Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70563 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Vernonia Yora Saki
"Tesis ini membahas peranan faktor individu dan masyarakat terhadap penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP pada wanita pasangan usia subur menurut wilayah di Indonesia tahun 2017. Desain penelitian mengikuti desain analisis lanjutan data survei RPJMN BKKBN yaitu desain sttudi cross-sectional. Sampel penelitian pada survei RPJMN yaitu wanita pasangan usia subur. Data dianalisis dengan analisis Multilevel Regresi Logistic.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi wanita pasangan usia subur yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang tertinggi adalah di wilayah Indonesia Jawa Bali sebesar 27,2. Hasil analisis multilevel menunjukkan bahwa terdapat variasi antar provinsi penggunaan MKJP pada wanita pasangan usia subur di wilayah Indonesia Jawa Bali dan Luar Jawa Bali I sebesar 1,4 dan sebesar 1,3 di wilayah Luar Jawa Bali II. Direkomendasikan kepada BKKBN untuk melakukan program penggunaan MKJP yang memperhatikan aspek wilayah dan tidak dapat diseragamkan untuk seluruh provinsi di Indonesia.

This thesis discussed the role of individual and community factors on the use of Long Term Contraceptive Method MKJP in women of reproductive age couple by region in Indonesia in 2017. The study design follows the advanced analysis design of RPJMN BKKBN survey data that was cross sectional design. The sample of research on RPJMN survey was women of reproductive age couple. Data were analyzed by Multilevel Logistic Regression analysis.
The results showed that the proportion of women of reproductive age couple using the longest method of contraception was highest in the area of Indonesia Java Bali was 27.2. Multilevel analysis results showed that there are variations between provinces of MKJP used in women of reproductive age couple in the area of Indonesia Java Bali and Outside Java Bali I of 1.4 and 1.3 in the area of Outside Java Bali II. It was recommended to BKKBN to implement MKJP usage program that takes into account the area aspect and can not be uniformed for all provinces in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mallarangeng, Mustarim Andi
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran berapa besar jumlah pasangan usia subur miskin dan tidak miskin, di Sulawesi. Secara umum penelitian ini mempelajari "perbedaan proporsi ber KB dan tidak ber KB" antara pasangan usia subur miskin dan tidak miskin, serta untuk mempelajari karakteristik sosial ekonomi demografi pasangan usia subur di Sulawesi.
Penelitian ini menggunakan data kor Sulawesi Susenas 1992. Jumlah responden penelitian ini 4476 pasangan usia subur, diantaranya miskin 30,21 persen. Karena yang mau dipelajari adalah karakteristik Sosial Ekonomi dan demografi sedangkan variabel terikatnya (dependen) adalah data kategorik, dengan demikian metode analisis yang digunakan adalah "regresi logis tik berganda". Untuk mempelajari besarnya nilai perbedaan kelompok digunakan Analisis Statistik Odds Rasio.
Hasil penelitian menyatakan bahwa 44,0E persen dari 4476 responden sedang menggunakan kontrasepsi (KB) dalam berbagai metode pada saat wawancara. Proporsi ber KB pasangan usia subur miskin 47,41 persen lebih besar dibanding dengan yang tidak miskin 42,64 persen. Variabel bebas (pendidikan) berpengaruh secara positif terhadap proporsi ber KB baik yang miskin maupun tidak miskin. Dari semua variabel bebas yang diperhatikan (pendidikan, lapangan pekerjaan, status ekonomi, usia, anak masih hidup dan wilayah), semuanya menunjukkan bahwa proporsi ber KB pasangan usia subur miskin lebih besar bila dibandingkan dengan pasangan usia subur yang tidak miskin.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa, variabel pendidikan mempunyyai pengaruh penting tehadap keikutsertaan dalam ber KB (pemakaian kontrasepsi). Oleh sebab itu disarankan pentingnya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, khususnya dalam kegiatan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi). Dalam hal ini termasuk pemahaman terhadap masalah KB. Dengan demikian dapat diharapkan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan KB di Sulawesi dan di Indonesia pada umumnya akan dapat diwujudkan."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sediyaningsih
"Dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, pemerintah telah dan sedang melakukan pembangunan disegala bidang, termasuk usaha-usaha untuk mengatasi masalah kependudukan. Masih banyak kendala yang tampaknya masih menghadang laju perkembangan program KB ini. Berkaitan dengan hal tersebut diatas muncul suatu persepsi yang hadir dari lingkungan penulis yakni apakah benar pelaksanaan program KB masih didominasi oleh faktor sosial dan ekonomi ? Berangkat dari asumsi dasar tersebut penulis ingin mengetahui dengan pasti apakah asumsi dasar tersebut dapat diterapkan pada wilayah Pisangan, Ciputat, jakarta Selatan. Wilayah ini diambil berdasarkan beberapa alasan yaitu pertama penduduknya sangat heterogen, baik dalam hal asal usul, jenis pekerjaan, penghasilan dan pendidikan. Heterogenitas ini membuat penulis semakin tertarik untuk mengetahui perilaku mereka dalam melaksanakan program-program KB.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membuktikan keberlakuan hipotesis Rogers mengenai peranan Status Sosial Ekonomi dalam membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang serta untuk mendapatkan variabel yang paling berpengaruh dalam membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang terhadap pogram-program KB. Untuk tujuan itu penulis mengambil teori Difusi-Inovasi Rogers sebagai dasar pembuatan penulisan ini, dengan memasukkan variabel komunikasi, budaya-sikap dan pengetahuan sebagai variabel antara.
Untuk menguji hipotesis tersebut, kuesioner disebarkan kepada 290 responden wanita usia subur dan wawancara dengan 10 orang wanita (PUS) serta seorang dokter ahli kebidanan, yang hasilnya dianalisis dengan menggunakan analisis lorong (Path Analysis) melalui program SPSSPC. Dari pengolahan data didapat hasil bahwa faktor Status Sosial Ekonomi tidak mempunyai pengaruh terhadap pembentukan pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang. Sementara itu dari hasil yang ditemukan ada dua variabel yang berpengaruh terhadap adopsi KB di kalangan responden yaitu variabel komunikasi dalam hal ini komunikasi massa dan variabel budaya-sikap. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risty Ivanti
"Keikutsertaan KB merupakan upaya pengaturan kelahiran yang diharapkan dapat menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Angka kelahiran nasional selama 10 tahun terakhir menunjukkan angka yang stagnan 2,6 dan belum mencapai target nasional 2,1 dengan angka pemakaian kontrasepsi hanya mengalami peningkatan 1 persen di priode yang sama. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder SDKI 2012 yang merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan KB pasangan usia subur.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor status ekonomi, pendidikan istri, paritas, sumber Informasi KB melalui diskusi, sumber Informasi KB melalui layanan KB dan tokoh masyarakat, dan sumber informasi KB melalui petugas kesehatan berhubungan dengan keikutsertaan KB pasangan usia subur. Adapun faktor yang dominan berhubungan adalah sumber informasi melalui diskusi dengan keluarga/teman/kerabat.
Saran dari studi ini adalah meningkatkan akses informasi KB secara luas, cara dan media yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik daerah dan karakteristik masyarakat di daerah tersebut. Kemudian menumbuhkan semangat melayani peserta KB dengan komunikatif di kalangan petugas kesehatan (bidan, dokter dan perawat) agar dapat meningkatkan pelayanan KB.

The Participation of family planning is an effort of birth control that is expected to reduce population growth rate and increase family welfare. The number of nationality fertility rate for the last 10 years shows is stagnant in 2,6 and not yet achieve national target 2,1 with the contraceptive prevalence rate just increased 1 percent in the same period. This study is a secondary data analysis of Demographic and Health Survey 2012 a quantitative study using cross sectional design. This research to analyze factors related to the family planning participation of reproductive age couple.
The analysis resulted that the factors of economic status, education wife, parity, source of family planning information through discussions, information resource planning services and family planning through community leaders, and family planning resources through health workers associated with family planning participation of reproductive age couple. The dominant factor is associated resources through discussions with family/friends/relatives.
Suggestions of this study is to improve access to family planning information widely, and the way the media is used according to the characteristics of the region and the characteristics of people in the area. Then grow the spirit of serving participant family of planing with good communicative among health care workers (midwives, doctors and nurses) in order to improve family planning services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmat Munawar
"Tingkat fertilitas di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan sejak dimulainya program Keluarga Berencana (KB) secara nasional. Pada periode tahun 1994-1997 terjadi penurunan angka fertilitas yang relatif kecil. Besar kecilnya penurunan fertilitas tergantung dari besar kecilnya perubahan faktor-faktor penentu fertilitas. Penelitian terhadap faktor-faktor penentu fertilitas ini cukup strategis untuk membahas masalah fertilitas di Indonesia.
Faktor penentu fertilitas secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor penentu tidak langsung dan faktor penentu langsung. Faktor penentu tidak langsung dalam mempengaruhi fertilitas melalui faktor penentu langsung. Hal ini berarti secara substansi terdapat hubungan yang erat antara kedua kelompok faktor penentu fertilitas tersebut. Faktor penentu fertilitas -baik langsung maupun tidak langsung-- yang menjadi penyebab naik turunnya fertilitas dapat dijadikan sebagai dasar pembinaan. Pembinaan fertilitas yang dilakukan rnelalui program KB, sejak pelita I dilakukan secara bertahap mulai wilayah Jawa dan Bali, wilayah Luar Jawa dan Bali I, dan wilayah Luar Jawa Bali II. Pengelompokan wilayah pembinaan ini tetap dipertahankan, padahal perkembangan jaman telah mampu merubah factor-faktor penentu fertilitas.
Tujuan penulisan tesis ini adalah: pertama, mengukur tingkat keeratan hubungan antara kelompok faktor penentu tidak lansung dan faktor penentu langsung secara simultan tahun 1994 dan 1997; kedua, mencari faktor-faktor penentu fertilitas yang dominan baik untuk tahun 1994 maupun tahun 1997; ketiga memeriksa ketepatan pengelompokan wilayah pembinaan program KB di Indonesia berdasarkan faktor-faktor penentu fertilitas tahun 1994 dan 1997; keempat, membuat pengelompokan wilayah altematif berdasarkan faktor-faktor dominan penentu fertilitas tahun 1997.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data publikasi SDKI 1994 dan 1997 dengan unit pengamatan/sarnpel adalah propinsi. Variabel-variabel yang dilibatkan dalam Analisis adalah variabel yang secara substansi merupakan faktor penentu fertilitas baik tidak langsung maupun langsung. Agar tujuan tercapai perlu didukung metade analisis statistik yang memadai yaitu Analisis Korelasi Kanonik, Analisis Diskriminan, Analisis Komponen Utama, Analisis Faktor dan Analisis KelompoklCluster.
Hasil-hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa :
pertama, terdapat korelasi yang sangat kuat antara faktor penentu fertilitas tidak langsung dengan faktor penentu langsung. Hal ini terjadi pada tahun 1994 dan tahun 1997.
kedua, diperoleh lima faktor dominan penentu fertilitas di Indonesia yaitu pada tahun 1994 adalah (1) Program KB, (2) Pendidikan dan Perkawinan, (3) Kemampuan Ekonomi. (4)Pekerjaan dan (5) Kematian Bayi. Pada tahun 1997 juga diperoleh lima faktor dominan,diantaranya adalah (1) Program KB, (2) Pendidikan dan Perkawinan, (3) Kesehatan lbu danAnak, (4) Kemampuan Ekonomi dan (5) Pekerjaan.
ketiga, terjadi ketidaktepatan klasifikasi pengelompokan wilayah pembinaan program KB sebesar 33,3% pada tahun 1994 dan 18,5% pada tahun 1997 jika diperiksa dengan faktor-faktor penentu fertilitas.
keempat, pengelompokan wilayah yang dibuat berdasarkan faktor dominan penentu fertilitas menghasilkan lima kelompok wilayah. Hal yang menarik adalah propinsi Timor Timur berdiri sendiri dalarn kelompok 5 yang terpisah dengan propinsi-propinsi lain."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Astrida
"Program KB Mandiri mulai dicanangkan dengan adanya seruan Presiden RI, Suharto, pada tanggal 28 Januari 1987, yang intinya menyerukan supaya dikembangkan "KB Mandiri" mulai dari kota-kota besar (termasuk DKI Jakarta) dan masyarakat yang sudah maju (Suyono: 1988: 22). Pengertian KB Mandiri pada tingkat individual dan keluarga adalah Kelompok penduduk yang melaksanakan KB bukan karena anjuran dan ajakan saja, tetapi telah tumbuh dari kesadaran dan rasa tanggungjawabnya sendiri terhadap kesejahtraan pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsanya. Sehubungan dengan itu hadir atau tidak hadirnya para petugas KB mereka tetap melaksanakan KB dan dimana perlu pergi mencari pelayanan walau dengan biaya sendiri (Suyono: 1988: 19).
Sampai saat ini pengertian Program KB Mandiri yang lazim dipakai dan dikemukakan, misalnya pada kegiatan-kegiatan operasional di lapangan, evaluasi Program KB ataupun dalam Pencatatan Pelaporan Program adalah: Program yang mengarahkan masyarakat/individu untuk menggunakan jasa pelayanan KB jalur swasta dan membayar sendiri jasa pelayanan serta kebutuhan kontrasepsinya. Sejak kegiatan Program KB Mandiri dilaksanakan sampai kini, dikenal sebutan akseptor mandiri yaitu: akseptor yang membayar sendiri pelayanan kontrasepsi yang diperolehnya di tempat - tempat pelayanan KB milik swasta. Lainnya adalah akseptor yang menggunakan jasa pelayanan KB milik Pemerintah untuk memperoleh pelayanan kontrasepsi. Sehubungan dengan itu, maka perbedaan antara 2 (dua) kategori akseptor tersebut terletak pada membayar sendiri dengan tidak membayar dan tempat pelayanan yang digunakan, yaitu milik Pemerintah dengan Swasta.
Kampanye secara besar-besaran KB Mandiri dimulai pada bulan Mei 1987. Terlebih dahulu Program ini dikembangkan di kota-kota besar. Asumsinya kehidupan perkotaan yang begitu kompleks dan heterogen baik pada aspek sosial, ekonomi, politik, budaya dan keakraban dengan teknologi canggih, mengakibatkan masyarakat kota lebih kritis serta mempunyai harapan yang lebih mengenai pelaksanaan pelayanan KB Mandiri dibandingkan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu mereka dianggap lebih siap menerima Program tersebut. Namun sejalan dengan percepatan operasional Program KB umumnya dan khususnya KB Mandiri, salah satu masalah yang perlu segera dibenahi dan dicari langkah-langkah keluarnya adalah masalah kesiapan balk masyarakat maupun pengelola program. Sebab proses alih kelola yang mengarah pada kemandirian ini menyangkut banyak perubahan di dalamnya, antara lain arah pendekatan dari supply oriented menjadi demand oriented, artinya masyarakat yang semula lebih banyak menerima karena diajak dan diberi oleh petugas Program, kini Iebih aktif mencari dan meminta, sedangkan petugas lebih banyak melayani.
DKI Jakarta termasuk salah satu kota yang sejak awal telah ditunjuk untuk mengawali pelaksanaan Program KB Mandiri. Pada dasarnya perkembangan hasil program KB di DKI Jakarta secara kuantitatip dan kualitatip relatif meningkat dari tahun ke tahun. Secara kuantitatif terlihat dari jumlah Akseptor Aktif yang menunjukkan kenaikan baik dilihat dari jumlah fisik maupun persentasenya terhadap jumlah pasangan usia subur (PUS). Pada akhir Pelita II (197811979) jumlah akseptor aktif di DKI Jakarta adalah sebesar 188.000 atau 21,6% dari PUS, kemudian menjadi 581.000 atau 51,7% dari PUS pada akhir Pelita III - (198311984). Dan pada akhir Pelita IV (198811989) yang lalu jumlah tersebut telah mencapai 854.615 atau 67,28 % dari PUS. Pada akhir Pelita V diharapkan akan mencapai 994200 atau 61,20 % dari PUS.
Sebagai dampak dari keikutsertaan KB aktif itu adalah perubahan yang terus terjadi terhadap berbagai ciri kependudukan di DKI Jakarta ke arah mutu penduduk yang relatif lebih baik. Perubahan yang paling bermakna adalah tingkat pertumbuhan (alami) penduduk dapat dikendalikan, walaupun persentase penurunannya relatif kecil. Periode 1961 - 1971, 1971 - 1980 dan 1980 - 1985 berturut-turut adalah (secara eksponensial): 4,32% ; 3,9% ; dan 3,7% per-tahun. Gejala penurunan tingkat pertumbuhan penduduk tersebut diperkuat dengan berbagai ciri demografis yang lain seperti jumlah anak yang dilahirkan hidup/per wanita kawin dari 3,64 pada tahun 1980 menjadi 3,065 pada tahun 1985; serta penurunan persentase penduduk kelompok umur 15 tahun ke bawah dari 39,04% pada tahun 1980 menjadi 35,23% pada tahun 1985.
Sedangkan pencapaian hasil kualitatif dari program KB DKI Jakarta adalah makin tampak kesadaran masyarakat untuk menanggulangi masalah kependudukan melalui program KB, yang mencerminkan bahwa program KB merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah dengan segenap lapisan masyarakat. Keadaan ini dibuktikan oleh kegiatan partisipasi masyarakat yang makin meluas, seperti kelompok-kelompok akseptor sampai ke tingkat?"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Ummu Salmah
"KB Mandiri adalah gerakan KB Nasional yang dimaksudkan untuk mendorong perwujudan terciptanya suatu perilaku melalui persiapan mental dan lingkungan dukung dengan kemampuan dan kesadaran sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap akseptor KB menuju KB mandiri pedesaan di tiga kecamatan tersebut diatas.
Penelitian ini mencoba mengkaji tiga faktor dari peserta KB yang meliputi 13 variabel yaitu 1) Faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak dan pengetahuan responden), 2). Faktor pemungkin (ketersediaan tempat pelayanan KB, jarak tempat pelayanan KB, ketersediaan kelompok gotong royong KB dan pendapatan responden) dan 3). Faktor penguat (pengaruh Kepala Desa, Ibu Ketua PKK Desa, Jupen KB, PPKBD dan Suami responden), yang kesemuanya ini adalah variabel independen (bebas) sedangkan variabel dependen (terikat) adalah sikap membayar pelayanan KB.
Selanjutnya, pengolahan dan analisa data menggunakan program STATPACK. Dalam pada itu, untuk melihat gambaran distribusi responden menurut berbagai karakteristik dilakukan analisis persentasi dan uji Kai Kuadrat digunakan untuk melihat adanya perbedaan bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat, yang juga secara tidak langsung menunjukkan adanya hubungan. Sedangkan keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut ditentukan dengan melihat besarnya koefisien dari phi, cramar's V dan contingency coefisien.
Dari hasil uji Kai Kuadrat didapatkan lebih dari separuh variabel peneilitian menunjukkan adanya hubungan dengan sikap membayar pelayanan KB. Secara rinci variabelvariabel tersebut adalah sebagai berikut : 1). Untuk faktor predisposisi adalah variabel pendidikan dan variabel pengetahuan yang meliputi tentang pernah mendengar KB mandiri, tahu arti KB mandiri dan tahu tempat memperoleh pelayanan KB mandiri; 2). Faktor pemungkin adalah variabel jarak tempat pelayanan KB, variabel ketersediaan tempat pelayanan KB mengenai Bidan dan dokter praktek swasta serta Puskesmas/Puskesmas pembantu dan dari variabel tentang ketersediaan kelompok gotong royong adalah kelompok akseptor KB dan kelompok KB dan UPPKA (usaha peningkatan pendapatan keluarga akseptor); sedangkan 3). Dari faktor penguat kelima variabelnya menunjukkan adanya hubungan, yaitu pengaruh kepala desa, Ibu ketua PKK desa, Jupen KB, PPKBD dan pengaruh suami responden. Dengan keeratan hubungan bervariasi antara 0.005 - 0.291.
Berdasarkan sikap masyarakat tentang keinginan membayar pelayanan KB yang cukup memadai(78.6 %) dibarengi dengan peluang yang ada dimasyarakat, maka disarankan untuk melakukan intervensi KB Mandiri pedesaan dilokasi tersebut. Dilain pihak, untuk mengkaji lebih jauh tentang bagaimana gambaran karakteristik dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian ber-KB dari peserta yang sudah mandiri disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar
"Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan Pembangunan Nasional. Dalam GBBN disebutkan : Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana berkehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalarn lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai (TAP MPR-RI, 1988).
Dari pengalaman selama pembangunan jangka panjang 25 tahun pertama (PJPT-I), terdapat empat pertimbangan pokok yang perlu diperhatikan untuk melaksanakan pembangunan pada tahap berikutnya. Pertama, bahwa pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan merata untuk seluruh penduduk Indonesia. Kedua, pembangunan nasional mencakup semua aspek kehidupan termasuk kuantitas, kualitas dan mobilitas persebaran penduduk. Ketiga, jumlah penduduk yang besar dan kurang serasi, serta kurang seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan akan mempengaruhi segala segi pembangunan dan kehidupan masyarakat, sedangkan jumlah penduduk yang besar dan berkualitas merupakan salah satu modal dasar dan faktor dominan bagi pembangunan nasional. Keempat, jika kuantitas penduduk dikendalikan, kualitas penduduk dikembangkan, serta mobilitas penduduk diarahkan, maka penduduk akan menjadi sumberdaya yang tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukmawati
"Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan status kesehatan wanita, dan berperan penting dalam menyelamatkan kehidupan, terutama untuk menurunkan Angka Kematian Maternal. KB memungkinkan seorang wanita dapat merencanakan kehamilannya sehingga dapat menghindari kehamilan yang tidak diharapkan, seperti umur terlalu tua atau terlalu muda serta jumlah persalinan yang terlalu sering. Masalah penelitian adalah masih rendahnya pemanfaatan kontrasaepsi IUD diantara Akseptor KB, serta masih terbatasnya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD diantara akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samarang Kabupaten Garut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dan dominan dalam pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD diantara akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel seluruhnya 194 orang. Analisa data dilakukan dengan Chi Square dan Regresi Logistik.
Hasil penelitian memberikan indikasi bahwa akseptor KB berpeluang untuk memanfatkan pelayanan Kontrasepsi IUD apabila pendidikannya makin tinggi, akseptor mempunyai pekerjaan, jumlah keluarga sedang, persepsi aman tentang alat kontrasepsi IUD, tidak merasa malu, persediaan alat kontrasepsi IUD banyak, alat pemasangan IUD lengkap, petugas pelaksana KB lebih tua, petugas sangat terlatih, privasi dari petugas sangat terjamin prosedur pelayanan sesuai dan sikap petugas yang baik.
Untuk mempertahankan kelestarian akseptor KB yang sudah memanfaatkan pelayanan kontrasepsi IUD dan meningkatkan cakupan kontrasepsi IUD, maka perlu dilakukan beberapa cara antara lain; berupaya memberikan penyuluhan pada kelompok sasaran tentang keuntungan alat kontrasepsi IUD, serta meningkatkan berbagai kompetensi petugas KB.

The Factors Related to The Use of IUD Service among Accepter in The Working area of Samarang Sub District Center of District of Garut 2001The family planning program has important role in developing the quality of woman's life, especially by decreasing the maternal mortality related to pregnancy and giving birth. Having followed the program, it would be possible for woman to make a plan for her pregnancy and avoid an unexpected pregnancy, such as too young or too old of age of pregnancy that is dangerous for her for giving birth. The research problem is that among reproductive age of female there is a consider low of use of IUD and lack of information about the factors associated to this issue in the working area of Samarang Sub District center of District of Garut.
The aim of the research is to get information the main factors in retting to the use of IUD service for user of the program in the working area of Samarang Sub District center of District of Garut. The research design is a Cross Sectional with 194 samples. The data analysis is through Chi Square and Logistic Regression.
The result of the research indicates that the accepter will be possibly to use the IUD service in they have higher education, have a job, have safe perception on IUD, not to feel shy, there are adequate supplies of IUD, complete equipment for installing IUD, more adult and skillful officials for the program, guaranteed privacy from the officials, good procedures and good attitude of the officials.
To keep the user having use IUD services continuously and to increase the number of IUD users, there for the health provider need to have others activity such as to give complete information to the target group and to improve skills of Family Planning officials.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>