Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81393 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pipiet Faizal Amin
"Reformasi birokrasi bagi Kementerian Lembaga dan Pemerintah Daerah dimaksudkan antara lain untuk mendorong terwujudnya organisasi yang efektif dan efisien Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan memanfaatkan kekayaan pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi tersebut termasuk belajar dari pengalaman pengalaman di masa lampau Saat ini Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti mengalami permasalahan terkait pengelolaan pengetahuan organisasi yang menyebabkan terhambatnya proses transfer dan berbagi pengetahuan antar pegawai Bappebti Dari segi usia terdapat kesenjangan yang signifikan antar pegawai Bappebti sebagai akibat berhentinya proses rekrutmen pegawai selama 8 tahun Hal tersebut menimbulkan kesenjangan pengetahuan dan pengalaman antara pegawai baru dan pegawai yang telah lama bekerja Oleh sebab itu perlu adanya sistem manajemen pengetahuan knowledge management system untuk mendukung manajemen pengetahuan dan sebagai fasilitas untuk transfer dan berbagi pengetahuan antar pegawai Bappebti Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metodologi solusi manajemen pengetahuan yang digabungkan dengan metodologi system prototyping Hasil dari penelitian ini adalah rancangan sistem manajemen pengetahuan beserta prototipe yang telah di uji coba untuk dapat dikembangkan dan diimplementasikan di Bappebti Sistem manajemen pengetahuan yang dirancang memiliki fitur wiki manajemen dokumen e learning blog dan forum diskusi online untuk mendukung proses manajemen pengetahuan yang akan dikembangkan dengan prioritas yaitu combination exchange internalization socialization for knowledge sharing dan externalization.

Bureaucratic reform for Ministries Agencies and Local Government was intended to promote the establishment of an effective and efficient organization One of the ways to realize is by utilizing the wealth of knowledge possessed by the organization including learning from experiences from the past Currently the Commodity Futures Trading Regulatory Agency CoFTRA experienced problems related to the management of organizational knowledge caused by the inhibition of the transfer and sharing of knowledge among employees In terms of age there is a significant gap between CoFTRA employees as a result of moratorium the process of recruitment for 8 years This led gaps of knowledge and experience between new employees and senior employees Therefore knowledge management systems KMS is needed to support knowledge management and as a facility for the transfer and sharing of knowledge among employees The approach on this study uses knowledge management solution methodology then combined with system prototyping methodology The results of this research is the design of the knowledge management system and its prototype that has been tested and can be developed and implemented in CoFTRA The knowledge management system that generated consists of features wiki document management e learning blog and online discussion forum to support knowledge management process that need to developed with priority order combination exchange internalization socialization for knowledge sharing and externalization Keywords knowledge management knowledge management system knowledge management solution methodology system prototyping.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khaira Al Hafi
"Tujuan dari Millenium Developmet Goals 2015 untuk menekan angka kemiskinan diprediksi tidak akan berhasil dicapai pada tahun 2015 (Laporan Utusan Khusus Presidan untuk MDGs, 2011). Hal ini disebabkan oleh kegagalan mekanisme pasar, pendekatan policy dan inisiatif organisasi sipil (Murray, 2012). Konsep inovasi sosial adalah konsep pendekatan multi-stakeholder yang dapat menjadi alternatif untuk memecahkan permasalahan sosial dengan cara mengkolaborasikan sektor tripartit. Meskipun demikian, konsep inovasi sosial yang dijalankan dengan cross partnership membutuhkan sistem manajemen pengetahuan yang terintegrasi sehingga sumber daya inovasi sosial yang tersebar pada berbagai sektor dapat diakumulasikan dan diakses bersama. Melalui penelitian ini, peneliti merancang sistem manajemen inovasi sosial Indonesia yang akan menghimpun sumber daya inovasi sosial pada sektor tripartit dan memecahkan permasalahan-permasalahan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SECI Model. Metode tersebut mencakup, pemetaan karakteristik pengetahuan dan analisis penciptaan dan transfer pengetahuan pengetahuan tacit-explicit. Hasil dari penelitian ini berupa platform online open innovation/shared design thinking, platform online community of practice untuk inovasi sosial, platform open volunteerism, platform crowdfunding, dan platform Changemakers Hub yang menghubungkan sektor tripartit.

The goal of Millenium Developmet Goals 2015 to reduce the number of poverty rate is predicted will not be achieved by 2015. (Envoy of the President on MDGs, 2011). Market mechanism, government policy and civic organizations inisiatif failed to fill it (Murray, 2012). The concept of Social Innovation as a multi-stakeholder approach is an alternative approach to solve a social problem with collaboration of tripartite sectors. However, the concept of social innovation characterized by cross partnership requires an integrated knowledge management system in order that the social innovation resources can be accumulated. Researcher elicits social innovation knowledge management system that will collaborate tripartite sectors to accumulate social innovation resources and solve social problems. Methodology used in this research is SECI Model analysis. The methodology includes knowledge characteristic analysis and formulation for creating and transferring tacit-explicit. The research products are platform onlines for open innovation/shared design thinking, community of practice for social innovation, open volunteerism, crowdfunding, and changemakers hub for the tripartite sectors.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprianto
"Perancangan KMS yang sesuai untuk menunjang proses penyebaran knowledge antar pegawai di lingkungan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi DKI Jakarta sangat diharapkan keberadaannya oleh pegawai karena pengetahuan, dokumen, SOP, peraturan dan pengalaman di lingkungan BKD tidak terdokumentasi dengan baik sehingga menyulitkan pegawai dalam menjalankan tugasnya saat terjadi perpindahan pegawai. Pengetahuan dan pengalaman pegawai akan ikut hilang bersama dengan kegiatan pensiun, mutasi atau habisnya masa jabatan pegawai bersangkutan. Kemudian dengan adanya kegiatan mutasi pegawai antar bidang di lingkungan BKD menyebabkan beberapa pengetahuan dan informasi hilang bersama pegawai yang bersangkutan. Saat ini sebagian besar pengetahuan dan pengalaman yang digunakan dalam pekerjaan sehari-hari masih tersimpan pada setiap pegawai, belum dituangkan ke dalam dokumen ataupun sistem, sehingga tergantung pada masing-masing pegawai. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi yang dikembangkan oleh Fernandez.
Hasil dalam penelitian ini adalah prioritas pengembangan proses knowledge management. Proses knowledge management yang perlu dikembangkan di BKD adalah eksternalisasi, exchange, sosialisasi untuk knowledge sharing, kombinasi, sosialisasi untuk knowledge discovery, internalisasi dan routines. Fitur-fitur knowledge management system yang dihasilkan untuk mendukung proses knowledge management tersebut terdiri dari fitur melakukan manajemen dokumen, mengikuti forum diskusi, melakukan dokumentasi pengetahuan dan melakukan pencarian. Prototipe knowledge management system yang sudah di uji coba dan telah mendapatkan respon yang positif agar diusulkan kepada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk dikembangkan dan diimplementasikan.

Designing of Knowledge Management System that appropriate to support the dissemination process of knowledge among the officials of the Board of Regional Employment of DKI Jakarta Province is expected by employees because of knowledge, documents, SOP, regulation and experience in the Board of Regional Employment not well documented, so making it difficult for employees to carry out his/her duties during a transfer of employees. Knowledge and experience of employees will be lost with the activities of retirement, transfer or expiration of office employees concerned. Then with the activities of transfers of employees among the field of the Board of Regional Employment causes some knowledge and information are lost with the employee concerned. Today most of the knowledge and experience that are used in day-to-day work are still stored on each employee, not yet poured into a document or system, so it depends on each employee. The methodology that used in this research is a methodology which developed by Fernandez.
The result of this study is the development priority of knowledge management process. Knowledge management processes that need to be developed in the Board of Regional Employment are externalization, exchange, socialization for knowledge sharing, combination, socialization for knowledge discovery, internalization and routines. The features of knowledge management system that generated to support the process of knowledge management consists of features of conduct the document management, follow the discussion forum, conduct the documentation of knowledge and conduct the search. In general, the result of prototype test of knowledge management has been accordance with their respective functions and appropriate with the needs of users and potential users of KMS of the Board of Regional Employment suggested in order to be proposed to the Board of Regional Employment of DKI Jakarta Province to be developed and implemented.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel
"Dewasa ini, semakin banyak perusahaan baru yang bergerak dalam bidang pengembangan aplikasi. Ketika perusahaan mulai berkembang, yang ditandai banyaknya proyek, bertambahnya jumlah pegawai baru, pembagian divisi perusahaan yang semakin kompleks, serta platform baru yang digunakan, maka manajemen pengetahuan yang semulanya dikesampingkan harus sudah mulai untuk dipikirkan. Pengetahuan yang diperoleh dapat menjadi tidak teroganisir atau bahkan hilang seiring berjalannya waktu. Padahal pengetahuan yang diperoleh bisa saja berguna untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat solusi, model sistem, dan prototipe manajemen pengetahuan yang cocok dan dapat diterapkan pada perusahaan software house, di mana yang menjadi studi kasusnya adalah PT. Altrovis Tekno Global yang juga merupakan perusahaan startup. Solusi manajemen pengetahuan yang dihasilkan bertujuan untuk mengelola pengetahuan yang ada dan meningkatkan efisiensi penggunaannya dalam kegiatan perusahaan sehari-hari.
Penelitian ini menemukan bahwa proses utama manajemen pengetahuan yang dibutuhkan oleh PT. Altrovis Tekno Global adalah sosialisasi, pertukaran, internalisasi, dan kombinasi. Berdasarkan penemuan tersebut kemudian dibuat model dari sistem manajemen pengetahuan yang terdiri dari lima fitur. Kemudian dibuat prototipe sistem manajemen pengetahuan yang menerapkan kelima fitur tersebut dengan menggunakan mockup desain tampilan sistemnya.

Nowadays, a lot of new companies are working on developing applications as their main business. When such companies grow larger, usually hinted by the increasement of projects, new employees, complex structure of division, and utilitzing new platforms, they would have to consider about managing their knowledge. Acquired knowledge could get unorganized, or gone without a trace. It would be unfortunate since that knowledge could have increased.
This research aims to develop knowledge management solution, model, and system, with its prototype as the output, that is suitable and applicable for a software house company. The case study is PT. Altrovis Tekno Global, a startup company and a software house. The goal of the resulting knowledge management solution is to manage existing knowledge and increase its utilization within the company's daily activities.
The result is that the required knowledge management process for PT. Altrovis Tekno Global are socialization, exchange, internalization, and combination. Based on those processes, a knowledge management system was developed which include five features. Finally, a prototype of the system was made by using mockup to show how it would have looked like.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chipta Perdana
"Indonesia sebagai internasional telah tujuan pembangunan internasional. Agar dapat mewujudkan komitmen ini, kapasitas pembangunan internal Indonesia harus diperkuat terlebih dahulu. Oleh karena itu, diperlukan sebuah organisasi negara untuk mengelola pengetahuan yang tersebar di banyak lokasi di Indonesia dan menyebarkannya ke lokasi lain untuk direplikasi. Pada gilirannya, pengetahuan yang telah direplikasi di banyak tempat dan menjadi center of excellence Indonesia dapat dibagikan ke lingkungan internasional. Organisasi semacam ini disebut oleh Bank Dunia sebagai Country- Led Knowledge Hubs (CLKH).
Penelitian ini bertujuan untuk membuat solusi, model sistem, dan prototipe manajemen pengetahuan yang dapat membantu CLKH Indonesia dalam mengelola pengetahuan pembangunan demi memperkuat kapasitas pembangunan dalam negeri dan menyebarkannya ke lingkungan internasional. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proses manajemen pengetahuan yang dibutuhkan oleh CLKH Indonesia adalah externalization, routines, internalization, dan exchange. Selanjutnya, proses manajemen pengetahuan ini diwujudkan dalam bentuk model sistem manajemen pengetahuan yang terdiri dari 14 fitur utama. Prototipe dari 14 fitur ini disajikan sebagai hasil penelitian dalam bentuk screen design sistem manajemen pengetahuan CLKH Indonesia.

Indonesia as one of the countries that have actively participated in international activities has stated its commitment to taking part in realizing international development goals. In order to realize this commitment, Indonesia has to increase its internal development capacity. Therefore, the existence of a state organization that governs the knowledge from every corner of the country and disseminates it to other location to be replicated is needed. In turn, knowledge that has been replicated in many locations and has become Indonesia?s center of excellence can be disseminated to international neighborhood. This kind of organization is called by World Bank as Country-Led Knowledge Hubs.
The goal of this research is to design the knowledge management solution, knowledge management system model, and knowledge management system prototype that help Indonesia?s CLKH govern the development knowledge in order to increase internal development capacity and help disseminate the knowledge to international neighborhood. In this research, it is found that knowledge management processes needed by Indonesia?s CLKH are externalization, routines, internalization, and exchange. These processes are realized as knowledge management system model in the form of 14 main features. Prototypes of these 14 features are presented as result of the research in the form of Indonesia?s CLKH knowledge management system?s screen design.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiemas Rangga Yonathan Sembor
"PT XYZ adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri keamanan identitas. Penelitian ini mengangkat tema permasalahan pengelolaan pengetahuan yang kurang efektif di Unit Bisnis MO PT XYZ. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan Knowledge Management System (KMS) di Unit Bisnis MO PT XYZ serta merancang sistemnya. Analisis kebutuhan knowledge management system menggunakan metodologi Becerra-Fernandez dan analisis Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI). Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed method) dalam pengumpulan dan analisis data. Instrumen pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, focus group discussion, dan survei kuesioner. Analisis OCAI pada penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi memiliki budaya pasar. Selain itu, analisis metodologi Becerra-Fernandez menghasilkan prioritas proses manajemen pengetahuan di organisasi penelitian, yaitu sosialisasi baik itu knowledge discovery maupun knowledge sharing, pertukaran, arahan, dan kombinasi. Fitur KMS yang dikembangkan pada penelitian ini adalah grup chat, manajemen dokumen, dan case-based reasoning. Perancangan KMS menggunakan metode prototyping, diagram UML, dan arsitektur sistem Tiwana. Diagram UML yang digunakan meliputi use case diagram, activity diagram, class diagram, sequence diagram, dan behavioral state machine diagram. Rancangan sistem menghasilkan 12 use-case dan 4 aktor. Arsitektur sistem yang dirancang meliputi interface layer, access and authentication layer, collobarative intellignce and filtering, application layer, transport layer, middleware and legacy integration layer, dan repository layer. Prototipe sistem divalidasi dengan menggunakan pendekatan user acceptance test.

.XYZ is a company engaged in the identity security industry. This study raises the theme of less effective knowledge management problems in MO Business Unit. This study aims to analyze the needs of Knowledge Management System (KMS) in MO Business Unit XYZ and design the system. The analysis of the knowledge management system used the Becerra-Fernandez methodology and analysis of the Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI). This study used a mixed method in data collection and analysis. The data collection instruments used included interviews, focus group discussions, and questionnaire surveys. The OCAI analysis in this study shows that organizations have a market culture. In addition, the analysis of the Becerra-Fernandez methodology resulted in a priority of knowledge management processes in research organizations, namely socialization for both knowledge discovery and knowledge sharing, exchange, direction, and combination. The KMS features developed in this study are chat group, document management, and case-based reasoning. KMS design used prototyping methods, UML diagrams, and Tiwana system architecture. UML diagrams used include use case diagram, activity diagram, class diagram, sequence diagram, and behavioral state machine diagram. The system design produced 12 use cases and 4 actors. System architecture are designed include interface layer interface, access and authentication layer, collobarative intelligence and filtering, application layer, transport layer, middleware and legacy integration layer, and repository layer. The system prototype is validated using the user acceptance test approach."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Univeristas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Kartika Putri
"Knowledge Management berperan penting dalam membantu meningkatkan efektivitas organisasi karena dapat mendorong pengetahuan yang sudah dimiliki untuk meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan. Pada Kementerian Sekretariat Negara, sebagai lembaga yang paling dekat dengan pelaksanaan tugas Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan kekuasaan negara dan pemerintahan, pengetahuan menjadi hal penting dalam proses analisis data sebagai masukan kepada Presiden dan Wakil Presiden. Namun demikian, hal ini belum ditunjang oleh suatu mekanisme untuk mengelola pengetahuan yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun suatu knowledge management system yang dapat diterapkan di lingkungan Deputi Bidang Dukungan Kebijakan, Kementerian Sekretariat Negara.
Metodologi yang digunakan adalah analisis faktor kontingensi untuk menentukan proses knowledge management yang sesuai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses knowledge management yang dapat diterapkan adalah Internalization, Socialization for Knowledge Sharing, Routines, Direction, dan Combination. Fitur yang dikembangkan adalah manajemen dokumen, kliping berita, help desk, blog, serta chatting, yang disertai fungsi pencarian pada masing-masing fitur.

Knowledge Management plays an important role in helping to improve the effectiveness of an organization as it can encourage existing knowledge to improve the quality of decision-making process. At the Ministry of the State Secretariat, as the institution closest to the duties of President and Vice President for running state power and administration, knowledge has become important in the process of data analysis as an input to the President and Vice President. However, this has not been supported by a mechanism for managing existing knowledge.
This study aimed to develop a knowledge management system that can be applied in environments of Deputy Minister for Policy Support.
The methodology used is the contingency factor analysis to determine the appropriate knowledge management processes.
The results showed that the processes of knowledge management that can be applied are the Internalization, Socialization for Knowledge Sharing, Routines, Direction, and Combination. Features to be developed are document management, news clippings, helpdesk, blog, and chatting, which accompanied the search function on each feature.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Ari Puspita Sari
"Saat ini setiap organisasi mulai menyadari bahwa organisasi juga bergantung kepada pengetahuan. Jika pengelolaan pengetahuan tidak dilakukan dengan baik maka pengetahuan dapat hilang dan tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Dampak dari pengelolaan pengetahuan dapat dirasakan pada people, proses, produk dan performa organisasi (Fernandez, 2010). Pengelolaan pengetahuan dapat dilakukan dengan menerapkan Knowledge Management Solution. Penelitian ini bertujuan untuk membuat Knowledge Management Solution yang sesuai dengan industri plastik PT ABC yang mengalami masalah dengan pengelolaan pengetahuan dan juga prototipe Knowledge Management System. Penelitian ini akan menghasilkan proses-proses knowledge management apa saja yang dapat diterpakan pada PT ABC. Dari penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah tidak terkelolanya pengetahuan pada PT ABC. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode identifikasi yang dirancang oleh Fernandez (2010) dan menggunakan metodologi throwaway prototyping sebagai metodologi untuk mengembangkan prototipe KMS.

Nowadays organization starts to realize that knowledge is an important asset for them. If knowledge isn't properly managed then knowledge may be lost or not use efficiently. The effect for not managing knowledge will impact to people, process, product or organization performance (Fernandez, 2010). Knowledge management can be implemented by creating a knowledge management solution. This research is focus on creating a knowledge management solutionthat can be used for plastic industry, PT ABC that has issue with knowledge management. To support the knowledge management solution, a prototype of knowledge management system is also implemented. Knowledge management process that needed by PT ABC will be identified in this research. This research is conducted by using the methodology of designing knowledge management solution from Fernandez and also prototyping methodology to design the knowledge management system.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gusni Hariyanto
"Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 164 Tahun 2017 tentang manajemen pengetahuan, mengamanatkan setiap Satuan atau Unit Perangkat Kerja Daerah (SKPD/UKPD) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk melaksanakan manajemen pengetahuan (KM). Pelaksanaanya melalui sebuah sistem manajemen pengetahuan (KMS) yang dikoordinasikan oleh Badan Pengelola Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM). Sebelum sebuah organisasi menerapkan KMS, perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan KM organisasi tersebut. Hal ini untuk mengurangi adanya risiko kegagalan implementasi KMS. Saat ini BPSDM belum mengetahui tingkat kesiapan manajemen pengetahuannya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran tingkat kesiapan KM di BPSDM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan KM sebelum mengimplementasikan KMS. Selain itu penelitian ini memberikan rekomendasi perbaikan jika terdapat faktor KM yang belum siap. Tingkat kesiapan ini diukur berdasarkan pemetaan variabel KM critical Success Factor (KMCSF) ke dalam aspek abstract, soft, dan hard. Data penelitian dikumpulkan menggunakan metode survey terhadap sampel pegawai BPSDM. Kemudian dihitung rata-rata kesiapan setiap faktor, serta dianalisis untuk mendapatkan rekomendasi dalam meningkatkan kesiapan KM. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa nilai kesiapan KM BPSDM 75,7% atau level receptive. Hal ini mengindikasikan BPSDM telah siap dalam penerapan KM. Meskipun secara keseluruhan tingkat kesiapan pada level receptive, namun terdapat faktor yang masih perlu ditingkatkan kesiapannya yaitu faktor organisasi.

DKI Jakarta Provincial Governor Regulation No. 164 of 2017 on knowledge management, mandates every Unit or Unit of Local Working Units (SKPD / UKPD) and Regional Owned Enterprises (BUMD) to implement knowledge management (KM). Implementation through a knowledge management system (KMS) coordinated coordinated by the Agency for Human Resource Development (BPSDM). Before an organization implements KMS, it is important to know in advance the readiness of the organization's KM. This is to reduce the risk of failure of KMS implementation. Currently BPSDM not yet know the level of readiness of knowledge management. Therefore, it is necessary to measure the level of readiness of KM in BPSDM. This study aims to determine the level of readiness of KM before implementing KMS. In addition, this study provides recommendations for improvement if there are factors that are not ready KM. This level of readiness is measured by mapping KM critical Success Factor (KMCSF) variables into abstract, soft, and hard aspects. The data were collected using survey method of BPSDM employee sample. Then calculated the average readiness of each factor, and analyzed to get recommendations in improving the readiness of KM. Based on this research note that the readiness value of KM BPSDM 75,7% or receptive level. This indicates that BPSDM is ready for KM implementation. Despite the overall level of readiness at the receptive level, there are still factors that need to be improved in the readiness of organizational factors."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hafid Mukhlasin
"Kementerian Keuangan Kemenkeu memiliki unit eselon satu yang bertugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan diklat di bidang keuangan negara yaitu Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan BPPK . Terkait dengan reformasi birokrasi Kemenkeu, terdapat peluang untuk memperkuat peran BPPK sebagai badan diklat agar dapat memainkan peran yang lebih besar yaitu dengan menjadi corporate university atau unit teknis yang memiliki peran strategis dalam pengembangan SDM di Kemenkeu. Berdasarkan teori, salah satu elemen penting yang harus ada pada sebuah organisasi untuk menjadi corporate university adalah manajemen pengetahuan KM . Permasalahan yang terjadi adalah BPPK belum memiliki mekanisme untuk mengelola pengetahuan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, BPPK perlu membangun sistem manajemen pengetahuan sehingga memudahkan setiap individu untuk berbagi pengetahuan yang bermanfaat bagi organisasi. Sebagai langkah awal, diperlukan persiapan yang matang untuk mengurangi kegagalan dalam penerapannya yaitu dengan mengukur tingkat kesiapan penerapan KM. Oleh karenanya penelitian ini bertujuan mengukur tingkat kesiapan penerapan KM di BPPK sehingga dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kesiapannya. Tingkat kesiapan ini diukur berdasarkan pemetaan variabel KM Infrastructure, KM Enabler, dan KM Critical Success Factor yang kemudian dipetakan ke dalam aspek hard, soft dan abstract. Data penelitian dikumpulkan menggunakan metode survei tehadap sampel pegawai BPPK. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif dan inferensial uji T untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kesiapan BPPK. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa BPPK berada pada tingkat receptive yang mengindikasikan bahwa semua indikator pada variabel: infrastruktur; lingkungan fisik; budaya organisasi; struktur organisasi; kepemimpinan; pembelajaran; kemampuan keahlian motivasi; pengetahuan umum; dan strategi KM, sudah sangat mendukung untuk diterapkannya KM di BPPK.

Financial Education and Training Agency FETA is an Echelon I in Ministry of Finance MoF which has a major task to held trainings in the field of state finance. Regarding to the bureucracy reformation in MoF, there are some opportunities to strengthen the major function of FETA as stated above, so that FETA could play more important roles in terms of education and training. One of that opportunities is reforming FETA into corporate university or the technical unit which has a strategic role in improving the quality of the human resources in MoF. Furthermore, base on theory that one of the important elements that should exist in an organization to become a corporate university is knowledge management. The problem which occurs in FETA is that the organization does not have specific mechanisms to manage the knowledge. Moreover, to overcome that problem, the organization need to build a knowledge management system that allows each individual to share useful knowledge for the organization. As the first step, it needs a good preparation to lessen the failure in implementing it which is by measuring the readiness level of knowledge management implementation. Therefore, this study aims to measure the readiness level of knowledge management implementation in FETA in order to provide recommendations for improving the readiness of it. The readiness level is measured based on the variables mapping including Knowledge Management Infrastructure, Knowlege Management Enabler, and Knowledge Management Critical Success Factor and then mapped into the aspect of hard, soft and abstract. The data were collected by using a sample survey method which were gathered from the employees of FETA. The data are then analyzed descriptively and inferentially T test to get the description about the readiness level of FETA in implementing knowledge management. Based on this research, it can be concluded that FETA is at the receptive level of readiness in implementing knowledge management. It indicates that all the indicators in variabel infrastructure physical environment organizational culture, organizational structure leadership learning ability and motivation skills general knowledge and strategies KM, have been very supportive to the implementation of knowledge management in FETA"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>