Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162518 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudiana Ratnasari
"Penelitian ini mencoba melihat hubungan trait kepribadian dan strategi caping pada orangtua yang memiliki anak autistik. Kondisi spesifik yang terjadi akibat autisme seperti kegagalan berkomunikasi, perilaku tantrum dan tidak biasa, obsesi-kompulsi, serta ketergantungan yang tinggi pada anggota keluarga, membuat orangtua mengalami tingkat stres yang cukup tinggi. Randa! & Parker (1999) mengemukakan bahwa menjadi orangtua anak autistik memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak special needs lainnya seperti down ?s syndrom atau retardasi mental.
Perbedaan trait kepribadian dilihat dari teori McCrae & Costa berdampak pada strategi pemilihan coping terhadap masalah yang dihadapi selama pengasuhan anak autistik tersebut. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa trait kepribadian yang berhubungan positif dengan strategi coping adalah trait ncuroticism. Artinya makin tinggi skor trait ncuroticism seseorang maka akan makin tinggi pula skor strategi coping maladaptifnya. Sementara trait kepribadian conscientiousness memiliki hubungan yang negatif dengan strategi coping maladaptif.
Dominasi trait conscientiousness diikuti oleh trait agreeableness dan extraversión pada subjek penelitian ini sangat tinggi. Ke 50 subjek penelitian ini memiliki skor yang tinggi pada trait ini. Menurut peneliti hal ini terkait dengan usia diatas 30 tahun di mana pada tahapan usia tersebut dominasi trait yang menonjol adalah conscientiousness dan agreeableness (McCrae & Costa, 1992). Meski subjek penelitian ini didominasi oleh wanita namun secara keseluruhan total skor tertinggi dalam pemilihan strategi coping adalah yang berpusat pada masalah. Hal ini sedikit berbeda dengan teori yang mengatakan bahwa wanita umumnya akan memakai strategi coping yang hanya memfokuskan pada pengaturan emosi saja tanpa mengubah stressor."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T37965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuristie Lamsinar
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara religious coping dan resiliensi. Partisipan penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autistik, sebanyak 145 orang. Religious coping yang diukur meliputi pola positif dan negatif. Pengukuran religious coping tersebut menggunakan alat ukur Brief RCOPE yang dikembangkan oleh Pargament (1998). Resiliensi diukur menggunakan alat ukur Connor-Davidson Resilience Scale 10 (CD-RISC 10) yang dikembangkan berdasarkan CD-RISC (CDRISC 25) oleh Campbell-Sills dan Stein (2007). Berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson product moment diperoleh koefisien korelasi antara religious coping positif dan resiliensi sebesar 0.292 dengan nilai signifikansi sebesar 0.00 (p<0.01). Artinya, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara religious coping positif dan resiliensi. Selain itu, diperoleh pula hasil korelasi antara religious coping negatif dan resiliensi sebesar -0.138 dengan nilai signifikansi 0.097 (p>0.05). Artinya, tidak terdapat hubungan antara religious coping negatif dan resiliensi.
The objective of this research was to find the relationship between religious coping and resiliency. The participants of this research were 145 parents of children with autistic spectrum disorder. The measurement of religious coping includes the positive and negative pattem. Religious coping was measured with Brief RCOPE, constructed by Pargament (1998). Resiliency was measured with Connor-Davidson Resilience Scale 10 (CD-RISC 10), which was developed based on CD-RISC (CD-RISC 25) by Campbel-Sills and Stein (2007). The coefficient of Pearson product moment correlation between positive religious coping and resiliency was 0.292 with significance value 0.00 (p<0.01). It indicated that there were positive and significant correlation between positive religious coping and resiliency. The coefficient of Pearson product moment correlation between negative religious coping and resiliency was -0.138 with significance value 0.097 (p>0.05). It indicated that there were no significant correlation between negative religious coping and resiliency."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Puspitarini
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara religious coping dan parenting Self-efficacy pada orangtua yang memiliki anak dengan Gangguan Spektrum Autistik (GSA). Partisipan penelitian ini adalah 147 orangtua anak GSA. Religious coping diukur dengan alat ukur Brief RCOPE yang telah dibuat dan dikembangkan oleh Pargament (1998). Parenting Self-efficacy diukur dengan alat ukur subskala efficacy pada PSOC scale yang dikembangkan oleh Johnston & Mash (1989). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara reiigious coping positif dan parenting self-efficacy. Sementara, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara religious coping negatif dan parenting self-efficacy.
The objective of this research is to investigate the relationship between religious coping and parenting self-efficacy in parents of children with autistic spectrum disorder. Participants of this research are 147 parents of children with autistic spectrum disorder. Religious coping was measured by measurement tools Brief RCOPE made and developed by Pargament (1998). Parenting self-efficacy was measured by measurement tools efficacy subscale of PSOC scale developed by Johnston & Mash (1989). The result indicates that there are positive and significant relations between positive religious coping and parenting self-efficacy. Meanwhile, there are no significant relations between negative religious coping and parenting self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktiara Giwizadany
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping stress dan parenting self-efficacy. Partisipan penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autistik, sebanyak 66 orang. Pengukuran coping stress menggunakan alat ukur Brief COPE yang dikembangkan oleh Carver (1997) dan telah diadaptasi oleh Amanda (2014). Parenting self-efficacy diukur menggunakan subskala efficacy pada PSOC Scale yang dikembangkan oleh Johnston dan Mash (1989) dan telah diadaptasi oleh Puspitarani (2010). Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Pearson Correlation diperoleh hasil koefisien korelasi antara coping stress dan parenting self-efficacy sebesar -0.054 dengan nilai signifikansi sebesar 0.668 (p>0.01). Hal ini berarti bahwa, tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara coping stress dan parenting self-efficacy. Penelitian ini menemukan terdapat perbedaan skor kemampuan coping stress antara ayah dan ibu.

The objective of this research was to find the correlation between coping stress and parenting self-efficacy. The participants of this research were 66 parents of children with autistic spectrum disorder. Coping stress was measured with Brief COPE, constructed by Carver (1997) and had been adapted by Amanda (2014). Parenting self-efficacy was measured by measurement tools efficacy subscale of PSOC Scale, constructed by Johnston and Mash (1989) and had been adapted by Puspitarani (2010). The coefficient of Pearson correlation between coping stress and parenting self-efficacy was -0.054 with significance value 0.668 (p>0.01). It indicated that there were negative and no significant correlation between coping stress and parenting self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dixie Rinanti Nugita
"Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif ini dilakukan untuk melihat hubungan antara trait kepribadian dan strategi coping pada penerbang sipil. Jumlah partisipan yang mengikuti penelitian ini berjumlah 57 orang dengan seluruh partisipan berjenis kelamin laki-laki dan mempunyai rentang usia 20-64 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah NEO FFI untuk mengukur trait kepribadian dan Brief COPE untuk mengukur strategi coping yang telah diadaptasi oleh peneliti ke dalam Bahasa Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan teknik statistik Pearson Product-Moment Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara trait kepribadian extraversion dan emotion focused coping, trait kepribadian extraversion dan problem focused coping, serta antara trait kepribadian conscientiousness dan problem focused coping.

This research which uses quantitative approach is done to see the relationship between personality trait and coping strategy among civil pilot. There are a total of 57 participants, all of which is male, ranging from the age of 20 to 64. The instruments used in this research is NEO FFI to measure personality trait and Brief COPE to measure coping strategy which had been adapted into Indonesian language. The data analysis is done using Pearson Product-Moment Correlation statistical technique. The research show that there are positively significant relationship between extraversion personality trait and emotion focused coping, extraversion personality trait and problem focused coping, and between conscientiousness personality trait and problem focused coping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Redhani Noersasi
"Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kondisi kerja, trait kepribadian dan strategi coping secara bersama dengan stres kerja prajurit Korps Marinir TNI AL. Stres kerja yang diteliti adalah indeks stres kerja prajurit Korps Marinir (Kormar). Responden penelitian adalah 350 prajurit Kormar di Jakarta. Data diperoleh melalui kuesioner stres kerja dari Spielberger, kuesioner kondisi kerja, Ways of Coping Scale dari Lazarus dan Folkman, dan NEO-Five Factor Personality dari Costa dan McRae.
Uji validitas alat ukur dilakukan dengan metode internal consistency dan analisa faktor, sedangkan perhitungan reliabilitas menggunakan metode Cronbach Alpha.
Metode analisis yang digunakan adaiah teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kondisi kelja (satuan kerja, golongan kepangkatan, dan penugasan 6 bulan terakhir), trait kepribadian (neuroticism, extraversion openness to experience, agreeabieness, dan conscientiousness) dan strategi coping (tertokus masalah dan emosi) secara bersama dengan stres kerja prajunt Kormar. Dari variabel bebas yang diteliti hanya coping terfokus emosi, golongan kpangkatan dan trait neurcticism yang memberi sumbangan yang bemuakna terhadap stres kerja.
Hasil Iain yang diperoleh adalah (1) Ada perbedaan stres kerja yang signitikan prajurit Kormar bila dilihat dari golongan kepangkatan, trait neuroticism dan coping teriokus emosi. (2) Tidak ada perbedaan stres kerja yang signitikan bila dilihat dari satuan kerja, penugasan 6 bulan terakhir, trait extraversion, openness to experience, agreeabteness, conscientiousness dan coping terfokus masalah.
Saran yang diajukan (1) Mengadakan penelitian Iebih lanjut dengan variabel bebas yang lain dan subyek yang Iebih heterogen. (2) Alat ukur trait kepribadian perlu diteliti Iebih Ianjut. (3) Bagi Kormar dan TNI AL disarankan untuk membuat program-program kerja dapat mencegah dan mengurangi stres kerja di Iingkungan kerja Kormar."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T4918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ayu Ambarwati
"Lebih jauh jika merujuk pada prevalensi penderita dispepsia di seluruh dunia yang grafiknya terus meningkat (antara 7 hingga 41 persen per tahun) maka penelitian Muth yang menggunakan sampel kecil kurang bisa memberi gambaran secara umum tentang trait kepribadian dan kecemasan penderita dispepsia fungsional. Menurut data terakhir yang diperoleh pada penelitian tertutup di RSCM disebutkan dari 100 pasien dengan keluhan dispepsia, 80 persen mengalami dispepsia fungsional. Fakta-fakta ini mendorong penulis melakukan penelitian ulang dari penelitian Muth dengan menggunakan dua metode penelitian secara berurutan. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran umum tentang trait kepribadian dan kecemasan penderita dispepsia fungsional di DKI Jakarta sedangkan metode penelitian kualitatif dengan menambahkan variabel stres dan strategi coping digunakan untuk melihat keunikan yang tergambar pada masing-masing kasus dispepsia fungsional.
Penelitian kuantitatif dengan sampel 90 orang penderita dispepsia fungsional dilakukan di RSCM dan beberapa klinik di Jakarta. Penelitian ini mempergunakan cara penyebaran angket yang diadaptasi dari NEO P1-R buatan McCrae dan Costa (1990) dan Beck Anxiety Inventory buatan Beck (1985). Hasilnya ternyata trait neuroticism dan trait extraversion masing-masing memiliki pengaruh yang cukup kuat pada penderita dispepsia fungsional. Jika dibandingkan per subgrup dispepsia fungsional terlihat kalau pasien-pasien pada subgrup dysmotility-like dyspepsia cenderung lebih dipengaruhi trait extraversion dan pasien-pasien dari subgrup ulcer-like dyspepsia serta non-specific dyspepsia cenderung lebih dipengaruhi trait neuroticism. Mengenai kecemasan, 90 persen pasien memiliki kecemasan yang tinggi, dengan urutan pasien-pasien dari subgrup non-specific dyspepsia kecemasannya paling tinggi, disusul dengan pasien-pasien dari subgrup ulcer-like dyspepsia dan pasien-pasien dari subgrup dyrmotility-like dyspepsia.
Selanjutnya dari hasil penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara depth interview dan observasi terlihat bahwa pengaruh trait neuroticism membuat penderita menjadi sosok yang selalu worrying, emotional, insecure, dan inadequate; sedangkan pengaruh trait extraversion-introversion membuat penderita terlalu personal-oriented, aloof; quiet, retiring, unsociable, inexuberant, dan over optimistic. Mengenai gambaran kecemasan terlihat bahwa kecemasan yang tinggi berhubungan dengan riwayat stres berkepanjangan. Stres umumnya disebabkan daily hassl, namun pada sebuah kasus stres disebabkan oleh major life event. Selain itu stres ini pun berhubungan dengan: cognitive appraisal.
Tentang gambaran strategi coping, seluruh sampel cenderung memilih emotional focus coping. Tetapi bila dilihat dari kronologis cerita di masa lalu terungkap bahwa dua orang sampel pernah mencoba melakukan problem focus coping hanya saja hasilnya tidak memuaskan hingga kemudian lebih memilih emotional focus coping. Sayangnya emotional focus coping yang dikembangkan oleh seluruh sampel masih kurang efektif dikarenakan mereka juga mengembangkan perilaku coping yang bersifat destruktif, yaitu: giving up, striking out at others, indulging self blaming self, dan defensive coping. Hal ini menyebabkan seluruh sampel masih terus mengalami dispepsia fungsiona."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arista Akbar
"Orang tua dengan anak tunaganda memiliki peran dan tugas yang lebih berat dibandingkan orang tua dengan anak normal. Mereka harus menerima realita memiliki anak tunaganda, mereka harus bisa membela hak anaknya dan masih banyak lagi peran yang berpotensi menjadi sumber stres untuk orang tua. Bagaimana orang tua berespon terhadap kondisi yang sulit tersebut menjadi penentu berhasil atau tidaknya anak berkembang secara maksimal. Penelitian ini berusaha untuk melihat gambaran stres dan juga stretegi coping orang tua dengan anak tunaganda. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dimana pengambilan datanya dilakukan dengan metode wawancara. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah tiga orang tua yang memiliki anak tunaganda yang berdomisili di Jakarta. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sumber stres yang ada dalam setiap diri subyek dan juga mereka anggap paling berat berkaitan dengan kondisi anak mereka yang menyandang tunaganda. Setiap subyek mengkhawatirkan masa depan anak-anaknya terutama berkaitan dengan hal kemandirian. Dari berbagai sumber stres yang mereka alami, cara coping yang paling banyak digunakan adalah planful problem-solving yang merupakan bagian dari problem-focused coping.

Parents with multiple disabilities children have more responsibility for their children than other parents whose children are normal. As parents, They must have to face the reality, they must fight about their children's rights and many other tasks that potentially become some stressors for the parents. How parents react with any difficult conditions will give a big influence for their children to be able to grow up. This research tried to see the description of stress and coping strategy of parents with multiple disabilities children. This research use qualitative method with interviewing method to take the data . Participants whose involved in this research were three parents with multiple disabilities children in Jakarta. The result of this research, was found that the most difficult stressor for parents are about their children?s condition. Participant have worried about the future of their children, especially about their independency. From all stressors have been around, the most coping strategy that has been used was planful problem-solving. This coping strategy is a part of problem-focused coping.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Kifahi
2009
S3529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Sulistyo
"ABSTRAK
Dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus, pengasuh mengalami kesulitan yang
memungkinkan mereka mengalami burnout. Burnout adalah sindrom kelelahan
emosional, depersonalisasi dan menurunnya hasrat pencapaian diri. Pengasuh
membutuhkan resiliensi dalam mengatasi burnout. Resiliensi adalah kemampuan
untuk bangkit kembali dari kesulitan. Kemampuan adaptasi terlihat dari
kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi resilien. Pengasuh yang resilien
diharapkan dapat mengatasi burnout dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus
di panti asuhan. Trait kepribadian dari Big Five Personality yang digunakan
adalah extraversión, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness.
Hasil penelelitian regresi berganda ini menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara resiliensi dan trait kepribadian dengan burnout pengasuh anak
berkebutuhan khusus di panti asuhan."
2009
T38120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>