Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simarmata, Edenbert Dormantua
"Pada industri bangunan kapal, pengelasan merupakan metode yang sangat umum dipakai untuk melakukan penyambungan pelat-pelat baja. Di galangan, juru las menggunakan besar arus dan kecepatan pengelasan yang bervariasi. Seringkali alasan yang sering dipakai adalah untuk mengejar deadline pengerjaan kapal sehingga sesuai dengan timeline yang telah direncanakan. Ada juga dengan motivasi yang kurang bisa dipertanggungjawabkan, yaitu agar pekerjaan cepat selesai. Fenomena yang biasa terjadi adalah kuat arus dinaikkan dari standar galangan atau kecepatan pengelasan ditingkatkan menjadi lebih tinggi. Hal ini mempengaruhi kualitas sambungan akhir, seperti perbedaan struktur makro dan mikro hasil las yang selanjutnya berimplikasi pada sifat-sifat mekanis material.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara parameter proses MMAW terhadap struktur makro hasil las serta hubungannya dengan sifat mekanis material baja berkekuatan tarik tinggi setelah proses pengelasan. Parameter pengelasan yang dipakai adalah kuat arus dan kecepatan pengelasan. Arus las yang dipakai dalam penelitian ini adalah 110 A yang merupakan standar galangan, 120 A, dan 130 A sedangkan kecepatan pengelasan divariasikan berdasarkan kecepatan pengelasan normal (yang biasa dipakai juru las), dipercepat, dan diperlambat dari kecepatan pengelasan normal.
Hasil pengelasan tersebut diuji di laboratorium untuk memperoleh foto struktur makro sambungan material setelah melalui proses pengelasan. Dari foto struktur makro, akan diperoleh analisis perubahan struktur makro pada material yang selanjutnya akan dihubungkan terhadap sifat-sifat mekanis akhir material. Penelitian ini nantinya akan memperlihatkan parameter pengelasan optimum yang akan digunakan pada industri bangunan kapal (galangan) untuk membangun kapal.

In ship building industry, welding is a very common method used to establish joining plates of steel. In the shipyard, welder often use vary large current and travel speed. Frequently, the reason often used is to pursue the construction deadline so that the vessel in accordance with the timeline. There is also lack of motivation that can be accounted for, such as speedy completion. A common phenomenon is welding currents of shipyard standard raised or welding speed increased becomes higher than the normal. This affects the quality of the final joining, such as differences in the macro-structur and micro-structur of welds which would have implications for the mechanical properties of the material.
This study aimed to explore the relationship between process parameters MMAW against the macro-structure of welds and its relationship with the mechanical properties of high tensile strength steel material after the welding process. Welding parameters used are welding currents and welding speed. Welding currents used in this study was 110 A which is a standard of shipyard, 120 A, and 130 A while welding speed was varied by normal welding speed (which is usually used by welder), accelerated and slowed from the normal welding speed.
Welds are tested in the laboratory to obtain macro-structure photo of the joining after the welding process. From the photo, it will be obtained the analysis of changes macro-structure of the material which would be linked to the mechanical properties of the final material then. This study will show the optimum welding parameters to be used in the ship building industry (shipyard) to build the ship.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Idram Namo
"Seiring berjalannya waktu, pengelasan dengan dua material yang berbeda terus meningkat penggunaannya. Tujuannya untuk mendapatkan spesifikasi yang baik namun tetap menekan biaya yang digunakan. Material yang sering digunakan dalam dissimilar welding adalah stainless steel 304 dan structure steel 400. Kedua material ini memiliki kelebihan masing-masing. Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pada pengelasan. Distorsi merupakan sebuah proses perubahan bentuk pada material akibat pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap kekuatan tarik dan distorsi angular pada dissimilar Gas Metal Arc Welding GMAW. Kuat arus yang digunakan antara lain 125, 130 dan 135 A sedangkan kecepatan pengelasan yang digunakan 3, 3,25 dan 3,5 mm/s.Hasil pengelasan yang telah mendingin secara alami kemudian dilakukan pengukuran distorsi menggunakan CMM Coordinate Measuring Machine.
Dari hasil penelitian didapatkan, bahwa semakin besar kuat arus pengelasan yang digunakan, maka semakin besar juga distorsi angular yang terbentuk. Sedangkan jika kecepatan pengelasan meningkat, maka distorsi angular yang terjadi semakin kecil. Selain itu, material juga diuji kekuatan tariknya, hasilnya kekuatan tarik paling optimal berada ketika kuat arus yang digunakan sebesar 130 A. Pada hubungan UTS dengan kecepatan pengelasan menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan pengelasan berbanding terbalik dengan nilai kekuatan tarik material.

Dissimilar welding has recently drawn a wide interest for its cost efficiency and ability to match various specifications. This method is generally used in welding of Stainless Steel 304 and Structure Steel 400, each with its own unique advantages to utilize. However, welding defects such as distortion to be found in dissimilar welding of the corresponding materials due to its high susceptibility to actual welding parameters.
In particular, this research investigated the influence of input current and welding welding speed to the tensile strength and occurrence of angular distortion defect on dissimilar welding of stainless steel 304 and structural steel 400 using Gas Metal Arc Welding GMAW. Welding current inputs were varied as 125, 130, and 135 A, while experimental travel speeds were set to 3, 3.25, and 3.50 mm s. Welded joints were air cooled and characterized by Coordinate Measuring Machine CMM for identification of distortion occurrence.
Results showing that increasing weld current input contributed to a larger angular distortion on weld joints. Contrarily, higher travel speed decreased the risk of angular distortion. Optimal tensile strength of the welded joints was observed at sample with 130 A current input. Additionally, it was found that faster welding speed decreased the tensile strength of both parent metal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafdi Hidayat
"Pengelasan pada industri kapal di Indonesia cenderung masih banyak menggunakan metode las SMAW. Dengan menggunakan metode pengelasan GMAW yang memiliki deposition rate dan efisiensi yang tinggi, proses pengelasan dapat dilakukan lebih cepat. Dengan meningkatnya kecepatan dan kuat arus las, rentan terjadinya kemungkinan distorsi pada pengelasan. Salah satu penyebab terjadinya distorsi adalah heat input yang tidak merata pada material las, sehingga muncul perbedaan suhu antara area las dan area yang telah dilas dan mengakibatkan tegangan pada area yang telah mendingin dan regangan pada area yang dilas. Dengan demikian, diperlukan heat input yang tepat agar hal tersebut tidak terjadi, distorsi sudut menyebabkan munculnya pekerjaan tambahan yang memerlukan waktu tak sedikit seperti seperti fairing, cutting, attaching, fitting, gap fitting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat input seperti kuat arus dengan kecepatan pengelasan terhadap distorsi sudut yang muncul setelah pengelasan akibat adanya tegangan sisa. Selain dari munculnya distorsi sudut, pada bagian HAZ Heat Affected zone terdapat perbedaan kekuatan yang mengakibatkan rentannya patahan terjadi disana, dengan menggunakan kekerasan, dan rumus empiris didapatkan HAZ las yang mewakili kekuatan sambungan. Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kuat arus memiliki pengaruh terhadap distorsi transversal yang hampir sama dengan kecepatan pengelasan dan makin tinggi heat input yang diberikan maka makin besar residual atau distorsi yang dihasilkan.dan pengaruh kuat arus lebih tinggi terhadap distorsi longitudinal dibanding kecepatan pengelasan. Proses pengelasan mempengaruhi kekuatan sambungan.

Welding in the ship industry in Indonesia tends to still use the SMAW welding method, by using GMAW welding method that has a high deposition rate and high efficiency, welding process can be done more quickly. With the increasing speed of welding and electricity current, it is prone to possible distortion in welding. One of the causes of distortion is the uneven heat input of the welding material, resulting in a temperature difference between the weld area and the welded area and causing the tension in the area to cool and strain on the welded area. Thus, proper heat input is required so that it does not occur, angular distortion leads to the emergence of additional jobs that require less time such as fairing, cutting, attaching, fitting, gap fitting. Therefore, this study aims to determine the effect of heat input such as the current strength with welding speed to the angular distortion that emerges after welding due to residual stresses. Apart from the emergence of angular distortion, in the Heat Affected zone HAZ section there is a difference in strength that causes the fracture susceptibility to occur there, using hardness, and empirical formula obtained HAZ welding representing the strength of the connection. In this study it can be concluded that the current strength has an effect on the transversal distortion which is almost equal to the welding speed and the higher the heat input given the greater the residual or distortion generated. And the effect of higher current strength on longitudinal distortion than welding speed The welding process affect the strength of the connection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhedhe Rodat Budi P.
"Baja tahan karat stainless steel 304 merupakan baja yang memiliki ketahanan korosi yang baik dan tahan temperature tinggi sehingga banyak digunakan dalam dunia industri. Penggunaan baja tahan karat umumnya membutuhkan proses penyambungan dimana proses penyambungan yang sangat umum digunakan adalah proses pengelasan. Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pengelasan. Distorsi merupakan fenomena perubahan bentuk yang terjadi akibat pengelasan.
Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap hasil manik las dan juga distorsi yang dihasilkan menggunakan GMAW. Kuat arus yang digunakan yaitu 115, 120, dan 125 A sedangkan kecepatan pengelasan yang digunakan 3,6; 3,9; dan 4,2 mm/s.
Hasil las dilakukan pengukuran terhadap lebar maniknya, kemudian dilakukan pengukuran distorsi menggunakan CMM Coordinate Measuring Machine setelah material mengalami pendinginan alami. Dari hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa semakin besar kuat arus, maka lebar manik las dan distorsi angular yang dihasilkan akan semakin besar. Sedangkan jika kecepatan pengelasan semakin besar, maka lebar manik las dan distorsi angular yang dihasilkan akan semakin kecil.

Stainless steel has good corrosion resistance and high temperature resistance, especially for 304 Stainless steel and widely used in many industries. The use of stainless steels generally requires a jointing process, and the most common jointing process used in stainless steel is the welding process. To get a good welding results, the selection of appropriate parameters is needed to avoid problems such as welding distortion. Distortion is a phenomenon of form changes that occur due to welding.
This experiment is conducted to find out the effect of welding current and welding speed toward weld bead and also distortion produced using GMAW. The welding current used is 115, 120, and 125 A while the welding speed used is 3.6 3.9 And 4.2 mm s. The weld bead then measured, and also the distortion is measured using CMM Coordinate Measuring Machine after the material is naturally cooled.
From the results obtained, it is known that the rise of welding current, the width of the weld bead and the resulting angular distortion will be increased. Whereas if the welding speed is increased, the width of the weld bead and the angular distortion will be smaller.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumbiak, Dominggus B.
"Peningkatan penggunaan pengelasan dengan dua material yang berbeda selalu di gunakan pada dunia industri, pengelasan dengan dua material yang berbeda terus meningkat penggunaannya. Tujuannya untuk mendapatkan spesifikasi yang baik namun tetap menekan biaya yang digunakan. Material yang sering digunakan dalam dissimilar welding adalah stainless steel 304 dan structure steel 400. Kedua material ini memiliki kelebihan masing-masing. Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pada pengelasan. Distorsi merupakan sebuah proses perubahan bentuk pada material akibat pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap kekuatan material pada dissimilar Gas Metal Arc Welding (GMAW). Kecepatan yang di gunakan bervariasi antara lain 3, hingga 3,25 mm/s. Hasil pengelasan yang telah di dapatkan dari variasi kecepatan dan variasi ampere kemudian dilakukan pengujian microstructur. Dari hasil yang di dapatkan, bahwa terjadi perubahan dari masing-masing microhardness di masing-masing daerah pengelasan.

In industrial world, research and develompent of welding with two different materials is always improving. The purpose of this research is to get an ideal specification without increasing the industrial cost. Materials that is often used in dissimilar welding is stainless steel 304 dan structure steel. These two materials have advantages each. To get a good result in welding, chosing the right parameters is a must, in order to avoid trouble like distortsion in the welding process. Distorsion is an effect caused by welding that changes the material form.
This research purposes is to observe the effect of strong current in electricity and the welding speed to the strenth of materials in dissimilar Gas Metal Arc Welding (GMAW) process. The speed that was used in this research varies from 3 mm/s to 3.25 mm/s. The welding results from speed and current parameters was tested to see the material microstructure. From those results, we got a conclusion, that a microhardness deformation occured in each welded areas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Catur Handaka
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S37030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danurengga Ubaszti Putra
"Pada penelitian kali ini material yang digunakan adalah stainless steel 316L dan structure steel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat arus terhadap bentuk dari mikrostruktur serta kekuatan microhardness dissimilar Gas Metal Arc Welding (GMAW). Kuat arus yang digunakan antara lain 175, 185, 195, 205 dan 215 A Hasil pengelasan yang telah mendingin secara alami kemudian dilakukan pengujian SEM & EDX dan uji Vickers Micohardness. Dari hasil penelitian didapatkan, bahwa semakin besar kuat arus pengelasan yang digunakan, maka semakin besar juga daerah HAZ yang dihasilkan. Pada hasil pengelasan terjadi mode solidifikasi Ferrite-Austenite yang di tunjukkan dengan pembentukan mikrostruktur vermicullar ferrite.

In this research stainless steel 316L and structure steel were used. In particular, this research investigated the influence of input current to the microstructure and microhardness to dissimilar weldingGas Metal Arc Welding (GMAW). Welding current inputs were varied as 175, 185, 195, 205 dan 215 A. Welded joints were air-cooled the result will be tested using SEM & EDX and Vickers Hardness test. Results showing that increasing weld current input contributed to a HAZ. In the fusion zonem it showed that theres Ferite-Austenite solidificatin mode by the existance of vermicllar ferrite microstructure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasudungan, Eric Mamby
"Karakterisasi hasil proses pengelasan dengan metode Gas Metal Arc Welding, Gas Tungsten Arc Welding dan Plasma Arc Welding pada baja lembaran berlapis seng dibandingkan untuk mengetahui pengaruh seng terhadap hasil lasannya. Perbedaan besar butir yang sangat jauh antara daerah fusion zone, yaitu 32 μm, dan daerah HAZ, yaitu 90 μm, pada proses pengelasan dengan metode Gas Metal Arc Welding menyebabkan penggetasan dan perpatahan di fusion line pada pengujian tarik dan pengujian tekuk. Hasil pengelasan dengan metode Plasma Arc Welding memiliki sifat fisik yang paling optimum di antara kedua metode lainnya, dengan kekuatan tarik sebesar 352 N/mm² dan struktur butir mikro yang relatif halus. Terdapat pelarutan seng ke daerah fusion zone, dengan kandungan paling besar pada metode pengelasan Plasma Arc Welding.

The characterization of weldments produced by Gas Metal Arc Welding, Gas Tungsten Arc Welding and Plasma Arc Welding methods in joining zinc coated steel sheet is compared to know the effect of Zinc on the properties of weldments. The grain size difference between the fusion zone, which is 32 μm, and HAZ area, which is 90 μm, on Gas Metal Arc Welding method is causing the brittleness and cracking at the fusion line while testing with tensile and bending test. Weldments produced by Plasma Arc Welding have the optimum physical property among the two other welding process, with tensile strength 352 N/mm² and relatively fine microstructure. There is some zinc dilution in fusion zone, with the biggest concentration occurs in Plasma Arc Welding process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25122
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahidun Adam
"ABSTRAK
Teknologi Hardfacing pada prinsipnya adalah melapisi material induk dengan
material yang lebih keras agar kekerasan dan ketahanan ausnya meningkat dan
umur pakai dari material tersebut menjadi lebih lama. Masalah timbul ketika kita
ingin melakukan hardfacing pada material yang sudah keras. Hasil hardfacing
material keras selalu mengalami retak-retak halus. Untuk itu, dilakukanlah
penelitian guna mencari proses hardfacing yang tepat untuk material keras ini.
Penelitian ini dilakukan pada baja tahan aus CREUSABRO 4800, yang termasuk
baja paduan rendah. Sampel yang digunakan ada lima buah dan parameter
penelitiannya adalah jumlah lapisan dan jenis buttering. Elektroda yang dipakai
ada tiga jenis, untuk buttering memakai MG DUR 3 dan AWS ER309L, serta MG
DUR 65 untuk lapisan hardfacing. Metoda pengelasan yang dipakai adalah
metoda pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW). Pengujian yang
dilakukan meliputi pengujian visual dan radiografi, pengujian kekerasan mikro,
pengujian keausan, dan pengamatan metalografi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lapisan buttering yang lebih banyak dan penggunaan elektroda AWS
ER309L menghasilkan retak yang lebih sedikit, tetapi terjadi penurunan sifat
mekanis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penambahan lapisan
buttering hingga tiga lapis dan pemilihan elektroda yang lebih lunak akan
meningkatkan ketahanan retak hasil hardfacing. Namun, sebagai kompensasinya,
terjadi penurunan sifat mekanis lapisan hardfacing.

ABSTRACT
Hardfacing technology in principle is deposed a material with harder material, in
order to increase hardness, wear resistance and life time of the material. We find
a problem when we want to do hardfacing on material has been hard. The
hardfacing result of hard material always had fine cracks. Therefore, we
conducted this research to find the best of hardfacing processes for this material.
This research was conducted on a wear resistance steel CREUSABRO 4800,
which include on Low Alloy Steel. The samples used were five and research
parameter is the number of layers and types of buttering electrode. There are three
types of electrodes, MG-DUR 3 and AWS ER309L for buttering and MG-DUR
65 for hardfacing layer. The method used is Shielded Metal Arc Welding
(SMAW) process. Tests performed include visual and radiographic testing, micro
hardness testing, wear testing, and metallographic observations. The results
showed that more buttering layer and the use of electrode AWS ER309L produce
fewer cracks, but a decrease in mechanical properties. Thus, it can be concluded
that the addition of a layer of buttering up to three layers and selection of softer
electrodes improves crack susceptibility of hardfacing. However, as
compensation, a decrease in the mechanical properties of hardfacing layer."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42739
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Munandar
"Pengelasan sambungan banyak digunakan pada industri berbahan baja termasuk kapal. Permasalahan utama untuk proses pengelasan tersebut adalah terjadinya distorsi dan tegangan sisa. Tegangan sisa dan distorsi adalah fenomena yang terjadi pada logam yang dilas, yang dapat menyebabkan kegagalan pada logam tersebut saat beroperasi. Proses pengelasan tipe butt joint dilakukan pada spesimen baja SS400 dengan ukuran panjang, lebar, dan tebal adalah 100 x 50 x 2 mm. Mesin las yang digunakan adalah mesin las TIG otomatis di laboratorium Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia.
Pada penelitian ini akan diuji hubungan antara parameter kuat arus dengan variasi 60, 70, 80 ampere dan kecepatan pengelasan dengan variasi 1,2; 1,4; 1,8 mm/s terhadap terciptanya distorsi setelah proses las. Kajian dititik beratkan pada perhitungan distorsi dan tegangan sisa dengan pengukuran distorsi menggunakan mesin CMM (Coordinate Measuring Machine) setelah material mengalami pendinginan menuju temperatur ruangan. Dari hasil uji coba di laboratorium diperoleh distorsi terbesar diperoleh pada variabel kuat arus terbesar dan kecepatan terkecil. Dari hasil analisa didaptkan bahwa besarnya tegangan sisa yang terbentuk berbandung lurus dengan besarnya distorsi yang tercipta.

The application of welding used in many industries such as shipbuilding. The trouble which is often occurred is distortion and residual stress on the plate after welding. Residual stress and distortion is a phenomenon that can cause the failure of the material at operation condition. Butt joint weldment is applied onto SS400 steel with measurement of length, width, and thickness is 100 x 50 x 2 mm. This experiment used automatic TIG machines in Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia laboratory.
In this experiment, the correlation between welding current and welding speed will be examined. Using 60, 70, and 80 ampere welding current and 1,2; 1,4; 1,8 mm/s welding speed. The measuring of distortion is using CMM (Coordinate Measuring Machine) after the material undergoing cooling process into room temperature. From the experiment it shows that the biggest distortion is obtained when using highest welding current and the lowest welding speed. From analysis it is obtained that the number of residual stress is linear with the formation of distortion in welding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>