Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201932 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zuriati Rahmi
"Masalah tidur merupakan masalah yang sering dialami oleh orang dewasa, termasuk perawat. Koping yang adaptif diperlukan untuk mengatasi masalah tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran masalah tidur dan koping perawat dalam mengatasi masalah tidur yang dialaminya. Penelitian deskriptif ini dilakukan terhadap 106 perawat rawat inap di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. dengan cluster proportional sampling. Specialised Centres of Research Sleep Questionnaire yang telah dimodifikasi digunakan untuk mengukur masalah tidur sedangkan koping perawat diukur dengan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang bekerja pada unit rawat inap mengalami masalah tidur seperti insomnia (30,2%), sleep apnea (14,2%), restless legs syndrome (10,4%), dan narkolepsi (10,4%). Perawat yang mengatasi masalah tidur dengan koping adaptif sebanyak 50,9%. Pengaturan jadwal shift yang tepat pengawasan terhadap pelaksanaan jadwal, serta pemilihan koping yang lebih adaptif diharapkan dapat menurunkan prevalensi masalah tidur pada perawat.

Sleeping disorder is common problem for adult, including nurses. Adaptive coping are needed in handling sleeping disorder. This study aimed to explore sleeping disorder of clinical nurse and how nurses cope with. The descriptive method applied to 106 clinical nurses who work at one hospital in Jakarta. A cluster proportional sampling applied to recruit the respondents. A modified Specialised Centres of Research Sleep Questionnaire used to measure sleeping disorder and a questionnaire that was developed by researcher measured nurses? coping to sleeping disorder. Results showed that nurses have problems covered insomnia (30,2%), sleep apnea (14,2%), restless legs syndrome (10,4%), and narcolepsy (10,4%). Nurses who have adaptive coping were 50,9%. An appropriate shift schedule, a proper implementation of the schedule and a chosen adaptive coping may reduce prevalence of sleeping disorder among nurses."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hening Madonna
"ABSTRAK
Latar Belakang. Pendidikan dasar kepolisian merupakan situasi dan lingkungan yang penuh dengan penerapan disiplin yang tinggi. Situasi dan lingkungan tersebut diciptakan agar peserta didik terlatih untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi berbagai kondisi yang berisiko tinggi, bahaya cedera maupun trauma psikis. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak negatif stresor psikososial dan berbagai strategi coping pada taruna-taruni Akademi Kepolisian (Akpol). Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan korelasi antara dampak negatif stresor psikososial dengan strategi coping pada taruna-taruni Akpol.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan subyek penelitian berjumlah 124 taruna–taruni Akpol (taruna 104, taruni 20). Subyek penelitian dipilih dengan cara stratified random sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Life Experiences Survey (LES) dari Irwin G. Sarason yang terdiri dari 60 item yang dinilai dengan skala likert -3 sampai 3 dan Coping Orientation to the Problem Experienced (COPE) yang termasuk Religious Coping Scale yang terdiri dari 61 item dengan skala likert 1 sampai 4. Kedua alat ukur tersebut sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Pada instrumen LES untuk penelitian ini, hanya mngambil dampak negatif stresor psikososial. Data demografi yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, status ekonomi dan tingkat pendidikan juga dihimpun pada penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS untuk windows versi 20. Tingkat kemaknaan yang digunakan untuk uji statistik adalah p < 0,05.
Hasil. Dampak negatif stresor psikososial yang terbanyak pada subyek penelitian antara lain adalah kematian dari anggota keluarga dekat (57%), perubahan yang besar dari pola kebiasaan tidur (55%), gagal dalam mata ujian yang penting (50%), anggota keluarga sakit berat (50%) dan putus pacar (43%). Strategi coping yang paling sering digunakan taruna–taruni Akpol adalah active coping (50,4±6,76) dan religious coping (40,44±4,79). Dijumpai adanya korelasi positif antara dampak negatif stresor psikososial dengan penggunaan emotion coping pada taruna–taruni Akpol (r=0,304, p<0,05).
Simpulan. Semakin besar dampak negatif stresor psikososial yang dialami taruna-taruni Akpol, maka mereka cenderung menggunakan emotion coping yang bukan merupakan strategi coping yang efektif di lingkungan pendidikan dasar kepolisian. Oleh karena itu dibutuhkan intervensi psikososial untuk mengembangkan coping yang berfokus masalah pada taruna–taruni Akpol.

ABSTRAK
Background. Police academy is full of highly discipline situation and environment. This situation and environment is created so that cadets are trained to prepare themselves to face a variety of high risk conditions , the danger of injury or psychological trauma. Therefore, this study aimed to identify the negative impact of psychosocial stressors and coping strategies on cadets of police academy. In addition, this study also aims to obtain a correlation between psychosocial stressors negative impact and coping strategies in cadets of Police Academy.
Method. This is cross-sectional study with total 124 subjects from Police Academy cadets (104 males and 20 females). The subjects of this study were selected through stratified random sampling. The instrument used in this study is the Life Experiences Survey ( LES ) from Irwin G. Sarason which consists of 60 items that assessed the Likert scale -3 to 3 and the Coping Orientation to Problems Experienced ( COPE ) which includes Religious Coping Scale, which consists of 61 items with a likert scale of 1 to 4. Both the instruments have been translated into Indonesian. In LES instrument for this study, only the negative impact of psychosocial stressors were taken. Demographic data including age, gender, religion, ethnicity, economic status and level of education are also collected in this study. Data were analyzed using SPSS for Windows version 20. Levels of significance were used for statistical tests was p < 0.05 .
Results . The most common negative impact of psychosocial stressors were the death of a close family member (57 %), disturbance of sleep pattern (55 %), failed in the important eye exams (50 %), serious illness of family members (50 %) and romantic relationship break up (43 %). Coping strategies that most frequently used were active coping (50.4 ± 6.76) and religious coping (40.44 ± 4.79). We found a positive correlation between the negative impact of psychosocial stressors and the used of emotion coping in cadet of police academy ( r = 0.304, p < 0.05 ).
Conclusion. The greater the negative impact of psychosocial stressors experienced by Police Academy cadets , the more often they tend to use emotion coping that were not an effective coping strategy in basic police education environment. Therefore, it is necessary to develop psychosocial coping intervention that problems focused coping on the Police Academy cadets problems."
2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Fadillah Sopha
"Penyakit Ginjal Kronis (PGK) pada anak memberikan dampak psikologis pada anak dan orang tua, khususnya terhadap kualitas hidup anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara mekanisme koping orang tua dengan kualitas hidup anak usia sekolah dan remaja yang mengidap penyakit ginjal kronis. Dalam penelitian ini digunakan metode survei analitik cross sectional dengan melibatkan 80 anak dengan penyakit ginjal kronis beserta orang tua yang merawat. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probabilitas dengan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner The Coping Health Inventory for Parents untuk mengetahui gambaran mekanisme koping orang tua dan Pediatric Quality of Life Inventory 4.0 Generic Core Scales untuk mengidentifikasi kualitas hidup anak dengan PGK. Hasil uji spearman correlation menunjukkan nilai r yaitu 0,533 dan nilai p= <0,001. Hasil ini menunjukkan hubungan yang kuat dan berpola positif artinya semakin baik kemampuan mekanisme koping orang tua semakin baik kualitas hidup anak. Hasil uji statistik didapatkan pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata skor mekanisme koping orang tua antara anak yang memiliki kualitas hidup yang baik dengan yang buruk. Hal ini memunculkan kebutuhan akan pentingnya stabilitas dan kemampuan koping yang baik pada orang tua yang merawat anak dengan PGK.

Chronic Kidney Disease (CKD) in children has a psychological impact on children and parents, especially on the quality of life of children. This study aimed to determine the relationship between parents' coping mechanisms and the quality of life of school-age children and adolescents with chronic kidney disease. In this study a cross-sectional analytic survey method was used involving 80 children with chronic kidney disease and their caring parents. The sampling technique used is non probability with purposive sampling. This study used the Coping Health Inventory for Parents questionnaire to describe parents' coping mechanisms and the Pediatric Quality of Life Inventory 4.0 Generic Core Scales to identify the quality of life of children with CKD. The results of the Spearman correlation test showed that the value of r was 0.533 and the value of p = <0.001. These results show a strong and positive relationship, meaning that the better the ability of parents' coping mechanisms, the better the quality of life of children. Statistical test results obtained at alpha 5% showed that there was a significant difference in the average score of parents' coping mechanisms between children who had a good and bad quality of life. This raises the need for the importance of stability and good coping skills in parents who care for children with CKD."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Ahmad Gamal Arigi
"Latar Belakang: Pendidikan kedokteran dianggap sebagai salah satu pendidikan yang memiliki stressor tinggi. Banyaknya sumber stressor dari mahasiswa tersebut apabila tidak sejalan dengan strategi coping yang baik maka berdampak terhadap keinginan untuk menunda menyelesaikan tugas akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan dan perbandingan jenis penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa kedokteran tahap preklinik. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dilakukan pada 202 mahasiswa semester 2, 4, 6 Fakultas Kedokteran Universitas Mataram pada April 2023. Data didapatkan menggunakan instrument Brief Cope dan kuesioner Prokrastinasi akademik yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil: Terdapat hubungan antara penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik mahasiswa kedokteran Preklinik dengan nilai p=0.002 (<0.05). Terdapat perbedaan nilai penggunaan strategi coping dan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa semester 2, 4 dan 6 dengan nilai uji P pada nilai penggunaan strategi coping 0,008 (p<0,05) dan nilai prokrastinasi akademik sebesar 0,010 (p<0,05). Problem focused coping pada aspek planning dan jenis prokrastinasi akademik pada aspek penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3.20 dan 2.55. Kesimpulan: Prokrastinasi akademik pada mahasiswa merupakan masalah yang sering terjadi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu strategi coping. Sehingga diperlukan pengembangan dan penerapan strategi coping yang efektif guna mengurangi prokrastinasi akademik dan meningkatkan prestasi akademik serta kesejahteraan mereka.

Background: Medical education is an education that has a high stressor. The many sources of stress for these students, if not accompanied by effective coping strategies, will have an impact on starting and delaying completing academic assignments. This study explores the relationship and comparison of coping strategies and academic procrastination in medical students at the preclinical stage. Methods: This study used a cross-sectional study design and was conducted on 202 students in grades 2, 4, and 6 of the Faculty of Medicine, University of Mataram, in April 2023. Data were obtained using the Brief Cope instrument and an academic procrastination questionnaire, which had been tested for validity and reliability. Results: There was a relationship between the use of coping strategies and academic procrastination in preclinical medical students, with p = 0.002 (<0.05). There are differences in scores using coping strategies and academic procrastination for students in grades 2, 4, and 6, with a P value of 0.008 (p<0.05) for coping strategies and 0.010 (p<0.05) for academic procrastination. Problem-focused coping on planning aspects and types of academic procrastination on aspects of delays in starting or completing assignments have the highest average scores of 3.20 and 2.55. Conclusion: Academic procrastination among students is a problem that often occurs. One of the factors that can influence it is the coping strategy. It is necessary to develop and implement effective coping strategies to reduce academic procrastination and increase academic achievement and welfare."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Agustiani
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pola tidur klien hipertensi di poli penyakit dalam Rumah Sakit Tugu Ibu Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif sederhana dengan pendekatan studi cross sectional (potong lintang) menggunakan metode non probability sampling yakni consecutive sampling. Sampel penelitian berjumlah 35 orang yang memiliki tekanan darah tinggi di poli penyakit dalam Rumah Sakit Tugu Ibu Depok. Hasil penelitian di dapatkan durasi tidur responden terbanyak pada 6 jam (48.6%),Sebagian besar responden mengalami pola tidur Morning Lateness (62.9%) dan sisanya dengan pola tidur Morning Lateness Moderate (37.1%). Kualitas tidur malam dengan kualitas tidur baik 22 orang (62.9%) dan kualitas tidur buruk sebanyak 13 orang (37.1%). Rekomendasi dari penelitian ini yaitu perawat maupun mahasiswa keperawatan dapat memberikan penyuluhan tentang pola tidur yang baik untuk mencegah hipertensi yang berkelanjutan.

The aim of this research study was to describe sleep patterns in Medicine Poly Tugu Ibu Hospital, Depok. Design research used in this study was a simple design with a descriptive cross sectional study using non-probability sampling methods ie consecutive sampling. Sample was 35 people who have high blood pressure in Medicine Poly Tugu Ibu Hospital, Depok. The results is most respondent have sleep duration at 6 hours (48.6%), most of the respondents experienced sleep patterns Morning Lateness with number 22 respondents (62.9%) and respondents with sleep patterns Morning Lateness Moderate with 13 respondents (37.1%) .Quality night's sleep hypertensive patients with a good quality sleep 22 people (62.9%), while having poor quality sleep as many as 13 people (37.1%). Recommendations from this research that nurses and nursing students to provide education about good sleep patterns to prevent sustained hypertension."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Devi Indriastuty
"Selama pandemik, tenaga kesehatan mempunyai peran penting untuk memberikan pelayanan kesehatan. Akibat tingginya kasus Covid-19 dapat menambah beban kerja serta risiko tertular mereka yang berakibat tidak hanya memberikan dampak fisik namun juga kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stressor, persepsi terhadap stressor, coping yang digunakan, gejala yang dirasakan, dan hasil dari coping. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain rapid assessment procedures. Teori yang digunakan adalah teori Lazarus. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam pada 5 orang informan utama dan 2 orang informan kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama pandemik Covid-19 pada tenaga kesehatan terdapat sumber stres (stressor) dari internal dan eksternal. Sebagian besar tenaga kesehatan mempersepsikan bahwa stressor menjadi hambatan. Sedangkan informan lainnya menyatakan stressor tidak menjadi hambatan justru menjadi tantangan. Sebagian besar informan mempersepsikan mampu mengatasi atau mengurangi stressor. Mereka juga merasa mendapat dukungan sosial dari keluarga, orang tua, dan rekan kerjanya. Berbagai macam gejala stres yang muncul berupa perubahan secara psikologis meliputi semangat untuk produktif berkurang, susah tidur, merasa jenuh, dan mudah marah. Sedangkan perubahan secara fisiologis meliputi gejala maag atau asam lambung meningkat, kelelahan, menggigil, dan banyak makan. Sebagian besar informan cenderung menggunakan Emotion Focused Coping dimana setelah melakukan coping tenaga kesehatan merasakan perasaan yang positif.

During the pandemic, health workers have an important role in providing health services. Due to the high number of Covid-19 cases, it certainly adds to both the workload and the risk of contracting the disease among them. This was not only had a physical impact but also impact on mental health. This study aims to identify stressors, perception of stressors, coping strategies used to deal with stressors, symptoms felt by health workers, and outcomes of coping in health workers. This study used a qualitative method and a rapid assessment procedures design. The theory used was the theory of Lazarus. Data were collected through in-depth interview among 5 main informants and 2 key informants. This study found that there were internal and external stressors during the Covid-19 pandemic among the health workers. The majority of the health workers perceived that stressors are obstacles while some other informants perceived them neither as obstacle nor a threat, but as a challenge. Most of the informants perceived that they are able to overcome or reduce stressors. They also felt that they have social support from their family, parents, and coworkers. Various kinds of stress symptoms that appeared in the form of psychological changes include reduced enthusiasm for productivity, difficulty sleeping, feeling bored, and irritated. Meanwhile, physiological changes include symptoms of ulcers or increased stomach acid, fatigue, chills, and eating a lot. Most of the informants tend to use Emotion Focused Coping which after doing so, they felt positive feelings."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Lathifah Tyas Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara strategi koping dan distres psikologis pada mahasiswa FKUI. Penelitian terkait dengan strategi koping serta distres psikologis masih sedikit dibahas pada mahasiswa kedokteran di Indonesia. Hal ini penting untuk diteliti mengingingat banyaknya kompetensi yang harus dipenuhi oleh mahasiswa kedokteran dan dapat menimbulkan stres pada diri mereka. Jika tidak ditangani dengan baik, maka hal tersebut mampu memunculkan distres pada diri individu yang kemudian dapat menghambat pendidikannya. Sebanyak 187 partisipan yang merupakan mahasiswa FKUI mengisi alat ukur Kuesioner Kesehatan Umum untuk mengukur tingkat distres psikologis, dan The Brief COPE untuk mengukur strategi koping. Pengolahan data dilakukan menggunakan teknik statistik pearson correlation menunjukkan tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara strategi coping dengan distres psikologis dengan nilai korelasi yaitu r = 0,035 dan p = 0,637 two tailed. Tidak terdapat korelasi negatif yang signifikan antara jenis koping problem-focused coping dengan distres psikologis, kemudian distres psikologis dan emotion-focused coping juga ditemukan tidak berkorelasi positif secara signifikan. Artinya, semakin tinggi tingkat penggunaan problem-focused coping individu maka semakin tinggi pula tingkat distres psikologis individu tersebut. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara distres psikologis dengan adaptive coping, dan begitu pula pada distres psikologis dan maladaptive coping. Semakin tinggi tingkat penggunaan maladaptive coping maupun adaptive coping maka akan semakin rendah tingkat distres psikologis yang dialami. Namun jika dilihat dari korelasinya maka individu yang menggunakan strategi maladaptive coping memiliki distres psikologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang menggunakan strategi adaptive coping.

Indonesian medical students are very prone to stress because of the high standards of competencies that they must fulfill in order to become future doctors. This puts the individuals at risk of further distress that might eventually become a barrier for their education. A lot of research under the topic of psychological distress have not yet focused on Indonesian medical students particular condition. Therefore, it is urgent to dig deeper upon the problem in this current research.This research aims to unravel the relationship between coping strategy and psychological distress in medical students in University of Indonesia. As much as 187 medical students from University of Indonesia participated in the study. They completed a questionnaire on general health Kuesioner Kesehatan Umum in order to measure their level of psychological distress and the Brief COPE to measure their coping strategy.The final data were produced by using Pearson correlation statistics, which showed that there was no significant positive correlation between coping strategy and psychological distress, with r 0,035 and p 0,637 two tailed. There was no signicificant negative correlation between problem focused coping and psychological distress. Furthermore, the positive correlation between psychological distress and emotion focused coping was also found to be insignificant. This means that the more a person uses problem focused coping strategy, the higher the psychological distress level that the person has. There were, however, a significant negative correlation between psychological distress and adaptive coping, and also between psychological distress and maladaptive coping. Both the users of adaptive coping and maladaptive coping seem to have lower levels of psychological distress. However, judging from the correlation, individuals who use maladaptive coping strategy actually have higher levels of psychological distress compared to their counterparts who use adaptive coping.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kewa Ariancy Pandhu
"Mahasiswa keperawatan yang kuliah sambil bekerja cenderung mengalami kualitas tidur yang buruk sehingga hal ini perlu dikelola menggunakan strategi koping yang tepat. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan strategi koping dengan kualitas tidur. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan kombinasi quota sampling dan accidental sampling dengan jumlah responden 173 orang yang merupakan mahasiswa ekstensi S1 Keperawatan Universitas Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian menggunakan instrumen Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Ways of Coping versi Vitaliano, Russo, Carr, Maiuro dan Becker. Uji t tidak berpasangan menunjukan ada hubungan yang signifikan antara strategi koping dengan kualitas tidur (p=0,003) Rata-rata skor kualitas tidur lebih tinggi pada mahasiswa ekstensi yang menggunakan emotion-focused coping (9,89±2,42). Mahasiswa yang menggunakan emotion-focused coping cenderung mengalami kualitas tidur yang buruk. Hasil penelitian ini memberikan informasi bagi institusi keperawatan untuk mengajarkan tentang strategi koping, meningkatkan dan mendukung seperti konseling dan pendidikan mengenai tidur. 

Nursing students who are studying while working prone to experince poor sleep quality so it needs to be overcome by using appropriately coping strategy. The study aimed to examine the correlation between coping strategy with sleep quality. The study used cross sectional design with combination of quota sampling and accidental sampling involving 173 respondents who were undergraduate nursing students of extension class at Universitas Indonesia and Muhammadiyah University, Jakarta. The study used Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and Ways of Coping revised by Vitaliano, Russo, Carr, Maiuro and Becker. Independent-t test showed there was significantly correlation between coping strategy and sleep quality (p=0,003). Mean score higher among extension students who used emotion-focused coping (9,89±2,42). Students who used emotion-focused coping prone to poor sleep quality. The result of research provides an information for nursing institution for educating about coping strategy, increasing and supporting like counseling as well as education about sleep."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hervi Salsabila Mahkota Parentsia
"

Latar belakang: Mahasiswa fakultas kedokteran diketahui memiliki tingkat stress tinggi karena memerlukan usaha besar dalam menjalani perkuliahannya. Stress dapat menimbulkan dampak buruk bagi fisik, psikis, maupun skor nilai akademis mahasiswa. Maka dari itu dibutuhkan mekanisme koping yang efektif untuk mencegah dampak buruk tersebut. Resilience diduga menjadi hasil mekanisme koping yang baik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Resilience dan Coping strategies terhadap performa akademik mahasiswa program studi Pendidikan dokter FKUI tahap pre klinik. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan total sampel dari Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUI tahap preklinik pada tahun 2020. Hasil: Sejumlah 607 responden berpartisipasi dalam penelitian ini, dari angkatan 2017-2019 (tingkat respon 85.13%). Pada ketiga angkatan terdapat hubungan yang bermakna antara mekanisme Adaptive coping dengan tingkat Resilience (r = 0,605, p < 0,05). Sedangkan mekanisme Maladaptive coping memiliki korelasi negatif yang hubungannya tidak bermakna dengan tingkat Resilience (r = -0,053, p > 0,05). Terdapat pula hubungan yang tidak bermakna antara Resilience dengan performa akademik mahasiswa (r = 0,072, p > 0,05). Pada ketiga angkatan juga diperoleh hasil bahwa performa akademik memiliki hubungan yang bermakna dengan mekanisme Adaptive coping (r = 0,122, p < 0,05) namun tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan mekanisme Maladaptive coping (r = 0,037, p > 0,05). Kesimpulan: Performa akademik mahasiswa kedokteran tahap pre klinik merupakan sebuah hal kompleks yang ditentukan oleh berbagai faktor. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mekanisme Adaptive coping memiliki korelasi yang kuat dengan Resilience dan memiliki korelasi yang lemah dengan performa akademik. Selain itu, hubungan antara Resilience dengan performa akademik menunjukan korelasi yang tidak signifikan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa tidak terdapatnya korelasi yang signifikan antara mekanisme Maladaptive coping dengan Resilience dan performa akademik. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping yang bersifat adaptif merupakan salah satu proses yang dapat mempengaruhi performa akademik mahasiswa kedokteran tahap pre klinik.

 


Background: Undergraduate medical students are often exposed with high demand and stressful events related to their study in medicine. In order to learn well and keep the study performance, students need to employ Adaptive coping mechanisms. Resilience is suggested as the result of this process. Objectives: This study aims to assess the relationships between coping mechanisms, Resilience and academic performance in undergraduate medical students, particularly in the preclinical years (year 1-3). Methods: This was a cross-sectional study with total sampling approach. The study involved year 1-3 undergraduate medical students at the Faculty of Medicine Universitas Indonesia. The respondents were asked to complete CDRISC (for Resilience) and Brief COPE (for coping mechanism). Data on cumulative GPA on the particular year were obtained from the school central administration upon consent from the respondents. The data collection was completed in January - February 2019. Results: A total of 607 students (85.13% response rate) voluntarily participated in the study. Resilience showed statistically significant, strong, and positive correlation with Adaptive coping (r = 0,605, p < 0,05) and no correlation with Maladaptive coping (r = -0,053, p > 0,05). No significant correlation was found between Resilience and students academic performance (r = 0,072, p > 0,05). Furthermore, Adaptive coping significantly correlated with academic performance (r = 0,122, p < 0,05) whereas Maladaptive coping showed no correlation (r = 0,037, p > 0,05). Conclusion: Academic performance of undergraduate medical students is a complex construct determined by various factors. This study highlights that Adaptive coping mechanism strongly correlated with Resilience and weakly correlated with academic performance. Furthermore, there was no significant correlation between Resilience and academic performance. This study also shows that there were no significant correlations between Maladaptive coping mechanism with Resilience and academic performance. Therefore, it can be concluded that Adaptive coping mechanism can be seen as one of the process that can affect undergraduate medical students academic performance.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rahma Halimah Hadi
"Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan strategi coping Perempuan Pekerja Rumah Tangga (selanjutnya PRT) live-out, yang menghadapi kerentanan di dunia kerja sekaligus juga terbebani dengan tuntutan domestik di rumah. Studi-studi terdahulu belum banyak yang secara khusus membahas perempuan PRT live-out, selain hanya berfokus pada kerentanan PRT, termasuk relasi yang timpang dengan majikannya, serta lemahnya perlindungan hukum bagi PRT. Sebab itu, penelitian ini berfokus membahas beban perempuan PRT live-out dan menjelaskan strategi coping merujuk konsep yang digagas oleh Skinner dan Zimmer-Gembeck (2007). Perempuan PRT live-out adalah PRT yang tidak tinggal di rumah majikan, tetapi hanya bekerja beberapa jam per hari di rumah majikan. Dengan demikian, mereka sebagai Perempuan, setiap hari berupaya memenuhi tuntutan majikan, tuntutan keluarga, serta dimungkinkan masih berkegiatan di komunitas. PRT live-out yang diungkap pengalamannya adalah perempuan menikah, bersuami, punya anak berusia 4-12 tahun, dan bekerja di lebih dari satu rumah per hari. Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus ini dilakukan di Jakarta. Adapun data dijaring melalui teknik wawancara mendalam dan ditopang data observasi. Temuan studi menunjukkan bahwa perempuan PRT live-out menghadapi beban berlapis, yakni beban domestik, pekerjaan, dan komunitas. Adapun strategi coping yang dikembangkan adalah: problem-solving, information-seeking, self-reliance, support-seeking, social isolation, delegation, accommodation, negotiation, submission dan opposition.

This study aims to explain the coping strategies of live-out female domestic workers (hereinafter domestic workers), who face vulnerabilities in the world of work while also being burdened with domestic demands at home. Not many previous studies have specifically discussed live-out female domestic workers, apart from only focusing on the vulnerabilities of domestic workers, including unequal relationships with their employers, as well as weak legal protection for domestic workers. Therefore, this research focuses on discussing the burden of live-out domestic workers and explaining coping strategies referring to the concept initiated by Skinner and Zimmer-Gembeck (2007). Live-out female domestic workers are domestic workers who do not live in the employer's house, but only work a few hours per day in the employer's house. In this way, they as women, every day try to meet the demands of their employers, the demands of their families, and are still able to carry out activities in the community. The live-out domestic workers whose experiences were revealed were married women with husbands and children aged 4-12 years, and worked in more than one house per day. This qualitative research using the case study method was conducted in Jakarta. The data was collected through in-depth interview techniques and supported by observation data. The study findings show that live-out female domestic workers face multiple burdens, namely domestic, work and community burdens. The coping strategies developed are: problem-solving, information-seeking, self-reliance, support-seeking, social isolation, delegation, accommodation, negotiation, submission and opposition."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>