Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187005 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Appropriate laboratory testing is an integral component of the proper evaluation of the male with infertility. Semen Analysis was the window to know the quality of a man's semen. In the infertile couples , first it shoud be cheked the semen of man's caunterpart, because its procedure is relatively easy and cheap. If the result of semen analysis is normal, than the wife caunterpart was conducted by obstetric . The objective of this study was to evaluate the males sperm among inferlite couples, we have don sperm analyses of inferlite-andrology laboratory of the center of health system and Policy Research and Development in Surabaya. "
BUPESIK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Imam Taufik
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, populasi, pendidikan dan kesehatan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur Tahun 2005-2008. Analisis deskriptif dan ekonometrika dilakukan untuk menelaah keterkaitan pertumbuhan ekonomi, populasi, pendidikan dan kesehatan terhadap kemiskinan dengan menggunakan data dari berbagai instansi seperti BPS dan Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Kurangnya kualitas pertumbuhan ekonomi dicerminkan oleh tingginya rata-rata angka kemiskinan sebesar 19,80 persen diatas rata-rata angka kemiskinan nasional sebesar 16,43 persen. Penyebaran penduduk miskin terpusat di Kabupaten dengan 94,17 persen dengan 54,12 persen bekerja di sektor pertanian, sebagai sumber utama pendapatan. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan dalam menurunkan jumlah penduduk miskin, populasi berpengaruh signifikan dalam menambah jumlah penduduk miskin, angka melek huruf berpengaruh signifikan dalam mengurangi jumlah penduduk miskin, berdasarkan temuan tersebut, kebijakan yang disarankan untuk ditempuh guna mengurangi jumlah penduduk miskin adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati penduduk miskin, pengendalian pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan angka melek huruf.

The objective of this research is to understand and analyze the impact of economic growth, population, education and health on the number of poor people on Regency/City in the East Java Province 2005-2008. The descriptive and econometric analyses were used to find out the linkage between economic growth, population, education and health on poverty by applying data provided by BPS and the East Java Province Government. The less impressive quality of economic development has shown by the figure of poverty average 19,80 percent. The spread of poor was concentrated in Regency 94,17 percent which 54,12 percent agriculture is the main source of income. The economic growth was significantly affecting to decrease the number of poor people, number of population was significantly affecting to increase the number of poor people and adult literacy rate was significantly affecting to decrease the number of poor people. Based on these findings, policy recomendation to reduce the number of poor people is pro poor growth, the effective control of population growth rate and increasing the adult literacy rate."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28060
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riki Johari
"Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di laboratorium terutama di bagian Mikrobiologi merupakan hal penting yang harus dijalankan, dimana laboratorium di bagian Mikrobiologi merupakan salah satu tempat kerja yang mengandung bahaya kesehatan mudah terjangkit penyakit, risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Tujuanya adalah diketahuinya tingkat risiko K3 pada aktivitas pemeriksaan sampel yang rutin dilakukan seperti pemeriksaan kultur darah, sputum dan memberikan rekomendasi. Tahapan manajement risiko dilakukan berdasarkan pendekatan manajemen risiko AS/NZS 4360:2004, metode identifikasi hazard yang digunakan adalah Generic Model dan untuk penentuan level risiko metode analisa risiko semikuantitatif mengunakan nilai berupa skor berdasarkan W.T. Fine dalam Cross Jean, 1998. Existing risk (dengan memperhitungkan pengendalian yang telah ada) pada aktivitas pemeriksaan kultur darah dan sputum dikelompokan menurut tahapan kerja dan dilakukan skoring berdasarkan Fine untuk menentukan level risikonya, didapatkan level risiko Besar sebanyak 13, level risiko Prioritas 3 sebanyak 17, dan level risiko Diterima sebanyak 6. Untuk mengurangi risiko K3 pada petugas analis kesehatan di bagian Mikrobiologi dilakukan engineering control, administrative control, dan alat pelindung diri (APD).

Implementation of Occupational Health and Safety in the Microbiology laboratory is especially important to be performed, where the Microbiology laboratory isone of workplace helath hazards easily contract the disease, the risk of occupational accidents and occupational diseases. The aim is to know the level of risk k3 activity routine sample check such as checking blood culture, sputum and provide recommendations. Stages of Management of risk approach to risk management i based on AS/NZS 4360:2004, hazard identification methods used are Generic Model for determinaation of the level of risk and risk analysis methods semiquantitatively using a score based on the value in WT Fine in Jean Cross, 1998. Existing risk (taking into account existing controls) on the activityof blood and sputum culture examination are grouped according to the stages of labor and scoring done by Fine to determine the level of risk, Great risk levels obtained were 13, the risk level Priority 3 as many as 17, and as Acceptable risk levels 6. To reduce the risk of K3 on workers health analyst at the Microbiology conducted engineering controls, administrative controls, and personal protective equipment (PPE)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivo Lady Yulanda
"Skripsi ini membahas tentang analisis kesesuaian kebijakan dan prosedur mutu pelayanan Laboratorium Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan standar akreditasi laboratorium kesehatan tahun 2011. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kesesuaian kebijakan dan prosedur mutu pelayanan Laboratorium Departemen Parasitologi dengan standar akreditasi laboratorium kesehatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode obeservasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen, dengan jumlah informan sebanyak 7 orang. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan dan prosedur mutu pelayanan Laboratorium Departemen Parasitologi belum sesuai dengan standar akreditasi laboratorium kesehatan karena ada prosedur yang memperoleh nilai dibawah standar.
This paper discuss about analysis suitability policy and procedure quality service from Laboratory of Department Parasitology Faculty of Medicine University of Indonesia with standard accreditation health laboratory. The research that used was qualitative with observation method, in dept interview and document study, with number of source about 7 peoples. The result from research indicate that policy and procedure quality treatment from Laboratory of Department Parasitology unsuitable with standard accreditation health laboratory because there are some prosedure that below standard"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Nurmaini
"Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang kini muncul kembali (re-emerging). Untuk menanggulangi penyakit ini, sejak tahun anggaran 1995/1996 Program Pemberantasan Tuberkulosis (P2TB) melaksanakan strategi baru yaitu DOTS (Directly Obsertied Thecumem Shot-course) yang telah direkomendasikan oleh WHO.
Guna mencapai tujuan tersebut dibutuhkan sarana berupa obat-obatan, alat dan bahan laboratorium yang menunjang. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem informsi mengenai ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium, khususnya di tingkat kabupaten. Dengan adanya sistem informasi ini diharapkan dapat membantu proses evaluasi terhadap ketersediaan sarana-sarana tersebut.
Sistem informasi yang dikembangkan ini merupakan suatu model, dengan mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Serang. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem informasi ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium untuk program TB Paru di Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, termasuk pembuatan solfivareidentifikasi kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, sumberdaya pengguna dan prosedur operasional standar.
Penelitian ini menggunakan disain penelitian riset operasional dengan tahapan pengembangan sistem diawali dengan kebijakan dan perencanaan sistem, analisis sistem hingga disain sistem terinci.
Berdasarkan hasil penelitian, Dinas Kesehatan Kabupaten Serang memiliki kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak serta sumber daya pengguna yang cukup memadai untuk menjalankan aplikasi sistem informasi yang based-on computer. Ketersediaan komputer bukan merupakan hal yang baru bagi tenaga di kabupaten khususnya Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) yang menangani program TB Paru.
Dari hasil penelitian juga dibuat suatu rancangan alur informasi ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium untuk Program TB Para, dimana pengumpulan data di lakukan di puskesmas oleh petugas gudang obat dan programmer TB Paru, sedangkan pemasukan, pengolahan dan penyajian data dilakukan di Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten oleh Wakil Supervisor (Wasor) Kabupaten.
Sistem informasi yang dirancang ini ditujukan untuk program TB Paru. Untuk program penyakit menular lainnya seperti demam berdarah, malaria, kusta dan Iain-lain kebutuhan. informasi mengenai ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium juga semakin dirasa perlu. Oleh karena itu diusulkan untuk mengkaji model rancangan sistem informasi yang terintegrasi antar program tersebut (integrasi lintas program) daiam proses monitoring dan evaluasi sebagai upaya efisiensi kerja dan dana.

Information System Development Model Of Medicine And Laboratory Equipmentimaterial Availability For Lung Tuberculosis Program In The Health Service Of The Regency Of Serang, West Java In The Year 2000Lung tuberculosis is a re-emerging disease that still causes health problems to people, To fight this disease, the Tuberculosis Elimination Program applies a new strategy since 1995/1996 fiscal year, named DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) as recommended by WHO.
To achieve this goal, supporting facilities like medicine, equipment and laboratory materials are needed. Therefore, an information system of medicine and laboratory equipment/material availability is required, particularly at the level of regency. The existence of this information system is expected to help evaluation process of those facilities availability.
The developed information system was a model resulted from a research located in the Regency of Serang. The research aimed to design an information system of medicine and laboratory equipment/material availability for Lung Tuberculosis Program in the Health Services of the Regency of Serang, including software development, hardware and Software requirement identification, user resources and standard operational procedure.
The research applied operational research design which system development began with policy and system design, system analysis, to a detailed system design.
According to the research results, the Health Services of the Regency Of Serang has adequate hardware, software and user resource requirement to run an information system application which based on computer. Computer provision is not new for human resources in the regency, particularly for the Disease Prevention and Cure Section in charge of the Lung Tuberculosis Program.
An information flow design of medicine and laboratory equipment/material availability was also developed based on the research results with data collected from community health services by medicine warehouse officer and Lung Tuberculosis Programmer. Whereas, data entry, processing and presentation were conducted in the Disease Prevention and Cure Section by the District Vice-Supervisor.
The designed information system aimed for Lung Tuberculosis Program. For other infectious disease such as dengue DHF, malaria, leprosy etc., the need of information on medicine and laboratory equipment/material availability is increasing. Therefore, it is proposed to assess an integrated information system design model (inter Program integration) in the process of monitoring and evaluation as an effort for task and fund efficiency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djasmoro Ariguno
"Ditinjau dari sudut imunologi, sperma merupakan autoantigen bagi tubuh pria, yang dapat menyebabkan terjadinya respon imun, sehingga terbentuk antibodi antisperma. Antibodi antisperma ini dapat mengaglutinasi dan mengimobilisasi spermatozoa, sehingga spermatozoa-spermatozoa tidak dapat lagi membuahi telur dari istri, dan akibatnya pasangan itu menjadi infertil. Ternyata keadaan yang merugikan ini tidak lazim terjadi pada setiap pria; hal ini disebabkan karena di dalam plasma semen terdapat zat imunosupresif. Zat yang bersifat imunosupresif itu diantanya adalah orosomukoid.
Dalam penelitian ini telah dilakukan pengukuran kadar orosomukoid di dalam plasma semen pria fertil dan pria infertil dengan teknik imunodifusi radial. Tujuannya adalah untuk membuktikan apakah kadar zat orosomukoid yang dapat bersifat imunosupresif itu di dalam plasma semen pria fertil lebih tinggi daripada pria infertil. Selain itu dalam penelitian ini juga telah dievaluasi kadar orosomukoid plasma semen pada pria infertil yang spermatozoanya berkecepatan 1,2 detik/1/20 mm.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kadar orosomukoid plasma semen 20 pria fertil rata-rata 2,3899 mg/dl. Sedangkan kadar orosomukoid plasma semen 50 pria infertil rata-rata 1,8720 mg/dl. Setelah dilakukan analisis data dengan uji t keduanya berbeda nyata pada tingkat kepercayaan = 0,05. Jadi jelaslah bahwa kadar zat yang dapat bersifat imunosupresif di dalam plasma semen pria fertil lebih tinggi daripada pria infertil. Hasil ini menunjukkan bahwa tingginya orosomukoid plasma semen pria fertil mungkin menekan respon imun terhadap antigen-antigen spermatozoa, sehingga antibodi antisperma tidak terbentuk, dengan demikian spermatozoa, tanpa terganggu, dapat melakukan fertilisasi.
Dari hasil penelitian kadar orosomukoid plasma semen pria infertil yang berbeda kecepatan spermatozoanya diketahui bahwa, 30 pria infertil yang spermatozoanya berkecepatan 1,2 detik/1/20 mm rata-rata 1,7617 mg/dl. setelah dilakukan analisis data dengan uji t ternyata kadar orosomukoid pada kedua keadaan itu tidak berbeda nyata pada tingkat keprcayaan = 0,05. Jadi dapat dikatakan bahwa orosomukoid, baik langsung maupun tidak langsung (lewat supresi pembentukan antibodi) agaknya tidak mempengaruhi kecepatan sperma."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Roem
"Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Siak 2005-2008, lokasi penelitian Dinas kesehatan Kabupaten Siak Propinsi Riau.Disain penelitian operasional ini menggunakan analisa data primer dan sekunder. Sebagai informan adalah Bupati, DPRD, Ketua Bappeda, Sekretaris Daerah, Organisasi profesi dan Tokoh Masyarakat. Tim Consensus Decision Making Group (CDMG), adalah Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Sub Bag Perencanaan Program, para Kepala Sub Dinas, Kepala Rumah Sakit dan Kepala Puskesmas.
Visi "Kabupaten Siak Sehat 2010", dan Misi (1) Menggerakkan pembagunan daerah berwawasan kesehatan; (2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; (3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau; (4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk lingkungannya.
Faktor Eksternal dan Internal; ekonomi, geografi, demografi, kebijakan umum, dana, sarana, SDM kesehatan. Strategi hasil dari IE matriks adalah Hold and Maintain dan strategi hasil analisis QSPM adalah (1) Pengembangan produk (2) Penetrasi pasar (3) Pengembangan pasar.
Balanced Scorecard program Dinas Kesehatan (1) Penataan organisasi dan Manajemen (2) Perencanaan dan Pengembangan SDM (3) Penataan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan (4) Pemberdayaan Masyarakat dan Sosialisasi Pogram (5) Penataan program sub dinas (6) Negosiasi dan Avokasi dengan Tim Panitia Anggaran (7) Pengendalian, Pemantauan dan Evaluasi Kerja.
Penelitian ini menyarankan (1) Penataan Organisasi dan Infrastruktur (2) Perencanaan Kesehatan Terpadu (3) Pelayanan Kesehatan yang berorientasi kepuasan masyarakat (4) Peningkatan kemampuan petugas (5) Acuan penyusunan kegiatan tahunan dengan alat ukur kinerja
Daftar bacaan : 30 (1992 - 2003)

Riau Province Siak District Health Office Strategic Plan 2005-2008 This research has done is to get Siak district health office strategic plan 2005 --2008, research location is Siak district health office in Riau Province. The operational research design used primary and secondary data analyzing. The informants are : Bupati, DPRD, Bappeda, District professional organization, and community leader. Consensus Decision making groups ( CDMG) are : Head of Administration, division of programmer Planing Sub Division, head of Division in Siak district health office, Director of Siak district Hospital, and Head of Public Health Centre in Siak district.
Vision " Healthy Siak district 2010", and Mission are : (1) To mobilized local development in healthy circumstances (2) To encourage community in healthy life style (3) To maintain and progress good quality health service, equal, and affordable (4) To maintain and progress personal health, family and community including environmental.
Internal and external factor are : economic, geographic, demographic, public policy, budgetary, facilities, and health human resources. Output strategic from Matrix lE is Hold and Maintain, and output strategic from QSPM analyzing are : (1) Product development (2) Market Penetration (3) Market Development.
Health office Balanced Scorecard program are : (1) Management and organization structural (2) Planning and progressing human resources (3) Health information management system structural (4) Community empowerment and program socialization (5) Haelth office program structural (6) Advocacy and negotiation with local budgetary commission team (7) controlling, monitoring, and evaluating performance.
This research suggest (1) Infrastructure and organization structural (2) Integrated health planning (3) Health service based on community satisfaction (4) To increase personal skill (5) To make annual activities protocol on performance tool.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efy Afifah
"Di Indonesia saat ini masalah PMS-HIV/AIDS merupakan hal yang patut diwaspadai dan diantisipasi lebih dini, mengingat prevalensinya meningkat terus-menerus dari tahun ke tahun. Posisi Indonesia yang sangat strategis ini dianggap rentan terhadap terjadinya endemi penyakit HIV/AIDS. Salah satu faktor yang berperan dalam penanggulangan PMS-HIV/AIDS adalah perilaku pencarian pengobatan. Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan rendahnya perilaku pencarian pengobatan pada kelompok pria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan pada pria dengan PMS-HIV/AIDS di Jakarta, Surabaya dan Manado, dengan menggunakan data sekunder dari Behavioral Surveillance Survey PMS- HIV/AIDS tahun 2000 yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia didukung USAID. Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang (Cross sectional Study), dengan pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik ganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi perilaku pencarian pengobatan kurang baik pada responden sebesar 75,3%. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, status perkawinan, sumber informasi dengan perilaku pencarian pengobatan. Variabel pengetahuan dan pendidikan berhubungan bermakna dengan perilaku pencarian pengobatan dan tidak ada interaksi antara pendidikan dan pengetahuan. Responden yang berpengetahuan kurang berpeluang melakukan pencarian pengobatan kurang baik 1,8 kali (95% CI: 1,1724-2,6442) dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik setelah dikontrol variabel pendidikan. Sedangkan berdasarkan latar belakang pendidikan formal yang telah ditamatkan, ternyata responden yang berpendidikan rendah berpeluang melakukan pencarian pengobatan kurang baik 1,7 kali (95% CI: 1,0236- 2,5805) dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi setelah dikontrol variabel pengetahuan.
Dari penelitian ini disarankan perlunya dilakukan penelitian selanjutnya untuk menggali lebih dalam alasan respoden yang tidak melakukan pencarian pengobatan. Perlu penyuluhan yang lebih intensif, konsisten dan berkelanjutan dengan cara menyebarluaskan informasi dengan memanfaatkan media yang diminati. Bagi pemerintah perlu menjadikan program tetap dan pengalokasian dana tidak hanya untuk pengobatan juga untuk pelayanan kesehatan dan konseling.
Daftar pustaka: 58 (1979-2002)

The Factors Related to Health Seeking Behaviour of Men with STD - HIV/AIDS in Jakarta, Surabaya and Manado (Secondary Data Analysis, USAID, 2000)Nowdays, STD ? HIV/AIDS in Indonesia; are issues we have to anticipate and alert earlier, considering the prevalence increases from year to year. The strategic position of Indonesia is considered susceptible to the pandemy of HIV/AIDS. One of the involving factor HIV/AIDS is health seeking behavior. Previous studies showed the low of health seeking behavior in men's group.
This study is aimed to discover the factors related to health seeking behavior of men with STD ? HIV/AIDS in Jakarta, Surabaya, and Manado by using secondary data analysis from behavioral surveillance survey of STD ? HIV/AIDS in 2000 that was conducted by the center of health research, University of Indonesia by USAID support. This study using cross sectional design, and data processing with multiple logistic regression analysis.
The result of this study shows that the proportion of men health seeking behaviour is poor (75,3% respondents). There are no relationship between age, marital status, information sources with the health seeking behavior. The variables of education and knowledge related with health seeking behavior and there is no interaction between education and knowledge. The respondents with low knowledge have the possibilities of poor health seeking behavior 1,8 times (95% CI 1,I725 --2,6442) compared with those who have good knowledge after being controlled by the education variable. Meanwhile, based on the formal educational background that the respondents got through, those who have low education have the possibilities of health seeking behavior 1,7 times (95% 1,00236 - 2,5805) compared with those who have higher education after being controlled by knowledge variable.
This study recommends the need of further research to discover more detailed explanations why respondents do not seek for health care, and need more intensive, consistent and continually health education by spreading out information by using the interested media. It is necessary for government to make the prevention program of STD ? HIV/AIDS as an annual program and the fund allocation is not only for medication but also for the health and counseling services."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resa Ana Dina
"Menurut laporan kerja WHO pada bulan April 2004, dari 8,1 juta kematian bayi di dunia, sekitar 48% adalah kematian neonatal. Dari seluruh kematian neonatal, sekitar 42% kematian neonatal disebabkan oleh infeksi tetanus neonatorum. Sejak tahun 1989, WHO memang mentargetkan eliminasi tetanus neonatorum. Sebanyak 104 dari 161 negara berkembang telah mencapai keberhasilan tersebut. Tetapi, karena tetanus neonatorum masih merupakan persoalan signifikan di 57 negara berkembang lain, maka UNICEF, WHO dan UNFPA pada Desember 1999 setuju mengulur eliminasi hingga tahun 2005. Meskipun telah ditetapkan ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum) sebagai komitmen internasional diulurkan hingga tahun 2005, namun angka kejadian dan angka kematian tetanus neonatorum di Kabupaten Serang masih tetap tinggi. Terlihat dari data hingga akhir Desember tahun 2008 pun, kasus sudah ada dan melebihi kasus pada tahun sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi kasus dan kematian tetanus neonatorum di wilayah Kabupaten Serang pada tahun 2005-2008.
Penelitian ini menggunakan desain studi crossectional.Dalam penelitian ini populasi sama dengan sampel yaitu semua penderita tetanus neonatorum di Kabupaten Serang dari tahun 2005-2008 yaitu berjumlah 68 kasus. Hasil penelitian ini adalah jumlah distribusi kasus dan kematian tetanus neonatorum di Kabupaten Serang tahun 2005- 2008 lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
Hasil distribusi frekuensi kasus dan kematian tetanus neonatorum berdasarkan riwayat perawatan kehamilan adalah :
Pertama, kasus tetanus neonatorum yang ibunya sewaktu hamil memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang ibunya sewaktu hamil memeriksakan kehamilannya kepada bukan tenaga kesehatan (80% : 52,6%).
Kedua, kasus tetanus neonatorum yang ibunya sewaktu hamil memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan < 4 kali mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang ibunya sewaktu hamil memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan ≥ 4 kali (66,1% : 55,6%).
Ketiga, kasus tetanus neonatorum yang ibunya sewaktu hamil tidak melakukan imunisasi TT mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang ibunya sewaktu hamil melakukan imunisasi (64,9% : 63,6%).
Hasil distribusi frekuensi kasus dan kematian tetanus neonatorum berdasarkan riwayat pertolongan persalinan adalah :
Pertama, kasus tetanus neonatorum yang persalinannya dilakukan pada bukan tenaga kesehatan mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang persalinannya dilakukan pada tenaga kesehatan (66,1% : 50%).
Kedua, kasus tetanus neonatorum yang persalinannya dilakukan di rumah mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang persalinannya dilakukan di tempat pelayanan kesehatan (66,7% : 40%).
Ketiga, kasus tetanus neonatorum yang pada saat persalinan pemotongan tali pusatnya menggunakan alat tidak steril mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang pada saat persalinan pemotongan tali pusatnya menggunakan alat steril (66,7% : 40%).
Hasil distribusi frekuensi kasus dan kematian tetanus neonatorum berdasarkan riwayat perawatan tali pusat adalah, yakni :
Pertama, kasus tetanus neonatorum yang perawatan tali pusatnya menggunakan bukan tenaga kesehatan mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang perawatan tali pusatnya menggunakan tenaga kesehatan (65,7% : 0%).
Kedua, kasus tetanus neonatorum yang obat/bahan perawatan tali pusatnya menggunakan bukan antiseptik mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang obat/bahan perawatan tali pusatnya menggunakan antiseptik (67,9% : 53,3%). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>