Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rakhmatika
"ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah organisasi berorientasi kemanusiaan berkorelasi dengan komitmen perubahan. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner, yaitu Commitment to Change Inventory (Herscovitch & Meyer, 2002) dan GLOBE Research Survey (House et al., 2006) yang keduanya telah diadaptasi dan dimodifikasi. Koefisien reliabilitas Commitment to Change Inventory adalah sebesar 0,893 dan GLOBE Research Survey sebesar 0,927. Penelitian ini melibatkan 176 responden yang merupakan karyawan di dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang energi yang sedang melakukan perubahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi berorientasi kemanusiaan berkorelasi signifikan dengan komitmen perubahan karyawan (r = 0,215, p < 0,01). Analisis lanjutan menunjukkan bahwa organisasi berorientasi kemanusiaan berkorelasi signifikan dengan komitmen afektif perubahan dan komitmen normatif perubahan, tetapi tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan komitmen kontinuans perubahan.


ABSTRACT

The aim of this study was to examine whether humane oriented organization correlated with commitment to change. This study used questionnaires as research instruments, named Commitment to Change Inventory (Herscovitch & Meyer, 2002) and GLOBE Research Survey (House et al., 2006) which have been adapted and modified. Reliability coefficient for Commitment to Change Inventory was 0,893 and GLOBE Research Survey was 0,927. This study involved 176 employees at two state owned energy enterprises that was carrying out organizational change. Result showed that humane oriented organization was significantly correlated with employee’s commitment to change (r = 0,215, p < 0,01). Further analysis showed that humane oriented organization was significantly correlated with affective and normative commitment to change, but didn’t have significant correlation with continuance commitment to change.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Swanny Puspitasari
"Komitmen perubahan menjadi faktor penting untuk mencapai kesuksesan dalam perubahan yang cepat di era globalisasi ini. Penelitian ini menguji korelasi antara dimensi budaya orientasi kinerja dan komitmen perubahan. Variabel orientasi kinerja dalam penelitian ini diukur menggunakan alat ukur dari penelitian GLOBE, sedangkan variabel komitmen perubahan diukur dengan Commitment to Change Inventory (CCI) yang dikembangkan oleh Herscovitch dan Meyer (2002) dan diadaptasi oleh Mangundjaya (2014).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Analisis data untuk meneliti korelasi dua variabel adalah teknik korelasi Pearson. Responden yang digunakan berjumlah 176 orang yang bekerja di 2 perusahaan BUMN dan memiliki kriteria sebagai karyawan yang telah bekerja minimal selama 2 tahun.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara orientasi kinerja dan komitmen perubahan pada karyawan dalam dua perusahaan BUMN di bidang energi (r=0.23,p<0.01). Hasil tersebut menyatakan semakin tinggi orientasi kinerja, maka semakin tinggi pula komitmen perubahan seseorang.

Commitment to change has become critical factor in success of rapid change in the era of globalization. This study examined the correlation between performance orientation as work-related values and commitment to change. The performance orientation variable was measured by GLOBE project inventory, whereas commitment to change variable was measured by Commitment to Change Inventory (CCI) which was developed by Herscovitch and Meyer (2002) and was adapted by Mangundjaya (2014).
Sampling technique for this study was convenience sampling. Data analysis technique to correlate these two variables was Pearson correlation. The sum of respondents were 176 employees who have worked at two state-owned corporations for at least 2 years.
The result showed that there was positive and significant correlation between performance orientation and commitment to change on employees in two energy sector stateowned companies (r=0.23,p<0.01). The results showed that high performance orientation is followed by high commitment to change."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianinoer Tamatalo Putri
"Penelitian ini dibuat bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara nilai kolektivisme kelompok dan komitmen perubahan pada karyawan di 2 perusahaan BUMN bidang energi. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 176 orang karyawan yang bekerja dalam perusahaan yang sedang berubah dan minimal telah bekerja selama 2 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Commitment to Change Inventory untuk mengukur komitmen perubahan berdasarkan konsep Herscovitch dan Meyer (2002) yang telah diadaptasi oleh Mangundjaya (2014), lalu menggunakan alat ukur dari proyek GLOBE untuk mengukur kolektivisme kelompok (House, Hanges, Javidan, Dorfman, & Gupta, 2004). Hasil uji korelasi menggunakan teknik statistik Pearson menemukan hasil bahwa kolektivisme kelompok memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen perubahan (r=0.219,p<0.01).

The aim of the study was to find a correlation between in-group collectivism as work values and commitment to change among employees in two energy sector state-owned companies. The total of respondents were 176 employees who worked at least 2 years in the changing company. The inventories that used in this study were commitment to change inventory which was adapted by Mangundjaya (2014), constructed by Herscovitch and Meyer (2002), whereas in-group collectivism measured by GLOBE inventory (House, Hanges, Javidan, Dorfman, & Gupta, 2004). The result obtained in this study showed that there was a positive and significant correlation between in-group collectivism and commitment to change (r=0.219,p<0.01).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Puteri Handayani
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai keterkaitan antara orientasi masa depan dan komitmen perubahan pada 176 karyawan yang bekerja di Badan Usaha Milik Negara yang sedang mengalami perubahan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara orientasi masa depan dan komitmen perubahan dengan koefisien korelasi r=0,201 dan p=0,007 (p<0,01). Orientasi masa depan juga berkorelasi dengan komitmen afektif perubahan dan komitmen normatif perubahan, namun tidak berkorelasi dengan komitmen kontinuans perubahan. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa organisasi sebaiknya mempertimbangkan komitmen perubahan karyawan dan nilai budaya kerja sebagai faktor penting dalam suksesnya sebuah perubahan.

ABSTRACT

The focus of this study is to investigate the relationship between future orientation and commitment to change among 176 employees from two state-owned companies that are facing a large-scale organizational change. This study is a quantitative study using correlational method. The result found that there is a significant relationship between future orientation and commitment to change with correlation coefficient r=0,201 and p=0,007 (p<0,01). Future orientation also has a correlation with the affective commitment to change and normative commitment to change, but not with continuance commitment to change. This result suggests that an organization should consider the role of commitment to change and work-related values as the important factors of a successful change.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fauziah
"Setiap organisasi perlu melakukan berubahan agar dapat bertahan hidup, eksis dan berkembang. Akan tetapi, perubahan organisasi seringkali mengalami kegagalan, salah satu penyebabnya adalah kurangnya komitmen karyawan untuk berubah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kesiapan individu untuk berubah dan kepercayaan organisasi terhadap komitmen afektif untuk berubah. Partisipan dari penelitian ini terdiri dari 328 karyawan yang bekerja diberbagai perusahaan perbankan di wilayah JABODETABEK. Komitmen afektif untuk berubah diukur menggunakan Commitment to Change Inventory, kepercayaan organisasi diukur menggunakan Organizational Trust Inventory dan kesiapan individu untuk berubah diukur menggunakan Readiness for Change Scale.
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kesiapan individu untuk berubah r = 0,64, p < 0,01 dan komitmen afektif untuk berubah serta hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan organisasi r = 0,30, p < 0,01 dan komitmen afektif untuk berubah. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan kesiapan untuk berubah dan kepercayaan organisasi yang tinggi memiliki komitmen afektif untuk berubah yang juga tinggi. Penelitian juga menunjukkan bahwa kesiapan individu untuk berubah ? = 0,63, p < 0,01 memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap komitmen afektif untuk berubah dibandingkan dengan kepercaayaan organisasi ? = 0,09, p < 0,05.

Every organizations need to change in order to survive, exist and develop. However, not every organizational change program was successful. This research aimed to examine the impact between individual readiness for change and organizational trust toward affective commitment to change. Participants of this research are 328 employees who work in various organization in the JABODETABEK area who facing changes. Affective commitment to change was measured using Commitment to Change Inventory, organizational trust was measured by Organizational Trust Inventory, and individual readiness for change measured using Readiness for Change Scale.
The result of this study proves that there is a significant positive correlation between individual readiness for change r 0,64, p 0,01 and affective commitment to change, and also a significant positive correlation between organizational trust r 0,30, p 0,01 and affective commitment to change. It implies that people with high individual readiness for change and organizational trust also have high affective commitment to change. This research also found that individual readiness for change 0,63, p 0,01 had stronger impact to affective commitment to change than organizational trust 0,09, p 0,05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Arief Akbar
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara followership dan komitmen organisasi pada karyawan. Pengukuran followership menggunakan followership questionnaire (Kelley, 1992) dan pengukuran komitmen organisasi menggunakan Commitment scale items (Allen dan Meyer, 1990). Partisipan 75 orang karyawan diperoleh dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara followership dengan komitmen organisasi pada karyawan (r = 0.413; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi followership yang dimiliki oleh seorang karyawan, maka semakin tinggi pula komitmen organisasinya. Selain itu, dimensi followership yang memiliki sumbangan paling besar, yaitu active engagement. Berdasarkan hal tersebut, maka seorang karyawan perlu ditingkatkan followership-nya terutama komponen active engagement sehingga komitmen organisasinya dapat meningkat.

This research was conducted to find the correlation between followership and organizational commitment among employees. Followership was measured using an instrument named followership questionniare (Kelley, 1992) and organizational commitment was measured using an instrument named commitment scale items (Allen and Meyer, 1990). The participants of this research are 75 employees. The main results of this research show that followership correlated with organizational commitment (r = 0.413; p = 0.000, significant at L.o.S 0.05). which means, the higher followership someone?s own, showing the higher organizational commitment. Furthermore, the biggest contribution component of followership toward organizational commitment was active engagement. Based on these result employees need to improve the followership especially active engagement, as one of factor that increasing organizational commitment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinurat, Elsa Meilola
"Perkembangan global di bidang ekonomi, politik, dan teknologi, menimbulkan ketidakstabilan yang berdampak pada hidup mati organisasi, sehingga organisasi dituntut untuk beradaptasi secara strategis agar mampu bertahan. Salah satu bentuk adaptasi yang strategis adalah melalui teknik downsizing, sebagaimana dilakukan PT. Sucofindo, Persero, perusahaan kelas dunia di bidang inspeksi, supervisi, pengujian dan pengkajian pertama di Indonesia yang merupakan gabungan Pemerintah Indonesia dan perusahaan Swiss (SGS SA).
Downsizing pada PT. Sucofindo, Persero terpaksa dilakukan sejak bulan Maret 2002 dengan mengurangi 4318 orang karyawannya menjadi 2700 orang yang dibagi ke dalam 10 SBU beserta sistem support karena kebijakan pemerintah yang merubah sistem monopoli ke sistem pasar yang sangat kompetitif. SBU Industrial & Consumer Product (INCO) sebagai salah satu SBU harus bekerja secara kompetitif, memiliki 395 karyawan dan melakukan inspeksi pada kelompok industri produk consumer product, food product, dan pre-shipment.
Paska downsizing, permasalahan baru timbul, selain kondisi keuangan organisasi yang kurang memadai, juga persoalan SDM yang dianggap kurang produktif, kurang kreatif, dan kurang termotivasi mengejar sasaran bisnis. Sistem lama yang diwarnai dengan adanya budaya 'santai' dengan penialan kinerja yang kurang konsisten dan tidak berdasarkan pada merit system masih terlihat. Kondisi ini tentunya menimbulkan stress tersendiri pada karyawan di berbagai level, dari level tertinggi hingga level terendah.
Karyawan mengalami "survivor syndrome" berupa "shock', kebencian terhadap manajemen, perhatian pada rekan kerja yang mengalami PHK, merasa bersalah karena tidak di PHK, komunikasi yang terputus (Alexandris, 1996), peningkatan stress, kurang produktif, kurang loyal (Redman & Keithley, 1998), rendahnya moral, penurunan partisipasi psikologis dan keterlibatan dalam mencapai tujuan organisasi, kepahitan, kemarahan, dan frustrasi, serta emosi negatif lainnya (Cascio, 1993; Mckinley et al., 1995; Noer 1993, dalam Sahdev, Vinicombe, & Tyson, 1999). Hal ini oleh Noer (1993) dalam Sahdev, Vinicombe, & Tyson, 1999) dilihat sebagai pelanggaran terhadap kontrak psikologis yang menimbulkan emosi negatif, dan menurut Sahdev, Vinicombe, & Tyson (1999), emosi negatif ini adalah wujud dari ketidakpercayaanyang tinggi terhadap motif dan tindakan manajemen. Hal ini berpotensi mempengaruhi penurunan komitmen organisasi karyawan yang tidak di PHK.
Komitmen sendiri merupakan keadaan sejauh mana seseorang memiliki keinginan yang besar untuk bertahan menjadi anggota dari suatu organisasi, serta keinginan untuk melakukan tingkat usaha yang tinggi bagi organisasi dan juga memiliki keyakinan dan menerima nilai-nilai serta tujuan dari organisasi tersebut (Mowday, Porter & Steers, 1982, dalam Nam, 1995). Komitmen organisasi ini secara teoritis terdiri 4 pendekatan, salah satunya adalah pendekatan multi dimensi dari Meyer & Allen (1997) yang melihat adanya 3 dimensi dalam komitmen organisasi, yakni affective, continuance, dan normative commitment. Affective commitment merupakan kedekatan emosi seseorang terhadap organisasi. Continuance commitment sebagai kedekatan kognitif seseorang yang dilandasi oleh penilaian terhadap besarnya cost apabila pindah ke organisasi lain dan normative commitment adalah perasaan keharusan seseorang bertindak sesuai dengan norma lingkungannya.
Ketiga dimensi komitmen organisasi memiliki sejumlah faktor yang mempengaruhi (anteseden). Anteseden affective commitment adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi penilaian seseorang terhadap harga dirinya. Anteseden continuance commitment adalah segala sesuatu dianggap mempengaruhi keuntungan/kerugian sebagai konsekuensi dari keanggotaan organisasi: Anteseden normative commitment adalah penilaian terhadap hal-hal yang perlu dilakukan sebagai tindakan balas budi, seperti sosialisasi dan kontrak psikologis.
Beranjak pada anteseden yang berpotensi menurunkan komitmen organisasi pada kasus downsizing, intervensi dapat dilakukan dengan melakukan tindakan yang dapat membantu pencapaian tujuan organisasi. Menurut Gomez-Melia & Cardy (1995), pengaruh yang ditimbulkan karyawan terhadap pencapaian tujuan organisasi tersebut adalah dengan melakukan pemberdayaan karyawan. Usaha ini secara teoritis dan praktis dianggap efeklif mengatasi persoalan akibat downsizing.
Pemberdayaan karyawan menjadi sangat panting karena menurut Clutterbuck (1993), dapat menyebabkan peningkatan kecepatan perubahan, lingkungan yang tidak stabil, kecepatan respon yang kompetitif dan peningkatan tuntutan pelanggan yang membutuhkan kecepatan dan fleksbililas respon yang tidak sesuai dengan model fungsi organisasi jaman dulu yang berdasarkan perintah dan kontrol.
Menurut Thomas & Velthouse (1990) dan Spreitzel (1995; 1996), pemberdayaan karyawan dilihat sebagai motivasi intrinsik, yang dimanifestasikan menjadi 4 kognisi yang menggambarkan orientasi individu terhadap pekerjaannya. Pemberdayaan memungkinkan seseorang mendapatkan motivasi dan kepuasan dengan memberi kontribusi yang berarti melalui ke dimensinya (impact, competence, meaningfulness, dan self-determination). Kontribusi ini dapat dilakukan melalui lingkungan dan struktur organisasi yang kondusif seperti peningkatan pengetahuan dan keahlian, keikutsertaannya dalam pemberian otoritas untuk mengambil keputusan, serta tanggung jawab pribadi untuk menentukan cara kerja yang ingin dilakukan.
Berdasarkan hubungan antara komitmen organisasi dan pemberdayaan karyawan, hasil penelitian pada PT. Sucofindo menunjukkan tidak adanya korelasi antara kedua variabel. Tinjauan korelasi pada setiap dimensi-dimensinya hanya menunjukkan sedikit hubungan yang ternyata tergolong lemah. Hubungan yang signifikan ditemukan pada variabel komitmen organisasi dan dimensi impact pada variabel pemberdayaan karyawan. Selain itu, juga ditemukan hubungan signifikan pada dimensi continuance commitment terhadap dimensi impact, serta dimensi self-determination.
Namun demikian, hal yang positif adalah bahwa karyawan masih memiliki keterikatan terhadap organisasi di atas rata-rata pada semua dimensi-dimensinya. Di sisi lain, karyawan juga memiliki motivasi internal di atas rata-rata pada semua dimensinya. dengan bekerja, karyawan memperoleh internal reward yang mampu memberikan rasa kepuasan bahwa hidupnya berarti, berharga, berpengaruh, meningkat dalam hal kemampuan, yang mendorong karyawan untuk mau melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Mengacu pada hasil ini tampak bahwa karyawan masih memiliki potensi untuk produktif, namun masih membutuhkan arahan dan dukungan, Dalam hal ini visi dan misi yang selaras tergabung dalam sistem penilaian kinerja yang terintegrasi dengan sistem kompensasi dan benefit, promosi, dan lain-lain, merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam beradaptasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T12194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Puspita Galih
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara uncertainty avoidance GLOBE dan uncertainty avoidance Hofstede dengan komitmen perubahan. Penelitian ini dilakukan di perusahaan BUMN dengan jumlah sampel sebanyak 176 responden. Uji statistik korelasional digunakan untuk menganalisis hasil data yang diperoleh. Pengukuran dimensi uncertainty avoidance dilakukan dengan alat ukur GLOBE Research Survey dan Values Survey Module (VSM). Pengukuran komitmen perubahan dilakukan dengan alat ukur Commitment to Change Inventory (CCI).
Hasil dari penelitian ini adalah: 1). Tidak ada hubungan signifikan antara skor uncertainty avoidance GLOBE dengan skor komitmen perubahan. 2). Terdapat hubungan signifikan dan bernilai negatif antara skor uncertainty avoidance Hofstede dengan skor komitmen perubahan.

The aim of this study is to identify the correlation between uncertainty avoidance and commitmen to change, and also try to use GLOBE uncertainty avoidance and Hofstede uncertainty avoidance as different construct with similar label. The data was collected from employee in state-owned company with total 176 sample size, and used correlational analysis to analyse the statistic data. Uncertainty avoidance was measured by GLOBE Research Survey dan Values Survey Module (VSM). Whereas, Commitment to Change Inventory (CCI) was used to measure commitment to change.
Results showed that: 1). There is no significant correlation between GLOBE uncertainty avoidance and commitment to change. 2). There is a negative and significant correlation between Hofstede uncertainty avoidance and commitment to change.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felisa Triska
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara job insecurity dan komitmen organisasi pada guru honorer Sekolah Dasar Negeri di Depok. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif melalui skala sikap. Pengukuran Job Insecurity menggunakan alat ukur Job Insecurity Scale (Ashford, Lee & Bobko, 1989) yang diadaptasi oleh Maulana (2012) dan pengukuran komitmen organisasi menggunakan alat ukur organizational Commitment Questionnaire (Meyer & Allen, 1997) yang telah diadaptasi oleh Fathlistya (2008). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 105 orang guru honorer Sekolah Dasar Negeri di Depok.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bersifat negatif signifikan di antara kedua variabel tersebut, yang berarti penurunan job insecurity akan diikuti oleh peningkatan pada komitmen organisasi, dan berlaku sebaliknya.

This research was conducted to find the relationship between job insecurity and organizational commitment among honorarium public elementary school teacher in Depok. This research used quantitative approach by collecting data through attitute scales. Job Insecurity was measured by Job Insecurity Scale (Ashford, Lee & Bobko, 1989), which had been adapted by Maulana (2012) and Organizational Commitment was measured by Organizational Commitmen Questionnaire (Meyer & Allen, 1997), which had been adapted by Fathlistya (2008). The participants of this research were 105 honorarium public elementary school teacher in Depok.
The result showed that job insecurity had correlated significantly with organizational commitment and the relationship showed a negative effect, which meant that increasing in job insecurity would be followed by decreasing in organizational commitment and vice versa.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frisca Silmy Elfiona
"Perubahan organisasi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan dapat menjadi salah satu faktor yang membantu perusahaan mempertahankan bisnisnya. Dalam pengimplementasian program perubahan, diperlukan peran anggota perusahaan, salah satunya adalah komitmen karyawan terhadap perubahan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah keterbukaan terhadap pengalaman memiliki peran mediasi dalam hubungan antara kepemimpinan perubahan dan komitmen afektif terhadap perubahan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode korelasional dan multiple regression. Partisipan dari penelitian ini adalah karyawan generasi langgas yang bekerja di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam mengukur variabel keterbukaan terhadap pengalaman, peneliti menggunakan Openness to Experience Inventory. Variabel kepemimpinan perubahan diukur dengan Skala Kepemimpinan Perubahan, sementara variabel komitmen afektif terhadap perubahan dengan Skala Komitmen Afektif terhadap Perubahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa keterbukaan terhadap pengalaman memediasi secara parsial hubungan antara kepemimpinan perubahan dan komitmen afektif terhadap pengalaman. Hal ini membuat pelatihan kepemimpinan, dan program lokakarya menjadi salah satu hal yang penting dilakukan.

Organizational change is something that cannot be avoided, and instead, can be one of those factors that helps a company maintain its business. In implementing the change program, the role of company members is needed, one of which is the employee's commitment to change. The main objective of this study is to determine whether openness to experience has a mediating role in the impact of change leadership towards affective commitment to change. This research is a quantitative study that uses correlational and multiple regression methods. Participants in this study were employees from millenial generation who are currently working in state-owned companies. In measuring the openness to experience variable, researcher used the Openness to Experience Inventory. The change leadership variable is measured by the Change Leadership Scale, while the Affective Commitment to Change variable is measured by the Affective Commitment Scale for Change. The results of the analysis show that openness to experience partially mediates the relationship between change leadership and affective commitment to experience. This makes leadership training and workshop programs one of the most important things to do"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>