Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185033 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Ika Putri
"ABSTRAK
Stroke tercatat sebagai penyebab kematian kedua tertinggi pada usia 45-54
tahun di wilayah perdesaan Indonesia. Stroke merupakan penyakit gangguan fungsi
otak akibat kelainan vaskuler yang bersifat multikausal. Penelitian ini bertujuan
mengetahui frekuensi dan determinan kejadian stroke berdasarkan faktor risikonya
pada penderita hipertensi berusia ≥ 45 tahun di wilayah perdesaan Indonesia.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data Riskesdas 2013 yang
menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel dari penelitian ini adalah
penderita hipertensi yang berusia ≥ 45 tahun, dan tinggal di wilayah perdesaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan, prevalensi stroke pada penderita hipertensi
dewasa di perdesaan adalah sebesar 5,3%. Prevalensi stroke tertinggi ditemukan di
provinsi Maluku Utara (7,2%) dan terendah di provinsi Papua (1,7%). Pada variabel
yang diteliti, jenis kelamin, stress, aktivitas fisik, konsumsi obat anti-hipertensi,
perilaku merokok dan tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap
kejadian stroke pada penderita hipertensi dewasa (≥ 45 tahun) di wilayah perdesaan
Indonesia.

ABSTRACT
Stroke was recorded as the second-highest mortality cause at the age of 45-
54 years in rural areas of Indonesia. Stroke is multicausal brain function disorder
due to vascular abnormalities. This study aimed to determine the frequency and
determinants of stroke based on risk factors in hypertensive patients aged ≥ 45 years
in rural areas of Indonesia. This study is a further analysis of the Riskesdas 2013
data which used cross-sectional study design. The sample of this study is
hypertensive patients who aged ≥ 45 years old and lived in rural areas. The results
of this study showed that the prevalence of stroke in adult hypertensive patients in
rural areas amounted to 5.3%. The highest prevalence of stroke was found in North
Maluku province (7.2%) and the lowest in Papua province (1.7%). In the studied
variables, gender, stress, physical activity, consumption of anti-hypertensive drugs,
smoking and education have relation to the prevalence of stroke in adult
hypertensive patients (≥ 45 years) in rural areas of Indonesia."
2015
S57339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindu Rachmiaty
"Hipertensi pada anak dan remaja adalah tekanan darah sistolik atau diastolik ≥ 95 persentil berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggi badan. Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya, meningkatnya hipertensi pada anak dan remaja maka akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada saat dewasa dan penyakit kardiovaskular lainnya. Data NHANES tahun 1998-2006 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tekanan darah pada anak-anak dan remaja usia 8-17 tahun di Amerika Serikat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada remaja dengan desain studi cross sectional. Sumber data penelitian menggunakan data sekunder yang berasal dari Riskesdas tahun 2013 dan SDT tahun 2014. Populasi penelitian adalah remaja usia 15 ? 17 tahun di Provinsi Jawa Barat yang menjadi responden pada Riskesdas 2013 dan SDT 2014.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi pada remaja sebesar 22% dan prevalensi overweight sebesar 7,3%. Prevalensi rasio remaja overweight 1,43 kali lebih tinggi dibandingkan remaja tidak overweight terhadap kejadian hipertensi (95% CI 0,768-2,674) tanpa dikontrol variabel kovariat. Overweight merupakan variabel independen terhadap kejadian hipertensi pada remaja usia 15-17 tahun di Provinsi Jawa Barat. Prevalensi hipertensi remaja yang cukup tinggi harus segera ditindaklanjuti dengan program pencegahan obesitas dan hipertensi melalui deteksi dini PTM di sekolah.

Hypertension in children and adolescents is systolic or diastolic blood pressure ≥ 95 persentile based on sex, age and height. Hypertension known as the major cause of coronary heart disease, stroke ans other cardiovascular disease. Increased hypertension in children and adolescents will increase the risk of hypertension in adulthood and other cardiovascular disease. NHANES data in 1998 - 2006 shows an increase in blood pressure in children and adolescents aged 8-17 years in the United States.
The purpose of this study is to determine the relationship of overwegiht with hypertension in adolescents with cross-sectional study design. Source of data using secondary data from Riskesdas in 2013 and SDT in 2014. The study population are adolescents aged 15-17 years in West Java province who participate on Riskesdas 2013 and SDT 2014.
The prevalence of hypertension by 22% and the prevalence of overweight by 7.3%. The ratio prevalence of overweight adolescent has a 1.43 times higher than non-overweight adolescents for hypertension (95% CI 0.768 to 2.674) without being controlled any variable covariates. Overweight is an independent variable on the incidence of hypertension in adolescents aged 15-17 years in the province of West Java. The prevalence of adolescent hypertension is high enough to be immediately followed up with a program of prevention of obesity and hypertension through early detection of non-communicable disease in the school.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Delia
"Hipertensi disebut sebagai "silent killer disease" atau "penyakit pembunuh diamdiam" karena menyerang seseorang tanpa gejala. Sekitar satu miliar penduduk dunia menderita hipertensi dan setiap tahun terjadi 7,1 juta kematian terkait hipertensi. Sementara itu di Indonesia, hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua usia dengan proporsi (6,8%). Data Riset Kesehatan Dasar (2013) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 25,8%. Penelitian ini membahas tentang perbedaan faktor risiko hipertensi pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi dan rendah di Indonesia Tahun 2013. Hipertensi pada penelitian ini diambil dari hasil pengukuran tekanan darah pertama dimana responden hipertensi adalah yang mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional, jumlah sampel sebanyak 62.371 anggota rumah tangga, di Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Bali dan Papua. Analisa hubungan dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang berbeda dengan kejadian hipertensi pada wilayah prevalensi tinggi dan rendah di Indonesia adalah tingkat pendidikan. Pada wilayah prevalensi hipertensi tinggi, kejadian hipertensi dengan proporsi terbesar ada pada responden yang tidak/belum pernah sekolah (53,5%) sedangkan pada wilayah prevalensi hipertensi rendah ada pada tingkat pendidikan tidak Tamat SD/MI (25,3%). Oleh karena itu perlu diadakan penyuluhan secara rutin dan menyeluruh mengenai hipertensi.

Hypertension is called the silent killer because most of patients are being attacked without any symptoms. Based on NHNES, in last two decades shows that there is increase of hypertension of adults around 29-31% in US. In Indonesia, hypertension is the third rank leading cause of death for all ages and its proportion around 6.8%. Riskesdas 2013 has found the ranges about 25.8% of prevalence of hypertension in Indonesia. This study discusses the difference of hypertension risk factor between high and low prevalence 2013 at four provinces in Indonesia. The hypertension study described the results of first blood pressure measurement of respondents who have hypertension about systolic blood pressure ≥ 140 mmHg and diaslostic ≥ 90 mmHg. This research is quantitative using cross sectional design which has taken sample size around 62 371 household in four provinces (Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Bali and Papua). This study analysis used the chi square test and logistic regression. The result has figured out that incidence of hypertension between high and low prevalence at four regions in Indonesia because of education. High prevalence occurred to the largest proportion of respondents who do not go to school (53.5%). Meanwhile the lower region of prevalence occurred to respondents who have not completed elementary school (level SD/MI around 25.3%). Thus, there should be regular and comprehensive counseling about hypertension. It means the lower education respondent has, the higher hypertension happened.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Sintha Fransiske
"Menurut WHO (World Health Organization) dan di Cina, hipertensi pada pralansia dan lansia mengakibatkan penyakit kardiovaskuler (WHO, 2007 dan Sun Zhaoqing, 2013). Prevalensi hipertensi di Indonesia untuk umur 45-54 tahun (35,6%), 55-64 tahun (45,9%) dan 65-74 (57,6%). Prevalensi hipertensi di provinsi Bangka Belitung untuk umur 45-54 tahun (47%), 55-64 tahun (59,6%) dan 65-74 (67,3%) (Riskesdas dan Riskesdas Bangka Belitung, 2013).
Tujuan penelitian adalah mengetahui lingkar perut dan determinan lainnya dengan hipertensi pada pralansia dan lansia tahun 2013 di Provinsi Bangka Belitung dengan desain potong lintang Prevalensi hipertensi pralansia (33%) dan lansia (46,7%). Pada pralansia, ditemukan jenis kelamin, tingkat pendidikan, lingkar, aktivitas fisik dan konsumsi kopi berhubungan dengan hipertensi. Pada lansia ditemukan jenis kelamin, kegemukan, lingkar perut dan konsumsi kopi berhubungan dengan hipertensi. Analisis multivariat lingkar perut merupakan faktor utama hipertensi pada pralansia dan lansia setelah dikontrol jenis kelamin dan tingkat pendidikan (pralansia) sedangkan kopi sebagai protektif, jenis kelamin serta kegemukan sebagai perancu (lansia). Pada pralansia dan lansia disarankan mengontrol lingkar perut untuk mencegah hipertensi

Prevalence hypertension in Indonesia for 45-54 year is 35.6%, 55-64 years is 45,9% and 65-74 is 57.6%. Prevalence of hypertension in Bangka Belitung (2013) for 45-54 years is 47 %, 55-64 years is 59.6% and 65-74 is 67.3% (Riskesdas and Riskesdas Bangka Belitung, 2013).
The aim of research was to determine abdominal circumference and other determinants with hypertension in middle age and elderly in Bangka Belitung and used cross-sectional design. Prevalence hypertension in middle age is 33% and 46.7% elderly. Middle age, found gender, educational level, abdominal circumference, physical activity and coffee consumption therefore elderly, found gender, obesity, abdominal circumference and coffee consumption associated with hypertension. Multivariate analysis founded abdominal circumference is dominant factor with hypertension in middle age and the elderly after have been controlled by gender and educational level (middle age) in other side coffee as protective, gender and overweight as confounder (elderly). Middle age and elderly should control their abdominal circumference;and middle age resulted cardiovascular disease (WHO, 2007 and Sun Zhaoqing, 2013).
"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Paulina Magdalena
"Latar Belakang: Paparan asap rokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menjadi pencetus terjadinya hipertiroid selain beberapa faktor risiko lainnya. Prevalensi merokok di Indonesia semakin meningkat dari 27 tahun 1995 menjadi 36,3 tahun 2013 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid pada penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun.
Metode: Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yaitu sebesar722.329 responden. Sampel penelitian adalah penduduk Indonesia umur ≥ 15tahun yang menjadi responden dalam Riskesdas tahun 2013 dan memiliki data lengkap tentang variabel yang diteliti yaitu sebesar 46.823 responden. Analisisdata multivariat menggunakan regresi logistik untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kandungan iodium dalam garam yang digunakan dalam rumah tangga dan status gizi.
Hasil: Prevalensi hipertiroid pada penelitian ini adalah 0,8 . Prevalensi keterpaparan asap rokok 77,4 . Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan tinggi memiliki peluang 1,65 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan statuspendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikansedang memiliki peluang 1,30 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkanpada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan rendah memberikan efek protektif 0,69 kali terhadap hipertiroid dibandingkan padaresponden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan pendidikan tinggi.
Kesimpulan: Paparan asap rokok berinteraksi dengan pendidikan dalammenyebabkan hipertiroid.

Background: Cigarette smoking exposure is a modifiable risk factor for hyperthyroidsm. The prevalence of smoking in Indonesia increased from 27 in 1995 to 36,3 in 2013. This research aimed to determine the association between cigarette smoking exposure in Indonesian population above 15 years old.
Method: Study design is cross sectional. Study population is the entire above 15 years old Indonesian people. Sample is the entire above 15 years old Indonesian people who were respondents in Basic Health Research 2013 and had complete data on the variables studied. Data analysis using logistic regression to determine the association between cigarette smoking exposure and hyperthyroidsm after adjusted by age, sex, educational status, job, iodine level in salt and body massa index.
Result: The prevalence of hyperthyroidsm in this research is 0,8 . The prevalence of cigarette smoking exposure is 77,4 . Cigarette smoking exposureand high educational status are 1,65 times getting hyperthyroidsm than non cigarette smoking exposure and don't have high educational status. Cigarette smoking exposure and medium educational status are 1,30 times getting hyperthyroidsm than non cigarette smoking exposure and don't have high educational status. Cigarette smoking exposure and low educational status have protective effect 0,69 times getting hyperthyroidsm than non cigarette smoking exposure and don't have high educational status.
Conclusion: Cigarette Smoking Exposure interact with educational status incausing hyperthyroidsm.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Hapsari Andayani
"ABSTRAK
Perubahan hormonal yang terjadi pada seorang wanita pada masa kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron mengubah komposisi bakteri, permeabilitas pembuluh darah, dan kondisi fisiologi jaringan periodontal, sehingga wanita hamil rentan mengalami penyakit periodontal. Penyakit periodontal dapat menyebabkan tanggalnya gigi, komplikasi kehamilan, dan peningkatan risiko penyakit sistemik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosial demografi, faktor kehamilan, faktor perilaku kesehatan gigi dan mulut, serta faktor lokal terhadap kejadian penyakit periodontal pada masa kehamilan di Indonesia tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang. Sebanyak 1733 wanita hamil diambil sebagai sampel dari data Riskesdas tahun 2013. Uji statistik menggunakan regresi logistik ganda. Prevalensi penyakit periodontal pada masa kehamilan di Indonesia sebesar 4,4 . Faktor lokal yang mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal pada masa kehamilan adalah karang gigi POR 4,297; 95 CI : 2,047 ndash; 9,023 dan gigi berjejal POR 2,126 ; 95 CI :1,232 ndash; 3,669 . Faktor perilaku kesehatan gigi dan mulut yang mempengaruhi terjadinya penyakit periodontal pada masa kehamilan adalah frekuensi menyikat gigi POR 2,543; 95 CI : 1,041 ndash; 6,210 . Tenaga medis harus berkerja sama dan merumuskan kebijakan mengenai perawatan kesehatan gigi dan mulut selama masa kehamilan. Penyuluhan tentang konsep menyikat gigi yang baik, serta keamanan tindakan pembersihan karang gigi selama masa kehamilan sangat diperlukan.

ABSTRACT
Hormonal changes that occur in a woman during pregnancy can affect the health of periodontal tissue. Elevated levels of estrogen and progesterone alter bacterial composition, permeability of blood vessels, and periodontal tissue rsquo s condition so that pregnant women are susceptible to periodontal disease. Periodontal disease may cause tooth loss, adverse pregnancy outcomes, and increased risk of systemic disease. This study aims to determine the relationship of socio demographic, pregnancy, oral health behavior and local factors with periodontal disease during pregnancy in Indonesia in 2013. This is a cross sectional study involved 1733 pregnant women that was retrieved from Riskesdas 2013 data. Statistical test using multiple logistic regression. Periodontal disease was present in 4,4 pregnant women. Local factors that affect the occurrence of periodontal disease during pregnancy are calculus POR 4,297 95 CI 2,047 ndash 9,023 and tooth crowding POR 2,126 95 CI 1,232 ndash 3,669 . Dental and oral health behavior factor that affect the occurrence of periodontal disease during pregnancy is toothbrushing frequency POR 2,543 95 CI 1,041 ndash 6,210 . It is necessary to build good cooperation between medical professionals and dentists to provide oral health service during ante natal care. Introducing the right toothbrushing concept and the safety of calculus removal during pregnancy is recomended."
2017
T48396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Traviata Prakarti
"Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan, terutama di wilayah perdesaan Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari hasil Riskesdas 2013 dimana prevalensi malaria di wilayah perdesaan Indonesia masih mencapai 7,1% lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional sebesar 6,0%. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah perdesaan Indonesia. Penelitian dengan studi kuantitatif melibatkan 382.231 subjek penelitian yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang berusia ≥15 tahun, berdomisili di wilayah perdesaan Indonesia, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing).
Hasil menunjukkan prevalensi malaria berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan pada penduduk usia ≥15 tahun sebesar 3,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna (nilai p<0,05) antara faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, status gizi), faktor lingkungan tempat tinggal (plafon, dinding rumah, jenis sumber air, tempat pembuangan akhir tinja, lingkungan kumuh), faktor perilaku pencegahan (kelambu, pemakaian kawat kasa pada ventilasi, pemakaian obat anti nyamuk bakar/elektrik, repellent, dan minum obat kemoprofilaksis). Untuk itu diperlukan peningkatan upaya pengendalian fisik untuk memutus rantai penularan vektor nyamuk Anopheles yang didukung oleh modifikasi perilaku hidup sehat oleh masyarakat.

Malaria is one of the infectious diseases that become a major health problem especially in rural areas of Indonesia. It is shown from the result of Riskesdas 2013 where malaria prevalence in rural areas of Indonesia was 7.1%, higher than national prevalence (6.0%). This study used cross sectional design which aims to determine the factors associated with the occurrence of malaria in rural areas of Indonesia. This quantitative studies involving 382,231 subject collected from the secondary data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2013. Samples were population aged ≥15 years, living in rural areas of Indonesia, and had complete data.
Results showed that the prevalence of malaria based on the diagnosis of health personnel in the population aged ≥15 years was 3.3%. The results of the bivariate analysis showed there was a significant association (p value<0.05) between individual factors (age, sex, occupation, nutritional status), environmental factors (ceiling, walls of houses, types of water sources, landfills feces, seedy neighborhood), health prevention behavioral factors (use of bed nets, use of wire netting on the ventilation, use of anti-mosquito drugs/electric, repellent, and taking chemoprophylaxis). Therefore, it?s necessary to increase environmental control to break the chain of malaria transmission supported by people?s health behavior modification.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulestari
"Hipertensi atau sering juga disebut the silent killer adalah suatu peningkatan tekanan darah arteri diatas normal dan menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hipertensi pada penduduk dewasa bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas hidup terkait dengan morbiditas. Obesitas sentral adalah salah satu faktor risiko hipertensi yang berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat.
Studi ini bertujuan untuk menilai hubungan obesitas sentral dengan kejadian hipertensi berdasarkan rasio lingkar perut tinggi badan pada penduduk dewasa di Pulau Jawa Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013 dengan disain penelitian cross sectional dan jumlah sampel 175.374 orang. Status obesitas sentral ditentukan dengan analisis kurva ROC untuk mencari cut off point rasio lingkar perut tinggi badan terhadap hipertensi.
Studi ini menggunakan uji statistik Regresi Cox. Hasil penelitian menemukan prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa sebesar 27,8% dan hubungan obesitas sentral terhadap kejadian hipertensi lebih dipengaruhi oleh wilayah tempat tinggal. Penduduk umur 19-29 tahun yang obesitas sentral dan tinggal diperkotaan memiliki risiko 2,1 kali (95%CI:1,969-2,247) untuk menderita hipertensi setelah dikontrol umur, wilayah tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, status merokok, aktifitas fisik dan stres.
Saran dari studi ini adalah memberikan intervensi berupa promosi kesehatan tentang pengetahuan tentang hipertensi dan faktor risikonya pada usia remaja terutama diperkotaan sebagai pencegahan dini dengan prilaku hidup sehat untuk menurunkan prevalensi hipertensi di masa mendatang.

Hypertension, often called the silent killer is an increase in arterial blood pressure above normal and the cause of death in Indonesia. Hypertension in the adult population could be low productivity and influence quality of life associated with morbidity. Central obesity is risk factor for hypertension associated with an unhealthy lifestyle.
This study aimed to assess the association of central obesity with hypertension based on waist-to-height ratio in the adult population in Java 2013.
This study uses Riskesdas data 2013 with cross sectional study design and sample size 175.374 respondents. Central obesity status was determined by ROC curve analysis to looking for the cut off point waist-to-height ratio to hypertension and used Cox regression multivariate statistical test. Results of the study found the prevalence of hypertension in the adult population was 27.8% and the relationship of central obesity with hypertension is more influenced by the region of residence. People aged 19-29 years old who live in urban and central obesity have a risk 2.1 (PR=2.1, 95% CI: 1.969 to 2.247) of developing hypertension after controlling for age, region of residence, education, occupation, smoking status, physical activity and stress.
Suggestions of this study is to providing health promotion interventions in the form of knowledge about hypertension and its risk factors in adolescence especially in urban areas as early prevention with healthy lifestyle behaviors to decrease the prevalence of hypertension in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Maulana Hasyim
"ABSTRAK
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang berlangsung lama. Sering tidak
menunjukkan gejala dan tidak terdeteksi dini, baru disadari apabila telah
menyebabkan gangguan organ. Prevalensi hipertensi Provinsi Lampung cukup
tinggi dan meningkat.Tujuan penelitian diketahuinya hubungan penuaan populasi,
dukungan sosial, populasi menikah, kualitas SDM, produktivitas SDM, kepadatan
penduduk terhadap terjadinya hipertensi pada masyarakat Provinsi Lampung
tahun 2013 setelah dikontrol kovariat umur, jenis kelamin, status pernikahan,
status pekerjaan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal. Desain penelitian ini
study ekologi yang dilaksanakan bulan Januari-Juni tahun 2016 pada 21898
sampel. Variabel independen menggunakan data BPS 2013 dan variabel kovariat
Riskesdas 2013. Data dianalisis dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian
menunjukkan penuaan populasi (POR=1,45,95%CI=1,32-160), kualitas SDM
(POR=1,54, 95%CI=1,41-1,68), kepadatan populasi (POR=1,29,95%CI= 1,19-
1,40) berhubungan dengan peningkatan hipertensi, sedangkan populasi menikah
(POR=0,83, 95%CI= 0,76-0,91), produktivitas SDM (POR= 0,69, 95%CI=0,63-
0,76) berhubungan manurunkan terjadinya hipertensi. Dibutuhkan kerjasama
lintas sektor terkait, advokasi, KIE, screening kelompok risiko tinggi,
meningkatkan dan mengaktifkan Posbindu penyakit tidak menular

ABSTRACT
Hypertension is increase systolic blood pressure ≥ 140 mmHg or diastolic blood
pressure ≥ 90 mmHg which lasted for long time. Often has no symptoms so it is
not detected early, it was realized when causes disruption organ. Prevalence in
Lampung Province is quite high and likely increase. Purpose this study known
relationship aging population, social support, population married, quality human
resources, productivity human resources, population density at society Lampung
Province in 2013 after controled covariate variable age, type of sex, marital status,
job, education, area residence. Research design ecology study carried out January-
June 2016 at 21898 sample, using data from Central Bureau Statistics as
independent variables and covariate variables Riskesdas 2013. Analyzed using
logistic regression. Results showed relationship increases hypertension at
population aging (POR=1,45,95%CI=1,32-160), quality human resources
(POR=1,54, 95%CI=1,41-1,68), population density (POR=1,29,95%CI=1,19-
1,40), while population married (POR=0,83, 95%CI= 0,76-0,91), productivity
human resources (POR= 0,69, 95%CI=0,63-0,76) related to lower hypertension. It
takes cooperation among relevant sectors, advocacy, IEC, screening high-risk
groups, to improve and enable Posbindu non communicable disease"
2016
T45681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraeni Yusup
"ABSTRAK
Status gizi lebih merupakan salah satu masalah gizi yang sedang dialami Indonesia. Overweight dan obesitas merupakan masalah gizi lebih. Didunia pada tahun 2016 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami overweight. Dari jumlah tersebut, lebih dari 650 juta orang dewasa mengalami obesitas. Terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan gizi lebih. Dengan mulai adanya kecendrungan pola konsumsi ke arah makanan yang berisiko di daerah pesisir Indonesia, keadaan ini memungkinkan untuk meningkatnya risiko masalah gizi lebih yang akan mengakibatkan penyakit degeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan status gizi lebih pada penduduk dewasa umur > 18 di daerah pesisir Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional dari data Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia Tahun 2013. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat distribusi, analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independen dan dependen dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 26,3 penduduk pesisir di Indonesia memiliki status gizi lebih. Determinan status gizi lebih didaerah pesisir adalah umur OR=1,372; 95 CI 1,330-1,415, jenis kelamin OR=1,594; 95 CI 1,532-1,660, tingkat pendidikan OR=0,879; 95 CI 0,847-0,912, status perkawinan OR=2,571; 95 CI 2,464-2,684, status sosial ekonomi OR=0, 377; 95 CI 0,356-0,400 dan OR=0,673; 95 CI 0,646-0,700, tempat tinggal OR=1,252; 95 CI 1,201-1309, aktivitas fisik OR=0,862; 95 CI 0,799-0,930, perilaku sedenter OR=1,061; 95 CI 1,008-1,118 dan OR=1,028; 95 CI 0,991-1,067, kebiasaan merokok OR=0,743; 95 CI 0,710-0,777, konsumsi buah dan sayur OR=0,742; 95 CI 0,480-1,146 dan konsumsi makanan berisiko OR=1,074; 95 CI 0,978-1,179. Dianjurkan kepada penduduk dewasa umur > 18 tahun di daerah pesisir Indonesia untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur dan aktivitas fisik, mengurangi perilaku sedenter dan rutin memantau berat badan.

ABSTRACT
Overnutritional status is one of the nutrient problems in Indonesia. Overweight and obesity are classified as overnutritiona problem. In the worldwide, 2016, more than 1.9 billion adults about 18 years old and above are overweight. On that population, over 650 million people are obese. Dietary patterns have shifted to high risk food consumption in Coastal area in Indonesia. This condition leads to an increased risk of overnutrition problems that will lead to degenerative diseases. The study aimed to the determinants of overnutritional status in Adult Population Age 18 Years Old In Coastal Area of Indonesia. This Study used a cross sectional design with the source of data used is Riskesdas 2013. Data analysis were done by univariate analysis to see the distribution, bivariate analysis using Chi Square test to see the significance of the relationship between independent and dependent variables and Multivariate analyisis using Logistic regression technique The results shows that 26,3 of Population In Coastal Area of Indonesia were overnutrition. Determinants of overnutritional status in coastal area ere age OR 1,372 ; 95 CI 1,330 ; 1,415, sex OR 1,594; 95 CI 1,532 1,660, level of education OR 0,879 95 CI 0,847 ; 0,912, marital status OR 2,571 ; 95 CI 2,464 2,684, social economic status OR 0,377 95 CI 0,356 ; 0,400 dan OR 0,673 95 CI 0,646 ; 0,700, residence OR 1,252 ; 95 CI 1,201 ; 1309, physical activity OR 0,862 ; 95 CI 0,799 0,930, sedentary behavior OR 1,061 95 CI 1,008 ; 1,118 dan OR 1,028 ; 95 CI 0,991 ; 1,067, smoking status OR 0,743 ; 95 CI 0,710 ; 0,777, and food and vegetable consumption OR 0,742 ; 95 ; CI 0,480 ; 1,146, and risk food consumption OR 1,074 ;95 CI 0,978 ; 1,179. Thus, it is recommended for adult aged 18 years in coastal area of Indonesia to increase fruit and vegetable consumption, increase doing physical activity, reduce sedentary behavior and routine to monitoring body weight. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>