Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81754 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Ronal
"Latar Belakang: Kortikosteroid topikal seperti triamsinolon asetonid (TA) 0,1% in orabase, sering digunakan dalam terapi stomatitis aftosa rekuren (SAR). Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas sediaan baru gel bioadhesif klobetasol propionat (KP) 0,05% dengan kontrolTA 0,1% in orabase dalam terapi SAR tipe minor. Kitosan dan hydroxy propyl methyl cellulose (HPMC) digunakan sebagai basis gel bioadhesif.
Metode:Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar gandapada empat puluh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.Dua puluh subjek menggunakan gel bioadhesif KP 0,05% tiga kali sehari dan dua puluh subjek menggunakan TA 0,1% in orabase tiga kali sehari. Luas lesi dan derajat eritema SAR dievaluasi setiap dua hari dan intensitas nyeri dievaluasi setiap hari.
Hasil: Terjadi perbaikan klinis pada kelompok KP maupun kelompok TA dengan periode kesembuhan ≤ 6 hari. Tidak diperoleh perbedaan yang bermakna antara luas lesi, derajat eritema, dan intensitas nyeri SAR antara kelompok KP dan kelompok TA pada masing-masing hari pemeriksaan.
Simpulan: Dalam periode yang sama, baik gel bioadhesif KP 0,05% dan TA 0,1% in orabase menunjukkan pengurangan ukuran lesi, derajat eritema, dan intensitas nyeri SAR yang setara.

Background: Topical corticosteroid such as triamcinolone acetonide (TA) 0,1% in orabase is commonly used in treatment of recurrent aphthous stomatitis (RAS). The aim of this study was to evaluatethe effectiveness of a novel clobetasol propionate (CP) 0,05% bioadhesive gel with TA 0,1% in orabase as control in minor RAS. Chitosan and hydroxy propyl methyl cellulose (HPMC) were used as bioadhesive gel base.
Methods: This study was double blind clinical trial were involved forty students of Faculty of Dentistry Universitas Indonesia. Twenty subjects used CP 0,05% bioadhesive gel three times a day and twenty subjects used TA 0,1% in orabase three times a day. Ulcer size and degree of erythema were evaluated every two days and pain intensity was evaluated each day.
Results: The administration ofCP 0,05% bioadhesive gel and TA 0,1% in orabase were effective in producing remission of signs and symptoms in each group of subjects with healing period ≤ 6 days. No significant differences were found between the two group studied in ulcer size, degree of erythema, and pain intensity.
Conclusions: In the same period, both of CP 0,05% bioadhesive gel and TA 0,1% in orabase showed equal reduction of ulcer size, degree of erythema, and pain intensity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kusumastuty
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat abrasi akibat sikat gigi pada 3 macam semen gelas ionomer dari 3 pabrik. Dua macam GIC telah digunakan di klinik gigi MG UI dan yang ketiga adalah jenis terbaru yang mcnggunakan penyinaran untuk pengerasannya. Penelitian dilakukan in vitro dengan menggunakan sikat gigi listrik. Sampel untuk masing-masing bahan berjumlah 10 buah, dan dicetak dalam cetakan berbentuk silinder dari resin berwarna putih, kemudian direndam dalam air, dan mulai disikat 24 jam sesudahnya. Pemeriksaan kekasaran permukaan dilakukan setelah penyikatan dengan simulasi waktu 1 bulan (15 menit), 3 bulan (45 menit), 6 bulan, (9() menit) dan diperiksa dengan alai pemeriksa kekasaran permukaan yaitu Surfacciester merk Tokyo Seimtsu. Ternyata kekasaran permukaan ketiga bahan GIC setelah penyikatan 1 bulan, 3 bulan, ataupun 6 bulan tidak berbeda bermakna. Dapat diartikan disini bahwa GIC tehan terhadap penyikatan dalam jangka waktu yang cukup lama."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
T3467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Mutiah
"Pemeriksaan kebersihan mulut dan gingivitis pada anak rawat nginap di rumah sakit, mengingat kebersihan anak umumnya buruk dan sering terjadi gingivitis. Terutama pada rawat nginap anak yang berkaitan dengan jenis kelamin, usia, diet, dan kondisi penyakit terhadap lama hari rawat. Sebagai subyek adalah pasien anak pada rawat nginap di rumah sakit Fatmawati, dilakukan pemeriksaan kebersihan mulut dan gingivitis dengan dua cara yaitu cara cross sectional sebanyak 95 orang dan cara longitudinal sebanyak 16 orang.
Hasil penelitian menunjukkan, kebersihan mulut dan gingivitis berdasarkan jenis kelamin menurut lama hari rawat tidak ada perbedaan yang menyolok antara laki-iaki dan perempuan. Berdasarkan usia kebersihan mulut dan gingivitis menurut lama hari rawat, bertambah buruk dengan bertambahnya usia. Berdasarkan diet, kebersihan mulut dan gingivitis ada perbedaan dengan bertambahnya lama hari rawat. Berdasarkan penyakit,kebersihan mulut dan gingivitis ada perbedaan dengan bertambahnya lama hari rawat. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana
"Pendahuluan: Kemajuan teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan akan efisiensi saat ini tidak terelakkan, termasuk di bidang ortodontik. Selain foto rontgen, model studi merupakan alat diagnostik yang diubah menjadi bentuk digital. Digitasi model studi dilakukan supaya pengukuran benda tiga dimensi dapat diukur dalam bentuk tiga dimensi. Walaupun demikian, ketidakakuratan bisa saja terjadi pada pengukuran dengan model studi digital tiga dimensi. Ketiadaan perangkat digitasi di Indonesia menyebabkan proses digitasi menjadi mahal dan sukar. Oleh karena itu, alat pemindai laser yang diciptakan oleh Institut Teknologi Bandung bekerjasama dengan Bagian Ortodonti Universitas Indonesia pada tahun 2011 diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menguji akurasi analisis ortodontik dengan menggunakan alat pemindai laser yang baru dibuat ini.
Bahan dan Cara: Duabelas pasang model studi sebelum perawatan ortodontik disertai anterior crowding dengan skor indeks Little 1-6 digunakan dalam penelitian ini. Masing-masing model studi dipindai, dan dilakukan digitasi dan analisis Bolton dan indeks ketidakteraturan Little (LII) diukur pada model studi konvensional dan digital dengan kaliper yang memiliki ketelitian 0.01 mm. Pengukuran intraobserver dilakukan pada 20% total sampel yang dipilih secara acak (3 sampel) dan diuji secara statistik dengan uji-t berpasangan dan Wilcoxon untuk uji nonparametrik. Plot Bland-Altman digunakan untuk menguji level of agreement kedua metode pengukuran. Uji-t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney digunakan untuk uji statistik pada penelitian inti dengan 12 pasang model studi.
Hasil: Uji intraobserver untuk analisis Bolton tidak memperlihatkan perbedaan bermakna (p = 0.859) sementara untuk pengukuran indeks ketidakteraturan Little, terlihat perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0.008). Plot Bland-Altman untuk indeks Little memperlihatkan tercapainya level of agreement kedua metode pengukuran. Pada pengukuran 12 pasang model studi, uji statistik untuk analisis Bolton dan indeks Little tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang bermakna (p > 0.05), dengan nilai p berturut-turut adalah p = 0.509 and p = 0.101.
Kesimpulan: Nilai pengukuran pada model studi digital disertai anterior crowding tidak berbeda bermakna secara statistik dengan nilai pengukuran yang dilakukan pada model studi konvensional dengan anterior crowding.

Introduction: The vastly growth of advanced technology to meet efficiency is currently inevitable, including in orthodontics. Radiographs and study models are diagnostic tools that often digitized and measured three-dimensionally. However, inacurracy might still be found in the three-dimension measurements. The customized laser scanner was then built in 2011 by Bandung Institute of Technology in conjunction with Department of Orthodontic University of Indonesia. The primary aims were to overcome the study models storing problems and the scanning cost, if the study models have to be digitized overseas. In this research, the study models digitizing were performed using the newly built laser scanner and the accuracy of the measurements were analyzed.
Material and Methods: Twelve pairs of pre-orthodontic treatment study models were used in this research with mild to moderate anterior crowding (Little Irregularity Index score 1-6). Each models were scanned and the mesiodistal width was measured before Bolton analysis was determined. For Little Irregularity Index, each measurements were done in the anterior of lower study models. The measurement of conventional study models were then compared with the digital study models measurement. Each measurement were made with digital calliper to the nearest of 0.01 mm. Intraobserver test was done by taking 20% from the total amount of the samples (3 samples) randomly and were tested by paired t-test and Wilcoxon for nonparametric test. The level of agreement were done with Bland- Altman plot. After getting valid intraobserver test value and good level of agreement, the main test was done by paired t-test and Mann-Whitney test.
Results: Intraobserver test for Bolton analysis showed no significant difference (p = 0.859) while significant difference (p = 0.008) was detected between measurement method for Little Irregularity Index. Bland-Altman plot for Little Irregularity Index intraobserver test showed good level of agreement. The Bolton analysis and Little Irregularity Index statistic test for twelve pairs of study models showed no significant difference (p > 0.05), respectively p = 0.509 and p = 0.101.
Conclusion: The measurements made in digital study models with anterior crowding were as accurate as the measurements made in conventional study models with anterior crowding, and therefore, the study models measurement can be done in the digital form.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesian are having oral health disease which relate with oral hygiene. Most of oral health diseases are dental caries and periodontal disease. Dental crowding is one type of dental malocclusion that cause those diseases. On the other hand, behaviour has an important role to influence oral health status. The aim of this study to get information about the relation between behaviour and oral hygiene of school children with dental crowding in DKI Jakarta. This study has been done on 277 fourth to sixth grade elementary school children from 5 district at DKI Jakarta. This observasional study has been done by chi-square test. The result has shown that there is no relation between behaviour to oral hygiene of dental crowding school children (p=0,93)."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Utami
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menguji reliabilitas kuesioner frekuensi konsumsi makanan kariogenik, mengetahui status karies gigi, dan hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan status karies gigi pada anak usia 15-16 tahun di DKI Jakarta. Metode: Survei epidemiologi dilakukan dengan desain penelitian cross sectional. Pemeriksaan karies gigi dilakukan oleh satu pemeriksa, menggunakan indeks DMFT. Indeks DMFT digunakan untuk mencatat prevalensi karies gigi berdasarkan kriteria WHO. Selain itu juga memberikan FFQ/ Food Frequency Quetionare yang dijawab oleh subjek untuk mendapatkan informasi mengenai frekuensi konsumsi makanan kariogenik, karakteristik anak, dan keadaan sosiodemografi. Data kemudian dianalisis dengan analitik komparatif. Hasil: Total sampel sebanyak 471 anak, dengan prevalensi yang mengalami karies gigi sebesar 75,4% dengan rata-rata 2,72. Kesimpulan: Status karies gigi pada anak usia 15-16 tahun di DKI Jakarta tergolong moderate, dengan rata-rata 2,72. Kedua kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. Karies gigi berhubungan signifikan dengan jenis kelamin, pendidikan ibu dan item makanan yogurt, perment mint, kripik, dan minuman bersoda.

Objective: This study aimed to examine the reliability of the questionnaire frequency of cariogenic food consumption, determine the dental caries status, and the relationship between the frequency of cariogenic food consumption and dental caries status in children aged 15-16 years in DKI Jakarta. Method: Epidemiology surveys were conducted with cross sectional study design. Dental caries was examined by one examiner, using DMFT index. DMFT index is used to record the prevalence of dental caries based on WHO criteria. FFQ / Food Frequency Quetionare answered by the subject to get information about the frequency of consumption of cariogenic foods, children's characteristics, and sociodemographic conditions. Data were analyzed with comparative analytic. Results: A total sample of 471 children, with a prevalence of dental caries of 75.4% with an average of 2.72. Conclusion: Dental caries status in children aged 15-16 years in DKI Jakarta is classified as moderate, with an average of 2.72. Both of questionnaires used in this study are reliable. Dental caries is significantly associated with gender, maternal education and food items such as yogurt, mint, mint, and carbonated drinks."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cymilia Gityawati
"Provinsi Kalimantan Utara yang masih pada tahap daerah pengembangan, khususnya di Desa Pembeliangan dan belum terdapat data mengenai kesehatan gigi dan mulut, serta kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakatnya yang masih memprihatinkan Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan perilaku menyikat gigi pada anak usia 5-8 tahun sebelum dan sesudah diberikan edukasi selama 21 hari Metode: Desain penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperiment dengan jenis rancangan Pretest dan Posttest Design. Hasil Penelitian: Hasil analisis data skor plak, pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan uji wilcoxon adalah p=0.000. hasil analisis data kai kuadrat antara skor plak awal dengan jumlah nilai pengetahuan, sikap dan tindakan awal adalah p=0.909, sedangkan hasil analisis data kai kuadrat skor plak akhir dengan jumlah nilai pengetahuan, sikap, dan tindakan akhir adalah p=0.041. Kesimpulan: terdapat perbedaan perilaku anak usia 5-8 tahun di Desa Pembeliangan saat sebelum dan sesudah diberikan edukasi, ditandai dengan peningkatan skor plak, pengetahuan, sikap dan tindakan.

The North Borneo Province is a developing area, especially in Desa Pembeliangan, there is no oral health data, economic and education condition still need to be concerned. Objective: Knowing the difference of tooh brushing behavior in children aged 5-8 years before and after the education given for 21 days. Methods: This research use quasi-experiment with pretest and posttest design. Result: Results of the data analysis plaque score, knowledge, attitudes and actions with Wilcoxon test was p=0.000. chi square data analysis between the initial plaque score to the total amount of knowledge, attitudes, ang early action is p=0.909, while the results of the chi square data analysis final plaque score to the total amount of knowledge, attitudes, and the final action is p = 0.041. Conclusion: There is the difference of tooth brushing behavior in children aged 5-8 years before and after education given, characterized by the increase of plaque score, knowledge, attitudes, and actions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridah Marzuqah Zhafirah
"ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui perbedaan penggunaan video animasi dan video nonanimasi sebagai media pendidikan dalam meningkatkan pengetahuan anak tunagrahita ringan mengenai kesehatan gigi dan mulutnya.
Metode: Subjek penelitian adalah 20 siswa SDLB Ar-Rahman diberikan edukasi menggunakan video animasi dan 14 siswa SDLB Mahardika menggunakan video non-animasi. Penelitian ini menggunakan pre and post test design.
Hasil: Ada perbedaan bermakna antara peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi (p=0.000). Namun, tidak ada perbedaan yang bermakna antara peningkatan pengetahuan menggunakan video animasi dengan menggunakan video nonanimasi (p=0.457).
Kesimpulan: Video animasi dan non-animasi tidak memiliki perbedaan dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak
tunagrahita ringan.

ABSTRACT
Objective: To determine the differences between animated and non-animated video as a medium of education in improving the knowledge of mild mental retardation children about their oral health.
Methods: The subjects were 20 students of SLB Ar-Rahman, who were given education using animated video and 14 students of SLB Mahardika who were given education using non-animated video. This study used a pre and post test design.
Results: There are significant differences in improvement of knowledge between before and after education (p=0.000). However, there are no significant difference between the increase in knowledge using animated viedo and using non-animated videos (p=0457).
Conclusion: animated and non-animated video does not have a difference in improving the oral health knowledge on mild mental retardation children."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Nursasongko
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini telah dikembangkan bahan tumpatan
'high-copper" amalgam untuk meningkatkan mutu amalgam
konvensional. High-copper amalgam mempunyai nilai 'creep'
lebih rendah, kekuatan kompresif lebih tinggi, dan lebih
tahan terhadap korosi. Namun pola kebocoran mikro pada tepi
tumpatan 'high-copper' amalgam ini menurut beberapa peneliti
tidak berbeda dengan amalgam konvensional. Kebocoran mikro
pada tepi tumpatan amalgam terjadi akibat adanya perubahan
dimensi bahan tumpatan amalgam didalam kavitas gigi selama
mengeraS. Salah satu usaha untuk mencegah kebocoran mikro
ini adalah dengan pemberian pernis pada dinding kavitas.
Untuk mengetahui peran pernis dalam mencegah kebocoran mikro
pada tepi tumpatan 'high-copper' amalgam, dilakukan
penelitian terhadap 160 gigi tetap manusia yang ditumpat
dengan 'high-copper' amalgam dengan pernis dan tanpa pernis.
Kebocoran dinilai dengan menggunakan zat warna biru metilen
setelah 24 jam dan 7 hari. Dari hasil penelitian terlihat
bahwa kebocoran mikro pada tepi tumpatan 'high-copper'
amalgam tanpa lapisan pernis ternyata lebih besar
dibandingkan dengan tumpatan 'high-copper'. amalgam dengan
pernis, baik pada dinding kavitas maupun pada permukaan
tumpatannya. Karenanya, lapisan pernis pada tumpatan 'high-
copper' amalgam dapat dinilai cukup efektif dalam mencegah
kebocoran mikro pada tepi tumpatan.

"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryanto A. G.
"Pada geligi tiruan lengkap rahang atas, retensi tergantung antara lain pada keutuhan 'seal' di sekelilingnya, dimana Posterior Palatal Seal merupakan salah satu bagiannya. Masalah biasanya timbul karena bagian ini terletak pada daerah batas jaringan mukosa yang bergerak dan tidak begerak.
Penentuan Posterior Palatal Seal sendiri sampai saat ini sering dilakukan secara visual saja, tanpa bantuan ciri anatomik. Pada hal dalam kepustakaan (antara lain Beresin & Schiesser (1973) dan Boucher (1975) dikemukakan bahwa Fovea Palatini adalah salah satu ciri anatomik yang dapat digunakan sebagai pedoman penentu letak Posterior Pala tal Seal.
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran jarak-jarak antara Fovea Palatini ke Garis Getar pada ketiga bentuk lereng palatum lunak untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara jarak-jarak tersebut. Dengan demikian dapat pula diketahui apakah Fovea Palatini dapat digunakan sebagai pedoman. Pada penggolongan bentuk Lereng Palatum Lunak, digunakan Klasifikasi M.M.House.
Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan adanya berbagai ragam letak maupun jumlah Fovea Palatini.Sejumlah 72,32 % subyek mempunyai fovea yang letaknya posterior dari garis getar, sedangkan 17,85 % letaknya bervariasi. Ditinjau dari jumlahnya, dijumpai 13,39 % subyek dengan satu, tiga dan empat buah fovea palatini dengan letak yang bervariasi pula. Penelitian yang dilakukan Lye maupun oleh Chen ternyata menunjukkan hasil berupa ketiga seragam an yang serupa.
Mengingat beragamnya letak maupun jumlah fovea palatini, disimpulkan bahwa ciri antomik ini diragukan untuk dapat digunakan sebagai pedoman penentu letak bagian medial posterior palatal seal geligi tiruan lengkap rahang atas."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>