Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51493 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta : Dunamis Intra Sarana, 2013
658.403 SUC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Drazen, Erica L.
New York, Springer, 1995.,
W26.5 Pat N95p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Drazen, Erica L.
New York, Springer, 1995.,
W26.5 Pat N95p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Achmad Kuddah
"Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai (IKC) pada Direktorat Jendral Bea Cukai (DJBC) mempunyai tugas memberikan pelayanan teknologi informasi dan komunikasi kepada satuan - satuan kerja yang ada. Pengetahuan yang dimiliki pegawai diperlukan didalam memberikan pelayanan yang prima. Hal tersebut memerlukan Knowledge Management (KM) untuk mengelola dan mendistribusikan pengetahuan tersebut. Tidak semua organisasi yang mengadopsi KM berhasil mengimplementasikannya. Maka perlu dilakukan pengukuran tingkat kesiapan organisasi (KM Readiness) dalam mengimplementasikan KM.
Penelitian ini berusaha untuk mengembangkan suatu framework untuk mengukur tingkat kesiapan implementasi KM pada Direktorat IKC. Pengumpulan data untuk pengembangan framework dilakukan melalui studi literatur dan pemetaan knowledge management critical success factor. Sedangkan pengumpulan data untuk studi kasus dilakukan melalui wawancara dan penyebaran kuisioner.
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat sebelas (11) dimensi dengan bobotnya masing-masing yang dikelompokkan pada 3 aspek KM (abstract, soft dan hard), yang bisa dipergunakan sebagai indikator penilaian. Hasil pengukuran kesiapan implementasi KM menunjukkan bahwa Direktorat IKC telah siap melakukan implementasi KM.

IT Division at the Indonesia Customs has a task to provide information and communication technology services to units in the Indonesia Customs. Knowledge possessed by an employee is required in providing excellent service. It requires Knowledge Management to manage and distribute that knowledge. Not all organizations are adopting knowledge management can be successfully implemented. Therefore, an organization must first be measured against the level of organizational readiness (KM Readiness) in implementing Knowledge Management.
This study try to develop a framework for measuring the level of readiness of implementation of Knowledge Management at the IT Division. The collection of data for the development of the framework is done through the study of literature and mapping knowledge management critical success factor. While the data collection for the case study conducted through interviews and spreading questionnaires.
The results of this study lead to the conclusion that there are eleven (11) dimensions with their respective weights are grouped in 3 aspects of KM (abstract ,soft, and hard), which could be used as an indicator assessment. The results of the implementation of knowledge management readiness measurement shows that the IT Division has been prepared to do the implementation Knowledge Management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Addy Wahyu Fitriadi
"Pada tahun 2011, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pembaharuan dan perubahan yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan kegiatan statistik dengan melakukan Reformasi Birokrasi (RB). Salah satu program yang ingin dicapai dalam RB adalah mengembangkan manajemen pengetahuan (knowledge management/KM). Tidak semua organisasi yang mengimplementasikan KM akan berhasil. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran tingkat kesiapan organisasi (KM readiness) sebelum melakukan implementasi KM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan BPS RI sebelum mengimplementasikan KM dan memberikan rekomendasi berupa strategi perbaikan jika terdapat faktor yang belum siap. Kerangka kerja kesiapan KM BPS RI dibangun berdasarkan KM enabler, infrastruktur KM, serta KMCSF yang dikelompokkan ke dalam aspek abstract, soft, dan hard. Penelitian ini merupakan survey research di mana objek penelitiannya adalah pegawai BPS RI. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Stratified single stage cluster sampling digunakan sebagai metode penarikan sampelnya dengan jumlah responden sebesar 268 responden. Data hasil pengolahan diolah menggunakan analisis deskriptif. Dari hasil analisis, BPS RI mempunyai nilai kesiapan sebesar 70,91% (tingkat 3/ready). Nilai tersebut menunjukan bahwa BPS telah siap untuk mengimplementasikan manajemen pengetahuan.

In 2011, BPS - Statistics Indonesia perform a fundamental changes to the implementation system of statistical activities by doing bureaucratic reform (RB). One of the RB program is to develop a knowledge management (KM). Not all organizations that implement KM will succeed. Therefore, it is necessary to measure the degree of organization’s KM readiness prior to the implementation of KM. This study aims to find out BPS RI readiness before implementing KM and provide recommendations in the form of improvement strategy if there are factors that are not ready. BPS RI’s KM readiness framework is built based on KM enablers, KM infrastructure, as well as KMCSF then grouped into KM aspects (abstract, soft, and hard). This study is a survey research in which the object of research is the BPS RI employees. The instrument used in this study was a questionnaire. Stratified single stage cluster sampling is used as a sampling method with the number of respondents is 268 respondents. Data processing results processed using descriptive analysis. From the analysis, BPS RI KM readiness value is 70.91% (level three/ready). These values indicate that BPS RI is ready to implement knowledge management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Annas Priyo Nurcahyo
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor kondisi organisasi yang mempengaruhi kesuksesan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) di Kementerian Negara/Lembaga Republik Indonesia. Metode penelitian yang digunakan yaitu Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan aplikasi LISREL 8.70. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kontekstual tidak terbukti berpengaruh terhadap kesuksesan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja, sedangkan faktor organisasional terbukti berpengaruh. Dalam penelitian ini, faktor kontekstual direfleksikan oleh faktor dukungan politik serta faktor manfaat misi organisasi kepada masyarakat. Sedangkan faktor organisasional direfleksikan oleh faktor komitmen pimpinan, kemudahan mengukur output organisasi, kejelasan dalam penentuan tujuan organisasi, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, dan kesesuaian teknologi organisasi.

The purpose of this study is to analyze the effect of agency conditions on the successful implementation of performance based budgeting at Ministries/State Institutions of Republic of Indonesia. This research uses Structural Equation Modeling (SEM) using LISREL 8.70. The results shows that contextual factors do not affect performance based budgeting's success, while organizational factors do. In this study, contextual factors were reflected by political support and by institution's mission valence toward community. In the other hand, organizational factors were reflected by leadership commitment, output of the organization, organizational goal setting, fact-based decision making, and information technology."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Arizona Sukono
"Knowledge Management (KM) merupakan disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan suatu organisasi untuk belajar dari lingkungannya dan menggabungkan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam proses bisnis. Untuk dapat melakukan implementasi KM pada suatu organisasi bukanlah merupakan hal yang mudah dan terkadang mengalami hambatan ataupun kegagalan, oleh karena itu diperlukan adanya kajian mengenai pengukuran untuk melakukan analisis terhadap tingkat kesiapan suatu organisasi dalam menerapkan KM (KM Readiness). Pengukuran tingkat kesiapan ini merupakan langkah awal dalam mengetahui sejauh mana atau seberapa besar kesiapan suatu organisasi dalam menerapkan KM.
Penelitian ini berusaha untuk mendapatkan gambaran tentang kesiapan Pusilkom UI dalam menerapkan KM. Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengumpulan data dalam penyusunan kerangka kerja penelitian yang diperoleh dari studi literatur dan pemetaan Knowledge Management Success Factor (KMCSF). Pengumpulan data untuk studi kasus dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh pegawai Pusilkom UI termasuk di dalamnya direktur, jajaran manajer, dan staf.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kesiapan Pusilkom UI untuk menerapkan KM berada pada level “Ready” atau "Siap". Hal ini berarti Pusilkom UI harus mempunyai inisiatif sesegera mungkin untuk menerapkan KM.

Knowledge Management (KM) has been known as a scientific discipline that can improve an organization's ability to learn from their environment and incorporate knowledge into business processes. However, to be able to carry out the implementation of KM in an organization is not easy and sometimes have problems or failures, and therefore required a measurement study to conduct an analysis of the level of prepareness of the organizations concerned to implement KM (KM Readiness). Measuring the level of prepareness is the first step in knowing the readiness of an organization in implementing Knowledge Mangement.
This study sought to gain an overview of the PusilkomUI readiness to implement KM. This study begins with the collection of data in the preparation of the research framework derived from the literature study and mapping of Knowledge Management Success Factor. While the data collection for the case study conducted with a questionnaire to all employees spread in Pusilkom UI including directors, managers and staff.
From the research that has been conducted, showing that the level of prepareness Pusilkom UI at the level of "Ready". This means Pusilkom UI should have the initiative as soon as possible to implement KM.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Mahwati
"ABSTRAK
Indonesia mengalami penuaan penduduk yang sangat cepat. Diperkirakan populasi
penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta (11,3%) pada tahun 2020
dan mencapai 100 juta (28,68%) pada tahun 2050. Perhatian mengenai bagaimana
penuaan sukses dan determinanya menjadi sebuah isu penting yang harus
dieksplorasi sebagai dukungan informasi bagi penentu kebijakan dalam
merancang kebijakan dan intervensi efektif untuk meningkatkan kualitas hidup
lansia di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi aspek
multidimensional penuaan sukses dan memperoleh model prediksi penuaan sukses
pada lansia di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif menggunakan data
IFLS (Indonesian Family Life Survey) dengan mengikuti individu selama tujuh
tahun yaitu pada titik waktu pengukuran survei IFLS 2000 dan IFLS 2007. Jumlah
sampel penelitian ini adalah 2.344 lansia (≥ 53 tahun). Model pengukuran penuaan
sukses diuji dan dianalisis menggunakan comfirmatory factor analysis (CFA).
Analisis regresi logistik ganda digunakan untuk memperoleh model prediksi
penuaan sukses.
Penelitian ini menghasilkan konsep model penuaan sukses multidimensional yang
memiliki kriteria kecocokan model yang baik serta validitas dan reliabilitas yang
cukup baik dengan kontribusi masing-masing yaitu keberfungsian mental (78%),
keterlibatan aktif (64%), keberfungsian fisik (62%), spiritualitas (2,7%) dan bebas
dari penyakit (0,1%). Hasil model prediksi penuaan sukses terdiri dari tujuh
variabel meliputi faktor individu (usia, jenis kelamin, pendidikan, aktivitas fisik
dan waist circumference) dan faktor lingkungan (tingkat pengeluaran nabati dan
partisipasi program dana sehat). Kelompok usia 60-69 tahun memiliki peluang
sukses 2,211 (95% CI=1,077-4,539), kelompok usia 53-59 tahun sebesar 3,568
(95%CI=1,765-7,216). Lansia laki-laki memiliki peluang 1,595 (95%CI=1,133-
2,247), lansia dengan pendidikan rendah memiliki peluang 2,805 (95%CI=1,776-
4,429), pendidikan menengah/tinggi 4,128 (95%CI=2,272-7,500). Lansia dengan
aktivitas fisik sedang memiliki peluang sukses 4,258 (95%CI=2,352-7,709),
aktivitas ringan 3,964 (95%CI=2,228-7,052) dan aktivitas berat 3,675
(95%CI=2,054-6,576). Lansia dengan Waist Circumference tidak berisiko
memiliki peluang sukses 1,688 (95%CI=1,092-2,610). Lansia dengan tingkat
pengeluaran nabati tinggi memiliki peluang sukses 1,384 (95%CI=1,010-1,898),
lansia yang berpastisipasi dalam program dana sehat berpeluang sukses 1,779
(95%CI=1,181-2,680). Implikasi hasil penelitian terhadap kebijakan berupa tiga
pilar utama yang menentukan penuaan sukses yaitu partisipasi, kesehatan dan
jaminan sosial. Selain ketiga pilar tersebut, gender juga merupakan determinana
penting penuaan sukses. Oleh karena itu kesetaraan gender perlu dipertimbangkan
dalam setiap pilar kebijakan

ABSTRACT
Indonesia experienced rapid population aging. It is estimated that the elderly
population in Indonesia will reach 28.8 million (11.3%) in 2020 and 100 million
(28.68%) in 2050. Caution regarding how successful aging and its determinant
become an important issue that should be explored as support information for
policy makers in designing effective policies and interventions to improve the
quality of life of the elderly in Indonesia. The objective of this study was to
explore the multidimensional aspects of successful aging and obtain predictive
models successful aging in the elderly in Indonesia.
This study used a retrospective cohort study design using the data IFLS
(Indonesian Family Life Survey) by following people for seven years, namely at
the point of measurement time survey IFLS IFLS 2000 and 2007. The amount of
the sample is 2,344 elderly (≥ 53 years). Successful aging measurement model
was tested and analyzed using Comfirmatory Factor Analysis (CFA). Multiple
logistic regression analysis is used to derive predictive model of successful aging.
This research resulted in the concept of multidimensional models of successful
aging that has good validity and reliability. Each contribution were mental
functioning (78%), active involvement (64%), physical functioning (62%),
spirituality (2.7%) and free of the disease (0.1%). Successful aging prediction
models resulting from this study consisted of seven variables include individual
factors (age, gender, education, physical activity and waist circumference) and
environmental factors (level of expenditure vegetable and healthy fund program
participation). Age group 60-69 years had a chance of success 2.211 (95% CI =
1.077 to 4.539), age group 53-59 years amounted to 3.568 (95% CI = 1.765 to
7.216). Elderly men had chances 1.595 (95% CI = 1.133 to 2.247), elderly people
with low education had a chance 2.805 (95% CI = 1.776 to 4.429), secondary
education / high 4.128 (95% CI = 2.272 to 7.500). Elderly with moderate physical
activity had a chance of success 4.258 (95% CI = 2.352 to 7.709), light activities
3.964 (95% CI = 2.228 to 7.052) and strenuous activities 3,675 (95% CI = 2.054
to 6.576). Elderly with no risk of waist circumference had a chance of success
1.688 (95% CI = 1.092 to 2.610). Elderly with a high level of expenditure
vegetable has a chance of success 1.384 (95% CI = 1.010 to 1.898), elderly who
participates in the healthy fund program likely to succeed 1.779 (95% CI = 1.181
to 2.680). Implications of the results of research on policy in the form of the three
main pillars that determine successful aging, namely participation, health and
social security. In addition to the three pillars, gender is also an important
determinana successful aging. Therefore, gender equality need to be considered in
any policy pillars"
2016
D2664
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Maulana Nurbani
"Dalam era globalisasi dan pasar bebas ini, semakin banyak persaingan antar perusahaan sejenis. Salah satu faktor yang dapat membuat perusahaan tersebut bertahan adalah dengan memiliki pengetahuan serta pengalaman pada bidang usahanya tersebut. Secara umum pengetahuan serta pengalaman tersebut melekat kepada individu. Berdasarkan survey umum sebanyak 48% pengetahuan serta pengalaman sebuah perusahaan masih berada di dalam pikiran individu, 29% dalam bentuk dokumen arsip perusahaan dan sisanya 23% dalam bentuk digital. Hal tersebut juga merupakan salah satu permasalahan yang ada di Baitulmal Muamalat (BMM), untuk itu diperlukan penerapan knowledge management (KM) yang tepat untuk mengubah tacit dan explicit knowledge menjadi knowledge shared agar diperoleh informasi secara cepat, tepat dan terorganisasi. Banyak dari perusahaan sudah mengimplementasi knowledge management tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik, untuk itu penelitian KM readiness diperlukan supaya BMM siap dalam mengimplementasikan KM dan secara organisasi terbentuk budaya knowledge sharing yang aktif dan berkesinambungan.
Penelitian ini memetakan beberapa Knowledge Management Critical Success Factors (KMCSF) dari penelitian-penelitian sebelumnya sehingga menjadi KMCSF yang sesuai di BMM. KMCSF tersebut diklasifikasikan berdasarkan budaya organisasi, struktur organisasi, infrastruktur ti, dan keterlibatan individu dalam proses KM. Kemudian dilakukan analisis data dengan pengukuran tingkat kesiapan organisasi atau KM Readiness. Hasil dari penelitian ini adalah BMM dinyatakan siap mengimplementasi KM karena memiliki tingkat kesiapan sebesar 68,39% atau ready (accepted.).

Nowdays, in the era of globalization and free market, more and more competition between simmiliar companies. A factor that can make the company survive is to have knowledge and experience in the business area. In general, the knowledge and the experience inherent to the individual of the company. Based on the general survey as much as 48% of the knowledge and experience of a company is still in the minds of individuals, 29% in the form of archival documents and the remainder 23% in digital form. This problem also exist at Baitulmal Muamalat (BMM). A proper implementation of knowledge management (KM) is needed to convert tacit and explicit knowledge into knowledge shared in order to obtain information faster, precise and organized. Many of the companies are already implementing knowledge management but not utilized properly.For that reason, the reasearch of KM readiness at BMM is needed, So that BMM ready in implementing the KM.
This case study mapped Knowledge Management Critical Success Factors (KMCSF) from previous studies to become the most appropriate for BMM. That KMCSF are classified based on the organizational culture, organizational structure, IT infrastructure, and the individual involvement in the process of KM. Then the data analysis was conducted by measuring the level of KM readiness. The results of this study are BMM declared ready to implement KM because the value of BMM readiness level amounted to 68,39% or ready (accepted).
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>