Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200771 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Putri Astuti
"Malnutrisi merupakan masalah kesehatan global yang terutama terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Remaja putri dikarakteristikkan dengan pertumbuhan fisik yang cepat dan terjadinya perubahan komposisi tubuh rentan mengalami malnutrisi. Asupan nutrisi yang berlebih atau kurang merupakan salah satu faktor penyebab malnutrisi. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional untuk mengetahui malnutrisi pada remaja putri usia 16-18 tahun dan asosiasinya dengan asupan energi serta zat gizi makro di Jakarta. Subyek penelitian berjumlah 63 orang. Status nutrisi diukur dengan menggunakan Indeks massa tubuh (kg/m2) terhadap usia. Metode pengambilan data asupan menggunakan kombinasi 24-Hour Food Recall dan Food Record. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20,6% subyek mengalami malnutrisi dan 75-90% subyek tidak memenuhi asupan energi serta makronutrien sesuai AKG. Dari hasil uji Fisher’s didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein dengan malnutrisi (nilai p>0,05). Hal ini disebabkan status nutrisi dan pola asupan juga dipengaruhi aktivitas fisik, aspek sosial dan budaya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Malnutrition is major global health problem affecting developing countries, such as Indonesia. Adolescent girls are characterized by growth spurt and alteration of body composition that potentially being malnourished. Excess or less on nutrition intake can cause malnutrition. A cross-sectional study was conducted. The aim of this study is to know malnutrition among adolescent girls aged 16-18 years and its association with energy and macronutrient intake in Jakarta. Total samples were 63 subjects. Nutritional status was determined by BMI-for-aged chart. Methods of assesing dietary intake were combined 24-Hour Food Recall dan Food Record. Result showed that 20.6% subjects are malnutrition and 75-90% not meeting their minimal nutrition requirement based on AKG. Fisher‟s test showed there was no significance association between malnutrition with energy, carbohydrate, fat, and protein intake (p value >0.05). Physical activity, social and culture aspects were not analyzed in this study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Amalia Fajarini
"Prevalensi status kurang gizi/ kurus pada remaja masih tinggi dan meningkat pada negara berkembang. Permasalahan status gizi kurang lebih banyak terjadi pada remaja laki-laki daripada remaja perempuan. Hal ini juga terjadi di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2007 dan 2013. Status gizi kurang pada remaja akan memengaruhi produktivitas dan prestasi baik saat remaja maupun dewasa nanti. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah asupan energi dan zat makronutrien. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang untuk mengetahui hubungan antara status gizi kurang pada remaja laki-laki usia 16-18 tahun dengan asupan energi dan makronutrien. Jumlah subjek penelitian adalah sebesar 50 remaja laki-laki usia 16-18 tahun di Jakarta. Data status gizi diperoleh melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan usia yang diplot pada tabel Z-Score. Data mengenai asupan energi dan makronutrien diperoleh menggunakan metode 24 hour food recall dan food record selama 3 hari, kemudian diambil rerata dari keduanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 22% subjek mengalami status gizi kurang/kurus. Sebagian besar subjek memiliki persentase asupan yang kurang (<80%AKG), yaitu 94% untuk asupan lemak dan energi, 90% untuk asupan karbohidrat, 74% untuk asupan protein. Analisis uji Fisher menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi kurang (nilai p>0,05). Penelitian ini tidak memperhatikan beberapa faktor yang juga dapat mempengaruhi status gizi kurang yaitu aktifitas fisik, lingkungan, status pubertas, pola makan, gaya hidup, status psikologi, pengetahuan dan pola hidup dari orang tua.

The prevalence of poor nutrition status / underweight in adolescents remains high and is rising in developing countries. Malnutrition/underweight is more common in boys than girls. This phenomena is also occurs in Indonesia based on data Riskesdas 2007 and 2013. Malnutrition/underweight among adolescents will affect both productivity and achievement in adolescence and adulthood. One of factors that affect nutritional status is energy and macronutrients intake. This study uses a cross-sectional study to determine the association of malnutrition status in adolescent males aged 16-18 years with energy and macronutrient intake. The number of research subjects is 50 adolescent males aged 16-18 years in Jakarta. Data obtained through the measurement of nutritional status Body Mass Index (BMI) by age and is plotted on the chart Z-Score. Data on energy intake and macronutrient obtained using 24-hour food recall and a food record for 3 days, then take the average of the two. The results showed that 22% of subjects experienced poor nutrition status / underweight. Most of the subjects had less percentage of intake (<80% AKG), 94% for fat and energy intake, 90% for the intake of carbohydrates, 74% for protein intake. Fisher test analysis showed that there was no association between energy intake and macronutrient with ppor nutritional status (p values> 0.05). This study did not determinedi several factors that can affect the nutritional status ie physical activity, environmental, pubertal status, diet patterns, lifestyle, psychological status, knowledge and lifestyle of the parents."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmah Sari Indah Cahyani
"Prevalensi obesitas pada penduduk dewasa meningkat secara global. Di Indonesia, prevalensi obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Kelebihan asupan energi dan zat gizi makro dinilai berkaitan dengan obesitas. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi obesitas pada perempuan dewasa usia 19-64 tahun dan hubungannya dengan asupan energi dan zat gizi makro di DKI Jakarta.
Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan menganalisis data dari 85 perempuan dewasa usia 19-64 tahun di DKI Jakarta yang dipilih melalui simple random sampling. Data penelitian ini didapatkan dengan melengkapi kuesioner berdasarkan data penelitian sebelumnya pada tahun 2012. Asupan energi dan zat gizi makro didapatkan melalui 24-hours food recall dan food record selama tiga hari. Obesitas ditentukan menurut kriteria WHO Asia-Pasifik.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi obesitas adalah 61,2%. Subyek memiliki rata-rata asupan energi dan zat gizi makro di bawah nilai AKG. Subyek dengan tingkat kecukupan asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein >100% AKG masing-masing adalah 1,2%, 1,2%, 7,1%, dan 5,9%. Uji chi-square dan fisher menunjukkan terdapat hubungan yang tidak bermakna antara obesitas dengan asupan energi dan dan zat gizi makro (nilai p >0,05). Hal ini dapat disebabkan oleh interaksi faktor lain yang berkaitan dengan obesitas (genetik, lingkungan, tingkat aktivitas fisik, dan stres) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

The prevalence of obesity among adults is globally increase. In Indonesia, its prevalence is higher in women than men. Excessive energy and macronutrient intake are considered to associate with obesity. This study aimed to determine prevalence of obesity among adult women aged 19-64 years and its association with energy and macronutrient intake in DKI Jakarta.
This cross-sectional study analyzed data of 85 women aged 19-64 years in DKI Jakarta selected through simple random sampling. Data in this study were obtained by completing questionnaires based on data from previous study in 2012. Energy and macronutrient intake were obtained from 24-hours food recall dan food record during three days. Obesity was determined based on Asia-Pasific WHO criteria.
The result showed the prevalence of obesity was 61,2%. Subjects had mean value of energy and macronutrient intake below the AKG value. Subjects with energy, carbohydrate, fat, and protein intake >100% AKG were respectively 1.2%, 1.2%, 7.1%, and 5.9%. Chi-square and fisher’s test showed there was no significant association between obesity with energy and macronutrient intake (p value >0,05). It could be caused by interaction of other factors associated with obesity such as genetic, environmental, physical activity level, and stress which were not determined here.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Purwanti
"Masalah gizi ganda kini melanda Indonesia khususnya remaja putri. Menurut Riskesdas 2013, terjadi peningkatan prevalensi status gizi lebih bersamaan dengan gizi kurang. Status gizi lebih pada remaja putri akan menimbulkan risiko penyakit yang membahayakan saat wanita mengandung. Faktor yang mempengaruhi status gizi adalah asupan energi harian dan zat makronutrien(karbohidrat, protein, lemak). Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan asupan energi dan zat makronutrien(karbohidrat, protein, lemak) remaja putri usia 13-15 tahun di Jakarta.
Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan responden 110 siswa perempuan berusia 13-15 tahun dari lima SMP di Jakarta. Data status gizi diperoleh melalui antopometri yang diplot pada Z-Score. Data asupan energi dan makronutrien diperoleh melalui FFQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih sebesar 22,8% melebihi hasil riskesdas 2013 sebesar 10,8%. Presentase asupan energi harian(76,2%), karbohidrat(77,5%), protein(67,9%) dan lemak(77,8%) kurang dari anjuran Angka Kecukupan Gizi(100%AKG). Adapun gambaran proporsi pola konsumsi makronutrien yang tertinggi adalah lemak(25,15%), kemudian karbohidrat(19,1%) dan protein(14,5%). Menurut analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan kedua variabel melalui uji Fisher dan Chi-square diperoleh hasil p>0,05.
Dari hasil analisis statistik, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan asupan energi harian dan makronutrien pada remaja putri usia 13-15 tahun.

Double nutritional problem is now happening in Indonesia, especially in female adolescents. According to Riskesdas 2013, there has been an increase in the prevalence of overweight and obesity that coincides with nutritional deficiencies. Overweight and obesity in young women will lead to the risk of various dangerous diseases when they are pregnant. One of the factors that affect to nutritional status is daily energy intake that includes macronutrient substances.
This study was conducted to determine the relationship between nutritional status with daily energy intake.
This research that used cross-sectional design with 110 female students aged 13-15 years from five junior high schools located in Jakarta. Nutritional status data was obtained through measurement of anthropometry which then is plotted on Z-Score. Data on energy intake and macronutrient was obtained by FFQ method.
The results showed that the prevalence of overweight(22,8%) was higher than the result of riskesdas 2013(10,8%). The percentage of daily energy intake(76.2%), carbohydrate(77.5%), protein(67.9%), and fat(77.8%) was less than the recommendation of AKG. The most prevalent intake of macronutrient exceeding AKG was fat(25.15%), followed by carbohydrate(19.1%), and protein(14.5%). According to the statistic analysis used Fisher and Chi-square test, the result showed that p> 0,05.
From the statistical analysis, it is concluded that there is no correlation between nutritional status with daily and macronutrient energy intake in girls aged 13-15 years.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Isfan Rialdy
"Obesitas merupakan masalah mendunia dengan peningkatan angka prevalensi yang semakin tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 dan 2013, obesitas juga menjadi permasalahan di Indonesia. Obesitas disebabkan oleh asupan energi yang lebih banyak dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan. Asupan energi tersebut diperoleh dari asupan makronutrien yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang untuk mengetahui hubungan antara obesitas pada laki-laki dewasa usia 19-64 tahun dengan asupan energi dan makronutrien. Jumlah subyek dalam penelitian ini sebanyak 51 orang laki-laki dewasa usia 19-64 tahun di Jakarta tahun 2012. Data obesitas diperoleh dengan mengukur Indeks Massa Tubuh subyek penelitian dan digolongkan sesuai dengan kriteria IMT Asia Pasifik. Data Asupan energi dan makronutrien dari subyek penelitian diperoleh dengan metode 24-hour food recall dan food record kemudian diambil rerata dari kedua metode tersebut. Hasil penelitian ini memperoleh data bahwa sebanyak 31,3% laki-laki dewasa mengalami obesitas. Berdasarkan uji chi square untuk protein dan uji fisher untuk energi, karbohidrat dan lemak didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dan makronutrien dengan obesitas pada laki-laki dewasa usia 19-64 tahun di Jakarta. Terdapat beberapa faktor yang tidak diteliti pada penelitian ini terutama faktor genetik, tingkat aktivitas fisik dan perilaku hidup sedentary.

Obesity is a worldwide problem with increased prevalence rates in both the developed and developing countries. Based on Riskesdas 2007 and 2013, obesity is also become problem in Indonesia. Obesity caused by the intake of more energy than the energy expended. Energy intake is derived from macronutrient intake consists of carbohydrates, proteins and fats. This study used a cross-sectional study design to examine the relationship between obesity in men aged 19-64 years. Numbers of subjects in this study were 51 men aged 19-64 years in Jakarta 2012. Data obtained by measuring Body Mass Index and then classified according to BMI criteria for the Asia Pacific region. Energy and macronutrient intake data of the subjects was obtained by the 24-hour food recall and a food record then taken the average of the two methods. This study result showed that 31.3% men are obesity. Based on chi-square test for protein and Fisher test for energy, carbohydrates and fat showed that there was no relationship between energy and macronutrient intakes to obesity in men aged 19-64 years in Jakarta. There are several factors which are not examined in this study especially genetic factor, physical activity level and sedentary lifestyle."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Maharani Pramudya
"Pola asupan makanan yang tidak seimbang banyak dijalani kaum remaja saat ini. Hal tersebut menyebabkan ancaman status gizi berlebih semakin mengintai para remaja. Status gizi remaja dapat tercermin melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan IMT pada remaja usia 15-18 tahun. Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang analitik. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta terhadap 75 mahasiswa kedokteran, laki-laki (n=31) dan perempuan (n=44), tingkat 1 tahun 2012 yang diminta untuk menjawab wawancara mengenai asupan hariannya memakai kuisioner Food Frequency Questionnaires (FFQ) semikuantitatif dan menjalani pemeriksaan fisik, berupa tinggi dan berat badan.
Dari penelitian ini, hasilnya, yakni sebaran subjek berdasarkan asupan energi , yaitu kurang (24%), cukup (30,7%), lebih (45,3%). Untuk asupan karbohidrat ialah kurang (10,7%), cukup (77,3%), dan lebih (12%). Sementara itu, asupan lemak yang kurang ada 24%, cukup sebanyak 44%, dan lebih sebesar 32%. Terakhir, sebaran subjek berdasarkan asupan protein, yakni kurang (1,3%) dan cukup (98,7%). Tidak ada responden yang asupan proteinnya lebih. Distribusi subjek berdasarkan IMT, yaitu pada laki-laki 9,7% kurang, 61,3% normal, dan 29% lebih sedangkan pada perempuan 90,9% normal dan 9,1% lebih. Kesimpulan pada penelitian ini ialah tidak terdapat adanya hubungan (p>0,05) antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan IMT pada remaja usia 15-18 tahun.

Unbalance pattern of food intake become trend for many young people at this time. This causes overweight and obesity risk threaten the teens. Adolescent nutritonal status can be defined by Body Mass Index (BMI) measurement. The purpose of this study is to determine the relationship between energy intake and macronutrient composition with BMI in adolescents aged 15-18 years old. Study used cross-sectional analytical study design. Data collection was conducted in Jakarta on 75 first grade medical students, boys (n=31) and girls (n=41), in 2012 who were asked to answer the interview about her daily intake using Food Frequency Questionnaires (FFQ) semiquantitative and underwent a physical examination, such as height and weight.
The results from this study were the respondent distributions of energy intake were less (24%), adequate (30,7%), over normal (45,3%). For carbohydrate intake were less (10,7%), adequate (77,3%), and over normal (12%). Meanwhile, there were 24% respondents with less intake of fat, 44% adequate. and 32% over normal. Last, the distributions of protein intake were less (1,3%) and adequate (98,7%). No respondent with over normal protein intake. Subject distributions of BMI, were in boys 9,7% less, 61,3% normal, and 29% over normal while in girls, 90,9% normal and 9,1% over normal. The conclusion of this study is there is no relationship (p>0,05) between energy intake and macronutrient composition with BMI in adolescents aged 15-18 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Adnan Musthofa
"ABSTRAK
Obesitas merupakan masalah kesehatan pada orang dewasa di Indonesia,
khususnya perempuan, yang terus meningkat prevalensinya. Namun, penelitian
tentang obesitas pada ibu menyusui masih jarang ditemukan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
asupan energi dan zat gizi makro dengan obesitas pada ibu yang sedang menyusui
periode satu tahun pertama. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
observasional dengan desain cross sectional. Responden sebanyak 85 orang
dipilih dari Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta secara simple random sampling.
Data asupan energi dan zat gizi makro diperoleh dari kusioner 24-hours food
recall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 41% responden mengalami obesitas,
dengan prevalensi tertinggi di Yogyakarta (56,0%), disusul Surabaya (44,4%) dan
Jakarta (27,3%). Persentase asupan zat gizi makro melebihi 100% AKG tertinggi
adalah lemak (24,7%), diikuti protein (22,4%), karbohidrat (14,1%), dan energi
(9,4%). Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan obesitas (p=0,006),
sementara tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan asupan
energi, zat gizi makro, dan pekerjaan (p>0,05). Penelitian lanjutan diperlukan
untuk memperhitungkan aspek keluaran energi responden, seperti aktivitas fisik
dan frekuensi menyusui

ABSTRACT
Obesity is one of the most prevalent health burdens in Indonesian adults, and the
number of obese people keeps increasing, especially in women. There are few
research done on the subject of obesity in breastfeeding mothers in Indonesia.
This study identifies the relationship between education level, occupation, and
energy and macronutrient intake with obesity in breastfeeding mothers during
their first year of breastfeeding. This study is an observational analytic study,
using cross-sectional method. Eighty-five respondents were chosen from Jakarta,
Surabaya, and Yogyakarta through simple random sampling. The data of energy
and macronutrient intake were collected from the 24-hours food recall
questionnaire. The results showed 41% of respondents are obese, with the highest
prevalence found in Yogyakarta (56.0%), followed by Surabaya (44.4%) and
Jakarta (27.3%). The highest percentage of energy and macronutrient intake that
exceeds the 100% AKG is lipid (24.7%), followed by protein (22.4%),
carbohydrate (14.1%), and energy (9.4%). There is a relationship between
education level and obesity (p=0.006), but there is no significant relationship
between obesity and energy intake, macronutrient intake, and occupation
(p>0.05). Many studies in the future are needed to improve the study by
considering the output energy aspect, such as physical activity and breastfeeding
frequency"
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin
"Obesitas anak meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir dan terjadi pada negara berkembang seperti Indonesia Pengaruh pengetahuan gizi terhadap asupan remaja masih dalam perdebatan Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi dan makronutrien Pengambilan data berlangsung pada Februari hingga April 2012 pada salah satu fakultas kedokteran di Jakarta Seluruh mahasiswa berusia 15 18 tahun diikutsertakan dalam penelitian potong lintang ini Pengetahuan gizi diukur melalui kuesioner isian Asupan energi dan makronutrien ditelusuri melalui wawancara gizi dengan panduan kuesioner FFQ Sebanyak 75 subyek ikut serta dalam penelitian dengan 62 di antaranya memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang dengan rerata skor 21 00 12 00 27 00 Konsumsi rerata energi karbohidrat protein dan lemak harian responden adalah 2443 60 761 30 ndash 5109 00 kkal 316 10 106 50 ndash 734 20 gram 88 89 37 02 gram dan 82 00 14 80 211 30 gram Proporsi karbohidrat protein dan lemak pada responden adalah 53 97 9 31 13 31 7 67 ndash 22 45 dan 31 95 12 59 ndash 53 47 Laki laki mengonsumsi total energi dan makronutrien yang lebih tinggi tetapi komposisi yang serupa dengan perempuan Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi p 0 415 jumlah dan komposisi karbohidrat p 0 715 p 0 323 protein p 0 634 p 0 387 serta lemak p 0 116 p 0 398 Oleh karena itu peningkatan pengetahuan gizi tidak berhubungan dengan asupan energi dan makronutrien yang lebih baik.

Adolescent's obesity increased two times in recent two decades and existed in developing countries like Indonesia Effect of nutrition knowledge on nutrition intake is still debated We investigated the relationship between nutrient knowledge levels and energy and macronutrient intake Data was collected from February to April 2012 at a medical school in Jakarta All students aged 15 to 18 years old enrolled in this cross sectional study Nutrition knowledge was assessed by open ended questions Energy and macronutrient intake was estimated by guidance of FFQ in the interview Among 75 subjects out of 62 students scored lsquo average'in nutrition knowledge with mean of 21 00 12 00 27 00 Mean consumption of energy carbohydrate protein and fat were 2443 60 761 30 ndash 5109 00 kcal 316 10 106 50 ndash 734 20 grams 88 89 37 02 grams and 82 00 14 80 ndash 211 30 grams respectively Proportion of carbohydrate protein and fat in the diet were 53 97 9 31 13 31 7 67 ndash 22 45 and 31 95 12 59 ndash 53 47 Males consumed higher energy and macronutrients intake but had similar diet composition There were no significant correlations between nutrition knowledge levels and energy intake p 0 415 number and composition of carbohydrate p 0 715 p 0 323 protein p 0 634 p 0 387 and fat p 0 116 p 0 398 intake Therefore better nutrition knowledge did not correspond to better energy and macronutrient intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitrah
"Angka prevalensi obesitas diberbagai negara menunjukkan adanya kenaikan, begitu pun dengan Indonesia. Asupan gizi makro dan serat merupakan salah satu faktor risiko obesitas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro dan serat dengan kejadian obesitas penduduk usia >18 tahun di Provinsi Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Disain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi obesitas di Sumatra Barat dan Jawa Barat sebesar 12.3%, Jawa Tengah 9.6%, dan Sulawesi Selatan 11.4%. Di Sumatra Barat, asupan lemak berhubungan signifikan dengan obesitas. Di Jawa Barat dan Jawa Tengah, asupan energi, protein, dan lemak berhubungan signifikan dengan obesitas. Di Sulawesi Selatan, asupan energi, lemak, dan serat berhubungan signifikan dengan obesitas.

Prevalence of obesity in various countries showed a rise, so too with Indonesia. One of the factors that related to obesity was macronutrients and fiber intake.The aim of this study was to evaluate macronutrient and fiber in relation to obesity among adult people (aged 18 years and above). The research design was used cross sectional design. The prevalence of obesity in West Sumatra & West Java were 12.3%, in Central Java was 9.6%, and 11.4% in South Sulawesi. In West Sumatra, fat intake associated with obesity. In West Java and Central Java, energy, protein, and fat intake were associated with obesity. In South Sulawesi, energy, fat, and fiber intake were associated with obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Estiani
"Premenstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosional yang terkait dengan siklus menstruasi yang biasanya terjadi 7-14 hari sebelum periode menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. Gejala yang muncul dapat mengganggu aktivitas. Salah satu faktor penyebab Premenstrual Syndrome adalah usia menarche dan asupan zat gizi mikro. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis data sekunder terkait hubungan antara usia menarche dan asupan zat gizi mikro dengan kejadian Premenstrual Syndrome pada remaja putri di SMAN 4 Surabaya tahun 2017. Penelitian ini menggunakan studi Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data dianalisis secara multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zink (0,014), dan kolesterol (0,001) dengan kejadian Premenstrual Syndrome. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan natrium merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Premenstrual Syndrome dengan OR=5,787 artinya remaja putri yang memiliki asupan natrium tinggi berisiko mengalami kejadian Premenstrual Syndrome 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan remaja putri yang tidak mengonsumsi natrium secara berlebih, setelah dikontrol usia menarche, vitamin B1, vitamin B2, zink, dan kolesterol

Premenstrual Syndrome (PMS) consists of physical, psychological, and emotional symptoms associated with menstrual cycle which usually occurs 7-14 days before the menstrual period and disappears when menstruation begins. The symptoms can even cause interference activities. Menarche and micronutrition intake are the factors causing PMS. The purpose of this study was to analyze the relationship between menarche and micronutrition intake with PMS in adolescent girls at SMAN 4 Surabaya in 2017. This study uses a ross sectional study with a quantitative approach. Data analyzed by logistic regression. The result of bivariate analysis found correlation between menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zinc (0,014), dan cholesterol (0,001) with Premenstrual Syndrome. The results of multivariate analysis found that sodium intake is the dominant variable in the correlation with Premenstrual Syndrome, OR=5,787 means that adolescent girls with high sodium intake will increase the risk of Premenstrual Syndrome 5,8 times higher than adolescent girls with normal sodium intake, after controlled by menarche, vitamin B1, vitamin B2, zinc, dan cholesterol"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>