi.

Rational use of drugs has a very important role to achieve patient health. World Health Organization (WHO) estimated more than 50% of all medicines were prescribed, dispensed, and sold inappropriately. This study was designed to evaluate rationality of drug use at three public health centers in Depok City based on WHO prescribing indicator. Descriptive and inferential analysis was performed using the cross-sectional method on the data obtained. A sample of 324 prescription written on January-December was obtained. The result showed that number of medicine was 3.79±1.04 per encounter, average percentage of medicines prescribed by generic name was 99.76%, average percentage encounters with antibiotic prescribed was 8.95%, average percentage encounters with injection 0.31%, and average percentage of medicines prescribed from Indonesian National Formulary was 98.72%. Results showed that drug use at three public health centers in Depok City was still irrational except for antibiotic and injection use. There was significant difference (p<0.05) between public health centers on average drug prescribed , average percentage of medicines prescribed by generic name , and average percentage of medicines prescribed from Indonesian National Formulary. Based on WHO , the use of drugs in three public helath centers in Depok City is not rational except for antibiotic and injection prescribing."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Adriani
"ABSTRAK
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan PelayananKesehatan Gigi Dan Mulut Oleh Ibu Hamil Di Kecamatan PancoranMas Depok Tahun 2018Pembimbing : Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIHPenyakit gigi dan mulut memiliki hubungan dengan kehamilan dan resiko kelahiranyang merugikan seperti BBLR, preeklamsia dan kelahiran prematur. Pemeriksaan gigidan mulut saat kehamilan memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayinya, namun, angkautilisasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut dari penelitian sebelumnya di Indonesiamasih rendah. Kunjungan ibu hamil di KIA Puskesmas Pancoran Mas tahun 2016sebanyak 2648 kunjungan, namun, di tahun yang sama hanya terdapat 24 kunjungan dipelayanan gigi dan mulut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut oleh ibu hamil diKecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Penelitian menggunakan desain potong lintangdengan jumlah sampel sebanyak 162 responden. Penarikan sampel menggunakan teknikrandom sampling yang terdiri dari ibu hamil dan ibu yang memiliki anak berusia sampaidengan satu tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok.Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden dan atauwawancara dengan responden. Data dianalisis menggunakan regresi logistik ganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat 25,9 ibu yang melakukanpemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan. Variabelkepemilikan asuransi kesehatan p=0,028 , perceived need p=0,009 dan keterpaparaninformasi p=0,026 memiliki hubungan yang signifikan dengan kunjungan ke doktergigi selama kehamilan. Dibutuhkan adanya kebijakan, inovasi program dan strategipreventif untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut olehibu hamil serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai pentingnyamenjaga kesehatan gigi dan mulut saat hamil.Kata kunci:Kehamilan, utilisasi, pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

ABSTRACT
Factors Associated With Utilization of Dental Health CareServices Among Pregnant Women in Pancoran Mas District,Depok, in 2018Counsellor Dr. Dian Ayubi S.KM, M.QIHIt has been known that dental and oral health problems are correlated with pregnancyand adverse pregnancy outcomes such as low birth weight, pre eclampsia and pretermbirth. Seeking dental health services when pregnant has many benefits, however,previous studies showed that utilization of dental health service by pregnant womenwere low in Indonesia. In 2016, there were 2648 pregnant women utilized maternal andchild health care in Pancoran Mas Depok Public Health Center, however, only 24pregnant women utilized dental health care. The objective of this study was to identifyfactors related to utilization of dental health services among pregnant women inPancoran Mas District, Depok. This study was conducted using cross sectional designwith a total sample of 162 respondents. Random sampling method was applied forstudy subject selection that consists of pregnant women and mother who has child witha maximum age of one year living in the work area of Pancoran Mas Depok PublicHealth Center. Data collection was done by self administered questionnaires andinterview. Data was analyzed using multiple logistic regression. The results showed thatonly 25,9 visit dental health care services during pregnancy. Health insuranceownership p 0.028 , perceived need p 0.009 and exposure to information aboutcorrelation between dental health and pregnancy p 0.026 have a significantrelationship with dental visits during pregnancy. These findings suggest that policies,innovation programs and prevention strategies are needed to improve dental health careservices by pregnant women and increase the knowledge and awareness of pregnantwomen about the importance of maintaining oral health during pregnancy.Key words pregnancy, utilization, dental health care services
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makhdalena
"Pelayanan farmasi berdasarkan indikator pelayanan pasien WHO di berbagai Negara Berkembang termasuk Indonesia belum memenuhi rekomendasi WHO. Penelitian bertujuan menganalisis pelayanan farmasi berdasarkan indikator pelayanan pasien WHO pada Puskesmas Kecamatan yang belum dan sudah terakreditasi di Kota Depok. Penelitian menggunakan rancangan potong lintang secara prospektif melalui observasi responden dan resep obatnya, serta wawancara responden. Penelitian pada sembilan Puskesmas Kecamatan belum terakreditasi dan dua sudah terakreditasi dari Desember 2016-Februari 2017. Sampel penelitian adalah pasien poli umum dan pendamping pasien poli manajemen terpadu balita sakit yang memenuhi kriteria inklusi, serta resep obat.
Puskesmas kecamatan belum terakreditasi memenuhi rekomendasi WHO untuk waktu penyiapan dan penyerahan obat >3 menit sebesar 77,8 dan 100 yang sudah terakreditasi. Semua puskesmas kecamatan tidak ada yang memenuhi rekomendasi WHO untuk kesesuaian penyerahan obat, pelabelan obat cukup dan pasien dengan pengetahuan obat yang benar =100. Analisis bivariat dengan program SPSS menggunakan uji Mann-Whitney dan Chi-Square menunjukkan waktu penyiapan dan penyerahan obat pada Puskesmas Kecamatan sudah terakreditasi lebih lama secara bermakna dari yang belum terakreditasi p0,05 . Pelayanan farmasi pada Puskesmas Kecamatan sudah terakreditasi secara umum tidak berbeda dengan yang belum terakreditasi.

Pharmaceutical care based on WHO patient care indicator in the Developing Countries including Indonesia have not fulfilled WHO recommendations. This study aims to analyze pharmaceutical cares based on WHO patient care indicators at District Public Health Centers not accredited and accredited in Depok City. This study used cross sectional design prospectively through respondent observation and drug prescription, as well as interviews of respondents. The study was on nine Districts Public Health Centers not accredited and two accredited from December 2016 February 2017.The study sample were general poly patient and accompanying patient of pediatric integrated management poly WHO fulfilled inclusion criteria, as well as prescription of drug of respondents.
The district public health centers not accredited that fulfilled WHO recommendation for dispensing time of drugs 3 minutes was 77.8 and 100 accredited. All district public health centers do not fulfilled WHO recommendations for drugs actually dispensed, drugs adequately labelled, and patients with knowledge of correct dosage 100 . Bivariate analysis with SPSS program using Mann Whitney and Chi Square test showed that the dispensing time of drugs at District Public Health Centers accredited significantly longer than those not accredited p 0.05 . Pharmaceutical care based on the WHO patient care indicator at District Public Health Center accredited in general is not different from that not accredited.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T49726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Citra Dewi Permata Sari
"(WHO) World Health Organization memperkirakan terdapat sekitar 50% dari seluruh penggunaan obat tidak tepat dalam peresepan, penyiapan, dan penjualannya. Pada tahun 1993, peresepan di Indonesia masih dikategorikan tidak rasional. Hal tersebut dilihat dari banyaknya polifarmasi (3,5 per pasien), penggunaan antibiotik yang berlebihan (43%), serta injeksi yang tidak tepat dan berlebihan (10-80%). Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi kerasionalan penggunaan obat menggunakan indikator peresepan di seluruh puskesmas kecamatan Kota Depok dan menganalisis adanya perbedaan antar puskesmas tersebut. Metode yang digunakan adalah metode retrospektif potong lintang pada seluruh puskesmas kecamatan (11 puskesmas). Hasil penelitian dibandingkan dengan target kerasionalan dari Kementrian Kesehatan RI dan saran dari WHO tahun 1993. Total data sampel yang didapat sebanyak 1158 resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat tiap pasien adalah 3,79, rata-rata persentase peresepan obat generik adalah 98,13%, rata-rata persentase peresepan antibiotik 46,22%, persentase peresepan injeksi sangat kecil (0,09%), dan rata-rata persentase peresepan obat DOEN 91,61%. Data menunjukkan bahwa penggunaan obat di seluruh puskesmas kecamatan Kota Depok belum rasional kecuali untuk peresepan injeksi. Hanya rata-rata jumlah obat tiap pasien dan persentase peresepan antibiotik antar puskesmas yang berbeda bermakna (p = 0,000).

World Health Organization (WHO) estimated more than 50% of all medicines were prescribed, dispensed and sold inappropriately. On 1993, prescribing in Indonesia was still irrational. It can be seen from many of polypharmacy (3,5/patient), overuse of antibiotics (43%) and inappropriate overuse of injections (10-80%). This study was designed to evaluate rationality of drug use at all of subdistrict public health centers (SPHC) in Depok City through prescribing indicator. Method of this study was cross sectional observation at 11 SPHC and analysis significant difference among them. Data was compared with target from Ministry of Health and WHO suggestion on 1993. Total amount of sampel were 1159. Result of this study showed that average drug prescribed was 3,79, average percentage of medicines prescribed by generic name was 98,13%, average percentage encounters with antibiotic prescribed was 46, 22%, average percentage encounters with injection prescribed was very low (0,09%) and average percentage of medicines prescribed from NEML (National Essential Medicines List) was 91,61%. Results showed that drug use at all of SPHC in Depok City was still irrational except for injection use. There was significant difference (p = 0,000) between SPHC on average drug prescibed and percentage encounters with antibiotic prescribed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1514
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leander, Derlin Juanita
"Latar Belakang: Internet menjadi salah satu media pembelajaran sekaligus menjadi teknologi yang dapat disalahgunakan. Salah satu faktor risiko yang sering dikaitkan dengan penggunaan internet yang bermasalah adalah masalah perilaku.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya asosiasi antara masalah perilaku dengan penggunaan internet yang bermasalah.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan studi potong lintang yang mengikutsertakan 300 siswa-siswi SMP di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Data dikumpulkan dengan menggunakan Young's Diagnostic Questionnaire for Internet Addiction dan kuesioner Kekuatan dan Kesulitan pada Anakself-rated.
Hasil: Berdasarkan uji analisis Chi Square pada data yang dikumpulkan, didapatkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara masalah perilaku dan penggunaan internet bermasalah dengan p=0,190 IK95 0,872-2,449.
Diskusi: Masalah perilaku bukan merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya penggunaan internet bermasalah. Individu dengan masalah perilaku, namun memiliki faktor protektif seperti pembatasan akses internet oleh orang tua, relasi yang baik, dan self-regulation yang baik dapat mencegah munculnya perilaku penggunaan internet yang bermasalah. Tidak ada hubungan bermakna antara masalah perilaku dan penggunaan internet yang bermasalah menunjukkan bahwa hubungan masalah perilaku dengan penggunaan internet bermasalah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Selain itu, faktor protektif juga mencegah terjadinya penggunaan internet yang bermasalah pada anak remaja yang diduga memiliki masalah perilaku.

Introduction Internet becomes one of the learning media and at once becomes a technology which can be misused. One of the risk factors often associated with problematic internet use is conduct problems.
Objective This research is done to find out association between conduct problems and problematic internet use.
Methods This research was carried out with cross sectional study which includes 300 junior high school students in Pancoran Mas Sub districts Depok city. Data was collected using Young rsquo s Diagnostic Questionnaire for Internet Addiction and also Strength and Diffculties Questionnaire self rated.
Results Based on Chi Square analysis test, result showed there is no significant relation between conduct problems and problematic internet use with p 0,190 CI95 0,872 2,449 . Discussion Conduct problems is not dominant factor to cause problematic internet use. Person who has conduct problems, but has protective factor as well as parents rsquo internet limitation, good relationships, and good self regulation will prevent the emerge of problematic internet use. There is no significant relation between conduct problems and problematic internet use showed that relation between conduct problems and problematic internet use is influenced by other factors, such as biological factor, psychological factor, and environment. Furthermore, protective factor also prevent problematic internet use in adolescents who are suspected to have conduct problems.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursetyowati Rahayu
"Kegiatan praktek kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Periode Bulan Juli 2017 bertujuan untuk memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Puskesmas; memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap perilaku (professionalisms) serta wawasan dan pengalaman nyata (reality) untuk melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas; dan mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di Puskesmas. Kegiatan yang dilakukan diantaranya pelayanan resep, Pelayanan Informasi Obat (PIO), menyiapkan obat untuk distribusi, penyuluhan, serta diskusi dengan apoteker yang ada di Puskesmas. Selain itu, mahasiswa juga mengerjakan tugas khusus yaitu Penyuluhan Upaya Berhenti Merokok di Puskesmas Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya lingkungan puskesmas kecamatan pancoran tentang bagaimana cara berhenti merokok baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi; serta memberikan informasi tentang cara pemberian obat dengan benar.

The activities of the internship at Pancoran Jakarta Selatan Primary Health period July, 2017 aims to understand the role, duties and responsibilities of pharmacists in Primary Health; had the insight, knowledge, skills, and practical experience to undertake pharmaceutical practices in pharmacies and can also have the insight of pharmaceutical practice issues to doing profession practices in Primary Health; and being able to communicate and interact with other health care personnel who are on duty at the clinic. The activities were include prescription and drug information service, prepare the medications for distribution, and discussions with pharmacists at Primary Health. In addition, student was also doing a specific task, that was Counseling about How to Stop Smoking. The purpose of this task was to provide the information to the public especially a peoples in Pancoran Primary Health about the way to stop smoking through pharmacology and non pharmacology and also giving information about drugs rightly."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Daisa
"Praktik kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Pancoran periode bulan September tahun 2017 bertujuan untuk memahami peranan, tugas dan tanggung-jawab Apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi yang berlaku, dan dalam bilang kesehatan masyarakat, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku (professionalism) serta wawasan dan pengalaman nyata (reality) untuk melakukan praktek profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas, mempelajari strategi dan pengembangan praktik profesi Apoteker di Puskesmas, memiliki gambaran nyata tentang permasalahan (problem-solving) praktik dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas dan mampu berkomunikasi serta berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di Puskesmas. Praktik kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Pancoran dilakukan selama dua minggu dengan tugas khusus yaitu “Penyuluhan DAGUSIBU dan Penanganan Diare di Rumah”. Tujuan dari tugas khusus ini yaitu mengetahui tugas dan tanggungjawab Apoteker dalam memberikan informasi terkait penggunaan obat yang baik dan benar serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang penanganan diare di rumah

Internship at Public Health Center of Pancoran District month period September 2017 aims to understand the role, duties and responsibilities of pharmacists in the practice of pharmaceutical services in Puskesmas in accordance with prevailing laws and pharmaceutical ethics, and in saying public health, knowledge, skills, attitudes toward professional practices and real-world insights and experiences to practice the profession and pharmaceutical work at the Public Health Center, to learn strategies and develop the practice of the pharmacist profession at Public Health Center, have a real picture of the problem-solving practice and pharmaceutical work at the Public Health Center and able to communicate and interact with other health personnel who served in Public Health Center. Practice professional work in Public Health Center of Pancoran District conducted for two weeks with a special task that is "Counseling DAGUSIBU and Handling Diarrhea at Home". The purpose of this special task is to know the duties and responsibilities of Pharmacists in providing information related to the use of good and correct drugs and provide information to the community about handling diarrhea at home."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>